1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini banyak sekolah menawarkan cara belajar terpadu, full day school atau boarding school. Padatnya jam belajar yang ditawarkan banyak berpengaruh terhadap waktu rata-rata siswa melakukan aktivitas belajar di kelas dalam keadaan duduk. Pada saat berada di sekolah anak-anak menghabiskan sebagian besar waktu berada di dalam kelas mereka. Anak-anak usia sekolah menghabiskan 30 persen waktunya selama di sekolah untuk di dalam kelas dengan posisi duduk (Syazwan et al. 2009). Menurut Grandjean (1998) masalah utama yang ditemukan pada aktivitas kerja dalam posisi duduk adalah kelelahan otot dan tulang bagian belakang yang disebabkan posisi duduk yang salah dalam jangka waktu lama. Kegiatan belajar mengajar bagi siswa yang duduk di kelas membutuhkan waktu lama antara 4-7 jam sehari. Posisi duduk yang statis untuk waktu yang lama akan menimbulkan rasa nyeri karena ketegangan pada punggung. Keluhan nyeri tersebut akan meningkat bila ukuran kursi terlalu tinggi dan meja terlalu pendek menyebabkan posisi duduk akan membungkuk karena lutut akan lebih tinggi dibanding posisi pantat (Santoso dan Wiyarno, 2012). Di Indonesia pada penelitian yang dilakukan oleh Rahyussalim (2009) ditemukan adanya kecenderungan munculnya gangguan muskuloskeletal pada anak
2 usia sekolah dikarenakan pertumbuhan tulang yang belum matang, sehingga kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik akan mempengaruhi pertumbuhan tubuh, misalnya posisi membaca, menulis dan duduk. Sikap tubuh yang salah ketika duduk, berdiri, tidur, atau ketika membawa beban yang terlalu berat dapat menyebabkan gangguan pada tulang belakang dan persendian, sehingga dapat menimbulkan rasa pegal pada beberapa bagian tubuh. Rasa pegal yang dirasakan siswa akan semakin parah dan berubah menjadi keluhan kelelahan dan bahkan dapat menimbulkan kelelahan. Kelelahan saat duduk di dalam kelas diakibatkan karena posisi duduk yang tidak benar dan akan semakin meningkat kelelahannya apabila meja dan kursi yang digunakan belajar di sekolah tidak sesuai dengan antropometri siswa (Santoso dan Wiyarno, 2012). Untuk mengurangi keluhan kelelahan dan kelelahan siswa dapat dilakukan berbagai upaya, salah satunya adalah pengadaan meja dan kursi yang digunakan harus disesuaikan dengan ukuran antropometri siswa dan sesuai dengan prinsip perancangan yang ergonomis (Santoso dan Wiyarno, 2012). Kaidah Ergonomi dalam mendesain tempat duduk sangat penting diperhatikan dalam proses pembelajaran. Agar tempat duduk nyaman dipakai pada waktu belajar, maka ukuranukurannya harus disesuaikan dengan antropometri orang yang akan memakainya. Penggunaan meja dan kursi belajar untuk jangka waktu yang lama terutama selama bekerja atau sekolah dapat mempengaruhi kinerja pekerja dan juga menghambat kemampuan belajar siswa. Kondisi ini menyebabkan siswa tidak bisa berkonsentrasi karena meja dan kursi tidak nyaman disertai posisi duduk yang tidak
3 alamiah. Selain itu, produk meja dan kursi belajar yang tidak ergonomis (dibuat tidak berdasarkan ukuran antropometri pengguna) ini dapat menyebabkan degenerasi tulang seperti skoliosis, hiperlordosis dan hiperkyphosis jika dipergunakan dalam jangka waktu yang lama. Penelitian yang dilakukan Bulan di Korea tahun 1983-1996 terhadap siswa perempuan di SMA dengan tes skrining diketahui bahwa sebanyak 2,16% pada tahun 1983, dan 6,0 % pada tahun 1995 dari siswa SMA perempuan di Korea didiagnosis menderita skoliosis. Kondisi itu disebabkan karena siswa menggunakan meja dan kursi yang dirancang tidak berdasarkan antropometri siswa, postur tubuh yang buruk, memakai ransel yang berat dan kurang olahraga (Daneshmandi, et al., 2008). Kursi yang tidak nyaman juga dapat menyebabkan rasa sakit pada perut, leher, lengan, punggung, bahu dan kepala yang bisa menjadi sakit ketika manusia duduk di kursi yang tidak nyaman untuk jangka waktu yang lama (Daneshmandi, et al., 2008). Pada proses pembelajaran yang melibatkan aktivitas membaca dan menulis, secara terpadu dapat menimbulkan keluhan otot, kelelahan dan kebosanan. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar. Mengingat siswa SMA adalah calon-calon tenaga kerja potensial di masa mendatang oleh karena itu sangatlah penting melakukan upaya preventif dan pengendalian potensi bahaya bagi kesehatan para calon tenaga kerja tersebut sejak dini. Perlu dilakukan upaya perbaikan dengan pengadaan meja dan kursi belajar di sekolah yang bertujuan meningkatkan kesehatan siswa berdasarkan prinsip ergonomi.
4 Ergonomi menjadi pilar kesehatan dan merupakan salah satu indikator kesejahteraan. Menurut Meily (2013) perbaikan ergonomi perlu dilakukan sebagai salah satu upaya pencegahan terhadap penyakit CTDs (Cumulative Trauma Disorders). CDCs adalah penyakit yang diakibatkan faktor risiko kerja postur janggal, beban, frequensi dan durasi yang bersumber dari pekerjaan, seperti nyeri leher, nyeri pinggang bawah atau low back pain, rasa baal pada jari telunjuk, jari tengah dan jari manis yang disertai nyeri terbakar pada malam hari, kekakuan, lemah dan nyeri saat tangan digunakan yang dikenal dengan nama carpal tunnel syndrome. Ergonomi postur tubuh adalah faktor yang sangat penting, salah satunya posisi duduk yang dilakukan setiap hari dalam durasi berjam-jam. Tujuan utama membuat disain ergonomis untuk kursi atau tempat duduk dan meja adalah menciptakan bentuk kursi dan meja belajar yang ergonomis, sehingga dapat mempertahankan postur tulang punggung yang fisiologis, dengan demikian diharapkan kerja otot tidak perlu berkontraksi secara berlebihan (Meily, 2013). Perancangan kursi dan meja yang ergonomis hendaknya disesuaikan dengan ukuran tubuh tenaga kerja (antropometri). Pengukuran antropometri merupakan faktor penting yang harus dilakukan dalam mendesain meja dan kursi belajar di sekolah. Menggunakan meja dan kursi yang yang disesuaikan dengan postur tubuh yang tepat lebih penting untuk anak-anak daripada orang dewasa karena pada usia muda ini kebiasaan duduk terbentuk. Kebiasaan duduk yang buruk sejak kecil sangat sulit untuk diubah pada masa remaja atau dewasa. Berdiri yang benar dan postur duduk yang benar merupakan faktor penting untuk pencegahan gangguan
5 muskuloskeletal. Postur duduk statis dengan posisi membungkuk, yang sering dilakukan siswa sering menyebabkan tekanan berlebih secara fisiologis pada otot, ligamen dan khususnya pada bantalan antar tulang (Daneshmandi, et al,. 2008). Duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri, karena hal ini dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki, namun sikap duduk yang keliru akan menyebabkan adanya masalah-masalah punggung. Tekanan pada bagian tulang belakang meningkat pada saat duduk dibandingkan dengan saat berdiri ataupun berbaring (Santoso dan Wiyarno, 2012, dan Turmuzi, 2013). Ketepatan dimensi merupakan salah satu faktor penentu kenyamanan yang menunjang aspek fungsional dari suatu rancangan. Untuk menghasilkan suatu disain yang tepat dimensi perlu pertimbangan yang matang dan observasi yang cermat terkait dengan faktor manusia sebagai pengguna produk. Berhubungan dengan hal tersebut meja dan kursi belajar harus sesuai dengan antropometri siswa Sekolah Menengah Atas (Tunay & Melemez, 2008 dan Priyono, 2010). Penerapan meja dan kursi yang ergonomis dapat mencegah lebih dini berbagai gangguan kesehatan siswa di masa dewasanya nanti dan membentuk sikap tubuh yang benar, mengurangi kelelahan, lebih berkonsentrasi dan akhirnya secara keseluruhan akan dapat meningkatkan sumber daya manusia untuk lebih berkualitas baik dari segi derajat kesehatannya maupun pada peningkatan kemampuan/konsentrasi dalam belajar (Sutajaya, 2007; Santoso. 2012; Rungtai Lin,et al., 2014). Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan desain meja kursi belajar yang ergonomis dan sesuai dengan antropometri siswa Sekolah Menengah Atas untuk
6 memperbaiki posisi duduk dan mengurangi keluhan kelelahan serta mengurangi kelelahan yang dirasakan siswa sekolah menengah atas. 1.2 Rumusan masalah Masalah ketidaksesuaian aspek ergonomi antara sarana kerja dengan manusia serta pengaruhnya terhadap kesehatan belum mendapatkan perhatian yang serius, di Indonesia. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya tempat-tempat kerja yang belum berpedoman dengan kaidah ergonomi dalam hal penyedian peralatan kerja bagi tenaga kerja (Turmuzi, 2013). Terkait dengan kegiatan yang dilakukan siswa dengan menggunakan posisi dan sikap kerja yang tidak alamiah, maka ada beberapa efek negatif yang diakibatkannya yaitu: (1) dapat bertindak sebagai penyebab utama low back pain, 2) bisa memunculkan kecelakaan kerja, (3) menambah biaya pengobatan, (4) banyak terjadi kehilangan waktu kerja, dan (5) terjadi over exertion injuries pada persendian terutama pada tulang belakang (Pheasant, 1991). Dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh pakar-pakar fisiologi kerja ditemukan bahwa metode kerja yang mengakibatkan sikap kerja yang tidak alamiah (sikap statis dalam waktu yang lama, gerakan memutar dan menunduk yang berulang ) dapat mengakibatkan gangguan pada sistem otot rangka. Kasus yang paling umum berkaitan dengan sikap kerja pada saat melakukan aktivitas pembelajaran adalah: (a) inklinasi ke depan pada leher dan kepala, karena medan display terlalu rendah atau objek terlalu kecil, (b) sikap membaca dan menulis
7 membungkuk, karena medan kerja terlalu rendah dan objek di luar jangkauan, (c) lengan terangkat yang diiringi dengan bahu terangkat, fleksi dan abduksi pada muskulus trapesius (d) sikap asimetris yang mengakibatkan terjadinya perbedaan beban pada kedua sisi tulang belakang, (e) sikap membaca dan menulis yang salah dapat mengakibatkan postural deformitas pada tubuh antara lain: lordosis, kyphosis dan skoliosis (Pheasant, 1991). Metode kerja sangat terkait dengan sikap dan posisi kerja, karena dengan metode kerja tertentu membuat seseorang terpaksa menggunakan sikap atau posisi kerja yang tidak alamiah. Di Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, memang masih banyak dijumpai adanya sikap kerja yang tidak alamiah yang dilakukan dengan tanpa memperhitungkan waktu kerja. Dalam hal ini banyak siswa yang membaca dengan posisi membungkuk yang dilakukan dalam waktu relatif lama sehingga dapat bertindak sebagai penyebab terjadinya gangguan pada sistem otot rangka atau yang lebih dikenal dengan istilah musculoskeletal disorders (MSD). Keluhan tersebut muncul sebagai akibat dari posisi dan sikap kerja yang tidak alamiah. Gangguan muskuloskeletal merupakan fenomena kecelakaan kerja yang bersifat kumulatif yang sering diakibatkan oleh posisi dan sikap kerja yang tidak alamiah karena tidak diperhatikannya antara antropometri pekerja dengan tinggi bidang kerjanya. Meja dan kursi yang digunakan oleh siswa pada saat membaca dan menulis tidak sesuai dengan antropometrinya. Ketepatan dimensi merupakan salah satu faktor penentu kenyamanan yang menunjang aspek fungsional dari suatu rancangan. Untuk menghasilkan suatu disain
8 yang tepat dimensi perlu pertimbangan yang matang dan observasi yang cermat terkait dengan faktor manusia sebagai pengguna produk. Berhubungan dengan hal tersebut meja dan kursi belajar harus sesuai dengan antropometri siswa Sekolah Menengah Atas (Tunay & Melemez, 2008 dan Priyono, 2010). Penggunaan meja dan kursi yang ergonomis dapat mencegah lebih dini berbagai gangguan kesehatan siswa di masa dewasanya nanti dan membentuk sikap tubuh yang benar, mengurangi kelelahan, lebih berkonsentrasi dan akhirnya secara keseluruhan akan dapat meningkatkan sumber daya manusia untuk lebih berkualitas baik dari segi derajat kesehatannya maupun pada peningkatan kemampuan/konsentrasi dalam belajar (Sutajaya, 2007; Santoso, 2012 dan Rungtai Lin, et al., 2014). Penelitian ini diharapkan akan berguna di masa depan karena penelitian yang membuat rancangan baru meja kursi yang ergonomis untuk siswa SMA di Indonesia masih sangat jarang dilakukan. Penemuan baru berkaitan dengan pembuatan prototype meja dan kursi belajar yang sesuai dengan antropometri siswa akan dapat mengurangi bahkan menghindari gangguan muskuloskeletal (MSDs). Pembuatan meja dan kursi belajar yang sesuai dengan antropometri siswa akan berdampak lebih nyaman. Produk ini lebih fleksibel baik untuk kedua jenis kelamin. Ini berarti bahwa, semua siswa dapat duduk di meja dan kursi belajar prototype N dan merasa lebih nyaman dibandingkan dengan kursi sebelumnya. Jadi siswa dapat lebih memperhatikan atau berkonsentrasi selama jam belajar di sekolah. Masalah postur tubuh yang buruk dan tempat duduk yang buruk tidak terjadi lagi. Meja yang baru
9 akan lebih baik dan nyaman jika dipergunakan untuk menulis dan kursi juga akan lebih stabil, aman dan kuat dibandingkan dengan produk sebelumnya. Jika meja dan kursi prototype N dipergunakan saat proses belajar di sekolah, maka siswa dapat lebih fokus dan tidak mengantuk selama proses belajar di sekolah sehingga prestasi belajar siswa diharapkan akan meningkat. 1.3 Pertanyaan penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka pertanyaan peneitian ini adalah; 1. Apakah ada ketidaksesuaian meja dan kursi belajar yang lama dengan antropometri siswa SMAN di Kabupaten Gresik? 2. Apakah ada perubahan posisi duduk siswa SMAN di Kabupaten Gresik sebelum dan saat menggunakan prototype meja dan kursi belajar hasil rancangan peneliti? 3. Apakah ada keluhan kelelahan dan kelelahan pada siswa SMAN di Kabupaten Gresik sebelum dan saat menggunakan prototype meja dan kursi belajar hasil rancangan peneliti. 4. Apakah ada perbedaan rerata nilai keluhan kelelahan dan nilai kelelahan pada siswa SMAN di Kab. Gresik antara sebelum dan saat menggunakan prototype meja dan kursi belajar hasil rancangan peneliti. 5. Apakah meja dan kursi hasil rancangan peneliti lebih nyaman dan lebih aman daripada meja dan kursi belajar yang lama.
10 6. Apakah meja dan kursi hasil rancangan peneliti lebih unggul daripada meja dan kursi yang ada dipasaran dalam aspek pemilihan bahan, kekuatan dan harga. 1.4 Keaslian penelitian Penelitian yang berhubungan dengan kejadian keluhan kelelahan pada siswa sekolah di Indonesia masih jarang dilakukan, terutama penelitian yang bersifat eksperimental tentang ketidaksesuaian sarana dan prasarana di sekolah dengan antropometri siswa, serta posisi duduk yang tidak ergonomis di Sekolah Menengah Atas. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan tersebut di atas antara lain: 1. Penelitian Lukman (2008) tentang Pengembangan prototype bangku ergonomis untuk murid sekolah dasar kelas satu dan dua di Malang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross sectional. Pada penelitian ini diperoleh hasil adanya ketidaksesuaian (tidak ergonomis) antara meja kursi sekolah (meja 100 persen dan kursi 81,11 persen) dengan ukuran tubuh anak sekolah. Hasil akhir penelitian ini adalah membuat prototype kursi ergonomis berdasarkan dengan antropometri siswa kelas satu dan dua dengan disain meja menyatu dengan kursi. Persamaan dengan penelitian Lukman (2008) adalah menggunakan antropometri siswa sebagai dasar menganalisis ketidaksesuaian meja dan kursi sekolah. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada jenis penelitiannya. Penelitian Suhardiono merupakan penelitian deskriptif cross sectional, sedangkan penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian quasi eksperimen dengan rancangan
11 penelitian pretest-posttest with non equivalent control group design. Perbedaan lain adalah pada subjek penelitiannya, pada penelitian subjek penelitiannya adalah Siswa Sekolah Dasar sedangkan pada penelitian ini subjeknya adalah siswa Sekolah Menegah Atas. Pada penelitian Lukman (2008) tidak menggunakan pengukuran keluhan kelelahan menggunakan Nordic BodMap (NBM) juga tidak menggunakan pengukuran kelelahan dengan reaction timer. 2. Penelitian Priyono (2010) tentang Perancangan Ulang Meja dan Kursi Belajar ditinjau dari Aspek Ergonomi (Studi Kasus di SMAN 1 Gemolong). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya keluhan pada beberapa anggota tubuh siswa SMAN 1 Gemolong antara lain, leher 81,7 %, bahu pegal 70,8 %, punggung pegal 76,7 %, pantat sakit 44, 2 % tangan dan jari pegal 69,2 % lutut sakit 61,7 % dan kaki pegal 80,8 %. Keluhan pada anggota tubuh tersebut disebabkan oleh meja dan kursi belajar di sekolah yang tidak ergonomis. Persamaan dengan penelitian Priyono (2010) adalah menggunakan antropometri siswa sebagai dasar menganalisis ketidaksesuaian meja dan kursi sekolah. Penggunaan Nordic Body Map (NBM) untuk mengetahui anggota tubuh bagian mana saja yang mengalami keluhan. Perbedaan dengan penelitian Priyono adalah pembuatan prototype meja dan kursi belajar ergonomis berdasarkan antropometri siswa SMAN Gresik untuk kemudian diujicobakan pada siswa. Pada penelitian Priyono (2010) hanya menghasilkan rekomendasi ukuran meja dan kursi ergonomis berdasarkan antropometri siswa SMAN 1 Gemolong.
12 3. Penelitian Santoso dan Wiyarno (2012) tentang Model Bangku Kelas terhadap Respon Keluhan Pada Siswa merupakan penelitian deskriptif crossecsional pada siswa sekolah dasar kelas dua sampai kelas lima di SDN Bohar Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Pada penelitian ini dinyatakan bahwa akibat ketidaksesuaian meja dan kursi belajar di sekolah mengakibatkan respon sakit yang berbeda pada siswa kelas dua sampai kelas lima. Persamaan dengan penelitian Santoso dan Wiyarno (2012) adalah menggunakan antropometri siswa sebagai dasar menganalisis ketidaksesuaian meja dan kursi sekolah. Penggunaan Nordic Body Map (NBM) untuk mengetahui anggota tubuh bagian mana saja yang mengalami keluhan. Perbedaan dengan penelitian Santoso dan Wiyarno (2012) adalah subjek penelitian bukan siswa SDN melainkan siswa SMAN. Pada penelitian Gempur Santoso hanya dibuat rekomendasi tentang pentingnya redisain meja dan kursi belajar di sekolah yang sesuai dengan antropometri siswa tidak sampai pada tahap pembuatan prototype meja dan kursi belajar di sekolah. 4. Penelitian Hanninen & Reijo (2003) pada siswa SMA di Finlandia yang menghasilkan ukuran meja dan kursi sesuai dengan antropometri siswa yang bertujuan mengurangi keluhan dan nyeri pada otot bagian bawah. Persamaan dengan penelitian Hanninen & Reijo (2003) adalah menggunakan antropometri siswa sebagai dasar menganalisis ketidaksesuaian meja dan kursi sekolah dan untuk membuat rekomendasi ukuran meja dan kursi yang ergonomis.
13 Perbedaan dengan penelitian Hanninen & Reijo (2003) adalah membuat prototype dan mengujicobakan pada siswa SMA untuk mengetahui kenyamanan dan kekuatan meja dan kursi hasil rancangan peneliti. Untuk mengetahui perbedaan rerata keluhan kelelahan dan kelelahan siswa, sedangkan pada penelitian Hanninen & Reijo (2003) tahapan penelitian tidak sampai pada tahap ujicoba prototype. 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1.Tujuan Umum Tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah membuat prototype meja dan kursi belajar di sekolah berdasarkan antropometri siswa yang bersangkutan untuk memperbaiki posisi duduk dan mengurangi keluhan kelelahan dan kelelahan pada siswa SMAN di Kabupaten Gresik. 1.4.2. Tujuan Khusus 1. Mengukur meja dan kursi belajar yang lama untuk mengetahui kesesuaiannya dengan antropometri siswa SMAN di Kabupaten Gresik sebagai pedoman dasar pembuatan meja dan kursi prototype N 2. Mengamati dan menganalisis perubahan posisi duduk siswa SMAN di Kabupaten Gresik sebelum dan saat menggunakan meja dan kursi prototype N hasil rancangan peneliti. 3. Melakukan pengukuran keluhan kelelahan dan kelelahan pada siswa SMAN di Kabupaten Gresik sebelum dan saat menggunakan meja dan kursi prototype N hasil rancangan peneliti untuk mengetahui ada tidaknya perubahan nilai
14 keluhan kelelahan dan kelelahan pada siswa SMAN di Kab. Gresik antara sebelum dan saat menggunakan prototype meja dan kursi belajar hasil rancangan peneliti. 4. Mengetahui ada tidaknya perbedaan rerata nilai keluhan kelelahan dan nilai kelelahan pada siswa SMAN di Kab. Gresik antara sebelum dan saat menggunakan meja dan kursi prototype N hasil rancangan peneliti. 5. Melakukan evaluasi kenyamanan dan keamanan meja dan kursi prototype N hasil rancangan peneliti. 6. Melakukan analisis keunggulan meja dan kursi prototype N hasil rancangan peneliti dibanding meja dan kursi yang ada dipasaran dalam aspek pemilihan bahan, kekuatan dan harga. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Manfaat penelitian ini secara teoritis adalah pengembangan ilmu kesehatan kerja dan ilmu ergonomi pada lembaga pendidikan kesehatan dan lembaga pendidikan nasional dalam rangka meningkatkan kesehatan siswa di sekolah, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah. 2. Secara praktis manfaat penelitian ini adalah ditemukan standar baru ukuran meja dan kursi belajar yang lebih ergonomis di sekolah untuk siswa sekolah menengah atas. 3. Manfaat untuk peneliti sendiri adalah sebagai sarana pengembangan diri dalam ilmu kesehatan kerja dan ilmu ergonomi.
15 4. Manfaat Bagi peneliti lain yang menaruh minat dalam ilmu kesehatan kerja dan ergonomi, diharapkan dapat menindak lanjuti penelitian ini baik dalam bentuk penelitian ulang maupun pengembangan seperti uji coba dengan parameter lain, sehingga dapat memperkaya ataupun memperbaiki kesimpulan dari penelitian ini. 1.6. Hipotesis 1. Ada ketidaksesuaian antara ukuran meja dan kursi belajar dengan antropometri siswa SMAN Menganti. 2. Ada perubahan posisi duduk siswa SMAN di Kabupaten Gresik sebelum dan saat menggunakan prototype meja dan kursi belajar hasil rancangan peneliti. 3. Ada perubahan nilai keluhan kelelahan dan ada perubahan nilai kelelahan siswa SMAN di Kabupaten Gresik antara sebelum dan sesudah menggunakan meja dan kursi prototype N. 4. Ada perbedaan rerata nilai keluhan kelelahan dan ada perbedaan rerata nilai kelelahan siswa SMAN di Kabupaten Gresik antara sebelum dan sesudah menggunakan meja dan kursi prototype N. 5. Meja dan kursi prototype N lebih nyaman dan aman daripada meja dan kursi lama. 6. Meja dan kursi prototype N lebih unggul dibanding meja dan kursi yang ada dipasaran dari segi harga, bahan dan kekuatan.