BAB V RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN



dokumen-dokumen yang mirip
BAB III RENCANA STRUKTUR TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN METROPOLITAN

BAB 5 RTRW KABUPATEN

Rencana Struktur Tata Ruang Kawasan Perkotaan Metropolitan. Skala peta = 1: Jangka waktu perencanaan = 20 tahun

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTR Kawasan) Skala peta = 1: atau lebih Jangka waktu perencanaan = 20 tahun

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 10 TAHUN 2008

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 17 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA HAURGEULIS KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KETENTUAN UMUM

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL.

PANDUAN PENGAMATAN LANGSUNG DI LOKASI/KAWASAN WISATA TERPILIH

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

Pelaksanakan survai dan pengolahan data adalah untuk memperoleh data dan informasi tentang kondisi awal kawasan perencanaan.

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SOLOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

Syarat Bangunan Gedung

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lampiran 9. Keterkaitan Substansi RTRW Kabupaten/Kota dan RDTR

PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Contoh Tabel Pemeriksaan Mandiri Materi Muatan Rancangan Perda Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

FORMAT SURAT KEPUTUSAN MENTERI, KEPUTUSAN GUBERNUR, DAN KEPUTUSAN BUPATI/WALIKOTA TENTANG PENETAPAN PELAKSANAAN PENINJAUAN KEMBALI

Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SURABAYA TAHUN

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. Tentang PEDOMAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KOTA BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab.

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA

Implikasi dan Implementasi UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Provinsi Jawa Timur

Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

LAPORAN AKHIR KATA PENGANTAR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 15/PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2016 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALI KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 53 SERI E

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 48 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 111 TAHUN 2008 TENTANG

BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 16/PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN

DIKLAT MANAJEMEN PROYEK. Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

L E M B A R A N D A E R A H

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KOTA BENGKULU

Warta Kebijakan. Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang. Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan tata ruang. Perencanaan Tata Ruang

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 29 TAHUN 2002 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

TABEL PROGRAM PEMANFAATAN RUANG Waktu Pelaksanaan I II III IV

PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 47 TAHUN 1997 (47/1997) TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 16/PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA SEMARANG TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

Transkripsi:

BAB V RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN 5.1 Umum Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, merupakan penjabaran dari Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kota/Kabupaten ke dalam rencana pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan adalah rencana pemanfaatan ruang Bagian Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan secara terperinci yang disusun untuk penyiapan perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan perkotaan. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan juga merupakan rencana yang menetapkan blok-blok peruntukan pada kawasan fungsional perkotaan, sebagai penjabaran kegiatan ke dalam wujud ruang, dengan memperhatikan keterkaitan antara kegiatan dalam kawasan fungsional, agar tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan utama dan kegiatan penunjang dalam kawasan fungsional tersebut. Jangka waktu Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan ini adalah 5 tahun dan dituangkan ke dalam peta rencana dengan skala 1 : 5.000 atau lebih. 5.2. Fungsi Rencana Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan berfungsi untuk: menyiapkan perwujudan ruang, dalam rangka pelaksanaan program pembangunan perkotaan; menjaga konsistensi pembangunan dan keserasian perkembangan kawasan perkotaan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Kabupaten; menciptakan keterkaitan antar kegiatan yang selaras, serasi dan efisien; menjaga konsistensi perwujudan ruang kawasan perkotaan melalui pengendalian program-program pembangunan perkotaan. V -1

5.3 Manfaat Rencana Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan bagi Pemerintah Daerah adalah sebagai pedoman untuk: Pemberian advis planning; Pengaturan bangunan setempat; Penyusunan rencana teknik ruang kawasan perkotaan atau rencana tata bangunan dan lingkungan; Pelaksanaan program pembangunan. 5.4 Muatan Rencana Adapun muatan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, meliputi: 1. Tujuan pengembangan kawasan fungsional perkotaan; 2. Rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan, meliputi: a. Struktur pemanfaatan ruang, yang meliputi distribusi penduduk, struktur pelayanan kegiatan kawasan perkotaan, sistem jaringan pergerakan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan energi, dan sistem prasarana pengelolaan lingkungan; b. Pola pemanfaatan ruang, yang meliputi pengembangan kawasan fungsional (kawasan permukiman, perdagangan, jasa, pemerintahan, pariwisata, perindustrian) dalam blok-blok peruntukan. 3. Pedoman pelaksanaan pembangunan kawasan fungsional perkotaan meliputi: a. Arahan kepadatan bangunan (net density/kdb) untuk setiap blok peruntukan; b. Arahan ketinggian bangunan (maximum height/klb) untuk setiap blok peruntukan; c. Arahan garis sempadan bangunan untuk setiap blok peruntukan; d. Rencana penanganan lingkungan blok peruntukan; e. Rencana penanganan jaringan prasarana dan sarana. 4. Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang kawasan fungsional perkotaan. V -2

5.5 Proses Perencanaan Dalam penyusunan dan penetapan rencana tata ruang, ditempuh langkahlangkah penentuan kawasan perencanaan, identifikasi potensi dan masalah pembangunan, perumusan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, dan penetapan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan. 1. Penentuan kawasan perencanaan perkotaan; Dalam menentukan kawasan perencanaan perkotaan dilakukan berdasarkan tingkat urgensi/prioritas/keterdesakan penanganan kawasan tersebut di dalam konstelasi Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan. 2. Identifikasi permasalahan pembangunan dan perwujudan ruang kawasan; Analisis yang didasarkan atas tuntutan pelaksanaan pembangunan suatu kegiatan perkotaan yang selanjutnya didukung keputusan strategis dari pemerintah daerah setempat untuk pengembangannya; Terdapat suatu permasalahan dalam perwujudan ruang kawasan seperti masalah rumah kumuh, urban heritage, kota tepi air, dsb. 3. Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan; Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan didasarkan atas hasil analisis kependudukan, sektor / kegiatan potensial, daya dukung lingkungan, kebutuhan prasarana dan sarana lingkungan, sasaran pembangunan kawasan yang hendak dicapai, dan pertimbangan efisiensi pelayanan Perkiraan kebutuhan tersebut mencakup: - Perkiraan kebutuhan pengembangan kependudukan; - Perkiraan kebutuhan pengembangan ekonomi perkotaan; - Perkiraan kebutuhan fasilitas sosial dan ekonomi perkotaan; - Perkiraan kebutuhan pengembangan lahan perkotaan; kebutuhan ekstensifikasi; kebutuhan intensifikasi; perkiraan ketersediaan lahan bagi pengembangan. - Perkiraan kebutuhan prasarana dan sarana perkotaan. 4. Perumusan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Perumusan ini berdasarkan pada perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan ruang. V -3

5. Penetapan rencana tata ruang Untuk mengoperasionalisasikan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, perlu adanya suatu upaya penetapan rencana tata ruang dalam bentuk Surat Keputusan Walikota/Bupati dalam hal Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan sebagai penjabaran RTRW Kota/Kabupaten. Dalam hal terjadi perubahan fungsi kawasan sebagai akibat dari dinamika perkembangan perkotaan yang cukup tinggi, maka Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan yang bersangkutan ditetapkan dengan persetujuan DPRD dalam bentuk Peraturan Daerah. Hal ini selanjutnya menjadi masukan bagi peninjauan kembali dan penyempurnaan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Kabupaten. Proses penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan dapat dilihat dalam Gambar 5.1. Masyarakat berhak untuk berperan serta dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan. Masyarakat berkewajiban berperan serta dalam memelihara kualitas ruang dan berkewajiban menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Dengan demikian, produk Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan merupakan hasil kesepakatan seluruh pelaku pembangunan (stakeholders), termasuk masyarakat. Peranserta masyarakat dalam penataan ruang menganut asas-asas demokratis, kesetaraan gender, dan keterbukaan. Pendekatan ini merupakan dasar bagi pendekatan community driven planning yang menjadikan masyarakat sebagai penentu dan pemerintah sebagai fasilitatornya. Sejalan dengan proses penataan ruang yang iteratif, maka keterlibatan masyarakat ada pada setiap proses tersebut dan selalu tanggap dan mengikuti setiap dinamika dan perkembangan di dalam masyarakat. Peranserta masyarakat dalam penataan ruang dapat diwujudkan dalam bentuk pengajuan usul, memberi saran, atau mengajukan keberatan kepada pemerintah. Dalam mengajukan usul, memberikan saran, atau mengajukan keberatan kepada pemerintah dalam rangka penataan ruang bagian Kawasan Perkotaan dapat dilakukan melalui pembentukan forum kota, asosiasi profesi, media massa, LSM, lembaga formal kemasyarakatan (sampai tingkat lembaga perwakilan rakyat). V -4

Gambar 5.1. Bagan Alir Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan R T R W N R T R W P RENCANA STRUKTUR TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN METROPOLITAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA Pengelolaan kawasan lindung dan budidaya Pengelolaan kawasan tertentu Sistem prasarana dan sarana sekunder TGT, TGU dan SDA lainnya Pentahapan & prioritas pengembangan utk perwujudan struktur pemanfaatan ruang kota RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PEMBANGUNAN DAN PERWUJUDAN RUANG KAWASAN FORMULASI TUJUAN PENGEMBANGAN KAWASAN Rumusan kondisi yang akan datang: Estimasi kebutuhan dan pelaksanaan pembangunan Rencana pemanfaatan ruang kawasan fungsional dalam blok-blok peruntukan Rencana struktur pelayanan Rencana sistem jaringan pergerakan primer dan sekunder Rencana sistem utilitas Arahan kepadatan, ketinggian bangunan sempadan untuk setiap blok peruntukan Rencana pengelolaan sarana dan prasarana RENCANA TEKNIK RUANG KAWASAN PERKOTAAN TUJUAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN & MASA BANGUNAN V -5

5.6 Produk Rencana Produk Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan terdiri dari: 5.6.1 Tujuan pengembangan kawasan fungsional perkotaan Tujuan pengembangan kawasan fungsional perkotaan dirumuskan sesuai dengan permasalahan dan arahan kebijakan berdasarkan urgensi/keterdesakan penanganan kawasan tersebut. 5.6.2 Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan 1. Rencana Distribusi Penduduk Kawasan Perkotaan Distribusi penduduk sampai dengan akhir tahun perencanaan. Rencana distribusi penduduk kawasan perkotaan yang dirinci dalam blok-blok peruntukan. Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk setiap blok peruntukan. 2. Rencana Struktur Pelayanan Kegiatan Kawasan Perkotaan Tata jenjang kapasitas dan intensitas menurut lokasi dan jenis pelayanan kegiatan dalam kawasan. Distribusi pusat-pusat pelayanan kegiatan perkotaan dirinci sampai pusat pelayanan lingkungan permukiman perkotaan. Perdagangan yang terdiri dari: - perdagangan skala regional; - perdagangan skala kota; - perdagangan skala lingkungan. Pendidikan yang terdiri dari: - perguruan tinggi; - sekolah lanjutan tingkat atas; - sekolah lanjutan tingkat pertama; - sekolah dasar; - taman kanak-kanak. V -6

Pelayanan kesehatan yang terdiri dari: - rumah sakit umum kelas A; - rumah sakit umum kelas B; - rumah sakit umum kelas C; - rumah sakit umum kelas D; - pusat kesehatan masyarakat pembantu. Pelayanan rekreasi dan atau olah raga yang terdiri dari: - pelayanan skala kota; - pelayanan skala lingkungan. 3. Rencana Sistem Jaringan Pergerakan Sistem jaringan pergerakan dan prasarana penunjang (terminal, jalan, lingkungan perparkiran) bagi angkutan jalan raya, angkutan kereta api, angkutan laut, angkutan sungai, danau dan penyeberangan, serta angkutan udara. Angkutan jalan raya, meliputi seluruh sistem primer, jaringan arteri sekunder dan kolektor sekunder, sampai dengan jalan lokal sekunder; Angkutan sungai, sampai dengan jaringan sekunder; Pergerakan lainnya meliputi seluruh sistem pergerakan. a. Angkutan jalan raya, terdiri dari: Jaringan jalan arteri sekunder, jaringan jalan kolektor sekunder, jaringan jalan lokal sekunder, sistem primer (jumlah lajur, daerah pengawasan jalan, daerah milik jalan, persimpangan utama); Terminal penumpang dan barang; Jaringan trayek angkutan penumpang dan jaringan lintas angkutan barang. b. Angkutan kereta api, terdiri dari: Jaringan jalan kereta api; Stasiun kereta api; Depo atau balai yasa. c. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan, terdiri dari: Terminal angkutan sungai, danau dan penyeberangan; Jalur pelayaran sungai. V -7

Gambar 5.2 CONTOH Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Perdagangan V -8

d. Angkutan laut, terdiri dari: Pelabuhan laut; Jalur pelayaran. e. Angkutan udara, terdiri dari: Bandar udara; Jalur penerbangan. 4. Rencana Sistem Jaringan Utilitas Sistem jaringan utilitas dalam kawasan hingga akhir tahun perencanaan. Seluruh jaringan telepon (hingga jaringan kabel sekunder); Seluruh jaringan listrik (tegangan menengah hingga gardu distribusi); Seluruh jaringan gas; Seluruh jaringan air bersih (hingga jaringan distribusi sekunder/per blok peruntukan); Seluruh jaringan air hujan; Seluruh jaringan air limbah; Seluruh jaringan persampahan (hingga TPS komunal). Sistem saluran telepon, yang terdiri dari: Stasiun telepon otomat; Rumah kabel dan kotak pembagi; Jaringan kabel sekunder; Jaringan telepon seluler. Sistem televisi kabel, yang terdiri dari: Stasiun transmisi; Jaringan kabel distribusi. Sistem jaringan listrik, yang terdiri dari: Bangunan pembangkit; Gardu induk tegangan ekstra tinggi; Gardu induk; Gardu distribusi. Sistem jaringan gas, yang terdiri dari: Pabrik gas; Seluruh jaringan gas. Sistem penyediaan air bersih, yang terdiri dari : Bangunan pengambil air baku; Seluruh pipa transmisi air baku instalasi produksi; V - 9

Seluruh pipa transmisi air bersih; Bak penampung; Hingga pipa distribusi sekunder/distribusi hingga blok peruntukan. Sistem pembuangan air hujan, yang terdiri dari: Seluruh saluran; Waduk penampungan. Sistem pembuangan air limbah, yang terdiri dari: Seluruh saluran; Bangunan pengolahan; Waduk penampungan. Sistem persampahan, yang terdiri dari: Tempat pembungan akhir; Bangunan pengolahan sampah; Penampungan sementara. 5.6.3 Rencana Blok Pemanfaatan Ruang (Block Plan) Rencana pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan yang menggambarkan ukuran, fungsi serta karakter kegiatan manusia dan atau kegiatan alam, yang dituangkan dalam blok-blok peruntukan. Luas dan lahan peruntukan sampai dengan akhir tahun perencanaan. Pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang dirinci dalam blok-blok peruntukan. a. Kawasan Budidaya Perkotaan, meliputi: Perumahan dan permukiman, yang dirinci menurut ketinggian bangunan, jenis penggunaan, pengelompokan berdasarkan besaran perpetakan; Perdagangan, yang dirinci menurut jenis dan bentuk bangunannya, antara lain pasar, pertokoan, mal, dll; Industri, yang dirinci menurut jenisnya; Pendidikan, yang dirinci menurut tingkatan pelayanan mulai dari pendidikan tinggi, SLTA, SLTP, SD, dan TK; Kesehatan, yang dirinci menurut tingkat pelayanan mulai dari RS Umum kelas A,B,C,D; puskesmas, puskesmas pembantu; Peribadatan, yang dirinci menurut jenisnya mulai dari mesjid, gereja, kelenteng, pura, vihara; V - 10

Rekreasi, yang dirinci menurut jenisnya, antara lain taman bermain, taman rekreasi, taman lingkungan, taman kota, dll; Olahraga, yang dirinci menurut tingkat pelayanannya, antara lain stadion, gelanggang, dlll; Fasilitas sosial lainnya, yang dirinci menurut jenisnya, seperti panti asuhan, panti werda, dll; Perkantoran pemerintah dan niaga, yang dirinci menurut instansinya; Terminal angkutan jalan raya baik untuk penumpang atau barang, stasiun kereta api, pelabuhan sungai, pelabuhan danau, pelabuhan penyeberangan, pelabuhan laut, bandar udara, dan sarana transportasi lainnya; Kawasan pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan; Taman pemakaman umum, taman pemakaman pahlawan; Tempat pembuangan sampah akhir. b. Kawasan Lindung, meliputi: Kawasan resapan air dan kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahan lainnya; Sempadan pantai, sungai, sekitar danau dan waduk, sekitar mata air, dan kawasan terbuka hijau kota termasuk jalur hijau; Cagar alam/pelestarian alam, dan suaka margasatwa; Taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam lainnya; Kawasan cagar budaya; Kawasan rawan letusan gunung berapi, rawan gempa, rawan tanah longsor, rawan gelombang pasang dan rawan banjir. 5.6.4 Pedoman pelaksanaan pembangunan kawasan perkotaan 1. Arahan Kepadatan Bangunan Perbandingan luas lahan yang tertutup bangunan dan bangunan-bangunan dalam tiap petak peruntukan dibandingkan dengan luas petak peruntukan Kepadatan bangunan yang dirinci untuk setiap blok-blok peruntukan. Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan sangat tinggi (lebih besar dari 75 %); V - 11

Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan menengah (20 % - 50 %); Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan rendah (5 % - 20 %); Blok peruntukan dengan koefisen dasar bangunan sangat rendah ( > 5 %). 2. Arahan Ketinggian Bangunan Rencana ketinggian maksimum atau maksimum dan minimum bangunan untuk setiap blok peruntukan (koefisien lantai bangunan), lihat Gambar 5.3. Ketinggian bangunan yang dirinci untuk setiap blok peruntukan. Blok peruntukan ketinggian bangunan sangat rendah adalah blok dengan tidak bertingkat dan bertingkat maksimum dua lantai (KLB maksimum = 2 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan maksimum 12 m dari lantai dasar; Blok peruntukan ketinggian bangunan rendah adalah blok dengan bangunan bertingkat maksimum 4 lantai ( KLB maksimum = 4 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan maksimum 20 m dan minimum 12 m dari lantai dasar; Blok peruntukan ketinggian bangunan sedang adalah blok dengan bangunan bertingkat maksimum 8 lantai (KLB maksimum = 8 x KBD) dengan tinggi puncak bangunan maksimum 36 m dan minimum 24 m dari lantai dasar; Blok peruntukan ketinggian bangunan tinggi bangunan tinggi adalah blok dengan bangunan bertingkat minimum 9 lantai (KLB maksimum = 9 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan minimum 40 m dari lantai dasar; Blok peruntukan ketinggian bangunan sangat tinggi adalah blok dengan bangunan bertingkat minimum 20 lantai (KLB maksimum = 20 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan minimum 80 m dari lantai dasar. 3. Arahan Perpetakan Bangunan Luas petak-petak peruntukan yang terdapat pada setiap blok peruntukan dalam kawasan. V - 12

Luas petak peruntukan pada setiap blok peruntukan dan pada setiap penggal jalan. Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi I (diatas 2500 m2); Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi II (1000 2500 m2); Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi III (600 1000 m2); Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi IV (250 600 m2); Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi V (100 250 m2); Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VI (50 100 m2); Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VII (dibawah 50 m2); Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VIII (rumah susun/flat). 4. Arahan Garis Sempadan Jarak antara as jalan dengan bangunan maupun dengan pagar halaman, dan jaringan bangunan dengan batas persil. Berbagai garis sempadan yang dirinci sampai dengan blok peruntukan untuk tiap penggal jalan. Sempadan muka bangunan; Sempadan pagar; Sempadan sampingan bangunan. V - 13

Gambar 5.3 CONTOH Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan & Arahan Koefisien Lantai Bangunan V - 14

5. Rencana Penanganan Blok Peruntukan Penanganan blok peruntukan dan jaringan pergerakan serta utilitas yang akan dilaksanakan dalam kawasan, baik kebutuhan akan konservasi, pengembangan baru pemugaran atau penanganan khusus ( lihat Gambar 5.4). Penanganan blok peruntukan dan jaringan pergerakan yang dirinci untuk setiap blok peruntukan dan penggal jalan. Bangunan/jaringan baru yang akan dibangun; Bangunan/jaringan yang akan ditingkatkan; Bangunan/jaringan yang akan diperbaiki; Bangunan/jaringan yang akan diperbaharui; Bangunan/jaringan yang akan dipugar; Bangunan/jaringan yang akan dilindungi. 6. Rencana Penanganan Prasarana dan Sarana Penanganan prasarana dan sarana yang akan dilaksanakan dalam kawasan, baik kebutuhan akan konservasi, pengembangan baru pemugaran atau penanganan khusus ( lihat Gambar 5.4). Penanganan prasarana dan sarana yang dirinci untuk setiap blok peruntukan dan penggal jalan. jaringan prasarana dan sarana baru yang akan dibangun; jaringan prasarana dan sarana yang akan ditingkatkan; jaringan prasarana dan sarana yang akan diperbaiki; jaringan prasarana dan sarana yang akan diperbaharui; jaringan prasarana dan sarana yang akan dipugar. V - 15

Gambar 5.4 CONTOH Rencana Penanganan Blok Peruntukan V - 16

5.6.5 Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pengendalian pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan diselenggarakan melalui kegiatan pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang berdasarkan mekanisme perijinan, pemberian insentif dan disinsentif, pemberian kompensasi, mekanisme pelaporan, mekanisme pemantauan, mekanisme evaluasi dan mekanisme pengenaan sanksi. Ketentuan-ketentuan yang mencakup perijinan, pengawasan, dan penertiban di kawasan perkotaan. Kedalaman materi yang diatur meliputi pengaturan tentang mekanisme advis planning (rekomendasi perencanaan) perijinan, pengawasan, dan penertiban. Mekanisme advis planning perijinan sampai dengan pemberian ijin lokasi bagi kegiatan perkotaan; Mekanisme pemberian insentif dan disinsentif bagi kawasan yang didorong pengembangannya, kawasan yang dibatasi pengembangannya, serta terhadap upaya-upaya perwujudan ruang yang menjaga konsistensi pembangunan dan keserasian perkembangan Bagian Kawasan Perkotaan dengan Kota/Kawasan Perkotaan, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; Mekanisme pemberian kompensasi berupa mekanisme penggantian yang diberikan kepada masyarakat pemegang hak atas tanah, hak pengelolaan sumber daya alam seperti hutan, tambang, bahan galian, kawasan lindung yang mengalami kerugian akibat perubahan nilai ruang dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang; Mekanisme pelaporan mencakup mekanisme pemberian informasi secara obyektif mengenai pemanfaatan ruang yang dapat dilakukan oleh masyarakat dan instansi yang berwenang; Mekanisme pemantauan yang mencakup pengamatan, pemeriksaan dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan yang tidak sesuai dan dilakukan oleh instansi yang berwenang; Mekanisme evaluasi dilakukan untuk menilai kemajuan kegiatan pemanfaatan ruang dalam mencapai tujuan rencana tata ruang yang dilakukan oleh masyarakat dan instansi yang berwenang; V - 17

Mekanisme pengenaan sanksi mencakup sanksi administratif, pidana dan perdata. 5.7. Legalisasi Untuk mengoperasionalisasikan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, perlu adanya suatu upaya penetapan rencana tata ruang dalam bentuk Surat Keputusan Walikota/Bupati dalam hal Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan sebagai penjabaran RTRW Kota/Kabupaten. Dalam hal terjadi perubahan fungsi kawasan sebagai akibat dari dinamika perkembangan perkotaan yang cukup tinggi, maka Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan yang bersangkutan ditetapkan dengan persetujuan DPRD dalam bentuk Peraturan Daerah. Hal ini selanjutnya menjadi masukan bagi peninjauan kembali dan penyempurnaan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Kabupaten. V - 18