Oleh L.P Hadena Hoshita Adiwati Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

dokumen-dokumen yang mirip
PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA MELALUI MEDIASI DI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) KOTA DENPASAR

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN SECARA MEDIASI TERHADAP PRODUK CACAT DALAM KAITANNYA DENGAN TANGGUNG JAWAB PRODUSEN

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA ATAS PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL YANG MENGANDUNG BAHAN KIMIA OBAT

JURNAL. Peran BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen) dalam Menyelesaikan Sengketa Konsumen Melalui Proses Mediasi di Yogyakarta

PELAKSANAAN MEDIASI SENGKETA KONSUMEN OLEH BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN SEBAGAI WUJUD PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN

PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN TERHADAP PRODUK MAKANAN YANG DIPASARKAN PELAKU USAHA MENURUT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM TRANSAKSI ONLINE DI BALI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG TIDAK MENGETAHUI TELAH MEMBELI BAJU BEKAS

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk yang kemudian dapat dikonsumsi oleh masyarakat setelah

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DARI PELAKU USAHA YANG TUTUP TERKAIT DENGAN PEMBERIAN LAYANAN PURNA JUAL/GARANSI

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN MEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PERAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA KLINIK KECANTIKAN TERHADAP KONSUMEN YANG TIDAK COCOK DENGAN PRODUK KECANTIKAN

PENGATURAN UPAYA HUKUM DAN EKSEKUSI PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK)

PENERAPAN SANKSI YANG BERKEADILAN TERHADAP ANAK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS MEREK TERKENAL (WELL-KNOWN MARK) BERKAITAN DENGAN PELANGGARAN MEREK

SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP MAKANAN KEMASAN TANPA TANGGAL KADALUARSA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN BARANG ELEKTRONIK REKONDISI

PELAKSANAAN GANTI RUGI TERHADAP KONSUMEN ATAS KERUGIAN AKIBAT MENGGUNAKAN PRODUK DARI NATASHA SKIN CARE

PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN APABILA TIDAK HANYA SATU KONSUMEN YANG MERASA TELAH DIRUGIKAN OLEH PRODUK YANG SAMA

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM KEGIATAN TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE DI INDONESIA

AKIBAT HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN KADALUWARSA

KEBERADAAN RAHASIA DAGANG BERKAITAN DENGAN PERLIDUNGAN KONSUMEN

Oleh: Made Mintarja Triasa I Gusti Ayu Puspawati Ida Bagus Putu Sutama Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DI INDONESIA

PERJANJIAN KERJASAMA DI BIDANG JASA ANTARA HOTEL PATRA BALI DENGAN BIRO PERJALANAN WISATA (BPW) PT. SERUM TRANSPORT

UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DITINJAU DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISEE USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM BISNIS FRANCHISE

PERANAN LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENJUALAN OBAT-OBATAN MELALUI INTERNET

ASPEK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DI INDONESIA TERKAIT CACAT TERSEMBUNYI PADA PRODUK MINUMAN BOTOL

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI APARTEMEN MELALUI PEMESANAN

Oleh Anak Agung Sagung Istri Agung I Ketut Westra Dewa Gde Rudy. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Keywords : entrepreneur, traditional medicine

TANGGUNG JAWAB PIHAK RETAILTERHADAP PRODUK YANG TELAH KADALUWARSA YANG MENIMBULKAN KERUGIAN PADA KONSUMEN DI KELURAHAN SANUR KOTA DENPASAR

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU USAHA DALAM PEREDARAN JAJANAN ANAK (HOME INDUSTRY) YANG TIDAK TERDAFTAR DALAM DINAS KESEHATAN

PERLINDUNGAN KONSUMEN PENGGUNA TELEPON SELULAR TERKAIT PENYEDOTAN PULSA

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Setelah dijelaskan dan diuraikan sebagaimana tercantum dalam

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA ATAS INFORMASI SUATU PRODUK MELALUI IKLAN YANG MENGELABUI KONSUMEN

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM PELABELAN PRODUK PANGAN

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Undang-Undang No 9 Tahun 1999 berjudul Undang-Undang tentang Perlindungan

Lex Administratum, Vol. V/No. 3/Mei/2017

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI ONLINE

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBELIAN BARANG ELEKTRONIK YANG TIDAK MENDAPATKAN KARTU JAMINAN ATAU GARANSI

BAB V PENUTUP. 1. Kebutuhan masyarakat akan kendaraan bermotor saat ini mudah diperoleh dengan cara

TANGGUNG JAWAB DISTRIBUTOR DALAM CACAT PRODUK PADA TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI FACEBOOK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DANA NASABAH YANG DISIMPAN PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD)

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian, baik penelitian kepustakaan maupun

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN PELAKU USAHA DALAM KONTEKS PERLINDUNGAN KONSUMEN. iklan, dan pemakai jasa (pelanggan dsb).

I. PENDAHULUAN. unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa

PERLINDUNGAN HUKUM T ERHADAP KONSUME N AKI BAT PERSAING AN CURANG

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari manusia pasti saling membutuhkan satu sama lainnya. Oleh sebab itu diwajibkan

BAB I PENDAHULUAN. atau kaidah kaidah yang bersifat mengatur dan juga mengandung sifat yang

WEWENANG OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA PASAR MODAL OLEH BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA (BAPMI)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN TERKAIT PRODUK KOSMETIK YANG MENYEBABKAN KETERGANTUNGAN DI BPOM PROVINSI BALI

PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA APOTEKER DENGAN PEMILIK APOTEK

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak cukup pesat bagi perkembangan pertumbuhan dan perekonomian dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut maka setiap manusia mengkonsumsi atau menggunakan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA YANG MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KARENA MEMPUNYAI IKATAN PERKAWINAN DALAM PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB HUKUM PERUSAHAAN (PERSEROAN TERBATAS) TERHADAP KESALAHAN KARYAWAN YANG MERUGIKAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU USAHA DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG MENGALAMI KERACUNAN MAKANAN

TUGAS-TUGAS BADAN PERLINDUNGAN KONSUMEN NASIONAL

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 11 PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini kebutuhan masyarakat untuk kehidupan sehari-hari semakin

BAB I PENDAHULUAN. sengketa yang terjadi diantara para pihak yang terlibat pun tidak dapat dihindari.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang mempunyai jumlah kendaraan yang tinggi.

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU USAHA TERHADAP MIRAS TIDAK BERLABEL DI LIHAT DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

SANKSI TERHADAP PELAKU USAHA TERKAIT DENGAN PELANGGARAN PERIKLANAN SESUAI DENGAN UNDANG- UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

AKIBAT HUKUM DARI CACAT TERSEMBUNYI PADA BARANG DALAM KEGIATAN TRANSAKSI BARANG BEKAS

BAB I PENDAHULUAN. Banyak makanan import yang telah masuk ke Indonesia tanpa disertai

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Kompas 18 Maret 2004, Perlindungan terhadap konsumen di Indonesia ternyata masih

PUBLIC POLICY SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI INDONESIA

KEKUATAN HUKUM AKTA PERDAMAIAN MELALUI PROSES PENGADILAN DAN DILUAR PENGADILAN

TANGGUNG JAWAB HUKUM PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN Oleh : Sri Murtini Dosen Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan mengandung sifat

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum bagi konsumen 1 bertujuan untuk melindungi hak-hak

BAB I PENDAHULUAN. sengketa dengan orang lain. Tetapi di dalam hubungan bisnis atau suatu perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial tidak

Oleh : Made Dwi Pranata A.A. Sri Indrawati Dewa Gede Rudy Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017

KEKUATAN HUKUM PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) SEBAGAI LEMBAGA SMALL CLAIM COURT DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dibidang perindustrian dan perdagangan nasional telah. Mayoritas konsumen Indonesia sendiri adalah konsumen makanan, jadi

PENERAPAN SISTEM PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN

PENYELESAIAN SENGKETA PENANAMAN MODAL ASING DI BALI

TINJAUAN YURIDIS KASUS KONTAMINASI SUSU FORMULA DALAM PERSPEKTIF PEMBINAAN DAN PENDIDIKAN KONSUMEN. Oleh : Theresia L. Pesulima

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE

HAK-HAK KONSUMEN DALAM PEREDARAN PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN DALAM RANGKA PERLINDUNGAN KONSUMEN

TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN APABILA TERJADI KECELAKAAN AKIBAT PILOT MEMAKAI OBAT TERLARANG

PENTINGNYA KREASI HAKIM DALAM MENGOPTIMALKAN UPAYA PERDAMAIAN BERDASARKAN PERMA NO. 1 TAHUN 2002 TENTANG ACARA GUGATAN PERWAKILAN KELOMPOK

ABSTRAK HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN UMUR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG OBAT TRADISIONAL DI APOTEK AULIA BANJARMASIN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pesatnya pembangunan Indonesia di bidang ekonomi telah memicu

AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN DARI WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN AUTENTIK SEWA-MENYEWA TANAH

PENYELESAIAN SENGKETA TERHADAP INVESTOR ASING JIKA TERJADI SENGKETA HUKUM DALAM PENANAMAN MODAL

PERLINDUNGAN HUKUM DAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN BELANJA ONLINE DI LUAR PENGADILAN Oleh. Ni Komang Ayuk Tri Buti Apsari *

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha

UPAYA HUKUM TERHADAP PENYALAHGUNAAN PERJANJIAN LISENSI MEREK

Transkripsi:

PENYELESAIAN SENGKETA TERHADAP PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL YANG MENGANDUNG BAHAN KIMIA BERBAHAYA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Oleh L.P Hadena Hoshita Adiwati Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Sengketa konsumen merupakan sengketa antara konsumen dengan pelaku usaha (publik atau privat) tentang produk, barang dan/atau jasa tertentu. Salah satu contoh mengenai penggunaan obat tradisional yang mengandung bahan kimia berbahaya yang banyak beredar bebas di masyarakat. Hal tersebut tidak dapat dibiarkan begitu saja. Dalam artikel ini dibahas mengenai penyelesaian sengketa terhadap penggunaan obat tradisional yang mengandung bahan kimia berbahaya berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Artikel ini dikaji secara normatif dalam Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui upaya penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh konsumen dalam penggunaan obat tradisional yang mengandung bahan kimia berbahaya. Ada dua upaya penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh konsumen yaitu upaya penyelesaian sengketa melalui pengadilan dan upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Kata kunci: Penyelesaian Sengketa, Konsumen, Obat Tradisional, Bahan Kimia ABSTRACT Consumer dispute is a dispute between consumer and businesses (public or private) about product, good and service. One of the example is the utilization of traditional medicine which contains chemical instrument and free to buy in society. It can t let on and on. In this article will explain the solution of using traditional medicine which contains chemical instrument based on government law No.8, 1999 about consumer safety. The purpose of this article to determine the dispute resolution efforts undertaken by consumers in the use of traditional medicines that contain harmful chemicals. This article is also explained normatively in the government law No. 8, 1999, there are two solutions to cope with these disputes, in the court and mediation off the court. Keywords: Dispute, Consumer, Traditional Medicine, Chemical Instrument I. PENDAHULUAN Dewasa ini, muncul berbagai macam produk obat tradisional yang beredar bebas di masyarakat. Obat-obatan tersebut tentu saja menawarkan berbagai khasiat yang mampu mengobati penyakit yang paling parah sekalipun. Obat tradisional 1

yang dimaksud adalah ramuan berupa jamu yang dari zaman dahulu dipercaya mampu menyembuhkan berbagai penyakit karena bahan yang dipergunakan adalah bahan-bahan alami. Namun dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, sehingga produsen dalam hal ini pembuat produk jamu, mempergunakan mesin agar produksinya meningkat dan bahan alami yang semakin sulit di dapat mulai diganti dengan bahan kimia obat berbahaya bagi konsumen. 1 Mengkonsumsi obat tradisional yang mengandung bahan kimia berbahaya dapat membahayakan kesehatan bahkan dapat mematikan. Dengan demikian hal tersebut sangat merugikan para konsumen. Perlindungan terhadap konsumen dipandang secara materiil maupun formal makin terasa sangat penting, mengingat semakin lajunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan motor penggerak bagi produktifitas dan efisiensi pelaku usaha atas barang dan/atau jasa yang dihasilkannya. Dalam rangka mengejar dan mencapai kedua hal tersebut maka baik langsung maupun tidak langsung perlu adanya upaya-upaya untuk memberikan perlindungan yang memadai terhadap kepentingan konsumen. 2 Mengingat sedemikian kompleksnya permasalahan yang menyangkut perlindungan konsumen sehingga peraturan tersebut yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen perlu untuk ditinjau dalam upaya penyelesaian sengketa yang terjadi antara konsumen dan pelaku usaha agar tidak terjadi timpang tindih atau merugikan salah satu pihak. Maka dari itu tujuan penulisan ini yaitu untuk mengetahui upaya penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh konsumen dalam penggunaan obat tradisional yang mengandung bahan kimia berbahaya. II. ISI MAKALAH 2.1. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian hukum normatif karena mengkaji sitem peraturan perundang-undangan Nomor 8 1 Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Public Warning/Peringatan tentang Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat, Makalah Sosialisasi yang disampaikan pada tanggal 4 Desember 2006, Hal.1. Bandung, Hal.33. 2 Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen, Mandar Maju, 2

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan menelaah sinkronisasi peraturan perundang-undangan tersebut. 3 Sumber data yang digunakan dalam dalam penelitian hukum ini adalah sumber data sekunder yang diambil dari studi kepustakaan yang berupa bahan hukum baik bahan hukum primer yang sifatnya mengikat seperti yaitu peraturan perundang-undangan Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dan bahan hukum sekunder. Jenis pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan perundang-undangan karena menekankan pada bahan hukum primer dan pendekatan perbandingan. Sedangkan analisis terhadap bahan-bahan hukum dilakukan dengan cara deskriptif dan argumentatif. 2.2. HASIL DAN PEMBAHASAN Penyelesaian Sengketa terhadap Penggunaan Obat Tradisional yang Mengandung Bahan Kimia Berbahaya Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Mengkonsumsi obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat dapat membahayakan kesehatan bahkan dapat mematikan. Oleh karena itu, pemakaian obat keras harus disertai dengan resep dokter. Konsumen dapat meminta ganti rugi kepada pelaku usaha terhadap produk yang diedarkan tidak memenuhi standar produk atau produk tersebut mengandung suatu cacat baik label, mutu, ataupun kemasannya. Jika terjadi kerugian yang diderita oleh konsumen akibat pemakaian produk berbahaya, dapat dikatakan bahwa pelaku usaha telah melakukan perbuatan melawan hukum dan pelaku usaha tersebut mempunyai kewajiban untuk mengganti kerugian yang dialami konsumen tersebut. Pada Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen disebutkan pengertian perlindungan konsumen. Perlindungan konsumen menurut Undang-Undang tersebut adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Adanya pengaduan dari masyarakat yang dirugikan akibat 3 Amirudin & H. Zainal Asikin, 2003, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal.29. 3

menggunakan obat tradisional yang mengandung bahan kimia berbahaya/bahan kimia obat biasanya berasal dari sidak yang dilakukan BPOM. Bentuk permasalahan tersebut dapat menjadi suatu sengketa antara konsumen dengan pelaku usaha. Namun dalam upaya penyelesaian sengketa konsumen sepenuhnya diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yaitu Bab X yang terdiri dari 4 pasal yaitu dari pasal 45 sampai dengan pasal 48. Dalam Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dengan pelaku usaha atau melalui pengadilan yang berada di lingkungan peradilan umum. Sedangkan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, arbitrase dibedakan dari alternatif penyelesaian sengketa karena yang termasuk dalam alternatif penyelesaian sengketa hanya konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan penilaian ahli. Dari pasal tersebut dapat diartikan bahwa upaya penyelesaian sengketa dapat ditempuh oleh konsumen yang dirugikan dengan dua cara yaitu penyelesaian yang dilakukan di luar pengadilan dan penyelesaian dilakukan melalui pengadilan. a. Upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan Apabila terdapat pengaduan dari masyarakat yang mengalami kerugian akibat menggunakan obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat, maka upaya penyelesaian sengketa konsumen yang ditempuh untuk pertama kalinya adalah upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Dalam Pasal 47 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen disebutkan Upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan yaitu diselenggarakan untuk mencapai kata sepakat mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terjadi lagi atau terulang kembali kerugian yang diderita konsumen. Sedangkan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, arbitrase dibedakan dari alternatif penyelesaian sengketa karena yang termasuk dalam alternatif penyelesaian sengketa hanya konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan penilaian ahli. Dari banyaknya cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan, 4

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen hanya memperkenalkan 3 (tiga) macam yaitu : arbitrase, konsiliasi dan mediasi yang dibebankan menjadi tugas Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Apabila upaya sengketa di luar pengadilan ini mengalami jalan buntu dan ingin menempuh jalur pengadilan, maka salah satu pihak atau para pihak yang bersengketa harus menyatakan terlebih dahulu bahwa upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan tersebut tidak berhasil. 4 b. Upaya penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan Upaya konsumen melalui pengadilan ini dapat digunakan apabila cara-cara perdamaian di luar pengadilan tidak bisa digunakan lagi oleh para pihak yang bersengketa. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dalam pasal 10 ayat (1) dijelaskan Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya. Dalam hukum perlindungan konsumen yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pasal 45 sampai pasal 48 mengatur pada proses beracara di pengadilan, sistem pembuktian yang dipakai adalah sistem pembuktian terbalik. Sistem pembuktian terbalik dianggap efektif dan sangat membantu konsumen dengan alasan pengetahuan konsumen mengenai suatu produk sangat rendah sehingga seorang konsumen yang telah menderita kerugian, tidak lagi harus terbebani untuk membuktikan bahwa dirinya telah menderita kerugian. Adanya pengakuan terhadap beban pembuktian terbalik diharapkan dapat mengatasi dilema yang selama ini dihadapi konsumen yaitu ketika konsumen menuntut ganti rugi. Ada berbagai kesulitan dalam membuktikan bahwa pelaku usaha telah melakukan kesalahan dalam bentuk memproduksi atau menjual obat tradisional yang mengandung bahan kimia berbahaya/bahan kimia obat. Karena memang tidak mudah bagi konsumen untuk membuktikan hal-hal yang sifatnya teknis. Disamping itu, pelaku usaha lebih memungkinkan untuk ada tidaknya bahan berbahaya dalam produk yang dihasilkannya atau dijualnya. 4 Yusuf Shofie, 2003, Penyelesaian Sengketa Konsumen Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) Teori dan Praktek Hukum, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, Hal.21. 5

Dalam hal demikian, walaupun pengaturan tentang beban pembuktian diatur di dalam undang-undang tentang perlindungan konsumen, namun tidak menutup kemungkinan bagi jaksa untuk melakukan pembuktian terhadap ada tidaknya kesalahan pada pelaku usaha tersebut. Dengan demikian perlu adanya pengaturan lebih tegas menyangkut beban pembuktian yang terdapat di dalam Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, agar tidak menjadi dilema bagi para konsumen untuk melakukan pengaduan terhadap adanya produk cacat yang dijual oleh pelaku usaha. III. KESIMPULAN Berdasarkan pemaparan tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan, yaitu: upaya penyelesaian sengketa terhadap penggunaan obat tradisional yang mengandung bahan kimia berbahaya berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dalam Pasal 45 sampai Pasal 48 dapat ditempuh dengan 2 cara yaitu upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan dan upaya penyelesaian sengketa melalui pengadilan. DAFTAR PUSTAKA Amirudin & H. Zainal Asikin, 2003, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen, Mandar Maju, Bandung. Yusuf Shofie, 2003, Penyelesaian Sengketa Konsumen Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) Teori dan Praktek Hukum, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 4 Desember 2006, Public Warning/Peringatan tentang Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman 6