PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kejadian yang sakral bagi manusia yang menjalaninya.

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan. (Huvigurst dalam Hurlock, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama.

I. PENDAHULUAN. Perkawinan didefinisikan sebagai suatu ikatan hubungan yang diakui secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tiga tahun terakhir angka perceraian di Indonesia meningkat secara

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DENGAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA ISTRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang membangun sebuah bangsa. Keluarga mempunyai andil yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pancaindra menurun, dan pengapuran pada tulang rawan (Maramis, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap pasangan suami istri yang telah menikah pasti mengharapkan

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974,

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

TIPS MEMBANGUN RUMAH TANGGA YANG HARMONIS DARI KANG MASRUKHAN. Tahukah anda bahwa untuk membangun sebuah Rumah Tangga yang harmonis

BAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

Disusun Oleh : EVA NADIA KUSUMA NINGRUM Telah disetujui unuk mengikuti Ujian Skripsi. Menyetujui, Pembimbing Utama

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. persahabatan, pertemanan, perkumpulan dan juga perkawinan. Komunikasi. orang lain, sekecil apapun perbedaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan-hubungan yang terjalin tersebut dapat berupa pertemanan, persahabatan, pacaran dan hubungan perkawinan.

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

PERAN ISTRI DALAM MEMOTIVASI PRESTASI KERJA SUAMI 1. Oleh: Prof.Dr. Farida Hanum 2

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. Ketika anak tumbuh didalam keluarga yang harmonis, ada satu perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

MANAJEMEN KONFLIK ANTARPRIBADI PASANGAN SUAMI ISTRI BEDA AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. sepasang suami istri namun juga keinginan setiap anak di dunia ini, tidak seorang

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tiba diriku di penghujung mencari cinta Hati ini tak lagi sepi Kini aku tak sendiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

2016 HUBUNGAN ANTARA FAMILY RESILIENCE DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA PNS WANITA DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. akan ia jalani kelak (Perkins, 1995). Para remaja yang mulai menjalin hubungan

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

SUSI RACHMAWATI F

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

KOMITMEN PERNIKAHAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI YANG SUAMINYA MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERNIKAHAN AWAL

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk itu. Perkawinan merupakan faktor untuk membina kerja sama antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan impian setiap manusia, sebab perkawinan dapat membuat hidup

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu tradisi dipersatukannya dua insan manusia dalam ikatan suci, dan keduanya ingin mencapai tujuan yang sama yaitu menjadi keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang memiliki perbedaan keinginan dan kebutuhan tersendiri. Maka dari itu untuk menyatukan suatu tujuan awal dari perkawinan, perlu adanya saling pengertian, saling percaya, saling terbuka, saling jujur satu sama lain dan komunikasi yang lancar, sehingga baik suami maupun istri dapat merasakan suatu keharmonisan dan kebahagiaan dalam berumah tangga, dan hal tersebut harus benar-benar disadari oleh kedua belah pihak yaitu suami dan istri. Penyesuaian perkawinan sangat diperlukan dalam kehidupan rumah tangga. Setiap pasangan suami istri yang baru menikah atau berumah tangga mengalami suatu situasi yang baru. Hal ini dapat menimbulkan suatu resiko atau masalah awal dalam berumah tangga, misal saja kesibukan aktivitas suami istri, komunikasi yang tidak lancar, kurangnya kepercayaan terhadap pasangan, adanya kebohongan ataupun masalah keuangan. Ada juga yang telah mencapai penyesuaian yang baik dalam kehidupan perkawinannya karena kekuatan cinta pada setiap pasangan. Hal tersebut didukung oleh pendapat Retty dan Bubolz (dalam Sadarjoen, 2005) yang mengatakan bahwa hal-hal yang berhubungan dengan mencintai seperti perilaku berbagi dengan pasangan, peduli, ataupun 1

2 saling menghormati dan menghargai pada pasangan, merupakan suatu hal yang sangat penting dan berpengaruh pada keharmonisan keluarga. Perkawinan yang harmonis dapat diciptakan dengan adanya keterbukaan dalam berkomunikasi pada pasangan suami istri, hal tersebut mampu menumbuhkan kemampuan dalam diri pasangan untuk melihat hal yang benar dan tidak benar. Jika tidak ada keterbukaan dalam berkomunikasi pada pasangan maka akan menyebabkan permasalahan dalam perkawinan, seperti kesalah pahaman, kecurigaan, hilangnya rasa kepercayaan antar pasangan dan dapat menyebabkan perceraian. Hal tersebut dapat dihindari dengan melakukan keterbukaan terlebih dahulu agar pasangannya juga melakukan efek balik dengan keterbukaan tersebut. Keterbukaan antar pasangan memudahkan mengetahui keadaan pasangannya dan menghapus rasa curiga (Takariawan, 2011). Pada setiap perkawinan pasti ada adat istiadat dan tradisi masing-masing yang mencerminkan suatu corak kebudayaan yang khas pada setiap daerah. Jawa salah satu kebudayaan yang memiliki ciri khas yaitu budi pekerti luhur, hal tersebut diajarkan secara turun temurun. Orang Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang ada seperti nilai sopan santun, tata krama dan berbahasa, di dalam bahasa terkandung tata nilai kehidupan Jawa seperti norma, keyakinan, toleransi, andhap asor, gotong royong, kasih sayang, saling jujur dan lain-lain. Jika hal tersebut diterapkan dalam keluarga, maka akan menciptakan keluarga yang harmonis, karena pasangan mampu mengerti dan memahami satu sama lain (Magnis-Suseno, 2003).

3 Purwadi (2011) menyatakan bahwa untuk mencapai suatu hubungan yang baik antara pasangan suami istri diperlukan adanya sopan santun dan keterbukaan dalam aktivitas berkomunikasi. Dalam budaya Jawa, masyarakat tidak pernah melupakan unsur etika. Masyarakat Jawa menyebut etika atau ajaran moral dengan istilah pepali, unggah-ungguh, suba sita, tata krama, tata susila, sopan santun, budi pekerti dan wejangan. Istri biasanya dalam berkomunikasi dengan suami menggunakan bahasa yang lebih halus, karena hal tersebut menandakan adat sopan santun dalam budaya Jawa. Sudartini (2010) mengatakan bahwa dalam budaya Jawa, seorang istri yang ideal digambarkan sebagai sosok yang lemah lembut, penurut, penyabar, penyayang, pasrah, setia pada suami. Selain itu masyarakat Jawa juga mendudukkan wanita sebagai second class setelah laki-laki dan juga adanya sikap kurang percaya diri pada wanita yang menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi seperti mengungkapkan gagasan atau ide-ide. Ada banyak kasus yang dialami oleh pasangan suami istri karena permasalahan komunikasi yaitu adanya kesalah pahaman, kurang keterbukaannya pada setiap pasangan bahkan menyebabkan KDRT. Kasus KDRT di Yogyakarta setiap tahunnya mengalami peningkatan, menurut direktur Women Crisis Center (WCC) Rifka Annisa Suharti, tercatat ada 239 kasus KDRT selama bulan Januari hingga November 20012. Jumlah tersebut meningkat sebanding dengan periode yang sama pada tahun 2011 sebanyak 235 kasus dan 216 kasus KDRT pada tahun 2010 (Razak, 2012).

4 Dampak dari permasalahan komunikasi yang paling fatal yaitu terjadinya perceraian antara kedua pasangan. Di Solo kasus perceraian mengalami peningkatan sekitar 2-3% setiap bulannya. Data dari KUA dari bulan Januari hingga September 2012, kasus perceraian di kota Solo mencapai 528 kasus dari 460.000 orang yang menikah, maka persentasenya mencapai 0,11% kasus pasangan yang bercerai. Sehingga dapat diketahui bahwa persentase pasangan yang tetap mempertahankan perkawinanya lebih besar di bandingkan pasangan yang bercerai, persentasenya mencapai angka 99,89%. Menurut Hadi Suryoto selaku Pejabat Humas Pengadilan Agama Solo mengatakan bahwa persoalan ini akan mencuat ketika pasangan suami istri sedang cek cok atau bertengkar secara verbal karena adanya kesalahpahaman (Khamdi, 2012). Kehidupan rumah tangga pasangan suami istri akan menghadapi persoalan-persoalan yang dapat menimbulkan suatu konflik, pada kondisi ini pasangan suami istri harus memiliki kesiapan baik secara fisik maupun mental, kesiapan mental seseorang biasanya ditunjukkan dengan adanya kematangan pribadi. Gunarsa (2000) menyatakan bahwa individu yang memiliki kematangan pribadi ketika telah mencapai tingkat kedewasaan, mampu mengembangkan fungsi pikiran, dan mengendalikan emosi serta mampu menempatkan diri untuk mengatasi kelemahan dalam menghadapi tantangan baik dari diri sendiri maupun dari orang lain. Montgomery (dalam Sadarjoen, 2005) mengungkapkan bahwa Quality communication is central to quality marriage. Maksudnya, kualitas komunikasi antar pasangan merupakan hal terpenting dalam menentukan kualitas suatu

5 perkawinan. Bila kedua pasangan merasa puas dengan relasinya, maka pasangan dengan sendirinya mampu menangkap sebuah pesan dalam suatu pembicaraan. Miller dkk (dalam Sadarjoen, 2005) mengatakan ada cara umum dalam berkomunikasi yang dapat membantu menjalin komunikasi yang baik dengan pasangan diantaranya saling terbuka satu sama lain, saling jujur sehinggga timbul rasa percaya pada masing-masing pasangan dan menciptakan keluarga yang harmonis. Tidak adanya keterbukaan dengan pasangan dapat menyebabkan suatu praduga-praduga yang tidak jelas, dan terkadang menyebabkan suatu konflikkonflik bahkan perceraian. Hal ini dapat disebabkan karena posisi seorang istri dalam budaya Jawa yang penurut, patuh, pasrah pada suami, selain itu seorang istri terkadang kurang percaya diri dalam berkomunikasi sehingga mengalami kesulitan mengungkapkan ide atau gagasan. Banyak kasus perceraian, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saraswati (2005) mengenai hubungan antara alasan perempuan mengajukan perceraian dengan kekerasan dalam rumah tangga khususnya didaerah Jawa Tengah. Penelitian tersebut tercantum banyak faktor-faktor yang mempengaruhi suatu perceraian diantaranya kekerasan rumah tangga dan adanya kebohongan. Seperti salah satu pasangan yang menyembunyikan tentang pendapatan atau penghasilan, selain itu juga menutupi hubungan terlarang dengan orang lain. Hal ini yang sering kali menjadi penyebab utama keretakan dalam berumah tangga. Sikap jujur itu sangat penting dalam segala hal, baik itu dalam menjaga keutuhan rumah tangga dan keharmonisan menjalin hubungan dengan lingkungan.

6 Pernikahan adalah komitmen dari pasangan suami istri untuk saling menyesuaikan diri secara terus menerus. Berbagai macam konflik yang ada, muncul di tahun-tahun tertentu pernikahan. Keterampilan menyelesaikan masalah akan memperkuat hubungan suami istri. Pada usia pernikahan di bawah 5 tahun merupakan masa yang sangat riskan. Hal ini disebabkan oleh berubahnya sifat dan sikap pasangan setelah menikah, toleransi pasangan masih sangat tinggi sehingga komunikasi berjalan tidak lancar. Pada usia pernikahan di atas 20 tahun suami istri semakin sadar akan kemampuan bersama, dapat menutupi suatu perbedaan yang ada diantara pasangannya dan dalam berkomunikasi pasangan lebih mengutamakan kepentingan bersama (Nugroho, 2012). Selain itu juga ada penelitian yang dilakukan oleh Marsinah (2005) tentang komunikasi keluarga dan perceraian. Hasil dari penelitian tersebut, ada 4 pasangan suami istri yang diteliti, keempat pasangan tersebut bercerai disebabkan karena masalah komunikasi. Pada awal perkawinan, pasangan suami istri menjalani fase pasca komunikasi pasca perkawinan. Pada fase ini komunikasi cenderung bersifat palsu, karena pada fase ini pasangan berusaha untuk saling mengalah agar terjalin kesamaan. Pada fase krisis komunikasi dalam perkawinan nampak kualitas komunikasi yang cenderung berkurang dan tidak terciptanya komunikasi yang efektif pada pasangan sehingga tidak terjalin keterbukaan. Kehidupan perkawinan tidak jarang dihadapkan pada beraneka macam konflik karena hambatan komunikasi, hambatan komunikasi dapat disebabkan karena tidak adanya keterbukaan dan jarang meluangkan waktu untuk berkumpul karena kesibukan masing-masing pada pasangan. Berdasarkan uraian di atas dapat

7 diperoleh rumusan masalah yaitu bagaimana cara pasangan suami istri Jawa mengungkapkan suatu informasi ataupun perasaan kepada pasangannya. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul Bentuk-Bentuk Keterbukaan Dalam Komunikasi Pada Pasangan Suami Istri Jawa. B. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk-bentuk keterbukaan dalam komunikasi pada pasangan suami istri Jawa. C. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui bagaimana cara pasangan suami istri menerapkan komunikasi dalam perkawinan, dan dari hasil tersebut dapat diambil manfaat : 1. Untuk pasangan suami istri, penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang penerapan pola komunikasi yang baik terhadap pasangan. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan untuk memperkaya wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya psikologi keluarga. 3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam mengembangkan penelitian pada masa mendatang tentang pola keterbukaan dalam komunikasi pada pasangan suami istri Jawa.

8 D. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai keterbukaan komunikasi memang sudah pernah dilakukan oleh peneliti lain. Contoh penelitian yang membahas tentang keterbukaan komunikasi yaitu Hubungan antara Keterbukaan Diri Istri dengan Kemampuan Mengelola Konflik dalam Perkawinan oleh Rahmawati (2012). Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah adanya hubungan yang sangat signifikan antara keterbukaan diri istri dengan kemampuan mengelola konflik dalam perkawinan. Penelitian lain yang berjudul Hubungan antara Kualitas dan Keterbukaan Diri dengan Komitmen Perkawinan pada Pasangan Suami Istri oleh Setia ( 2008). Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan yang sangat signifikan antara kualitas cinta dan keterbukaan diri dengan komitmen perkawinan pada pasangan suami istri. Penelitian yang meneliti tentang bentuk-bentuk keterbukaan dalam komunikasi pada pasangan suami istri Jawa ini merupakan penelitian asli dan bukan replikasi. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena hal yang diteliti adalah bagaimana pasangan suami istri Jawa dapat terbuka ketika menghadapi suatu masalah, sehingga dapat memunculkan suatu solusi yang baik.