Kata Kunci : Debitur, Kredit Macet, Jaminan, BRI Cabang Binjai

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENGGANTIAN DEBITUR DALAM HAL PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PERSPEKTIF KUHPERDATA (STUDI KASUS DI BRI CABANG HELVETIA MEDAN)

PENYELESAIAN SECARA HUKUM PERJANJIAN KREDIT PADA LEMBAGA PERBANKAN APABILA PIHAK DEBITUR MENINGGAL DUNIA

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 4 Tahun 1996 angka (1). Universitas Indonesia. Perlindungan hukum..., Sendy Putri Maharani, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dalam

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat

BAB III PENUTUP. piutang macet dilakukan dengan dua cara, yaitu: surat-surat/dokumen penting.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. modal tersebut diperlukan adanya fasilitas kredit dari bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

BAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya seperti kebutuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa upaya

BAB I PENDAHULUAN. dana yang besar. Kebutuhan dana yang besar itu hanya dapat dipenuhi. dengan memperdayakan secara maksimal sumber-sumber dana yang

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

kredit dari dana-dana yang di peroleh melalui perjanjian kredit. dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB II PENGATURAN HAK ISTIMEWA DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN GARANSI. Setiap ada perjanjian pemberian garansi/ jaminan pasti ada perjanjian yang

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

PELAKSANAAN PERJANJIAN FIDUSIA PADA FIF ASTRA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

PERAN NOTARIS DAN PPAT DALAM PELAKSANAAN PERALIHAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DARI KREDITUR LAMAA KEPADA KREDITUR BARU PADA PERBANKAN KOTA PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

Lex Privatum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

KEGIATAN BANK DALAM PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT. Oleh : Fatmah Paparang 1

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. penduduk menjadikan Indonesia harus dapat meningkatkan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

AKIBAT HUKUM ALIH DEBITUR PADA PERJANJIAN KREDIT PERUMAHAN DI BANK TABUNGAN NEGARA CABANG PALU

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dalam. rangka upaya peningkatan pembangunan nasional yang bertitik berat

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

3 Lihat UU No. 4 Tahun 1996 (UUHT) Pasal 20 ayat (1) 4 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 339

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian untuk mewujudkan perekonomian nasional dan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

ANALISIS YURIDIS WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN KREDIT BAGI USAHA KECIL DI PD. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BANK PASAR KABUPATEN LUMAJANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Majunya perekonomian suatu bangsa, menyebabkan pemanfaatan

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

Kesimpulan dan Saran 47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bangsa Indonesia. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara hukum. Hal ini tertera pada Undang-Undang Dasar 1945

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut : Memberikan Kredit Dengan Jaminan Fidusia. tahun 1999 tentang jaminan fidusia.

ASURANSI DAN KREDIT PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

Transkripsi:

ANALISIS PENGGANTIAN DEBITUR DALAM HAL PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PERSPEKTIF KUH PERDATA (STUDI KASUS DI BRI CABANG BINJAI) Oleh : PUTRI GLORIA GINTING. SH., MH Dosen FH UNPAB ABSTRAK Bank merupakan suatu lembaga yang berfungsi sebagai lembaga penyimpan dana dari masyarakat dan sebagai lembaga penyalur dana untuk masyarakat dalam bentuk kredit. Fungsi bank di samping menghimpun dana dari masyarakat, juga memberi pinjaman (menyalurkan kredit) kepada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaturan hukum proses alih debitur dalam hal penyelesaian kredit macet, implementasi alih debitur dalam hal penyelesaian kredit macet, khususnya di bank BRI Cabang Binjai dan faktor penghambat dalam hal alih debitur untuk menyelesaikan kredit macet bank BRI Cabang Binjai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam proses alih debitur, bukan hanya hutangnya saja yang dialihkan, melainkan hutang dan barang jaminan milik debitur lama juga dialihkan kepada debitur baru. Novasi subyektif pasif diperlukan karena debitur meninggal dunia dimana kredit modal kerjanya belum lunas sedangkan para ahli warisnya menghendaki usahanya tetap akan dilanjutkan dengan bantuan fasilitas kredit modal kerja yang telah diberikan bank kepada usahanya. Dalam pelaksanaan parate eksekusi melalui penjualan barang jaminan dengan cara dibawah tangan, bank tidak sepenuhnya mengikuti mekanisme atau persyaratan yang ditentukan undang-undang, dimana sepanjang ada kesepakatan antara bank dengan debitur dan atau penjamin untuk menjual obyek jaminan. Kata Kunci : Debitur, Kredit Macet, Jaminan, BRI Cabang Binjai

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank dapat berupa milik pemerintah dan dapat pula milik nonpemerintah atau swasta. Kebijaksanaan yang diambil oleh pemerintah ini disebabkan karena dapat dilihat banyaknya rakyat Indonesia yang ingin meningkatkan taraf kehidupan mereka dengan jalan berusaha, tapi tidak memiliki modal untuk menjalankan usahanya, sedangkan modal adalah satusatunya alat penggerak yang sangat menentukan bagi terlaksananya suatu pembangunan. Bank dalam memberikan kredit, menerapkan prinsip kehati-hatian, yang lebih dikenal dengan istilah Prudent Banking, sehingga sulit bagi debitur untuk memperoleh kredit tanpa memenuhi persyaratanpersyaratan yang telah ditetapkan oleh Bank tersebut. PT. BRI Cabang Binjai selalu mensyaratkan adanya agunan dalam memberikan fasilitas kredit kepada nasabah debitur. Yang menjadi permasalahan adalah apabila kredit yang disalurkan tersebut macet, artinya debitur sudah tidak mampu lagi untuk memenuhi kewajibannya sebagaimana disyaratkan dalam perjanjian kredit yang dilakukan antara debitur dengan bank (kreditur). Oleh karena itu maka PT. BRI Cabang Binjai mengambil alternatif penyelesaian kredit macet tersebut dengan proses pengambilalihan asset debitur atau yang sering disebut dengan AYDA (Agunan Yang Diambil Alih). Namun dalam prakteknya, penyelesaian kredit melalui pengambilalihan asset debitur (AYDA) ini cukup menyulitkan bank. Hal ini disebabkan karena berbagai ketentuan hukum yang masih belum menguntungkan bagi bank swasta nasional, seperti jangka waktu pengambilalihan asset debitur maksimal 1 (satu) tahun dan ketentuan dalam Pasal 12 UUHT yang menyebutkan bahwa obyek hak tanggungan tidak boleh diperjanjikan untuk dimiliki oleh kreditur apabila debitur cidera janji. B. Perumusan Masalah Dari uraian diatas, terdapat beberapa permasalahan yang akan dibahas:

1. Bagaimana pengaturan hukum proses alih debitur dalam hal penyelesaian kredit macet? 2. Bagaimana implementasi alih debitur dalam hal penyelesaian kredit macet, khususnya di bank BRI Cabang Binjai? 3. Apa saja faktor penghambat dalam hal alih debitur untuk menyelesaikan kredit macet di BRI Cabang Binjai? C. Kerangka Teori dan Konsep 1. Kerangka Teori Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, thesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan (problem) yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoretis. Salah satu pranata hukum yang termasuk dalam kerangka hukum perdata, adalah keberadaan lembaga hak tanggungan sebagai suatu lembaga hak jaminan, sebagaiman diatur dalam Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah (UUHT). Bank sebelum melepaskan kredit kepada calon debiturnya, pertama-tama akan selalu dimulai dengan permohonan kredit oleh calon debitur tersebut. Apabila bank menganggap permohonan kredit tersebut layak untuk diberikan maka untuk dapat terlaksana pelepasan kredit tersebut terlebih dahulu haruslah diadakannya suatu persetujuan dan kesepakatan dalam bentuk perjanjian kredit atau pengakuan hutang. Tanggung jawab debitur terhadap musnahnya benda jaminan Hak Tanggungan dalam perjanjian kredit tidak terlepas dari peranan bank sebagai lembaga intermediasi, memiliki fungsi sebagai perantara keuangan. Bank sebagai lembaga keuangan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian dana yang dihimpun tersebut disalurkan kembali dalam bentuk pemberian kredit atau pembiayaan dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Pembentuk undang-undang memberikan definisi perjanjian di dalam Pasal 1313 KUHPerdata yang berbunyi : Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu

orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat (Pasal 1320 KUH Perdata) yaitu : a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan c. Suatu hal tertentu d. Suatu sebab yang halal Berdasarkan Pasal 1315 K.U.H. Perdata tersebut, dapat diketahui bahwa tidak seorangpun dapat mengadakan perjanjian kecuali untuk dirinya sendiri. Hal ini karena suatu perjanjian hanya mengikat bagi para pihak yang membuatnya dan tidak mengikat bagi orang lain yang tidak terlibat dalam perjanjian tersebut. Pasal 1340 KUHPerdata selanjutnya menyatakan bahwa: Perjanjian-perjanjian tidak dapat merugikan pihak ketiga dan tidak dapat menguntungkan pihak ketiga pula kecuali untuk hal yang diatur dalam Pasal 1317 KUHPerdata. Pasal 1317 KUH Perdata menyatakan lagipun diperbolehkan juga untuk meminta ditetapkannya suatu janji guna kepentingan seorang pihak ketiga, apabila suatu penetapan janji, yang dibuat oleh seorang untuk dirinya sendiri, atau suatu pemberian yang dilakukannya kepada seorang lain, memuat suatu janji yang seperti itu. Siapa yang telah memperjanjikan sesuatu seperti itu, tidak boleh menariknya kembali, apabila pihak ketiga tersebut telah menyatakan hendak mempergunakannya. Pasal 1340 KUHPerdata menyatakan tentang ruang lingkup berlakunya perjanjian hanyalah antara pihakpihak yang membuat perjanjian saja. Ruang lingkup ini hanyalah terbatas pada para pihak dalam perjanjian itu saja. Jadi, pihak ketiga (atau pihak diluar perjanjian) tidak dapat ikut menuntut suatu hak berdasarkan perjanjian itu. Spesifikasi Penelitian a. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengenai analisis penggantian debitur dalam hal penyelesaian kredit macet dalam perspektif KUHPerdata yang berada di lokasi Bank BRI Cabang Binjai. Data sekunder merupakan sumber data yang mendukung data primer dan dibedakan menjadi:

1) Bahan hukum primer meliputi peraturan perundangundangan, surat perjanjian, dokumen resmi dan tata tertulis dari PT. BRI Cabang Binjai. 2) Bahan hukum sekunder meliputi hasil karya ilmiah, hasil-hasil penelitian sebelumnya. b. Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan Data dalam penelitian ini meliputi jenis data primer dan data sekunder. Data sekunder dibedakan menjadi : 1) Bahan hukum primer. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, dan terdiri dari : (a). Undang-undang Dasar 1945 (b). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998, Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992, Tentang Perbankan. (c). Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia. (d). Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Berikut Bendabenda yang Berkaitan dengan Tanah. 2) Bahan Hukum Sekunder adalah bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, yaitu : (a) Hasil penelitian hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. 3) Bahan hukum tersier. Bahan hukum tersier yaitu kamus, ensiklopedia, dan bahan-bahan lain yang dapat memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahanbahan hukum primer dan sekunder yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. HASIL PENELITIAN Benda jaminan itu dapat berupa benda bergerak dan dapat pula benda tidak bergerak. Apabila benda jaminan itu berupa benda bergerak, maka hak atas benda jaminan itu disebut gadai (pand). Selain gadai masih ada lagi hak yang mirip dengan gadai yaitu retensi. Apabila benda jaminan itu berupa benda tidak bergerak, maka hak atas benda jaminan itu disebut hipotik.

Pasal 1131 KUHPerdata menentukan bahwa semua harta kekayaan debitur baik benda bergerak atau benda tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang masih akan ada menjadi jaminan atas seluruh hutangnya. Jaminan bersifat accessoir dan sebagai cadangan saja maka seorang Penjamin (Borg) diberikan hak istimewa yaitu hak dimiliki seorang penjamin untuk menuntut agar harta kekayaan milik si berutang utama (debitur) terlebih dahulu disita dan dijual/lelang. Dalam kasus di PT BRI Cabang Binjai, proses novasi terjadi karena meninggalnya debitur lama yaitu atas nama HE, sedangkan pihak ahli warisnya tidak menghendaki kreditnya dilunasi karena masih digunakan untuk usahanya maka berdasarkan kesepakatan para ahli warisnya, kredit dan usahanya diteruskan oleh istri dari almarhum HE yaitu Nyonya R. Alasan penunjukan Nyonya R untuk melanjutkan kredit dan untuk melanjutkan usahanya karena Nyonya R dinilai berpengalaman yang cukup di bidang usaha perdagangan. Selama ini Nyonya R sudah mengelola usaha tersebut bersama Almarhum HE di bagian Administrasi. Semenjak bapak HE meninggal dunia, usaha tersebut secara keseluruhan dikendalikan oleh Nyonya R. Kesepakatan penunjukkan Nyonya R sudah mendapat persetujuan dari para ahli warisnya yaitu anak-anaknya mengingat anakanaknya masih duduk di bangku sekolah sehingga belum mampu untuk menjalankan usahanya dan meneruskan kreditnya. Terjadinya penggantian debitur lama kepada debitur baru tersebut atau yang biasa disebut dengan novasi subyektif pasif berarti membebaskan debitur lama dari kewajibannya membayar hutangnya kepada kreditur. Dan karena kredit itu disertai dengan jaminan maka dengan hapusnya kredit pada perjanjiaan lama menjadikan jaminan debitur lama hapus juga. Karena yang diperbaharui adalah si debiturnya yang meninggal dunia yaitu Saudara HE diganti dengan istrinya yaitu Nyonya R, maka pergantian demikian termasuk novasi subyektif pasif. a. Syarat-syarat untuk Novasi di PT BRI Cabang Binjai.

1) Syarat-syarat Umum Syarat-syarat umum untuk melakukan novasi adalah bahwa debitur baru yang menggantikan debitur lama harus mempunyai kemampuan untuk mengembalikan kreditnya tepat pada waktunya. Kemampuan ini biasanya dilihat dari : a). Character (Watak) Yang dimaksud dengan watak adalah penilaian atas kepribadian, moral, kejujuran calon Debitur secara pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Dalam meneliti syarat watak calon debitur baru dalam hal ini Nyonya R, pihak PT BRI Cabang Binjai menemukan bahwa watak Nyonya R cukup baik dimana selama mendampingi saudara HE, usahanya dapat berjalan lancar begitu pula dengan pembayaran angsuran tiap bulannya juga berjalan lancar. Hal ini bisa dilihat dari pihak bank yang memberi kepercayaan kepada usaha yang dijalankan oleh saudara HE almarhum dengan Nyonya R yang sampai dengan dibuat addendum perjanjian perpanjangan kredit yang keenam. b). Capital (Kapital) Permodalan dari suatu debitur juga merupakan hal yang penting harus diketahui oleh calon krediturnya. Karena permodalan dan kemampuan keuangan dari suatu debitur akan mempunyai korelasi langsung dengan tingkat kemampuan bayar kredit. Permodalan dapat diketahui misalnya lewat laporan keuangan usaha debitur, yang apabila perlu disyaratkan audit oleh independent auditor. Dalam meneliti syarat modal yang dipunyai calon debitur baru dalam hal ini Nyonya R, pihak PT BRI Cabang Binjai menemukan bahwa modal yang dipunyai Nyonya R selaku pemilik UD. MAJU cukup untuk membayar hutang-hutangnya dimana sampai dengan 31 Mei 2008 jumlah seluruh modal sebesar Rp. 1.079.282.000 sedangkan jumlah seluruh hutang yang dipunyai Rp 580.818.000 (Data lihat di lampiran neraca tahun 2008), sehingga bila terjadi wanprestasi bisa untuk menutup hutangnya. Disamping itu juga sudah memenuhi syarat minimal bank tentang modal 1:1 dimana hutang 1 dijamin dengan modal 1.

c). Capacity (Kapasitas) Dengan melihat posisi laporan keuangan yang dimiliki UD. MAJU, maka UD. MAJU dalam hal ini diwakili oleh Nyonya R mampu untuk mengembalikan atau melunasi hutang-hutangnya (ability yo pay) secara tepat waktu, dari kegiatan usahanya. d). Colateral (Jaminan/Agunan) Collateral adalah barang-barang yang disertakan nasabah sebagai agunan kredit yang diterimanya. Collateral tersebut harus dinilai oleh bank untuk mengetahui sejauh mana resiko kewajiban finansial nasabah kepada bank. Evaluasi terhadap agunan ini antara lain jenis, lokasi, ukuran, bukti kepemilikan, status hukum dan nilainya. Agunan meliputi agunan utama adalah barang yang dibiayai oleh dana dari bank dan agunan tambahan adalah barang yang tidak dibiayai oleh dana bank dan bukan merupakan bagian barang yang digunakan untuk kegiatan operasional usaha nasabah. Apabila usaha nasabah mengalami masalah atau bangkrut, seringkali dana kas atau persediaan atau piutang tidak dapat lagi dilikuidasi untuk memenuhi berbagai kewajiban nasabah kepada pihak lain. Oleh karena itu nasabah harus menyerahkan agunan tambahan di luar barang yang digunakan untuk kegiatan operasional usaha nasabah. Dalam meneliti syarat kondisi perekonomian yang ialami debitur baru dalam hal ini Nyonya R selaku pemilik UD. MAJU, pihak PT BRI Cabang Binjai mendapatkan bahwa perkembangan usaha tersebut masih sangat prospektif, karena usaha tersebut merupakan toko terbesar di daerah tersebut (manyaran), meskipun banyak pesaing-pesaing baru yang bermunculan tetapi karena kelengkapannya, harga relatif lebih murah, serta pelayanannya maka kehadiran pesaing-pesaing tidak terlalu berpengaruh terhadap kelangsungan usahanya. 1). Persiapan Proses Pengajuan Novasi Dari pihak calon debitur baru diharapkan adanya informasiinformasi secara garis besar tentang hal-hal yang diperlukan pihak PT BRI Cabang Binjai tentang keadaan calon debitur baru. 2). Pengajuan Formulir Permohonan Novasi

Pada saat calon debitur baru mengajukan permohonan novasi, maka calon debitur melampirkan : a). Fotocopy Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku b). Fotocopy Kartu Keluarga c). Fotocopy Surat Nikah d). Fotocopy Surat Ijin Usaha Perdagangan e). Fotocopy Tanda Daftar Perusahaan f). Fotocopy NPWP g). Pasfoto terbaru h). Surat Keterangan Kematian i). Surat keterangan Hak Waris j). Surat persetujuan dari para ahli waris Disamping itu juga harus mengisi formulir yang disediakan oleh bank yang antara lain memuat data diri pemohon kredit baik perseorangan maupun badan usaha, data keuangan, dan lain-lain 3). Analisis atau penilaian kredit (Credit Analysis/Credit Appraisal) Dalam tahap ini diadakan penilaian yang mendalam tentang keadaan ekonomi calon debitur baru. Pada dasarnya, penilaian ini adalah untuk meneliti apakah calon debitur baru tersebut memenuhi asas-asas 5C atau tidak. Oleh karena itu, hasil laporan analisis kredit tersebut harus merupakan bahan informasi yang akurat dan dapat dipercaya (reliable) bagi pemutus kredit. Dengan demikian, laporan tersebut harus memuat secara lengkap, baik data kualitatif maupun kuantitatif tentang keadaan ekonomi atau usaha calon debitur baru. Nyonya R dinilai berpengalaman yang cukup di bidang usaha perdagangan. Selama ini Nyonya R sudah mengelola usaha tersebut bersama Almarhum HE di bagian administrasi. Semenjak Saudara HE meninggal dunia, usaha tersebut secara keseluruhan dikendalikan oleh Nyonya R. (1). Lokasi usaha Lokasi usaha toko di Jalan Pangeran Polim Binjai yang dikelola oleh Nyonya R bersama 15 orang karyawannya, selain itu usaha juga berada di daerah lain masih sekitar Binjai yang pengelolaannya dijalankan oleh pegawai dengan dibawah pengawasan dan managemen langsung dari Nyonya R. (2). Pola Usaha Debitur dalam menjalankan usaha perdagangan kelontong dan sembako

dilakukan secara grosir dan eceran dengan pembayaran tunai dan kredit dengan jangka waktu satu minggu. d). Aspek Pemasaran (1). Jenis Barang Yang Dipasarkan (2). Pasar Yang Dituju (3). Realisasi Penjualan 7). Administrasi Dalam Proses Novasi Administrasi dalam proses novasi adalah pencatatan keseluruhan data yang berkaitan dengan proses pelaksanaan novasi. Proses pelaksanaan novasi adalah keseluruhan tindakan yang harus dilakukan dalam pengelolaan novasi, meliputi sejak dari debitur baru mengajukan permohonan novasi sampai permohonannya ditolak atau bilamana permohonannya disetujui sampai dengan hubungan kredit berakhir. Adapun data yang diadministrasikan meliputi : a). Permohonan novasi b). Business Call Report (Penilaian Analisis Kredit) c). Approval Credit (Pemutusan / persetujuan / penolakan permohonan novasi) d). Pelaksanaan Kredit e). Dokumen agunan kredit f). Pengawasan kredit g). Penyelesaian kredit h). Asuransi kredit (Penutupan, perpanjangan, nilai pertanggungan, jenis pertanggungan, jangka waktu, penyimpan polis) 8). Tata cara pengadministrasian novasi adalah sebagai berikut: a). Seluruh data perkreditan nasabah debitur, mulai dari data perubahan nama debitur, jumlah kredit, dokumen kredit, persetujuan kredit, pengawasan kredit sampai dengan pelunasan kredit diadministrasikan dalam folder-folder kredit. (2). Folder Documen Legal Berisi seluruh dokumen asli yang berkaitan dengan perjanjian atau perikatan secara hukum antara pihak bank dengan debitur baru dan atau pihak ketiga yang terdiri dari : (a). Credit Approval Document (dokumen Persetujuan Kredit) (b). Document Offering Letter (Surat Pemberitahuan Persetujuan Kredit) (c). Credit Agreement Document (dokumen perjanjian kredit beserta dengan pengikatannya).

(3). Folder Untuk Nasabah Berisi seluruh informasi mengenai perkembangan usaha debitur baru dan kondisi keuangannya dan atau semua informasi yang berkaitan dengan usaha debitur baru serta informasi umum lainnya (klipping) yang berguna untuk referensi, yang antara lain terdiri dari : (a). Laporan Keuangan nasabah, antara lain terdiri dari: (b). Laporan Realisasi Usaha Nasabah, antara lain terdiri dari : (c). Klipping surat kabar/majalah yang menyangkut sektor ekonomi yang dibiayai atau yang berkaitan dengan bidang usaha nasabah. Isi Folder Novasi, antara lain terdiri dari : a. Business Call Report b. Laporan Klasifikasi Nasabah (LKN) c. Surat-surat, terdiri dari : Asli Surat Permohonan Nasabah d. Memo/catatan intern e. Informasi lainnya : Nota pembebanan biaya provisi, asuransi, notaris, f. Akte Perjanjian Kredit, perjanjian Bank Garansi, g. Akte atau surat-surat, i. Asli Bukti Pemilikan, PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan dan berdasarkan rumusan masalah dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Dalam proses alih debitur, bukan hanya hutangnya saja yang dialihkan, melainkan hutang dan barang jaminan milik debitur lama juga dialihkan kepada debitur baru. Dalam prakteknya yang diambil alih oleh debitur baru meliputi pengambilalihan nilai hutang dan nilai jaminan, maka ada dua akibat hukum yaitu: a. Akibat Hukum Dari Aspek Perjanjian Kredit/Hutang Pada dasarnya semua hutang debitur lama yang meliputi hutang pokok, bunga dan denda, diambil alih oleh debitur baru, kecuali ada kebijakan dari bank memberikan potongan atau diskon atas hutang yang diambil alih debitur baru sehingga debitur baru mempunyai kewajiban membayar hutang kepada bank yang besarnya sesuai dengan kesepakatan. Kreditur harus secara tegas mempertahankan bahwa semua jaminan-jaminan baik

benda bergerak atau tidak bergerak tetap melekat untuk menjamin hutang yang telah diambil alih oleh debitur baru. Untuk menjamin hutang debitur baru, terhadap barang jaminan milik debitur lama harus dilakukan pengikatan jaminan untuk menjamin hutang debitur baru. b. Akibat Hukum dari Aspek Pengalihan Benda Yang Menjadi Jaminan Akibat hukum dari aspek benda yang menjadi jaminan dalam proses alih debitur adalah bahwa debitur baru yang mengambil alih hutang, menginginkan juga peralihan jaminan menjadi milik debitur baru. 2. Implementasi alih debitur dalam hal penyelesaian kredit macet khususnya di BRI cabang Binjai adalah bahwa dalam dunia perbankan pemberian kredit oleh bank kepada debitur wajib disertai dengan adanya jaminan, guna memberikan kepastian hukum pengembalian atau pelunasan hutang si debitur kepada kreditur. Dengan adanya novasi dapat dijadikan sebagai alat bukti dan untuk menjamin kepastian hukum terhadap perjanjian kredit tersebut. a. Syarat-syarat untuk Novasi di PT BRI Cabang Binjai meliputi syarat syarat umum novasi yang terdiri dari Character, Capital, Capacity, Collateral, Condition of Economy (5C), syarat syarat tambahan, syarat Penandatanganan addendum Perjanjian Kredit, syarat Efektif/Penarikan Kredit, syaratsyarat Lain b Prosedur Novasi / Tahaptahap Pelaksanaan Novasi meliputi persiapan proses novasi, pengajuan formulir permohonan novasi, analisis atau penilaian kredit (Credit Analysis/Credit Appraisal) yang meliputi aspek legal, aspek manajemen, aspek teknis, aspek pemasaran, aspek Sosial, aspek Kuantitatif, aspek Jaminan, pengecekan keabsahan dokumen untuk proses novasi, keputusan kredit (Credit Decision), supervisi kredit dan pembinaan debitur (Credit Supervision and Follow Up), administrasi dalam proses novasi, tata cara pengadministrasian folder novasi, pengawasan, pemeliharaan dan pengelolaan folder novasi. B. SARAN 1. Untuk mengantisipasi peraturan perundang-undangan yang berlaku serta untuk kelancaran proses

eksekusi, bank perlu melengkapi berkas kreditnya dengan pernyataan dari debitur tentang (1) status hak atas tanah yang akan dijadikan jaminan kreditnya; dan (2) persetujuan untuk menjual obyek jaminan baik dengan cara lelang maupun dibawah tangan apabila wanprestasi. 2. Meningkatkan pembinaan nasabah sebagai upaya edukasi kepada debitur untuk meningkatkan kesadaran dan kemauan agar segera menyelesaikan kreditnya. 3. Apabila dilihat dari ketentuan Pasal 1413 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, alih debitur di BRI Cabang Binjai merupakan untuk melakukan pembaharuan hutang (novasi) dimana alih debitur termasuk novasi subjektif pasif, yaitu suatu perjanjian yang bertujuan mengganti debitur lama dengan debitur baru dan membebaskan debitur lama dari kewajibannya kepada PT. BRI Cabang Binjai. Dalam proses alih debitur di BRI Cabang Binjai, pihak bank memperbaharui perjanjian kredit antara debitur baru dengan pihak bank, karena dalam prakteknya yang di ambil alih oleh debitur baru bukan hanya hutangnya saja tetapi hutang dan seluruh jaminan yang di miliki oleh debitur lama sebelumnya. DAFTAR PUSTAKA Ashshofa, Burhan. 1996. Metode Penelitian Hukum. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Badrulzaman, Mariam Darus. 1994. Aneka Hukum Bisnis. Alumni. Bandung Fuady, Munir. 2002. Pengantar Hukum Bisnis. PT Citra Aditya Bakti. Bandung, Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research Jilid 1. ANDI. Yogyakarta Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan, (Bandung: Alumi, 2000 Thomas Suyatno, Kelembagaan PerBankan, Jakarta: P.T. Gramedia, 1993 Muchdarsyah Sinungan, Dasar- Dasar dan Teknik Managemen Kredit, Jakarta: Bina Aksara, 1983 Hermansyah, Hukum Perbankan Indonesia, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, diterjemahkan oleh R.

Subekti dan R. Tjitrosudibio, Cet. 30, Jakarta: Pradnya Paramita, 1999, pasal.1131 Satrio, J. Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Kebendaan. Cet. 2. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993 Subekti, R. Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia. Bandung: 1978 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2004 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung: CV. Mandar Maju, 1994 Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan, Alumni, Bandung, 2000 Sutan Remmy Syahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993 Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, Alfabeta, Bandung, 2003 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993 Tan Kamello, Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia: Suatu Tinjauan Putusan Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara, Disertasi, PPs-USU, Medan, 2002 J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian Buku I, PT Citra Aditya, Bandung, 2001 Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo, Jakarta,1991 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008 Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum Dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988