Tim Statistik Sektor Riil BERITA PROPERTI. Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter. Edisi Perdana

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Tarif Sewa Hotel dan Ritel. Gambar 2 Sewa Apartemen, Kantor dan industri. Sumber : BI (2013)

BAB I PENDAHULUAN. sektor property dan real estate merupakan sektor bisnis yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pernah mengalami goncangan besar akibat krisis

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan harganya yang cenderung selalu naik. Kenaikan harga properti

BAB I PENDAHULUAN. Rumah merupakan kebutuhan pokok (primer) yang dibutuhkan. oleh manusia, selain makanan dan pakaian. Dalam perkembangannya, rumah

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

I. PENDAHULUAN. Inflation Targeting Framework (ITF) tidaklah cukup untuk mengatasi. krisis ekonomi dan keuangan, maka perlu adanya sebuah instrument

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bursa efek. Bursa efek merupakan tempat perdagangan saham.

BAB I PENDAHULUAN. perumahan sebagai kebutuhan dasar. Rumah merupakan kebutuhan dasar. manusia dalam meningkatkan harkat, martabat, mutu kehidupan dan

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara dapat mempengaruhi kinerja perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. tapak maupun apartemen yang dibangun oleh pengembang. Keputusan Bank Indonesia untuk menaikan Down Payment untuk kredit

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu negara dan sebagai tujuan alternatif investasi yang menguntungkan. Pasar

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia Property Market Overview 4 th Quarter 2015

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasar modal adalah salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, era globalisasi membawa suatu pengaruh yang sangat

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi

1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. dari penelitian yang akan dilakukan yang berhubungan dengan pengaruh. manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini perkembangan teknologi terus meningkat dengan pesat,

BAB I PENDAHULUAN. properti residential (IHPR - berdasarkan survey Bank Indonesia). Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. perumahan (subprime mortgage default) di Amerika serikat. Krisis ekonomi AS

PENGGUNAAN SPN 3 BULAN SEBAGAI PENGGANTI SBI 3 BULAN DALAM APBN (Perspektif Bank Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan wahana yang mempertemukan pihak yang. kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (peminjam)

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Prospek Perekonomian Indonesia Tahun 2013 Jumat, 18 Januari 2013

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dan pusat perkantoran (Rusteliana, 2014). Pertumbuhan bisnis properti ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. institution) sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tantangan Sektor Properti

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sektor bisnis yang berkembang pesat.bisnis property dan real

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara. Pasar modal menjadi media yang dapat digunakan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997, telah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Kinerja keuangan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin terintegrasinya ekonomi domestik dengan ekonomi dunia membuat

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan semakin liberal. Perjanjian perjanjian perdagangan internasional telah

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1997 telah menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya stabilitas pasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN. di suatu negara, tidak terkecuali di Indonesia. Kinerja perekonomian Indonesia

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

Analisis Perkembangan Industri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Goyahnya perekonomian global, terutama di Amerika Serikat dan Eropa,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dunia. Berdasarkan survei oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010,

BAB I PENDAHULUAN. tinggi (suprime mortgage) di AS secara tiba-tiba berkembang menjadi krisis

BAB 1 PENDAHULUAN. yang harus dipikirkan oleh pemerintah. Berdasarkan data yang diperoleh dari

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pendanaan dan investasi bagi masyarakat. menyebabkan pertumbuhan pasar modal melambat dan penundaan Initial Public

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Tidak hanya berpengaruh terhadap perindustrian di

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan kesehatan lembaga-lembaga keuangan yang membentuk sistem

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Dalam hal ini pasar modal memiliki peranan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

Stabilitas Harga Menentukan Industri Baja

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan sarana representasi untuk menilai kondisi perusahaan-perusahaan disuatu

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lesunya perekonomian global, khususnya negara-negara dunia yang dilanda

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN IV I II III IV I II III IV

Transkripsi:

Tim Statistik Sektor Riil Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter BERITA PROPERTI Edisi Perdana

KONDISI PROPERTI GLOBAL Posisi pasar properti di Indonesia cukup menjanjikan karena ditopang oleh perekonomian yang terus tumbuh positif. Selain Indonesia di kawasan Asia, pertumbuhan property di Hong Kong dan Jepang juga lebih baik dibandingkan dengan Eropa dan Amerika Serikat (AS). Menurut President and Chief Operating Officer Century 21 untuk Asia Pasifik Donald E Lawby, potensi sektor properti di Indonesia sangat menjanjikan dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan ASEAN. Harga properti di Indonesia termasuk yang paling murah, sementara imbal hasilnya sangat besar. Semakin bertumbuhnya sektor properti ditandai oleh meningkatnya nilai penjualan properti sepanjang 2010 yang tumbuh sekitar 60% dibandingkan dengan 2009. Sebagian besar volume transaksi tersebut berasal dari pasar sekunder 75% dan pasar primer 25%. Properti rumah tinggal masih mendominasi transaksi yakni 55%, ruko 17%,dan apartemen 15%. Terjadinya krisis di belahan benua Eropa dan Amerika tampaknya tidak berimbas langsung pada perkembangan bisnis properti di Indonesia. Tingginya demand atau permintaan atas ketersediaan bangunan masih jauh lebih banyak dibanding supply atau penawaran yang disediakan oleh pengembang properti. Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya seperti China, India, dan Singapura tidak terlalu terkena imbas. Karena negara-negara tersebut memiliki prospek dan ekspektasi pasar tersendiri di Asia. Sumber : Colliers International Asia Pacific Prime Office Rental Rates (US$/SqF/Year) as of 2Q 2011 Dari sisi harga, khususnya harga sewa kantor di Jakarta masih jauh lebih murah dibandingkan sewa kantor di kota-kota besar Asia lainnya, meskipun dari sisi kualitas tidak berbeda jauh. Sebagaimana overview triwulan II 2011 dari Colliers International, tarif sewa perkantoran di Jakarta berada pada urutan ke-empat yang termurah di Asia Pacific. Demikian pula harga apartemen di Jakarta harganya masih lebih rendah dibandingkan kota-kota besar Asia lainnya. Praktis harga pasaran apartmen di Jakarta akan bisa naik harganya karena permintaannya terus meningkat dalam waktu cepat. Dengan perkataan lain sektor properti di Indonesia memiliki tingkat daya saing yang cukup tinggi, dan memiliki prospek yang cukup menjanjikan ke depan.

Gross Rental Yields Square Metre Prices House Price to Income Ratio Rents (US$/month) Indonesia Compared to Continent Economic Competitiveness Rating

BUBBLE PROPERTY ISSUE Belajar dari krisis tahun 2008 yang berawal dari krisis subprime mortgage di Amerika Serikat, isu mengenai buble property di Indonesia juga mengemuka. Bubble sektor properti selain dapat menimbulkan gangguan terhadap stabilitas sistem keuangan juga dapat mengganggu pencapaian target inflasi. Pernyataan Menteri Keuangan, Agus Martowardoyo, untuk waspada akan terjadinya Bubble Property di Indonesia telah menyentak pelaku bisnis property di Indonesia Bubble Property atau Penggelembungan Property adalah keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga property secara tidak wajar. Kewajaran dari peningkatan harga berlaku secara bertahap seiring dengan meningkatnya tingkat inflasi atau pendapatan. Jika cepatnya pergerakan harga terus dibiarkan, akan terjadi pecahnya kondisi "Bubble Property" yang menjadikan harga-harga property jatuh diikuti dengan ambruknya ekonomi secara menyeluruh sehingga akan menimbulkan masalah nasional berupa resesi ekonomi. Salah satu pemicu bubble property adalah derasnya aliran modal masuk dari luar negeri (capital inflow). Masuknya modal dari luar dalam waktu bersamaan akan menjadikan Indonesia kelimpahan akan dana. Kelimpahan modal ini yang merupakan suatu peluang bagi para pelaku investasi. Dan investasi yang paling cepat daya serapnya adalah industri Property baik residensial maupun komersial Faktor yang turut menunjang terjadinya bubble property antara lain adalah supply tanah yang masih banyak tersedia dengan harga yg relatif terjangkau, pendapatan hasil sewa yang terus meningkat khususnya dari property komersial dengan tingkat resiko pasar yang masih relatif kecil menjadi peluang yang menarik untuk berinvestasi di industri Property. Hal tersebut mendorong tumbuhnya banyak pengembang-pengembang baru. Kemungkinan terjadinya bubble property di Indonesia perlu menjadi perhatian bagi seluruh pihak terkait, baik dunia usaha, perbankan maupun pemerintah sendiri. Bubble Property perlu diwasapadai guna menghindari terjadinya over supply dan penyaluran kredit yang terlalu masif pada industri properti yang dapat berakibat krisis yang terjadi di tahun 1997. Namun bagaimana sebenarnya peluang terjadi bubble property di Indonesia? Kewaspadaan akan terjadinya Bubble Property memang diperlukan, namun beberapa indikator terkait sektor property di Indonesia masih menunjukkan perkembangan yang moderat : 1. Fundamental ekonomi Indonesia kuat dan permintaan terhadap properti sangat riil serta masih didominasi dari pengguna akhir (end user). 2. Indonesia masih kekurangan pasokan hunian dan infrastruktur sehingga pasar properti masih sangat besar. Sesuai data BPS, kebutuhan rumah saat ini adalah 13,6 juta unit atau masih terdapat backlog paling tidak sebesar 7,1 juta. 3. Harga rumah mengalami kenaikan masih wajar mengingat rumah merupakan kebutuhan dasar bagi masyarakat. Kenaikan yang terjadi selama ini antara lain karena permintaan pasar dan kenaikan harga bahan bangunan. 4. Harga unit-unit properti baik residensial maupun komersial yang kini telah mencapai miliaran rupiah di kawasan perkotaan ternyata juga diserap oleh masyarakat, baik untuk ditempati maupun dijadikan investasi. Ini menandakan pasar mampu menyerapnya di harga tersebut. 5. Kontribusi sektor properti Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) masih tergolong kecil. Dengan demikian, sektor tersebut masih memiliki peluang untuk berkembang. 6. Pemberian kredit properti oleh perbankan juga tergolong kecil yakni sekitar 14% dari total kredit perbankan. Kondisi ini berbeda sebelum krisis ekonomi 1997/1998 yang porsi kredit propertinya mencapai 20%. Perbankan nasional saat ini cukup selektif dalam memberikan kredit properti untuk mengantisipasi kredit macet seperti yang terjadi pada 1997/1998 dan 2008. 7. Instrumen pembiayaan perumahan di Indonesia masih mengandalkan pasar primer (KPR), pembiayaan sekunder perumahan seperti sekuritisasi KPR, belum berkembang. Sumber pembiayaan sekunder beserta instrumen derivasinya (subprime mortgage) inilah yang menjadi pemicu bubble crisis tahun 2008 di Amerika. 8. Hasil kajian DPNP (Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan) Bank Indonesia pada Triwulan I-2011 dengan menggunakan berbagai metode (agregat data method, affordability method dan investment method) yang umum digunakan dalam mengukur terjadinya bubble menyebutkan bahwa secara umum belum dapat disimpulkan telah terjadi bubble pada harga properti di Indonesia.

PROSPEK PROPERTI INDONESIA Melihat siklus perkembangan beberapa produk properti saat ini diketahui arah perkembangannya ke depan diperkirakan lebih positif. Prospek sektor property ke depan sangat menjanjikan karena pertambahan penduduk di Indonesia yang tinggi yang menyebabkan kebutuhan hunian yang terus meningkat. Beberapa pengamat maupun praktisi menilai bahwa properti di Indonesia sudah melewati masa siklus resesi dan beranjak pada siklus booming properti dimana harga dan pasar properti akan mengalami peningkatan, diperdiksikan siklus ini akan berjalan dari 2010-2014. Setelah melewati masa booming pada tahun 2005 siklus properti berada pada fase resesi yang juga sebagai imbas dari resesi global tahun 2008 dan 2009. Setelah memasuki 2010 siklus properti yang didukung perkembangan perekonomian yang baik diprediksikan kembali memasuki fase booming property pada tahun 2014. Sumber : DR, Ir. Matius Yusuf, MM, MBA (praktisi properti) SIKLUS BISNIS PROPERTI 1996-2014