BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang diharapkan dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan manusia yang pada dasarnya adalah meningkatkan, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan demikian siswa diharapkan dapat mencapai prestasi belajar yang. maksimal sehingga tercapainya tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bisa menjadi bisa seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem. Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 yaitu:

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kecerdasan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gerakan yang lahir dan mengakar di bumi Nusantara merupakan bagian

I. PENDAHULUAN. dunia saat ini, potensi negara indonesia sebenaranya tergolong sangat baik,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. olahraga sepakbola ini adalah olahraga yang penuh teka-teki, misalnya dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan karakter mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah, tetapi juga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

PANDUAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PMR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

Pengembangan Sekolah Berkarakter

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia ke tengah-tengah persaingan global ialah dengan meningkatkan

BAB I PENDAHULIAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Budaya kekerasan dan kemerosotan akhlak yang menimpa anak-anak usia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PROGRAM KERJA UKS. No. Jenis Program Tujuan Jenis Waktu Sasaran Pelaksana Sumber Dana Ket. pelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Nasional Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia Indonesia baik secara fisik maupun intelektual

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Selain mendididik siswa untuk. pemahaman, daya pikir, keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo merupakan satu-satunya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, dan analisis data dan pembahasan hasil

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, mengembangkan potensi diri, membentuk pribadi yang bertanggung

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pendidikan karakter di SDIT Hidayatullah Daren Nalumsari Jepara Tahun Ajaran 2016/2017

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 6. MEMBACA NON SATRALatihan Soal Pemberitahuan bahwa musim hujan telah tiba di Desa Sumbermakmur.

BAB I PENDAHULUAN. minat, bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa. Melalui kegiatan olahraga

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, khususnya negara berkembang seperti Indonesia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

PROGRAM KERJA BIDANG SOSIAL BUDAYA DHARMA WANITA PERSATUAN KAB. WONOSOBO TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. dalam (Undang-Undang Dasar 1945 Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1) yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri serta keterampilan yang

ANALISIS PENGEMBANGAN CIVIC DISPOSITION DALAM KEGIATAN OSIS TAHUN AJARAN (Studi Kasus Pada Siswa SMP Negeri 20 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. beriteraksi dengan lingkungan. Bermodalkan pendidikan tersebut manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kualitas dan kemampuan antara lain: (1) memiliki identitas diri

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI MEDIA PEMBENTUKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS V SD NEGERI LENCOH SELO BOYOLALI TAHUN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perangkat yang mengikat masyarakat secara bersama-sama(adler, 1927: 72

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dikenal sebagai satu wadah untuk membangun dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab ini dipaparkan kesimpulan, dan rekomendasi yang mengacu

MATA PELAJARAN. Pengembangan Diri 13. Bimbingan dan Konseling B 14. Ketrampilan Menjahit B 15. Olahraga B 16. Keagamaan B 17.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap warga negara Indonesia hendaknya memiliki sikap dan perilaku untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembina Osis merupakan pemegang sekaligus pengendali yang sangat menentukan

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... ii. ABSTRAK... iii. KATA PENGANTAR... v. UCAPAN TERIMAKASIH... vi. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. hingga tindakan asusila. Hal ini dikaranekan merosotnya nilai-nilai luhur di dalam

PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP PATRIOTISME. (Studi Kasus Di SMP Negeri 1 Girimarto Tahun Pelajaran 2012/2013)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

INSTRUMEN PENILAIAN LOMBA SEKOLAH BERKARAKTER KEBANGSAAN TINGKAT TK, SD, SMP DAN SMA/SMK

BAB I PENDAHULUAN. sasaran, sehingga untuk bisa bermain sepakbola diperlukan teknik-teknik

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional,

I. PENDAHULUAN. membuat negera kita aman, bahkan sampai saat ini ancaman dan gangguan

BUKTI FISIK STANDAR KOMPETENSI LULUSAN - SMK BIMBINGAN AKREDITASI SEKOLAH Disusun oleh : ALMAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENANAMAN KARAKTER PATRIOTISME PADA SISWA TUNAGRAHITA (Studi Kasus di SMPLB Bina Karya Insani Cangakan Karanganyar Tahun Pelajaran 2013/2014)

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

WALIKOTA YOGYAKARTA PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Baden Powell, seorang letnan jendral angkatan bersenjata Britania Raya, dan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan dan guru dewasa ini dihadapkan pada tuntutan. yang semakin berat terutama untuk mempersiapkan anak didik agar

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyederhanakan sumber-sumber moral dan disajikan dengan memperhatikan

ANALISIS TENTANG INTERAKSI SOSIAL SISWA SMA NEGERI 1 PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO

2014 PENGARUH PAI DAN KEGIATAN EKSTRAKULIKULER KEAGAMAAN TERHADAP PENINGKATAN AKHLAK MULIA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. maka kualitas yang memadai dan output yang berkualitas merupakan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Informan pertama bernama Prayoga yang usianya 17 tahun. Informan memeluk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Salah satu faktor yang memengaruhi memudarnya sikap nasionalisme adalah kurangnya pemahaman siswa tentang sejarah nasional Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. individu semakin berkembang serta dapat menggali potensi diri. Selain itu,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Faktor menurut kamus sinonim Balai Bahasa Indonesia ( Ishak,1989:65) adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Venty Fatimah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional kabupaten hingga diimplementasikan langsung disekolah

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaaraan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Isu tentang lingkungan hidup merupakan salah satu perhatian utama dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru belum terbentuk. Hal ini karena sendi-sendi kehidupan selama ini dianggap

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang memiliki tugas dan tanggung jawab menyiapkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan oleh pembangunan. Oleh karena itu keberadaan sekolah sebagai lembaga pendidikan diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa sesuai yang telah digariskan dalam kurikulum pendidikan. Dalam kurikulum pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa dilaksanakan dalam bentuk kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. Kegiatan kurikuler merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara resmi melalui mata pelajaran. Kegiatan ini dijadwalkan setiap pertemuan dikelas maupun diluar kelas. Kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan di luar jam pembelajaran, kurikuler yaitu dapat dilaksanakan pada sore hari baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan masyarakat. Kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler dalam pelaksanaannya tetap mengedepankan pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pengembangan pengetahuan merupakan aspek yang berkenaan dengan kecerdasan siswa dengan mengedepankan pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dan berpikir ilmiah, sedangkan aspek keterampilan berkenaan dengan kemampuan vokasional siswa dalam melaksanakan sesuatu keterampilan tertentu. Selanjutnya aspek sikap berkenaan karakter perilaku siswa termasuk interaksi sosial siswa. 1

2 Salah satu wadah pengembangan interaksi sosial siswa di sekolah adalah melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan program kegiatan yang dilaksanakan siswa di luar jam pembelajaran baik dilaksanakan di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler siswa di sekolah sangat beragam antara lain kegiatan Praja Muda Karana (Pramuka), kegiatan Palang Merah Remaja (PMR) maupun kegiatan lain yang diprogramkan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang sangat berkaitan erat dengan pengembangan interaksi siswa adalah kegiatan Praja Muda Karana atau disebut Pramuka. Pramuka merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang diwajibkan pada setiap lembaga sekolah karena berkenaan dengan tata cara berkebangsaan dan bermasyarakat. Dalam buku Panduan Pramuka SMA (Anonim, 2005:14) menjelaskan bahwa kegiatan Pramuka di SMA bertujuan untuk mengembangkan rasa kebangsaan dan hidup bermasyarakat. Jenis kegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan ekstrakurikuler Pramuka di SMA meliputi; 1) pengetahuan tentang tata cara berkomunikasi, 2) pemahaman wawasan kebangsaan, 3) Kegiatan Perkemahan. Pengetahuan tentang tata cara berkomunikasi meliputi kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara verbal maupun non verbal. Berkomunikasi secara verbal dilakukan dengan cara memahami ilmu-ilmu kepramukaan dengan cara tanya jawab dan diskusi-diskusi kecil sesama siswa. Dalam kegiatan tersebut siswa diajarkan cara berbicara dan retorika memahami pembicaraan orang lain

3 dan tata cara berkomunikasi dengan baik. Pada kemampuan komunikasi verbal siswa diajarkan tentang tata cara menghargai teman, menghargai guru dengan keramahtamahan maupun bahasa-bahasa tubuh (Body Language). Kegiatan pramuka yang berkenaan dengan wawasan kebangsaan dilakukan dengan cara melatih siswa dalam pelaksanaan tata upacara, baik tata upacara bendera maupun tata upacara pada hari-hari besar nasional. Pada tata upacara tersebut siswa dibelajarkan cara menghargai para pahlawan yang telah gugur di medan perang dalam memerdekaan bangsa Indonesia disamping itu para pahlawan yang berjuang sesudah kemerdekaan. Kegiatan pemahaman wawasan kebangsaan dilakukan pula melalui latihan baris berbaris. Dalam kegiatan ini siswa dibelajarkan bagaimana berdisiplin melakukan sesuatu. Pemahaman kebangsaan dilakukan pula dengan cara meningkatkan disiplin siswa di sekolah seperti datang tidak terlambat, melaksanakan pembelajaran sesuai waktu yang ditentukan serta melaksanakan kegiatan akademik dan non akademik sesuai dengan yang digariskan oleh kurikulum pendidikan. Dalam kegiatan perkemahanan siswa dibelajarkan cara berinteraksi melalui saling kerja sama dalam pendirian tenda, saling membantu sesama manusia, mencintai lingkungan serta cara berdisiplin. Kegiatan perkemahan pramuka dilaksanakan baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah, di dalam sekolah kegiatan pramuka dipadukan dengan kegiatan pertandingan dan perlombaan baik olahraga maupun kesenian. Di samping itu dalam kegiatan perkemahan dilakukan pula bakti sosial berupa membersihkan lingkungan baik

4 lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat yang dapat menumbuhkan siswa untuk peduli lingkungan yang bersih. Berdasarkan uraian di atas tampak kegiatan ekstrakurikuler Pramuka sangat penting sebagai wadah dalam pengembangan interaksi sosial siswa. Melalui kegiatan Pramuka siswa diharapkan dapat mengembangkan interaksi sosial melalui tata cara berkomunikasi antara individu dan individu dengan kelompok. Disamping siswa diharapkan memiliki interaksi sosial melalui tindakan-tindakan saling cinta dan saling menolong, mengembangkan interaksi sosial melalui kerja sama saling menghargai serta memiliki sikap toleransi terhadap orang lain. Kenyataan yang ditemui di lapangan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Pramuka belum memberikan kontribusi dalam pengembangan interaksi sosial siswa. Hal ini diakibatkan oleh jenis kegiatan yang kurang diarahkan pada pengembangan karakter siswa yang dapat mengembangkan interaksi sosial. Jenis kegiatan Pramuka hanya dilakukan sekedar melatih siswa pada pembangunan tenda pramuka, latihan tali temali dan kemudian pelaksanaan kemah Pramuka tanpa ada bimbingan yang pada pemahaman bagaimana siswa berinteraksi sosial seperti tata cara berkomunikasi, saling tolong menolong atau melakukan bakti sosial. Pengembangan interaksi sosial dalam kegiatan pramuka belum diarahkan pada pemahaman siswa dalam melakukan komunikasi antar individu maupun kelompok baik antar siswa dan seluruh warga sekolah. Pada kegiatan perkemahan siswa hanya dibekali dengan tata cara membangun tenda, tali temali, dan cara

5 melaksanakan kegiatan sesuai dengan program yang telah disusun. Pada tata cara berkomunikasi siswa hanya diajarkan tentang simbol-simbol pramuka berupa morse dan semaphore. Pada kegiatan bakti sosial siswa hanya ditugaskan membersihkan lingkungan sekolah seperti mengumpul sampah dan melakukan penataan taman-taman yang ada di sekolah. Kenyataan di atas yang ditemui pada kegiatan observasi awal yang dilaksanakan peneliti di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo. Pengembangan interaksi sosial siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka sudah dilaksanakan tetapi belum difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan interaksi siswa baik interaksi verbal, interaksi emosional maupun tindakan sosial. Interaksi verbal contohnya pengembangan interaksi dalam berbicara secara sopan dan santun bagi seluruh warga sekolah, sedangkan interaksi emosional berupa sikap dan karakter siswa sesuai dengan pola prilaku yang baik seperti ramah, menghargai, konsekuen, tanggung jawab dan sebagainya. Tindakan sosial siswa diantaranya adalah pengembangan sikap siswa dalam membantu sesama seperti menengok rekan yang sakit, melakukan anjangsana ke panti asuhan, membantu bencana alam dan sebagainya. Data yang dihimpun peneliti pada observasi awal menunjukkan bahwa interaksi verbal siswa seperti menyapa baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat banyak menggunakan bahasa-bahasa kasar dan tidak sesuai dengan etika dan norma kesopanan, bahkan sebagian siswa menggunakan makian-makian dengan menegur sesama rekannya. Di samping itu dari segi interaksi emosional sebgaian besar siswa tidak bersikap ramah, sopan dan santun

6 dalam menegur rekan-rekannya. Pada aspek tindakan sosial sebagian besar siswa kurang memiliki kepedulian siswa terhadap teman-teman yang mengalami musibah sangat rendah bahkan tidak memperlihatkan tindakan sosial seperti tolong menolong maupun saling membantu. Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan penelitian dengan mengangkat permasalahan tentang interaksi sosial siswa dengan formulasi judul: Analisis Pengembangan Interaksi Sosial Siswa dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo. 1.2 Rumusahan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah dalam penelitian ini di rumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana pengembangan interaksi sosial siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo. b. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pengembangan interaksi sosial siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo. c. Upaya apa yang dilakukan guru dalam pengembangan interaksi sosial siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo.

7 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut: a. Mengetahui pengembangan interaksi sosial siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler Pramuka di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo. b. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan interaksi sosial siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler Pramuka di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo. c. Mengetahui upaya yang dilakukan guru dalam pengembangan interaksi sosial siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler Pramuka di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis sebagai berikut: a. Bagi Pembina Pramuka Bagi Pembina Pramuka, penelitian ini bermanfaat meningkatkan kompetensi keguruan khususnya kompetensi sosial yang diimplementasikan dalam bentuk pembinaan dan pengembangan interaksi sosial siswa pada kegiatan ekstrakurikuler Pramuka.

8 b. Bagi Sekolah Bagi sekolah, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai masukan dalam melakukan pembinaan-pembinaan terhadap guru maupun siswa yang berhubungan dengan program ekstrakurikuler terutama di bidang ekstrakurikuler Pramuka. c. Bagi Peneliti Bagi peneliti, kegiatan penelitian ini bermanfaat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang perkembangan interaksi sosial siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka.