BAB I PENDAHULUAN. Penelitian sastra sampai saat ini dipandang masih terbatas pada teks sastra.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pelajaran tentang pengalaman hidup yang dapat menginspirasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. antara Naskah Drama Ken Arok Karya Saini KM dengan Novel Arok Dedes Karya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, isi pikiran, maksud, realitas, dan sebagainya. Sarana paling utama. utama adalah sebagai sarana komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ciptaan sosial yang menampilkan gambaran kehidupan sebagai

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam hubungannya dengan kehidupan, sastra adalah wujud tertulis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. dalam menggambarkan kehidupan baik kehidupan dari diri pengarang

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah bagi siswa. intelektual, emosional maupun budi pekerti.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

I. PENDAHULUAN. Karya sastra yang berbentuk prosa telah dikenal di dalam dunia kesastraan. Karya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

I. PENDAHULUAN. ekstrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang berada di dalam

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dalam lingkungannya. Melayu yang belum mendapat pengaruh Barat. Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengarang (Noor, 2007:13). Selain itu, Noor juga mengatakan bahwa sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Penyimpangan sosial di kalangan pelajar, terutama yang berada di jenjang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan oleh sastrawan. Pikiran, perasaan, kreativitas, serta

I. PENDAHULUAN. yang berlangsung sepanjang hari dari zaman ke zaman (Semi, 2002:1). Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan bahasa tanpa meninggalkan kesopanan dan keindahan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang didasarkan oleh realitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berarti tulisan, istilah dalam bahasa Jawa Kuna berarti tulisan-tulisan utama.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. segala imajinasi yang dimilikinya untuk menghasilkan karya sastra. Karya sastra. dapat mengerti makna kehidupan dan hakikat hidup.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

KEEFEKTIFAN STRATEGI INKUIRI YURISPRUDENSIAL DENGAN MEDIA TAYANGAN BERITA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI

BAB I PENDAHULUAN. tidak sekadar merealisasikan kata-kata, melainkan dengan sendirinya kata-kata itu mengandung

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra di Indonesia banyak mengalami perkembangan. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendengarkan, berbicara/ bercerita, membaca, dan menulis/mengarang.

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran karya sastra di tengah-tengah masyarakat pembaca merupakan

BAB I PENDAHULUAN. oleh siswa. Sastra terbagi menjadi beberapa jenis misalnya puisi, cerpen, novel,

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

menyampaikan pesan cerita kepada pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan peristiwa dan kegiatan yang berisi kegiatan memahami,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam proses

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan

BAB I PENDAHULUAN. materi yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra

BAB I PENDAHULUAN. imajiner menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan,

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB I PENDAHULUAN. tertulis dapat dilihat dari kemampuan menulisnya. manusia yang lengkap yang di dalamnya memiliki situasi dan konteks.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra sampai saat ini dipandang masih terbatas pada teks sastra. Orientasi penelitian sastra yang masih terbatas menghasilkan hasil penelitian sastra yang hanya bersifat deskriptif. Hasil penelitian hanya seputar pada hal-hal teoritik sastra, sehingga, wujud wilayah penelitian sastra untuk sastra. Seharusnya penelitian sastra tidak hanya sebatas deskripsi teori-teori saja, melainkan juga pada hubungan sastra dengan konteks lain di luar karya sastra. Orientasi penelitian yang muncul kemudian tidak hanya terbatas pada aspek intrinsik sastra saja, tetapi juga pada aspek sosial yang lebih luas dan lebih kompleks mengingat karena karya sastra sebenarnya merupakan bahan komunikasi antara pengarang dengan pembaca (masyarakat). Kecenderungan penelitian sastra menekankan pada penelitian intrinsik sastra. Penelitian tersebut hanya mengekplorasi secara mendalam karya sastra itu sendiri tanpa mempertimbangkan objek penelitian yang ada di luar karya sastra. Penelitian yang seperti itu hanya mengarah pada penelitian sastra untuk sastra itu sendiri. Penelitian intrinsik sastra sangat penting dalam usaha untuk memahami sastra secara mendalam, tetapi unsur di luar karya sastra juga harus mendapatkan perhatian yang besar. Jika dalam penelitian sastra yang dikaji adalah unsur intrinsik saja, maka penelitian itu tidak banyak berimplikasi pada kehadiran sastra dalam masyarakat dan sastra akan tetap ada tetapi hanya di dunianya sendiri.

2 Menurut Endraswara (2003:2), paradigma kecenderungan penelitian sastra hanya pada penelitian intrinsik menjadikan penelitian sastra kurang berbobot secara kadar keilmiahannya. Ini ditandai adanya seminar penelitian sastra di berbagai tempat, yang ternyata, tidak memiliki bobot karakteristik secara ilmiah. Dalam hal-hal tertentu, penelitian sastra merupakan pandangan subjektivitas peneliti, sehingga sifat objektif. Pendekatan penelitian sastra yang hanya cenderung pada intrinsik sastra mungkin disebabkan oleh miskinnya teori yang membumi, khususnya studi ekstrinsik. Seperti yang sudah dikemukakan di awal, studi ekstrinsik sastra sangat penting dalam penelitian sastra. Akibat yang muncul menjadikan kualitas penelitian sastra tidak bisa optimal, sehingga kondisi penelitian sastra sukar dibedakan dengan komentar sastra dan atau kritik sastra. Penelitian sastra seharusnya mampu mengungkapkan seberapa jauh tanggapan pembaca sastra, sebab pembaca merupakan bagian penting dalam rangka pengembangan karya sastra. Tanpa memperhatikan aspek pembaca, maka penelitian sastra semakin kurang bermakna. Menurut Endraswara (2003:1), kepincangan penelitian sastra yang terasa sampai saat ini adalah masih jarang peneliti yang berani menerapkan metode eksperimen. Padahal penelitian dengan metode eksperimen sedikit banyak akan melengkapi makna sastra yang selama ini terabaikan karena kecenderungan penelitian intrinsik sastra. Dengan metode penelitian yang variatif (tidak hanya instrinsik), secara ilmiah, penelitian sastra akan lebih berbobot karena tidak hanya sebagai penelitian sastra untuk sastra, melainkan lebih memperluas fokus penelitian di luar intrinsik sastra yaitu ekstrinsik sastra beserta segala hubungannya di luar karya sastra.

3 Dalam penelitian sastra, menurut Endraswara (2001:4), penelitian sastra dirundung berbagai kendala antara lain: (a) minimnya fasilitas pendukung, terutama bagi penelitian sastra lama dan klasik, (b) masyarakat kurang memiliki sikap positif terhadap hasil penelitian sastra. Kedua kendala tersebut berakibat memunculkan pandangan yang negatif terhadap penelitian sastra, karena penelitian sastra kurang memberikan dampak langsung terhadap kehidupan masyarakat secara luas. Mengacu kepada hal tersebut, maka penelitian sastra seharusnya mampu menyentuh fakta kemanusiaan menyeluruh. Penelitian sastra hendaknya mengarah kepada karya sastra sebagai fakta sosial dan fakta mental manusia. Fakta sosial, hubungannya dengan keberadaan karya sastra dalam masyarakat dan pengaruh yang ditimbulkan oleh karya sastra kepada pembaca dan masyarakat. Fakta mental, sastra merupakan hasil perenungan mendalam seorang pengarang. Menurut Fokkema dan Kunne-Ibsch (dalam Ratna, 2012:2-3) penelitian terhadap karya sastra pada umumnya memanfaatkan teori-teori yang sudah ada. Tradisi yang seperti ini dianggap memiliki kelemahan sebagai akibat penyederhanaan, eklektisisme, dan penyimpulan yang salah. Keuntungan yang diperoleh jelas bahwa peneliti diberikan kemudahan, peneliti tinggal menguji kembali dan menyesuaikannya dengan sifat-sifat objek penelitian sastra. Dari berbagai masalah dalam penelitian sastra yang disebutkan penulis di atas, dapat dilihat bahwa penelitian sastra cenderung pada penelitian intrinsik. Pemberian porsi intrinsik yang terlalu besar dalam penelitian sastra berakibat bahwa penelitian sastra hanya terbatas pada yang ada dalam diri sastra dengan mengesampingkan ekstrinsik sastra. Idealnya penelitian sastra tidak hanya pada

4 instrinsik saja, melainkan juga ekstrinsik sastra yang cakupannya lebih luas tidak hanya unsur yang ada dalam karya sastra melainkan hubungan karya sastra dengan unsur di luar sastra (pembaca dan masyarakat). Berkaitan dengan penelitian sastra yang lebih luas (tidak hanya pada intrinsik tapi juga ekstrinsik) maka penulis mencoba menawarkan penelitian sastra dengan pendekatan intertekstual. Penulis beranggapan bahwa pendekatan intertekstual merupakan salah satu pendekatan yang mampu merepresentasikan tujuan utama dalam penelitian sastra yaitu penelitian sastra tidak hanya intrinsik saja melainkan juga penelitian yang mampu menyentuh fakta sosial, kemanusiaan dan unsur ekstrinsik lain di luar karya sastra secara menyeluruh. Intertekstulitas sebagai salah satu solusi dalam penelitian sastra yang komprehensif. Sebuah karya sastra tidak lahir dalam situasi kosong kebudayaannya, termasuk di dalamnya situasi sastra (Teeuw, 1984:146). Karya sastra mempunyai hubungan sejarah antara karya sezaman, yang mendahuluinya atau yang kemudian. Dengan demikian sebaiknya membicarakan karya sastra itu dalam hubungannya dengan karya sezaman, sebelum, atau sesudahnya. Munculnya studi interteks, sebenarnya lebih banyak dipengaruhi oleh pembuatan sejarah sastra. Maksudnya, jika dalam tradisi sastra terdapat pinjam meminjam antara sastra yang satu dengan yang lainnya, akan terlihat pengaruhnya. Dalam penyusunan sejarah sastra, periodisasi merupakan salah satu prinsipnya. Periodisasi adalah pembabakan waktu atau periode-periode sastra. Kajian intertekstual berangkat dari asumsi bahwa kapan pun karya tulis, ia tidak mungkin lahir dari situasi kekosongan

5 budaya. Unsur budaya, termasuk semua konvensi dan tradisi di masyarakat, dalam wujudnya yang khusus berupa teks-teks kesastraan yang ditulis sebelumya. Adanya hubungan intertekstualitas dapat dikaitkan dengan teori resepsi. Pada dasarnya pembacalah yang menentukan ada atau tidaknya kaitan antara teks yang satu dengan teks yang lain. Keterkaitan antarteks tersebut dapat berupa hubungan teks-teks sastra masa lampau, masa kini, dan masa depan. Dapat juga dikatakan dengan istilah hubungan sinkronik dan hubungan diakronik antarteks. Unsur-unsur hipogram yang dijumpai dalam kajian intertekstual juga berdasarkan persepsi, pemahaman, pengetahuan, dan pengalaman peneliti atau pembaca sastra dalam membaca teks-teks lain sebelumnya. Penunjukkan terhadap adanya unsurunsur hipogram pada suatu karya dari karya karya lain pada hakikatnya merupakan penerimaan atau reaksi pembaca. Pendekatan yang penulis pakai dalam penelitian sastra ini adalah pendekatan intertekstual. Prinsip intertekstual memerlukan suatu metode perbandingan dengan membandingkan unsur-unsur struktur secara menyeluruh terhadap teks-teks sastra yang akan diteliti. Metode demikian merupakan bukti yang dapat dipandang ilmiah. Karena itu, untuk mengungkapkan hubungan intertekstual antara teks sastra yang satu dengan yang lainya, tentu juga diperlukan metode perbandingan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, yaitu dengan membandingkan unsur-unsur struktur secara menyeluruh yang terdapat di dalam kedua teks sastra atau lebih karya sastra yang akan diteliti. Kajian intertekstual yang dimaksudkan sebagai kajian terhadap sejumlah teks sastra, yang diduga mempunyai bentuk-bentuk hubungan tertentu, misalnya

6 untuk menemukan adanya hubungan unsur-unsur novel seperti ide, gagasan, peristiwa, alur (plot), penokohan, (gaya) bahasa, dan lainnya, di antara teks yang dikaji. Adapun teknik membandingkannya adalah dengan menjajarkan unsur-unsur struktur secara menyeluruh yang terdapat di dalam karya-karya sastra yang diperbandingkan. Karya sastra yang dipakai sebagai objek penelitian sekaligus dibandingkan menggunakan pendekatan intertekstual adalah novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi dan novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara. Sehubungan dengan hal itu, peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul Aspek Motivasi pada Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi dan Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara: Kajian Intertekstual dan Implementasinya sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat empat rumusan masalah dalam penelitian ini. 1. Bagaimana unsur-unsur struktur yang membangun novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi dan novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara? 2. Aspek motivasi apa sajakah yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi dan novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara? 3. Bagaimanakah hubungan intertekstualitas antara novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi dan novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara dalam hal aspek motivasi yang terdapat dalam kedua novel tersebut?

7 4. Bagaimanakah implementasi aspek motivasi yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi dan novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara sebagai bahan ajar sastra Di SMA? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, terdapat empat tujuan dalam penelitian ini. 1. mendeskripsikan unsur-unsur struktur yang membangun novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi dan novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara. 2. mendeskripsikan aspek motivasi apa sajakah yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi dan novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara. 3. mendeskripsikan hubungan intertekstualitas antara novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi dan novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara dalam hal aspek motivasi yang terdapat dalam kedua novel tersebut. 4. mendeskripsikan implementasi aspek motivasi yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi dan novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun praktis. Adapun manfaat tersebut sebagai berikut.

8 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian ilmu sastra, khususnya pengkajian prosa fiksi (novel) dengan pendekatan intertekstual. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini sebagai berikut. a. Menambah pengetahuan pengkajian prosa fiksi para pembaca khususnya pada novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi dan Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara. b. Menjadi rujukan bagi para peneliti yang berniat menganalisis lebih lanjut karya sastra khususnya melalui pendekatan intertekstual. c. Menjadi pengalaman yang cukup berarti bagi peneliti dan hasilnya dapat digunakan dalam usaha pembinaan apresiasi sastra di sekolah terutama dengan penanaman aspek motivasi serta nilai-nilai pendidikan.