BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, baik untuk bertutur maupun untuk memahami atau mengapresiasi

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang melalui penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (BNSP, 2006: 5).

ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK DALAM NOVEL SINTREN KARYA DIANING WIDYA YUDHISTIRA

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. menyimak (listening skills); (2) keterampilan berbicara (speaking skills); (3)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebuah imitasi. Karya sastra merupakan bentuk dari hasil sebuah kreativitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari kehidupan masyarakat dalam satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra tumbuh, hidup, dan berkembang seiring dengan kemajuan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu implikasi dari sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928,

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang ada. Sastra sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai peristiwa yang sarat dengan nilai-nilai moral yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

BAB I PENDAHULUAN. ini. Akan tetapi, perkembangan teknologi dan industri yang menghasilkan budaya teknokrasi

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI SISWA KELAS XI A SMKN 1 SAWIT KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagian penting bagi kehidupan bangsa dan negara. Secara detail, penyebab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V PENUTUP. Dari rangkaian pembahasan yang telah dipaparkan di atas,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia kaya dengan keberagaman, yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang

2013 PENGGUNAAN MEDIA LAGU UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA DALAM MENULIS PUISI

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan cermin dari sebuah realitas kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. karena pendidikan memberikan arahan yang positif dan dengan pendidikan akan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

Sastra selalu melibatkan pikiran pada kehidupan sosial, moral, psikologi,

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra pada hakikatnya merupakan suatu pengungkapan kehidupan melalui bentuk bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Retno Friethasari, 2015 PENERAPAN METODE STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra selalu identik dengan ungkapan perasaan dan pikiran pengarang

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SISTEM KEMASYARAKATAN DAN NILAI-NILAI SOSIAL DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA: Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

ANALIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN PADA KUMPULAN CERPEN SENYUM KARYAMIN KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. yang hidup di dalam masyarakat (Esten, 2013: 2). Sastra berkaitan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. masyarakat itu sendiri. Akan tetapi, masyarakat itu sangatlah kompleks. Untuk menjadikan

BAB V PENUTUP. analisis bahasan utama pada tesis ini ada tiga hal yaitu: 1. Bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yulianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. negara karena maju tidaknya suatu negara itu tergantung dari kualitas sistem

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan karena seorang penulis itu memiliki kepekaan terhadap hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114).

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Karya sastra tidak mungkin tercipta jika para penulis tidak mempunyai

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra seringkali hasil dari ciptaan manusia mengenai pikiran, gagasan, tentang hakikat kehidupan dengan menggunakan bahasa imajinatif dan emosional. Sebagai hasil imajinatif, selain berfungsi sebagai hiburan juga berfungsi untuk menambah pengalaman batin bagi pembaca. Sebuah karya sastra yang baik bukan hanya rentetan kata-kata, melainkan terdapat makna atau nilai yang terkandung di dalamnya. Karya sastra tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan, khususnya pelajaran Bahasa Indonesia. Karya sastra terdiri dari novel, cerpen, puisi, pantun, dan drama. Novel merupakan salah satu karya sastra imajinatif yang diminati oleh pembaca. Karya sastra ini berkembang dari masa ke masa, dengan berbagai perubahan yang terjadi. Di dalamnya terdapat nilai pendidikan baik itu secara tersirat maupun tersurat, yang bisa pembaca ambil sebagai perubahan hidup yang lebih baik. Nilai pendidikan di sini bisa berupa nilai sosial, nilai religi, dan nilai moral. Novel dilahirkan tidak sekadar bacaan semata namun, juga mempunyai manfaat, salah satunya karya sastra ini diharapkan memunculkan pikiran-pikiran positif, sehingga pembaca mengetahui masalah-masalah yang ada di sekelilingnya. Novel juga mengungkapkan nilai yang berkembang di dalam lingkup kehidupan yang dapat digunakan sebagai pengenal manusia dan zamannya. Pada saat tertentu, sastra dapat berfungsi sebagai daya pengguncang nilai-nilai pendidikan yang sudah mapan. Sastra sebagai pengemban amanat sosial, sudah seharusnya diarahkan ke sana. Pada gilirannya kelak, sastra merupakan salah satu sarana yang kultural. Melalui sebuah karyanya, Kahlil Gilbran seorang penyair Libanon yang hidup antara 1883-1931 menggoyahkan kemapanan tata nilai sosial tertentu yang ada di dalam masyarakat pembaca karyanya. 1

2 Karya sastra sering kali tidak terlepas dari yang namanya sosiologi sastra. sosiologi sastra menurut Endraswara (2003: 79) dalam bukunya Metodologi Pengajaran Sastra, memberi pengertian bahwa sosiologi sastra adalah penelitian yang terfokus pada masalah manusia karena sastra sering mengungkapkan perjuangan umat manusia dalam menentukan masa depannya, berdasarkan imajinasi, perasaan, dan intuisi. Jadi karya sastra selalu mempunyai hubungan di luar karya sastra itu sendiri. Dalam sosiologi sastra aspek yang dikaji sangat beragam, salah satunya menganalisis nilai pendidikan. Nilai pendidikan ini menitikberatkan pada fakta yang terjadi pada novel yang akan diteliti, dalam hal ini akan memfokuskan pada nilai moral, nilai religi, dan nilai sosial dalam novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi. Novel ini merupakan salah satu novel yang dapat dikaji dengan sosiologi sastra untuk mengetahui nilai pendidikan yang terjadi dari setiap penceritaan yang terjadi didalamnya. Ahmad Fuadi menggunakan bahasa yang sederhana, sehingga alur penceritaan dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca. Nilai pendidikan dalam novel Negeri 5 Menara mengajarkan akan pentingnya suatu usaha kerja keras dalam menggapai sebuah impian. Dalam mencapai apa yang dicita-citakan tidak terlepas dari usaha dan doa. Usaha dapat diartikan seberapa sering meluangkan waktu dan tindakan untuk mencapai impian, tentunya sebagai pelajar seberapa sering kita membaca dan menggali ilmu pengetahuan. Sementara doa dapat diartikan ketakwaan dan ikhlas akan Allah SWT. Seorang muslim ketakwaan dapat dilihat dari mengerjakan sholat wajib, sholat sunah, keikhlasan akan ketetapan Allah, dan rasa tolong-menolong sesama makhluk Allah. Dilihat dari tumbuh kembang usia 12 tahun atau anak yang memasuki sekolah lanjutan tingkat pertama merupakan usia yang masih sangat labil. Di mana anak masih memiliki pola fikir yang belum mengetahui atau mengindahkan akibat yang ditimbulkan pada masa yang akan datang atas apa yang dilakukannya. Selain itu, tingkat emosionalnya masih sangat labil dan mudah dipengaruhi oleh 2

3 pergaulan maupun arus pergaulan yang sedang berkembang. Sementara, pergaulan di luar belum tentu semuanya membawa dampak positif bagi anak. Usia anak SMP atau MTs bisa disebut juga sebagai masa peralihan (pubertas) dari kanak-kanak kemasa dewasa (Mursadi, 2008: 55). Meskipun aspek kepribadian sudah diberikan dari kecil namun, sebenarnya puncak perkembangan terjadi pada masa ini. Anak akan selalu terpacu mencoba hal-hal baru yang belum ia ketahui dan mudah dipengarui oleh apapun yang ada disekitarnya. Selain itu, perkembangan sosial dan moral sangat terlihat pada fase ini. Anak akan bergantung pada teman sebaya di mana secara intenitas waktu merekalah yang lebih banyak bertemu atau berkumpul. Saat ini perubahan terjadi begitu global, baik dalam kehidupan, pendidikan, dan perilaku manusia. Manusia sekarang mengalami degradasi moral yang sangat memprihatinkan. Di mana siswa sekarang tidak lagi menunjukkan sikap patuh, berkata tidak sopan kepada guru seakan-akan yang menjadi lawan bicaranya dianggap sebagai teman sendiri. Dalam novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi di dalamnya banyak terdapat nilai pendidikan. Novel ini Mengajarkan dan mengembalikan sikap pemuda khususnya siswa yang mempunyai latar belakang sokolah dalam lingkup agama yang kuat. Salah satu sekolah yang menjunjung tinggi ilmu agama adalah sekolah Madrasah Tsanawiyah. Lembaga pendidikan diharapkan mampu mendidik, mengubah dan menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Melalui tempat ini ketika siswa lulus mempunyai karakter yang baik dan menerapkan apa yang didapat ke dalam lingkungan sekitar. Selain itu siswa harus mempunyai kemampuan berbicara, menyimak, menulis, dan membaca. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Sufanti, 2012: 2-3). Sekolah Madrasah Tsanawiyah mempunyai latar belakang sekolah yang menjunjung tinggi atau identik dengan nilai religius dan moral siswa. Dalam hal 3

4 ini anak dididik menjadi siswa yang mempunyai perilaku dan karakter yang terpuji baik di lingkungan masyarakat maupun kepada Tuhan. Dengan keadaan tersebut siswa dituntut untuk melaksanakan peraturan dan sistem pembelajaran yang diterapkan oleh sekolah. Proses pembelajaran didominasi menyangkut dengan ajaran agama. Berbagai nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menara berbeda dengan keadaan siswa sekarang ini. Siswa zaman sekarang lebih memganggap tidak mengindahkan batas aturan saat berkomunikasi dengan guru atau orang lain di sekitar mereka. Hal tersebut terlihat saat berkomunikasi dengan guru atau penjaga kantin mereka menggunakan bahasa Jawa ngoko, seharusnya siswa menggunakan bahasa Jawa krama atau menggunakan Bahasa Indonesia. Perubahan itu semakin hari semakin tidak terkendali, seakan menghilangkan ciri siswa Madrasah Tsanawiyah yang terkenal dengan siswa yang sopan, tahu aturan saat berkomunikasi, dan religius. Madrasah Tsanawiyah Negeri Surakarta II merupakan salah satu sekolah yang memiliki jumlah siswa yang tidak sedikit. Di mana ada sekitar seribu siswa yang menuntut ilmu di sekolah ini. Berlandaskan dari hal tersebut sekolah ini memiliki latar belakang siswa yang berbeda-beda, ada siswa yang berasal dari SD yang sudah menerapkan ilmu agama secara menyeluruh dan ada siswa yang berasal dari SD yang hanya mengejar nilai semata. Dari sinilah karakter siswa dapat terlihat dari apa yang dikerjakannya setiap hari di lingkungan sekolah. Dalam hal ini meskipun berlatar belakang sekolah yang identik dengan ajaran agama yang tinggi belum menjamin siswa memiliki karakter yang Islami. Berbagai macam karakter siswa ada disini dari yang sulit sholat dzuha, sholat wajib, tidak hormat kepada guru. Berbagai permasalahan yang telah dipaparkan di atas merupakan hal yang melatar belakangi penelitian ini. Di mana dalam penelitian ini akan mencoba menggunakan novel Negeri 5 Menara untuk diimplementasikan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Surakarta II. Melalui langkah tersebut diharapkan menjadikan siswa MTs kembali menjunjung tinggi ilmu agama tetapi tidak mengesampingkan ilmu pengetahuan yang sedang berkembang saat ini. 4

5 B. Rumusan masalah 1. Bagaimana latar sosio-historis Ahmad Fuadi? 2. Bagaimana unsur pembagun dalam novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi? 3. Bagaimana nilai pendidikan dalam novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi? 4. Bagaimana implementasinya nilai pendidikan novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi dalam pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri Surakarta II? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mendapatkan gambaran atau deskripsi tentang nilai pendidikan dalam novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi. Nilai pendidikan dalam ranah nilai sosial, nilai religi, dan nilai moral yang diungkap dalam novel tersebut. Selain itu juga digunakan dalam implementasi pembelajaran siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Surakarta II. 2. Tujuan Khusus a) Mendeskripsikan latar sosio-historis Ahmad Fuadi. b) Mendeskripsikan unsur pembangun novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi. c) Mendeskripsikan nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi. d) Mendeskripsikan implementasi nilai pendidikan novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi dalam pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri Surakarta II. D. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis penelitian ini adalah memperluas pengetahuan mengenai nilai pendidikan yang terkandung di dalam novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi. Selain itu penelitian ini juga memberikan pengaruh kepada 5

6 siswa Madrasah Tsanawiyah Surakarta II supaya memiliki perilaku yang baik. Dalam hal ini baik kepada sesama manusia maupun baik dengan Tuhan. 2. Manfaat Praktis a) Manfaat bagi peneliti Manfaat bagi peneliti adalah memperluas wawasan mengenai nilai-nilai pendidikan yang terkandung didalam novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi dalam dinamika perilaku siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Surakarta II sekarang ini. Selain itu juga memberikan wawasan mengenai kehidupan siswa MTs Negeri Surakarta II dalam masyarakat di tengah gempuran zaman. b) Manfaat bagi pengajar Melalui penelitian ini diharapkan pengajar lebih mengetahui kajian pembelajaran sastra dan nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi. Di mana nilai pendidikan tersebut bisa diterapkan saat pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri Surakarta II. Selain itu novel ini juga bisa dijadikan bahan pembelajaran di MTs, mengingat sekolah ini mempunyai latar belakang mirip dengan pesantren yang menjunjung tinggi religiusitas. c) Manfaat bagi siswa Dalam penelitian ini diharapkan siswa Madrasah Tsanawiyah Surakarta II mempunyai pandangan dan perilaku yang baik, saat berada di sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Peserta didik mempunyai nilai-nilai kehidupan yang bisa diterapkan dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial, khususnya siswa MTs yang terkenal dengan siswa yang ramah, sopan, dan beretika. Melalui penelitian ini pandangan seperti itu diharapkan kembali terangkat. Selain itu, memberikan pembelajaran dan motivasi bagi siswa bahwa menuntut ilmu di MTs sebenarnya memiliki pengetahuan yang lebih. Maksudnya, selain mendapat pengetahuan dalam ilmu sesuai perkembangan zaman peserta didik juga mendapatkan ilmu akhirat. Jadi, luaran MTs selain mampu bersaing di dunia luar juga tetap mempunyai akhlak yang tetap berada di jalan yang benar. 6