Realitas dalam Grid. Abstrak. Abstract. Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

REPRESENTASI KEINDAHAN ALAM BENDA

SENI RUPA MODERN INDONESIA : ANAGLYPH 3D

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

Contemplation. Sebuah Potret Idola

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA. memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ekspresi atau ide pada bidang dua dimensi.

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

SEMESTA WARNA. Abstrak. Abstract. : Drs. Rizki Akhmad Zaelani Harry. Kata Kunci : seni lukis, warna, sains, imajinasi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

3.1. MATERI 1 - GAMBAR DAUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Impressionisme adalah aliran seni yang pada mulanya melakukan

I. PENDAHULUAN. Dunia fotografi sangatlah luas, perkembangannya juga sangat pesat. Di

DISKRIPSI CIPTAAN LUKISAN JALAN KE CANDI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prio Rionggo, 2014 Proses Penciptaan Desain Poster Dengan Tema Bandung Heritage

STUDI MEMORI: IDENTITAS DIRI. 1. Pendahuluan. Kata Kunci: Bermain, Kreativitas, Proses Kreasi.

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan, maupun lingkungan kehidupan masyarakat. Alam dapat dikatakan. terpisahkan antara manusia dengan lingkungan alam.

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Orde post-modern, dalam gagasan estetiknya, tengah melumrahkan atau secara

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip pendidikan seni dan budaya meliputi pengembangan dimensi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat cepat. Begitu pula dengan gaya hidup masyarakat yang juga

TEKNOLOGI GADGET SEBAGAI INSPIRASI PENCIPTAAN LUKISAN TUGAS AKHIR KARYA SENI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Adi Khadafi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dapat merubah pola hidup manusia maupun nilainilai

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB I PENDAHULUAN. datang dari dalam maupun luar individu itu sendiri. Sebagai contoh, ketika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual.

LUKISAN BASUKI ABDULLAH DAN MAKNANYA

BAB IV PROSES BERKARYA

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

BAB III GAGASAN BERKARYA

BAB IV TINJAUAN KARYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DISKRIPSI LUKISAN DUA PENARI

BAB III METODE PENCIPTAAN

III. PROSES PENCIPTAAN

T E M A. widiantoro. Fakultas Arsitektur dan Desain. Progdi Desain Komunikasi Visual

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang diberikan kepadanya. Menurut Peraturan Pemerintah Republik

LANSEKAP VIRTUAL BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita berbicara tentang peradaban manusia, tidaklah akan lepas dari persoalan seni dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ESTETIKA BENTUK Pengertian. Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Kebutuhan dan keinginan diperlukan terutama untuk mencapai tujuan hidup

Apa itu Rupa dasar?desain dasar?

2014 SENI FOTOGRAFI BODY PAINTING DENGAN TEKNIK PENCAHAYAAN ULTRAVIOLET

PERJUANGAN ANAK-ANAK SEKOLAH DASAR DI TANAH ARON DALAM KARYA FOTOGRAFI DOKUMENTER

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III STRATEGI KOMUNIKASI DAN KONSEP VISUAL

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seperti wayang, batik, keris, angklung, reog. Wayang adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

W, 2015 #INSTAMOMENT KARYA CIPTA FOTOGRAFI MENGGUNAKAN MEDIA SMARTPHONE ANDROID DENGAN APLIKASI INSTAGRAM

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran.

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

III. METODE PENCIPTAAN

ROLE PLAYING GAME. 1. Pendahuluan. Kata Kunci : abstraksi, permainan, pixel, potret, simulasi.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV DATABASE KOMIK KOREA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab V ini akan disajikan pembahasan pada produk final hasil

BAB I PENDAHULUAN. Sejak revolusi industri, seni dan desain merupakan dua hal yang memiliki kaitan.

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang ada di sekitar kita tidaklah sesusah zaman dahulu. Hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang

MONOLOG WAJAH. Pendahuluan. Kata Kunci : Drawing, Mimik, Monolog

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. a. Langer terkesan dengan pengembangan filsafat ilmu yang berangkat

BAB III GAGASAN BERKARYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

Modul 3 PPG-Konten Kurikulum 1

Mengenal Komposisi, POI, Rule of Third/Nine Point, Golden Mean, dan Framing Agar Foto Lebih Menawan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kualitatif mengarahkan peneliti menjelajahi kancah dan

Bayanaka Canggu. tentang sebuah rumah peristirahatan di Bali, 2007 oleh: Fransiska Prihadi 1

BAB III. METODE PENCIPTAAN

BATUAN AGATE SEBAGAI INSPIRASI PADA PERHIASAN KERAMIK MENGGUNAKAN KOMBINASI MATERIAL LOGAM DENGAN TEKNIK AGATEWARE

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan

Metode Penciptaan Serikat Serangga Dalam Penciptaan Seni Kriya Oleh: I Nyoman Suardina, S.Sn.,Msn

DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator. Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn

BAB III METODE PENCIPTAAN. cm, karya ke dua berukuran 120 cm X 135 cm, karya ke tiga berukuran 100 cm X

55. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB D) A. Latar Belakang

Komposisi dalam Fotografi

BAB III PROSES PENCIPTAAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: VILLA LALU PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si PAMERAN. International exhibition ISACFA

BAB II LANDASAN TEORI

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pula menimbulkan masalah sosial baru ke depannya. Trianto (2010: 1) mengatakan bahwa :

2014 GUNUNG KRAKATAU SEBAGAI IDE BERKARYA SENI GRAFIS

BAB I PENDAHULUAN. Selain unsur visualisasi, teknik sapuan kuas yang ada di atas kanvas juga

BAB I PENDAHULUAN. Anak pada zaman sekarang umumnya lebih banyak menghabiskan waktu

Transkripsi:

Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa Realitas dalam Grid Rheza Rynaldo Onie Dikdik Sayahdikumullah Ph.D. Program Studi Seni Rupa. Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung Email : rhezarynaldo@gmail.com Kata Kunci : jurnal, naskah, panduan, penulisan, template Abstrak Kerang dan koral merupakan benda dari masa lalu, bahkan mungkin sudah ada sejak saya belum ada, sesuatu yang jauh dan tak tersentuh. Penulis memiliki ketertarikan personal terhadap bentuknya. Penulis juga tertarik dengan lukisan realis, di mana dalam prakteknya lukisan realis memiliki kesadaran meniru objek semirip mungkin dengan realitas yang hadir saat ini di masa penulis hidup. Selama ini, penulis secara sadar menggunakan metode yang sama dengan fotorealis ketika melukis untuk menyampaikan suatu realitas baru, yakni dengan menggunakan bantuan foto sebagai sketsa, menggunakan metode tertentu dalam memindahkan gambar foto, yakni menggunakan metode grid untuk memindahkan image foto ke dalam lukisan. Berdasarkan paparan diatas, penulis akan menghadirkan ketertarikan penulis terhadap bentuk kerang dan koral pada lukisan realis dengan menggunakan metode fotorealis. Penulis membutuhkan gaya lukisan realisme, yakni merepresentasikan sesuatu, dalam konteks karya penulis, untuk merepresentasikan realitas dalam lukisan fotorealis dan mencari nilai estetiknya. Abstract Shellfish and corals are a thing of the past, perhaps even been there since I have not been there, something distant and untouched. The author has a personal interest in the form. The author is also interested in realist paintings, which in practice has awareness realist painting objects mimic as closely as possible to the reality of the present moment in the author 's life. During this time, the author consciously use the same method with fotorealis when painting to convey a new reality, namely by using a photo as a sketch, using certain methods in moving images, ie using the grid method to move the photo image into a painting. Based on the above explanation, the author will present the author 's interest to form shells and coral on realist paintings using photorealis. Authors need realism style of painting, which represents something, in the context of the work of the author, to represent reality in painting photorealis and look for aesthetic value.

1. Pendahuluan Kerang dan koral merupakan benda dari masa lalu, bahkan mungkin sudah ada sejak penulis belum ada, sesuatu yang jauh dan tak tersentuh. Penulis memiliki ketertarikan personal terhadap bentuknya. Bentuk yang membawa penulis kepada kenyataan bahwa benda tersebut pernah hidup dan kini yang didapat penulis sudah tak bernyawa. Entah sudah berapa lama umurnya dan perubahan sebanyak apa yang terjadi melalui proses erosi, hal-hal tersebut merupakan misteri yang begitu dalam dan memberikan begitu banyak pandangan dalam diri penulis. Kemisteriusan itu juga yang menjadikan kerang dan koral sebagai bentuk yang sesuai untuk merepresentasikan kehadiran penulis yang menyukai perjalanan. Karena, dalam sebuah perjalanan, penulis selalu merasakan masih banyak hal yang belum diketahui dan terlewatkan dari perjalanannya. Namun penulis terkadang berpikir, biarlah misteri itu terus ada, karena hidup memang penuh misteri. Bahkan sifat misterius itu dapat menjadi menarik untuk membuat penulis merasakan penasaran dan menantikan perjalanan berikutnya. Paparan diatas jika meminjam istilah psikologi, merupakan tanggapan penulis terhadap bentuk kerang dan koral dari hasil pengamatannya hingga muncul fantasi. Pengamatan adalah hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Pada umumnya, penginderaan selalu disusul dengan pengamatan, terutama rangsang yang menarik perhatian kita. Tanggapan merupakan suatu bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan. Fantasi merupakan daya untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan yang sudah ada. Wajar bila penulis memiliki kecenderungan untuk mengamati serta memberi tanggapan personal terhadap kerang dan koral yang pada akhirnya menghadirkankan fantasi, karena itu merupakan aktifitas dasar manusia. Bagi penulis, tekstur kerang dan koral yang sangat khas mencerminkan kemisterusannya. Di mana pada permukaannya terdapat lubang, kontur lekukan, tonjolan, dan sebagainya yang terbentuk dari perjalanan kehidupan kerang dan coral yang penulis tidak ketahui. Uniknya, bila kita melihat secara lekat-lekat, teksturnya tidak jelas, bahkan cenderung abstrak, namun tahu, bahwa tekstur tersebut adalah kerang jelas namun tidak jelas, memiliki kecantikannya alamiahnya sendiri. Beberapa jenis pun memiliki warna yang beragam, bahkan untuk satu individu. Kekayaan alamiah dalam satu jasad relik tersebut ingin penulis hadirkan dalam karyanya secara representatif. Sebagai individu yang hidup saat ini, penulis tertarik dengan lukisan realis, dimana dalam prakteknya lukisan realis memiliki kesadaran meniru objek semirip mungkin dengan realitas. Bila diruntutkan dalam sejarahnya, lukisan realis muncul pada abad 18, dimulai oleh seorang seniman bernama Gustave Courbet (1819-1877) yang memiliki kesadaran melukiskan realitas lingkungannya, terlepas dari keagamaan dan kaum borjouis. Revolusi Perancis tahun 1848, menjadi latar belakang pergerakan seniman realisme terhadap kaum kerajaan pada zamannya. Lukisan realis menjadi representasi dari kenyataan di sekitarnya. Seperti lukisan Courbet berjudul The Stone Breakers, menunjukan buruh pemecah batu. Buruh yang memproses sebuah batu alam hingga menjadi bentuk batu yang berbeda, batu yang sudah tersentuh manusia. Seni di masa Courbet selalu berlandaskan pada suatu institusi tertentu, seperti instansi keagamaan, pendidikan, maupun kaum borjuis, namun, disamping itu semua, terdapat juga Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 2

para buruh dan pekerja kasar, inilah realita yang sebenarnya. Masyarakat yang melarat dan hidup dengan bekerja keras, bukan kaum borjuis atau intansi keagamaan belaka. Realitas masa lalu bila dibandingkan saat ini yang sudah memiliki perkembangan dalam segala bidang, misalkan hadirnya teknologi foto, tentu berbeda. Maka dari itu, lukisan realis dapat terus bertahan hingga saat ini dan terus berkembang karena memiliki konteks realitas saat ini. Berangkat dari hal ini, penulis ingin menjalani proses untuk melukis realis karena ketertarikan terhadap proses melukis realis saat ini, saat penulis hidup, konteks apakah yang berbeda daripada realisme Gustave Courbet. Selama ini, penulis secara sadar menggunakan metode yang sama dengan fotorealis ketika melukis untuk menyampaikan suatu realitas baru, yakni dengan menggunakan bantuan foto sebagai sketsa, menggunakan metode tertentu dalam memindahkan gambar foto (grid, proyektor dan sebagainya), yang tujuannya mencapai penampakan image foto yang lebih canggih dari segi konsep. Penulis pun selama ini melukis dengan bantuan image foto, dimana penulis menggunakan metode grid untuk memindahkan image foto ke dalam lukisan. Grid dalam hal ini sangat mempengaruhi perwujudan image foto untuk menjadi sedetail mungkin dalam lukisan. Uniknya, walaupun sangat penting, namun mengapa grid ini tidak muncul dalam lukisan? Ketika penulis melukiskan per bagian grid, muncul kecenderungan melukiskan per bagian tersebut juga di atas kanvas. Pada titik ini mulai timbul ide penulis untuk menghadirkan lukisannya dengan batas grid tersebut sebagai realita yang ada selama melukis menggunakan metode fotorealis. Dan timbul rasa penasaran apa yang akan hadir dalam lukisan yang secara visual seperti foto, namun direpresentasikan memiliki garis-garis ilusi. Berdasarkan paparan diatas, penulis akan menghadirkan ketertarikan penulis terhadap bentuk kerang dan koral pada lukisan realis dengan menggunakan metode fotorealis. Penulis membutuhkan gaya lukisan realisme, yakni merepresentasikan sesuatu, dalam konteks karya penulis, untuk merepresentasikan realitas dalam lukisan fotorealis. 2. Proses Studi Kreatif Tema yang penulis usulkan adalah Realitas dalam Grid. Menyadari lukisan realis memiliki perbedaan pada tiap masanya, seperti statemen Courbet, maka dari itu penulis dalam karyanya ingin mengangkat realitas yang hadir dalam kehidupan penulis dan menjadikannya sebagai relaisme penulis. Dalam konteks ini penulis membatasi dengan teknologi kamera digital sebagai media. Kehadiran kamera digital dalam era ini tentu memberikan perspektif baru tentang realitas. Misalkan, di masa sebelum ditemukan kamera, untuk mengetahui sebuah objek, tentu orang tersebut harus melihat langsung objeknya, namun saat ini, cukup direpresentasikan saja dengan sebuah image foto, maka ide tentang objek tersebut akan terwakili, meskipun tidak dapat mengimbangi kehadiran objek aslinya. Karena apa yang direpresentasikan oleh image foto merupakan sisi sebagian atau satu sisi dari objek nyata. Berdasarkan hal tersebut, bila image foto merupakan objek benda nyata yang hadir saat ini, maka image foto adalah bagian dari realitas sekarang. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 3

Kamera saat ini telah merekam bentuk secara digital dan dihadirkan kembali dalam bentuk pixel. Pixel adalah bentuk kotak-kotak terkecil yang hadir dalam layar komputer, semakin banyak jumlah pixel dalam satu area, semakin baik menampilkan gambar. Pixel, merupakan realitas baru yang hadir dalam kehidupan penulis, karena pixel merupakan objek kongkrit dan tampak. Disini, hadir dua realitas baru yang berbeda dari masa Courbet, yakni pixel dan image foto, dimana realitas Courbet belum terinvensi oleh masa kamera digital. Dan inilah konteks yang relevan sebagai realitas masa penulis. Dalam mengobservasi dan meniru bentuk image tersebut, penulis menggunakan metode grid untuk megimitasi pixel. Namun dalam prosesnya, penulis menyadari bahwa objek yang penulis observasi, merupakan realitas image foto yang terkotak-kotakan oleh pixel, bahkan dikotak-kotakan kembali oleh penulis untuk menirunya. Bukan lagi kerang, bahkan bukan pula image foto utuh, melainkan kotak-kotak pixel dalam kotak grid. Realitas inilah yang dilihat dan dirasakan penulis, selama melukis, seakan dipaksa untuk melihat realitasnya secara grid, bagian per bagian, tidak utuh kembali. Sensasi inilah yang ingin penulis hadirkan dalam lukisannya, realita yang dihadapi penulis dalam kesadaran akan apa yang nyata baginya. Penulis ingin agar audiens pun menyadari hal tersebut dengan interupsi ilusi grid yang terdapat dalam lukisan. Inilah logika realitas sekarang. Semua yang sudah terdigitalisasi dan ter-pixel-kan. Melalui karya Tugas Akhir ini, penulis ingin menghadirkan realitas pelukis fotorealis, yakni realitas dalam grid. Kemisterian ilahi kerap dirasakan dalam hidup penulis dimulai dari lingkungan sempit seperti keluarga, semakin semakin dewasa semakin berkembang, bahkan ketika penulis sering melakukan perjalanan jauh, kemisterian ilahi senantiasa hadir. Khususnya ketika penulis dihadapkan kepada benda benda alami yang telah memiliki sejarah yang panjang seperti kerang dan koral. Misteri bagaimana terciptanya melalui proses alam yang berada di luar nalar penulis. Untuk menjawab rasa penasarannya terhadap kemisterian ilahi dalam proses penciptaan, maka penulis memulai observasinya sebagai pelukis untuk membuat lukisan dengan objek kerang. Mencoba memposisikan diri untuk menciptakan, dengan cara meniru objek ciptaan-nya, memulai proses dari bidang kosong menjadi bentuk representatif kerang. Dalam proses melukis, penulis menggunakan metode meniru objek benda sebagai metode observasi. Sebagai objek, memang harus menggunakan objek image foto karena penulis ingin mengobservasi realitas penulis sebagai pelukis fotorealis, menggunakan foto sebagai acuan sketsa dalam menghadirkan representasi realita.. Maka pertama-tama penulis mengambil foto objek kerang. Image foto, sudah berbeda dengan objek kerang karena membiarkan sisi atau bagian lainnya tidak tampak, sehingga bentuk kerang yang utuh telah hilang, menunjukan sisi representatif, sekaligus sisi misteri. Sisi tersebut penulis hadirkan karena menurut penulis, sisi tersebutlah yang paling representatif. Penulis menghadirkan cahaya yang kontras dan kegelapan yang pekat untuk memberikan pesona kemisteriusan ilahi yang dirasakan penulis ketika melihat kerang. Pada proses melukis, penulis selalu menggunakan teknik grid untuk meniru, namun keberadaan grid tersebut tidak dirasakan ketika lukisan sudah jadi kendati mengejar kehalusan dalam melukis, kendati realita yang dihadapannya Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 4

adalah bidang foto yang dikotak-kotakan per bagian dengan garis grid. Dengan kata lain, kehadiran garis grid adalah realitas yang nampak. Sehingga, bagi penulis, ada suatu elemen penting yang dihilangkan, karena ketika melukis, penulis hanya melihat per bagian saja, bukan keseluruhan. Selain itu, meniru menggunakan grid dalam proses melukis merupakan proses kreasi yang penting. Primadi Tabrani menjelaskan dalam bukunya, Proses Kreasi, Apresiasi, Belajar (2000), sebagai citra manusia, kita memiliki proses kreasi, proses berpikir, atau lebih luasnya, disebut proses imaginasi. Hasil dari proses tersebut adalah integrasi antara yang diperoleh dari luar (simuli luar, yang diterima oleh sensasi-persepsi dalam arti yang luas) dan yang telah dimiliki sebelumnya (stimuli-dalam, yaitu memori dalam arti luas) [2]. Dalam hal ini, ketika penulis meniru, terdapat stimuli luar dan dalam yang terjadi sehingga hasil proses tersebut merupakan hasil integrasi dari kedua aspek tersebut dan pasti akan mengalami perubahan yang signifikan baik secara warna dan bentuk, tidak persis. Bahkan terjadi pergeseran bentuk yang jelas. Maka dari itu penulis merasa proses tersebut menjadi penting dan ingin dihadirkan dalam ilusi garis yang terbentuk akibat dari proses tersebut. Kendatipun apa yang ditiru juga kenyataanya memiliki garis-garis grid. Inilah realitas penulis, melihat foto secara grid. Sehingga, grid inilah yang ingin dihadirkan penulis sebagai bentuk realitas penulis sebagai pelukis fotorealis. Karya tugas akhir ini adalah sebuah series yang menggunakan sebuah komposisi yang sama, yakni komposisi dari image foto yang merepresentasikan kerang yang memiliki cahaya yang kontras dan di-grid-kan. Tujuannya secara langsung ingin menghadirkan sensasi kepada audiens tentang bagaimana cara melihat penulis ketika melukis image foto tersebut. Melalui visual ini, diharapkan audiens menyadari proses pemahaman tentang realitas penulis. Kehadiran rupa ilusi garis grid hasil dari pertemuan bidang akibat dari meniru secara perkotak garis grid di atas kanvas menjadi elemen estetik sendiri. Keindahan tersebut terletak pada kekuatan ilusi yang dapat memberikan persepsi yang berbeda kepada audiens ketika melihat karya penulis. Dalam jarak relatif jauh, audiens akan menyadari representasi bentuk dari kerang atau koral. Namun bila dilihat dengan jarak relatif dekat, bentuk yang representatif tersebut akan terpecah dan menjadi bentuk yang tidak jelas, bahkan cenderung abstrak. Kehadiran persepsi yang berbeda dalam lukisan penulis dimaksudkan agar audiens dapat merasakan proses penciptaan lukisan. Dari mulai kesadaran akan bentuk kerang yang hadir, namun merubah persepsi menjadi bentuk datar yang tidak jelas dan terkotak-kotakan ketika mendekat, dilanjutkan dengan proses audiens memulai kembali dengan memetakan bentuk kotak-kotak, menyadari setiap detail yang ada, hingga bentuk kerang muncul kembali. Inilah sensasi yang akan dirasakan ketika melihat lukisan penulis. Proses penciptaan yang disadari audiens diharapkan akan membawa kesadarannya pada nilai luhur kemisterian proses penciptaan ilahi. 3.Hasil Studi dan Pembahasan Bab ini menerangkan mengenai deskripsi dari karya karya yang dibuat pada tugas akhir. Pemaparan yang dilakukan lebih melingkupi jabaran visual. Analisa formal dan interpretasi turut dibahas pada bagian ini. Judul seri karya penulis adalah Genesis, diambil dari judul kitab suci Alkitab, yang berarti Kejadian. Dalam kitab tersebut dijelaskan mengenai peristiwa penciptaan dunia oleh Tuhan. Penulis memberikan judul tersebut dengan tujuan dapat menjadi pengantar bagi audiens untuk menjejaki lukisan penulis. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 5

Gambar 1: Judul Karya : Genesis #1 Ukuran Karya Media : 120cm x 80cm : Cat Minyak di atas Kanvas Tahun : 2014 Pada lukisan berjudul Genesis #1, penulis hadirkan garis grid berupa ilusi pertemuan bidang. Ilusi garis yang timbul tersebut memberikan efek visual baru, penulis mendapatkan elemen estetis yang baru, yang belum pernah penulis lihat. Persepsi yang dipengaruhi oleh jarak juga akhirnya penulis sadari, yakni bila dari jarak relatif jauh, penulis mengenali objeknya dengan jelas, karena mampu melihat secara utuh, menyeluruh. Namun, bila dilihat dalam jarak relatif dekat, penulis seakan diharuskan untuk melihat per kotak dan bentuknya menjadi sulit dicerna. Objek image foto yang digunakan penulis merupakan representasi kerang dengan perpotongan yang jelas di sisi atas dan bawahnya. Tone warna yang disetting penulis cenderung kecoklatan. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 6

Gambar 2: Judul Karya : Genesis #5 Ukuran Karya Media : 120cm x 80cm : Cat Minyak di atas Kanvas Tahun : 2014 Dalam karya I see from the Back, situasi pada foto asli menggambarkan idola penulis yang sedang bergegas membuka pintu mobil untuk pergi. Foto diambil oleh salah satu fan di bandara. Keadaan saat itu hujan rintik-rintik, tergambarkan jelas dalam foto asli. Efek pencahayaan menimbulkan warna dan kontras yang begitu menarik dimata penulis. Meskipun hanya menampilkan figur idola tampak belakang. Ketertarikan akan foto inipun membuat penulis ingin menghadirkan kembali figur tersebut dalam karya ini. Dengan pemilihan warna hitam, putih dan coklat penulis ingin menggabungkan antara proses-proses sebelumnya. Karya ini bisa menjadi titik akhir dari karya-karya sebelumnya. Dimana ada sebuah kesimpulan yang penulis dapat melalui proses yang sudah dilewati. Pengambilan figur dari belakang menurut penulis dapat menggambarkan situasi atau posisi penulis pada saat ini yang menjadi pengikut dan juga dapat berarti melihat ke belakang, melihat ulang dan berpikir ulang tentang arti sosok idola bagi penulis. Dengan segala pernyataan tentang idola, tentang segala konsepsi mengenai kesempurnaan, pada dasarnya keberadaan dari jiwa idola penulislah yang sebenarnya lebih berharga. Keberadaaan fisik yang sempurna tidak akan hidup jika jiwa itu mati. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 7

Gambar 3: Judul Karya : Genesis #6 Ukuran Karya Media : 120cm x 80cm : Cat Minyak di atas Kanvas Tahun : 2014 Tidak berbeda jauh dari kanvas kelima, disini penulis mencoba untuk lebih memudarkan objek ketika pengambilan foto. Hal ini dilakukan sebagai bentuk eksplorasi dari sisi bentuk yang semakin blur. Ketika jadi, secara visual, penulis juga menyukai karya keenam ini. Sensasi ketika melihat objek cangkang yang blur, namun dikenali sebagai representasi dari benda organik dan dengan hadirnya ilusi garis grid diatasnya memberikan pengalaman visual yang menghadirkan beberapa persepsi bagi audiens. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 8

Gambar 4: Judul Karya : Genesis #7 Ukuran Karya Media : 150cm x 100cm : Cat Minyak di atas Kanvas Tahun : 2014 Pada karya ketujuh, penulis mencoba untuk mengeksplorasi karya dari segi ukuran. Ukuran yang lebih besar dari karya sebelumnya, diikuti dengan skala grid yang lebih kecil memberikan persepsi yang berbeda dengan karya sebelumnya. Persepsi tersebut tentu muncul akibat dari ukuran kanvas yang lebih besar, sehingga karisma lukisan penulis lebih keluar. Menurut penulis, ukuran kanvas inilah yang paling cocok dalam memvisualisasikan konsep yang dimiliki penulis. 4. Penutup / Kesimpulan Penulis mulai mendalami seni lukis realisme pada awalnya. Namun setelah proses beberapa tahun, merasakan ada yang kurang disadari dan hilang dalam proses berkarya. Penulis menyadari kekurangan tersebut ketika menjalani proses Tugas Akhir studio, yakni kehadiran proses panjang mulai dari sketsa di atas kanvas menggunakan grid. Bagaimanapun, image foto dengan grid merupakan acuan penulis, dan realita yang tampak oleh penulis. Penulis ingin menghadirkan relitas penulis dalam karyanya sebagai karya Tugas Akhir. Dengan menggunakan teori estetika realisme, akhirnya mendapatkan panduan untuk merealisasikan gagasannya. Penulis berusaha jujur untuk melukiskan apa yang tampak, apa yang menjadi realita selama melukis fotorealis, yakni melihat image foto sebagai image yang terpotong-potong oleh garis grid. Itulah yang penulis ingin munculkan hingga akhirnya realitanya dapat hadir dalam lukisan, yakni realita dalam grid. Grid yang ingin dihadirkan dalam lukisan penulis, bukan garis yang Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 9

penulis sengaja lukiskan di atas kanvas, melainkan ilusi yang hadir akibat pertemuan bidang yang pelukis lukis per bagian. Bagaimanapun apa yang dilihat pada image adalah bidang kotak-kotak, maka penulis mengerjakan per kotak ketika melukis, dan ilusi garis grid tersebut akan hadir dengan sendirinya. Ilusi garis grid yang hadir membagi lukisan menjadi bidang bidang kecil. Tentu saja objek image kerang dalam lukisan pun terpecah. Perpecahan bidang tersebut menghasilkan beberapa persepsi, terutama persepsi rupa. Yakni ketika lukisan penulis dilihat dari jarak relatif jauh, makan akan menghadirkan persepsi yang jelas mengenai bentuk objek, namun ketika dilihat dengan jarak relatif dekat, maka persepsi bentuk akan berubah, objek menjadi terpecah, menjadi terkotak-kotakan dan audiens seakan dipaksa untuk memilih titik focus per kotak, bukan lukisan secara keseluruhan. Elemen estetik yang hadir dalam lukisan ketika ilusi garis grid tampak memberikan kemungkinan lain dalam visual lukisan realis. Menurut penulis, karya lukisan realisnya memiliki sisi keindahan tersendiri baik yang tampak, maupun sebagai konteks realisme masa ini. Terakhir sebagai kesimpulan selama menjalani pendidikan selama empat tahun serta dua semester untuk Tugas Akhir, penulis berpendapat bahwa melukis merupakan kegiatan yang sangat manusiawi dan tak mungkin bisa lepas. Ucapan Terima Kasih Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam MK Tugas Akhir Program Studi Sarjana Seni Rupa FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh yth.: Koordinator Tugas Akhir: Aminudin TH Siregar, M. Sn NIP: 197307291999031002 Pembimbing: Dikdik Sayahdikumullah Ph.D. NIP : 198302132010121005 Daftar Pustaka Buku BELL, Julian. 1999. What is Painting. Thames and Hudson GAUSS, Charles Edward. 1949. The Aesthetic Theories of French Artist 1855 to the Present. The Johns Hopkins press Walther, Ingo F.. Schneckenburger, Manfred. Fricke, Christiane. 2000. Art of the Twentieth Century. Taschen TABRANI, Primadi. 2000. Proses Kreasi, Apresiasi, Belajar. Penerbit ITB Internet http://www.moma.org/collection/theme.php?theme_id=10159 (9 Maret 2014, 01.37) http://en.wikipedia.org/wiki/digital_media (8 Maret 2014, 13.10) Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 10