STUDI MORFOLOGI DASAR LAUT BERDASARKAN INTERPRETASI REFLEKSI SEISMIK DI PERAIRAN KOMBA, LAUT FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI KONFIGURASI REFLEKSI SEISMIK DAN KARAKTERISTIK SEDIMEN DASAR DI PERAIRAN BATUATA, SULAWESI TENGGARA

KEBERADAAN SESAR DAN HUBUNGANNYA DENGAN PEMBENTUKAN GUNUNG BAWAH LAUT DI BUSUR BELAKANG PERAIRAN KOMBA, NUSA TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terletak di pertemuan tiga lempeng aktif (triple junction) yang saling

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Stratigrafi Seismik Laut Dangkal Perairan Celukanbwang, Bali Utara

STRUKTUR GEOLOGI TELUK BONE - SULAWESI SELATAN GEOLOGICAL STRUCTURES OF THE BONE GULF- SOUTH OF SULAWESI

INDIKASI GUNUNGAPI BAWAH LAUT DI PERAIRAN SANGEANG SUMBAWA NUSA TENGGARA BARAT

BAB II GEOLOGI REGIONAL

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman Online di :

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan dengan wilayah yang sangat luas Indonesia

OSEANOGRAFI. Morfologi Dasar Laut

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Posisi Foot Of Slope (FOS) Titik Pangkal N (m) E (m) FOS N (m) E (m) Jarak (M)

SEISMIK STRATIGRAFI PERAIRAN LOMBOK LEMBAR PETA 1807, NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian.

ANALISIS ANOMALI UDARA BEBAS DAN ANOMALI BOUGUER DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR

Online di : Studi Sebaran Sedimen di Perairan Sub-cekungan Tarakan Kalimantan Timur

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Gempa di Pulau Jawa Bagian Barat. lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia, dan

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. komplek yang terletak pada lempeng benua Eurasia bagian tenggara (Gambar

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Area penelitian terletak di area X Malita Graben yang merupakan bagian

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

STUDI PEMETAAN BATIMETRI MENGGUNAKAN MULTIBEAM ECHOSOUNDER DI PERAIRAN PULAU KOMODO, MANGGARAI BARAT, NUSA TENGGARA TIMUR

INTRUSI VULKANIK DI PERAIRAN SEKOTONG LOMBOK BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Tuban adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia. Penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. lempeng besar (Eurasia, Hindia-Australia, dan Pasifik) menjadikannya memiliki

BAB II GEOLOGI REGIONAL

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN ATRIBUT ANOMALI MAGNETIK PERAIRAN WETAR, NUSA TENGGARA TIMUR

STRUKTUR GEOLOGI LAUT FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. topografi Indonesia yang kasar dan tidak rata dengan intensitas gempa bumi dan

ANALISIS TAFONOMI MOLUSKA PADA FORMASI DAMAR DI KALI SIWUNGU TEMBALANG SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

ANALISIS PROBABILITAS GEMPABUMI DAERAH BALI DENGAN DISTRIBUSI POISSON

II. TINJAUAN PUSTAKA. serentak aktif (Gambar 1). Pada saat ini, Lempeng Samudera Pasifik - Caroline

Ringkasan Materi Pelajaran

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 1

GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA 1

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. tatanan tektonik terletak pada zona pertemuan lempeng lempeng tektonik. Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA : GEOLOGI REGIONAL

Bentuk bentukan dasar laut / topografi dasar laut

KAJIAN SEBARAN UKURAN BUTIR SEDIMEN DI PERAIRAN GRESIK, JAWA TIMUR

PROSES SEDIMENTASI CEKUNGAN BONE BERDASARKAN PENAFSIRAN SEISMIK REFLEKSI DI PERAIRAN TELUK BONE SULAWESI SELATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan lokasi dari Struktur DNF yang ditandai

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Bemmelen (1949), lokasi penelitian masuk dalam fisiografi

BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989).

Bab III Pengolahan Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia, maka ini akan mendorong teknologi untuk dapat membantu dalam

BAB II GEOLOGI REGIONAL

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

IDENTIFIKASI JALUR SESAR MINOR GRINDULU BERDASARKAN DATA ANOMALI MEDAN MAGNET

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh Satria Yudha Asmara Perdana Pembimbing Eko Minarto, M.Si Drs. Helfinalis M.Sc

STUDI ARUS DAN SEBARAN SEDIMEN DASAR DI PERAIRAN PANTAI LARANGAN KABUPATEN TEGAL

TINJAUAN GEOLOGI LANDAS KONTINEN INDONESIA DI LUAR 200 MIL LAUT SEBELAH SELATAN PERAIRAN PULAU SUMBA

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III TATANAN GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejarah eksplorasi menunjukan bahwa area North Bali III merupakan bagian selatan dari Blok Kangean yang

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Interpretasi Stratigrafi daerah Seram. Tabel 4.1. Korelasi sumur daerah Seram

Pendangkalan Alur Pelayaran di Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu

GEOLOGI REGIONAL. Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949)

BAB I PENDAHULUAN. bagian tepi lempeng Eurasia. Batas lempeng ini merupakan tempat bertemunya tiga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lampung Selatan tepatnya secara geografis, terletak antara 5 o 5'13,535''-

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman Online di :

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan geologi Papua diawali sejak evolusi tektonik Kenozoikum

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. Nilai BATIMETRI. Oleh. Nama : NIM :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah

Wahyuni Sofianti 1, Dr.Eng Idris Mandang, M.Si 2 1 Program Studi Fisika FMIPA, Universitas Mulawarman

STUDI POLA SEDIMENTASI DAERAH LEMBAH DAN SUNGAI PURBA (PALEO-CHANNEL) BERDASARKAN ANALISIS DATA SEISMIK DI PERAIRAN SELAT BANGKA

2014 INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT

ANALISA LAJU SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI CILAUTEUREUN GARUT

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Transkripsi:

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 375-383 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose STUDI MORFOLOGI DASAR LAUT BERDASARKAN INTERPRETASI REFLEKSI SEISMIK DI PERAIRAN KOMBA, LAUT FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR Chesya Sera De Claresya, Alfi Satriadi, Lili Sarmili*) Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, S.H, Tembalang Semarang. 50275 Telp/fax (024)7474698 Email : satria_as@yahoo.co.id; lsarmili@yahoo.com Abstrak Perairan Komba terletak di perairan Pulau Flores bagian timur laut, secara administratif terletak ke dalam wilayah Nusa Tenggara Timur. Pada bagian selatangunung Komba (Pulau Batutara) terdapat gunung api bawah laut yaitu Baruna Komba, Abang Komba dan Ibu Komba. Berkaitan dengan munculnya jajaran gunung api bawah laut Komba, maka sangat diperlukan informasi mengenai morfologi dasar laut dan informasi struktur geologi di jajaran gunung api bawah laut tersebut. Ketiga gunung api bawah laut tersebut diindikasikan terbentuk oleh adanya patahan atau sesar yang tererosi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui morfologi bawah laut berdasarkan interpretasi refleksi seismik.materi yang dijadikan objek studi pada penelitian ini meliputi batimetri, rekaman refleksi seismik dan jenis sedimen dasar. Hasil penelitian menunjukan bagian terdangkal pada sekitar perairan Komba adalah 400 meter sedangkan yang terdalam adalah 3400 meter dan termasuk kedalam perairan laut dalam. Terdapat banyak sesar atau patahan yang terekam pada hasil dari interpretasi refleksi seismik. Lapisan sedimen di perairan Komba memiliki konfigurasi refleksi seismik yang menunjukan dengan pola reflektor parallel, divergent dan chaotik. Sedimen dasar di perairan Komba termasuk kedalam sedimen laut dalam yang berjenis biogenous atau pelagik.. Kata Kunci : Morfologi dasar laut, Refleksi Seismik, Perairan Komba Abstract Komba waters located in the waters of the northeastern part of the island of Flores, is administratively located in the East Nusa Tenggara region.in the southern part of the volcano Komba (Island Batutara) are submarine volcanoes that Baruna Komba, Abang Komba and Ibu Komba. In connection with the emergence of the ranks of submarine volcanoes Komba, so it will need information about the seabed morphology and geological structure information in the ranks of the submarine volcanoes.the submarine volcanoes are formed is indicated by the presence of a fault is eroded. The purpose of this study was to determine the morphology of the seabed on interpretation of seismic reflection.the material is used as an object of study in this research include bathymetry, seismic reflection recording and sediment types.the results showed the shallowest part of the waters around Komba is 400 meters while the deepest is 3400 meters and categorized into the dap-sea waters. There are many fault recorded on the results of seismic reflection interpretation. Layers of sedimentary in Komba Sea has a configuration that shows the reflection seismic reflector pattern parallel, divergent and chaotic. Sediment in Komba Sea were deep sea sediments into the manifold biogenous or pelagic. Keywords :Seabed morphology, Seismic reflection, Komba Sea

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 376 1. Pendahuluan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dan negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Luas wilayah yang terdiri dari 70 persen lautan dan luas perairan lautnya 5,8 juta termasuk Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) (Nontji, 2007).Menurut Mulyana dan Salahuddin (2009) secara fisiografi wilayah laut Indonesia dapat dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu, daerah Paparan Sunda terletak di bagian barat Indonesia, Paparan Sahul di bagian timur Indonesia dan zona transisi. Paparan Sunda mencakup daerah daerah perairan Selat Malaka, Laut Cina Selatan dan Laut Jawa. Paparan Sahul mencakup daerah-daerah di selatan Laut Banda dan Laut Aru. Sedangkan daerah transisi mencakup daerah-daerah perairan Laut Sulawesi, Laut Maluku, Laut Banda dan Laut Flores. Menurut Hamilton (1979) dalam Sarmili et al. (2003), Indonesia bagian selatan dikenal sebagai tempat terjadinya sistem penunjaman-tumbukan yang sangat besar dari busur Kepulauan Sunda Banda, sistem ini menghasilkan situasi lempeng tektonik yang sangat rumit dimana ketiga lempeng utama saling bertumbukan. Penelitian pada daerah ini pernah dilakukan sebelumnya oleh P3GL (Puslitbang Geologi Kelautan) pada tahun 2001 dan 2003. Pada bagian selatan Pulau Batutara (Gunung Api Komba) terdapat gunung api bawah laut yang umurnya lebih tua yaitu Gunung bawah laut Baruna Komba, Abang Komba dan Ibu Komba yang memanjang dari barat laut hingga tenggara (Sarmili et al., 2003). Bentuk gunung api bawah laut Komba sangat erat kaitannya dengan informasi mengenai morfologi gunung bawah laut di perairan tersebut. Untuk membantu dalam menjelaskan terbentuknya gunung api bawah laut Komba maka diperlukan informasi mengenai struktur geologi di sekitar Perairan Komba. 2. Materi dan Metode Penelitian A. Materi Penelitian Materi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa data rekaman refleksi seismik sebanyak 5 lintasan yang akan digunakan sebagai interpretasi refleksi seismik, data pemeruman yang meliputi data kedalaman dan koordinat lokasi pemeruman, dan sampel sedimen dasar yang diambil di 5 titik lokasi pengamatan. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa Peta Batimetri Skala 1 : 200.000 publikasi Dinas Hidro Oseanografi (DISHIDROS) tahun 2001 sebagai peta dasar. Data penelitian diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan menggunakan kapal survei Geomarin III milik Pusat Penelitian danpengembangan Geologi Kelautan (P3GL), Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral. Pengambilan data dilakukan pada 10 29 September 2013. Lingkup daerah penelitian terletak pada koordinat 123 35 00 BT - 123 55 00 BT dan 07 50 00 LS - 08 05 00 LS. Peta penelitian ditunjukan pada gambar 1.

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 377 Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif yang bersifat deskiptif. Menurut Sukardi (2009) menjelaskan bahwa metode penelitian eksploratif adalah metode penelitian yang bertujuan mencari, mengungkap, menggali, secara cermat dan lengkap fakta fakta yang terkandung dalam permasalahan yang bersifat spesifik. Kedalaman Dasar Laut Dari alat akustik bawah laut Chirp Sub-bottom Profiler Bathy 2010 di dapatkan berupa data kedalaman dan koordinat posisi pemeruman. Data hasil pemeruman dasar laut ditunjukan dalam Lampiran 1. Data tersebut diolah menggunakan SoftwareSurfer 11.0 sehingga dapat menggambarkan pola kontur kedalaman dan menampilkan morfologi 3 dimensi kedalaman dasar Perairan Komba, Laut Flores, Nusa Tenggara Timur. Akusisi Data Seismik Hasil akuisisi data seismik dikonversi menggunakan perangkat lunak ProMAX kedalam bentuk format gambar (.Jpeg) sehingga didapatkan hasil rekaman seismik. Setelah rekaman seismik diperoleh, selanjutnya dilakukan interpretasi secara visual untuk mengidentifikasi sesar atau patah dan untuk mengenali pola-pola konfigurasi refleksi dengan anggapan bahwa data yang diperoleh dianggap mempresentasikan lapisan sedimen dibawah permukaan laut. Interpretasi konfigurasi refleksi seismik dilakukan dengan melihat pola refleksi yang terlihat pada rekaman seismik. Jenis konfigurasi refleksi seismik merujuk berdasarkan buku Interpretasi Seismik Refleksi (Sigit Sukmono, 1999) yaitu pola refklesi parallel, divergent, sigmoid, oblique, chaotic dan free reflection. Rekaman seismik tersebut ditandai dengan abjad A D pada setiap lapisannya serta diberi keterangan pada setiap pola-pola reflektor yang teridentifikasi secara visual sehingga batas-batas perbedaan pola reflektornya akan terlihat jelas. Sedimen Dasar Sampel sedimen yang didapat dianalisis menggunakan metode analisis mikroskopis, yaitu pengamatan fenomena-fenomena litologis yang terdiri dari pengamatan terhadap warna sedimen, besar butir, kandungan fosil, mineral-mineral penting, struktur sedimen dan arah perubahan perubahannya. (P3GL, 2003). 3. Hasil dan Pembahasan Pemeruman Dasar Laut Peta kontur kedalaman Perairan Batuata tersaji pada gambar 2, pada peta terlihat pola kontur perairan yang menyerupai gunung yang muncul ke permukaan laut. Gambar 3 berupa sayatan atau

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 378 cross section dari titik A ke B yang ada pada peta kontur (Gambar 2) semakin memperjelas morfologi yang ada di Perairan Batuata. Gambar 3 menunjukan topografi 3 dimensi dasar perairan Batuata Sulawesi Tenggara yang memiliki kedalaman sampai 2500 meter yang terukur menggunakan alat pemeruman Chirp Sub-bottom Profiler Bathy 2010. Gambar 2. Peta Kontur Kedalaman di Perairan Komba, Laut Flores, Nusa Tenggara Timur Gambar 3. Penampang titik A B

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 379 Gambar 4. Moroflogi Dasar Laut secara 3 Dimensi di Perairan Komba, Laut Flores, Nusa Tenggara Timur Terdapat 3 gunung api bawah laut yang terbentuk akibat aktivitas sesar atau patahan pada Perairan Komba. Ketiga gunung api bawah laut tersebut memiliki nama, Gunung Api Bawah Laut Baruna Komba, Abang Komba dan Ibu Komba (Sarmili et al, 2003). Perairan Komba, Laut Flores dapat kategorikan sebagai perairan laut dalam dengan bentuk morfologi yang kompleks. Interpretasi Refleksi Seismik Hasil interpretasi rekaman seismik menunjukan adanya sesar atau patahan yang terjadi di sekitar Perairan Komba, Laut Flores, Nusa Tenggara Timur yang mengakibatkan terbentuknya Gunung Api Bawah Laut. Pada rekaman refleksi seismik lintasan 1 mempunyai panjang 59 km yang berarah dari barat ke timur (gambar 5). Lintasan ini dimulai dari cekungan sedimen di bagian barat dan berakhir di ujung timur. Jumlah patahan pada lintasan ini terdapat sebanyak 3 patahan yang dapat dilihat pada interpretasi seismik. Lintasan 2 ini memiliki arah dari barat ke timur sepanjang 59 km (gambar 6). Terdapat 6 patahan pada lintasan ini, pada bagian barat terdapat sesar naik yang merupakan bagian daerah busur belakang. Lintasan 3 memiliki panjang 59 km dengan arah dari timur ke barat (gambar 7). Pada lintasan ini ditemukan 5 patahan, di bagian ujung barat lintasan terlihat sesar naik seperti pada lintasan sebelumnya. Lintasan 4 merupakan lintasan refleksi seismik dengan arah dari barat ke timur sepanjang 59 km (gambar 8). Hanya terdapat 4 patahan pada lintasan ini, patahan tersebut banyak ditemukan di dekat puncak dari gunung api bawah laut yang terekam penampang seismik. Lintasan 5 merupakan lintasan refleksi seismik yang mempunyai panjang 59 km dengan arah dari timur ke barat (gambar 9). Dari interpretasi terlihatada 2 patahan besar di dekat puncak gunung bawah laut tersebut. Dari hasil interpretasi rekaman seismik ini pula menunjukan adanya lapis lapisan dari dasar laut yang ditinjau dari konfigurasi refleksi seismik. Pada daerah ini terdapat refleksi seismik parallel, divergent dan chaotik. Lapisan pertama yaitu lapisan parallel yaitu lapisan sedimen di permukaan dasar laut, lapisan tersebut berkaitan dengan lingkungan pengendapan yang stabil. Lapisan kedua yaitu lapisan divergent yaitu lapisan yang dicirikan oleh bidang yang menyebar ke beberapa tempat akibat laju pengendapan yang bervariasi dan terbentuk akibat permukaan miring yang secara progresif selama proses sedimentasi. Lapisan ketiga yaitu lapisan chaotik, memiliki pola refleksi yang tidak teratur dan menunjukan adanya komplikasi endapan dan tektonik yang diduga sebagai batuan keras yang diduga batuan vulkanik. Pada interpretasi seismik lapisan lapisan di simbolkan dengan huruf, A untuk lapisan parallel, B untuk lapisan divergent, C untuk lapisan chaotik dan D untuk acoustic basement atau batuan dasar akustik. Simbol tersebut memilik arti, bahwa simbol A memiliki umur lapisan paling muda dan lapisan yang dianggap paling tua atau paling dalam ada pada simbol D.Hasil interpretasi refleksi seismik lintasan 1 (gambar 5) terdapat lapisan sedimen bagian atas yang menutupi lapisan sedimen di bawahnya secara tidak selaras.

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 380 Lapisan parallel atau lapisan yang berumur muda ini cukup tebal menutupi lapisan divergent dan chaotik yang memiliki umur lebih tua di bawahnya. Interpretasi lintasan 2 (gambar 6) didominasi oleh lapisan divergent, tetapi di arah ujung barat terdapat perlapisan sedimen berukuran halus yang ditafsrikan dengan adanya lapisan parallel. Interpretasi lintasan 3 (gambar 7) pada bagian sisi timur dan barat terlihat pola lapisan sedimen, lapisan tersebut didominasi oleh lapisan divergent tetapi masih terdapat juga lapisan parallel dan chaotik. Diduga lapisan yang terbentuk di sekitar lintasan ini berasal dari letusan gunung api Komba. Interpretasi lintasan 4 (gambar 8) secara morfologi lintasan ini dekat dengan bagian selatan gunung api Komba sehingga lapisan parallel yanglebih mendominasi dari pada lapisan divergent dan chaotik. Lapisan parallel atau lapisan yang lebih muda tersebut diduga berupa endapan lahar dari gunung api Komba yang meletus pada tahun 2007, sehingga menutupi lapisan yang lebih tua di bagian bawah lapisan parallel. Interpretasi lintasan 5 (gambar 9) menunjukan pada arah barat dari puncak gunung bawah laut tersebut terdapat lapisan parallel dengan dicirikan adanya sedimen yang lebih halus dan terdapat lapisan divergent yang mendominasi arah timur dari puncak gunung bawah laut tersebut. Pada lintasan 1-5 terlihat didominasi oleh lapisan parallel dan divergent, namun tidak sedikit pada tiap lintasan terdapat lapisan chaotik. Adanya lapisan parallel, divergent, dan chaotik yang terekam oleh seismik di sekitar daerah penelitian, mengindikasiakan bahwa lapisan tersebut terbentuk oleh distribusi endapan gunung api yang berasal dari daratan terdekat yaitu Pulau Batutara (Gunung api Komba) yang aktif hingga sekarang. Fenomena munculnya jajaran gunung api bawah laut Komba ini sangat unik, karena pada umumnya di Indonesia gunung api terbentuk pada jajaran arah dari barat ke timur tetapi pada jajaran gunung api bawah laut Komba ini terbentuk dengan arah dari barat laut ke tenggara. Jajaran gunung api Indonesia yang terbentuk dari arah barat ke timur ini sesuai dengan teori Mc Caffrey (1988) yaitu di selatan pulau Jawa terdapat palung yang menandakan adanya penunjaman kerak benua di bawah busur vulkanik, sistem penujaman (subduction) ini terjadi dimana kerak Indo Australia yang relatif lebih elastis menunjam ke arah utara di bawah kerak benua Asia yang diwakili pulau Jawa dan Kepulauan Nusa Tenggara Barat dan Timur.Dari hasil interpretasi refleksi seismik terlihat bahwa di sekitar daerah penelitian terdapat gunung api bawah laut yang terbentuk akibat patahan atau sesar. Diduga gunung api bawah laut Baruna Komba terbentuk oleh hasil erupsi gunung api Komba karena secara morfologi Baruna Komba terletak cukup dekat dengan gunung api Komba atau Pulau Batutara. Ditemukannya sesar atau patahan pada gunung bawah laut Komba ini menandakan adanya interaksi antar kerak benua Australia dan kerak benua Eurasia yang saling bertumbukan, kedua kerak tersebut melintas di sekitar daerah penelitian. Sesar sesar naik di busur belakang ini adalah fenomena dimana tumbukan antara ke dua kerak benua (Australia dan Eurasia) yang sangat kuat dan diwakili oleh jajaran gunung api (laut Banda) yang bergerak ke arah selatan dan menunjam ke bawah jajaran gunung api busur vulkanik (Mc Caffrey, 1988). Patahan Gambar 5. Interpretasi Rekaman Seismik Lintasan 1

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 381 Ibu Komba Gambar 6. Interpretasi Rekaman Seismik Lintasan 2 Abang Komba Gambar 7. Interpretasi Rekaman Seismik Lintasan 3 Gambar 8. Interpretasi Rekaman Seismik Lintasan 4

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 382 Baruna Komba Gambar 9. Interpretasi Rekaman Seismik Lintasan 5 Sedimen Dasar Laut Hasil klasifikasi ukuran butir sedimen dasar laut tersaji pada tabel 1. Terdapat informasi berupa kedalaman pengambilan sampel, panjang core, dan nama sedimen. Pengambilan sampel sedimen diambil hingga kedalaman 2685 meter. Panjang coremaksimal yang didapat pada daerah penelitian ini adalah sepanjang 64 cm. Berdasarkan hasil analisis, sampel sedimen memiliki ukuran butir yang terdiri dari lanau, lempung dan pasir. Tabel 1. Hasil Klasifikasi Jenis Sedimen Dasar di Perairan Komba, Nusa Tenggara Timur. Nama Stasiun Kedalaman (m) Panjang core (cm) Sampel Sedimen top bottom Stasiun 1 2621 25 Lanau Lanau Stasiun 2 2685 20 Pasir Lempung Stasiun 3 1195 30 Pasir Pasir Stasiun 4 1172 34 Lempung Lempung Stasiun 5 1025 60 Pasir Pasir Pada sampel sedimen yang diamati terdapat cangkang microorganisme terutama foraminifera. Terdapat foraminifera planktonik dengan genusglobigerina dan Globorotalia pada stasiun 2, 3, 4, dan 5. Analisis mikroskopis menunjukan bahwa sampel sedimen yang diamati adalah jenis sedimen biogenuos atau pelagik. Menurut teori Kennet (1992) sedimen biogenuos adalah sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme yang hidup seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahanbahan organik yang mengalami dekomposisi. Hal ini menunjukan bahwa dahulu di sekitar lokasi penelitian adalah tempat hidup biota biota laut karena komponen penyusun dari sedimen diperairan ini terdiri dari endapan biogenik pelagik laut dalam yaitu foraminifera planktonik yang bercangkang karbon dan mineral. 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa morfologi gunung bawah laut Baruna Komba memiliki puncak yang berbentuk kerucut, lebih tinggi dan lebih tajam, puncak gunung berada pada kedalaman sekitar 400 meter. Puncak gunung bawah laut Abang Komba berbentuk mengerucut tetapi tidak tajam dan berada pada kedalaman berkisar 600 meter, dan puncak gunung bawah laut Ibu Komba berada pada kedalaman 1000 meter, lebih landai karena tingkat erosi Ibu Komba lebih tinggi dari Abang Komba dan Baruna Komba. Hasil interpretasi refleksi seismik menunjukan gunung api bawah laut muncul di sebabkan oleh sesar atau patahan. Jenis sesar yang mengakibatkan munculnya jajaran gunung api bawah laut ini adalah sesar normal. Pola reflektor dari hasil konfigurasi refleksi seismik bertipe pola parallel, divergent, dan chaotik.hasil sampelsedimen dasar di Perairan Komba yang diamati memiliki jenis sedimen biogenous pelagik. Daftar Pustaka Kennet, J. P. 1992. Marine Geology. Printice-Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey Mulyana, W dan M. Salahudin. 2009. Morfologi Dasar Laut Indonesia. Puslitbang Geologi Kelautan (P3GL), Dept. ESDM. Bandung

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 383 Mc. Caffrey, R., 1988. Active Tectonics of The Easternd Sunda and Banda Arc, Journal of Geophysical Research, Vol. 93. Nontji, A. 2007. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta, 13-15 hlm. P3GL. 2003. Laporan Akhir Ekspedisi Bandamin I. Departemen ESDM, Bandung. (tidak dipublikasikan) Sarmili, L., Halbach, P., Pracejus, B., Rahders, E., Soesilo, J., Hutabarat, J., Djohor, S. D., Makarim, S., Purbani, D., Kusumah,G., Noor, C. D. Aryanto dan Mubandi, A. 2003. Mineralisasi Hidrothermal Temperatur Rendah di Perairan Kompleks Gunung Komba, Laut Flores, Indonesia. Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral, Balitbang Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta. Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. PT. Bumi Aksara, Jakarta, 11 28 hlm. Sukmono, S. 1999. Interpretasi Seismik Refleksi. Dept. Teknik Geofisika, Institut Teknologi Bandung, Bandung.