ANALISA TEKNIS REKAYASA SERAT ECENG GONDOK SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN KOMPOSIT DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA TEKNIS KEKUATAN MEKANIS MATERIAL KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT AMPAS TEBU (BAGGASE) DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK DAN IMPAK

Imam Pujo Mulyatno, Sarjito Jokosisworo Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro ABSTRACT

PENGARUH PENGGUNAAN SERAT KULIT ROTAN SEBAGAI PENGUAT PADA KOMPOSIT POLIMER DENGAN MATRIKS POLYESTER YUKALAC 157 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN DAN TEKUK

ANALISA TEKNIS PENGGUNAAN SERAT DAUN NANAS SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN KOMPOSIT PEMBUATAN KULIT KAPAL DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK, BENDING DAN IMPACT

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, seiring dengan meningkatnya penggunaan bahan tersebut yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin,

ANALISA PENGUJIAN TARIK SERAT AMPAS TEBU DENGAN STEROFOAM SEBAGAI MATRIK

ANALISA PENGARUH KETEBALAN INTI (CORE) TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT SANDWICH

BAB 1 PENDAHULUAN. komposit tidak hanya dari komposit sintetis tetapi juga mengarah ke komposit

PENGARUH PENAMBAHAN PROSENTASE FRAKSI VOLUME HOLLOW GLASS MICROSPHERE KOMPOSIT HIBRIDA SANDWICH TERHADAP KARAKTERISTIK TARIK DAN BENDING

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan untuk penelitian material komposit ini adalah:

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag)

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

Bahan yang digunakan pada pembuatan panel kayu sengon laut ini adalah:

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

I. PENDAHULUAN. komposit alternatif yang lain harus ditingkatkan, guna menunjang permintaan

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain :

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius)

ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN COREMAT UNTUK KONSTRUKSI FRP (FIBERGLASS REINFORCED PLASTIC) SANDWICH PADA BADAN KAPAL

BAB III METODE PENELITIAN. 3 bulan. Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Program Teknik Mesin,

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Kata kunci : Serat batang pisang, Epoxy, Hand lay-up, perbahan temperatur.

LAMPIRAN. 3). 94% Resin, 3% Serat Pelepah Salak, dan 3% Serat Glass. 4). 94% Resin, 4% Serat Pelepah Salak, dan 2% Serat Glass.

PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE

PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP KEAUSAN, KEKUATAN TARIK DAN IMPACT KOMPOSIT SERAT AMPAS TEBU BERMATRIK POLYESTER

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi

BAB III METODOLOGI. Mulai

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

PENGUJIAN AWAL KONSTRUKSI FIBERGLASS PADA LAMBUNG KAPAL BOAT SESUAI STANDAR

BAB I PENDAHULUAN. Dengan perkembangan dunia industri sekarang ini. Kebutuhan. material untuk sebuah produk bertambah seiring penggunaan material

ANALISIS PERBANDINGAN KEKUATAN TARIK ORIENTASI UNIDIRECTIONAL 0 DAN 90 PADA STRUKTUR KOMPOSIT SERAT MENDONG DENGAN MENGGUNAKAN EPOKSI BAKELITE EPR 174

Volume 1, Nomor 1 Juni 2008 Jurnal Flywheel, ISSN :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRESENTASI TUGAS AKHIR PENGARUH SIFAT MEKANIK TERHADAP PENAMBAHAN BUBBLE GLASS, CHOPPED STRAND MAT DAN WOVEN ROVING PADA KOMPOSIT BENTUK POROS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sambungan material komposit yang telah. banyak menggunakan jenis sambungan mekanik dan

Opa Slamet S,Burmawi,Kaidir

TUGAS AKHIR (ME141501) ANALISA TEKNIS BAHAN KOMPOSIT DARI SERAT ALAMI AMPAS TEBU UNTUK BAHAN ALTERNATIF PEMBUATAN KULIT KAPAL

Gambar 3.1. Alat Uji Impak Izod Gotech.

PENGARUH KOMPOSISI RESIN POLIYESTER TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT YANG DIPERKUAT SERAT BAMBU APUS

Studi Eksperimental Pengaruh Jumlah Lapisan Stainless Steel Mesh dan Posisinya Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending Komposit Serat Kaca Hibrida

KAJIAN KONSTRUKSI FIBERGLASS SEBAGAI LAMINASI PADA LAMBUNG KAPAL BOAT SESUAI STANDAR A

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:

Jurusan Teknik Mesin, Universitas Brawijaya Jl. MT Haryono 167, Malang

Momentum, Vol. 14, No. 1, April 2018, Hal ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) F-101

ANALISA TEKNIS KOMPOSIT SANDWICH BERPENGUAT SERAT DAUN NANAS DENGAN CORE SERBUK GERGAJI KAYU SENGON LAUT DITINJAU DARI KEKUATAN TEKUK DAN IMPAK

TUGAS AKHIR. PENGARUH WAKTU RENDAM BAHAN KIMIA NaOH TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERAT BULU KAMBING SEBAGAI FIBER DENGAN MATRIK POLYESTER

Studi Experimental Pengaruh Fraksi Massa dan Orientasi Serat Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Berbahan Serat Nanas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

Djati Hery Setyawan D

BAB III METODE PENELITIAN

RIYAN HERI SETYAWAN NIM. D

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KEKUATAN TARIK BOLTED JOINT STRUKTUR KOMPOSIT C-GLASS/EPOXY BAKALITE EPR 174

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP KEKUATAN TARIK KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT IJUK DENGAN MATRIK EPOXY

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi pada era globalisasi mengalami. perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai inovasi yang

Upaya Peningkatan Kualitas Sifat Mekanik Komposit Polyester Dengan Serat Bundung (Scirpus Grossus) Erwin a*, Leo Dedy Anjiu a

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Material, Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH SERAT SABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN PEMBUAT HELM PENGENDARA KENDARAAN RODA DUA

PENGARUH PEMBEBANAN STATIK TERHADAP PERILAKU MEKANIK KOMPOSIT POLIMER YANG DIPERKUAT SERAT ALAM

BAB I PENDAHULUAN. mulai banyak dikembangkan dalam dunia industri manufaktur. Penggunaan material komposit yang ramah lingkungan dan bisa

PEMANFAATAN PARTIKEL TEMPURUNG KEMIRI SEBAGAI BAHAN PENGUAT PADA KOMPOSIT RESIN POLIESTER

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT MATRIKS RESIN BERPENGUAT SERAT ALAM DENGAN BERBAGAI VARIAN TATA LETAK

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan banyaknya pencemaran lingkungan, maka. kebutuhan industri sekarang ini lebih mengutamakan bahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH SAMBUNGAN MEKANIK TIPE BOLTED BONDED TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA KOMPOSIT POLYESTER SERAT BATANG PISANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISA KEKUATAN IMPACT DAN MODEL PATAHAN KOMPOSIT POLYESTER- SERAT ECENG GONDOK DI TINJAU DARI TIPE PENYUSUNAN SERAT.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN

JUDUL TUGAS AKHIR STUDI PERLAKUAN ALKALI TERHADAP SIFAT MEKANIK KOMPOSIT POLIESTER SERAT RAMI

Analisis Serat Pelepah Batang Pisang Kepok Material Fiber Komposit Matriks Recycled Polypropylene (RPP) Terhadap Sifat Mekanik dan SEM

Kevin Yoga Pradana Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Wajan Berata, DEA

TUGAS AKHIR. PENGARUH PROSENTASE BAHAN KIMIA 4%, 5%, 6%, 7% NaOH TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERAT BULU KAMBING DENGAN MATRIK POLYESTER

Fajar Nugroho Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto, Yogyakarta. Jl. Janti Blok R Lanud Adisutjipto

Pengaruh Penambahan Prosentase Fraksi Volume Hollow Glass Microsphere Komposit Hibrid Sandwich Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending

Analisa Data. Keterangan No. Uji

ANALISIS PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT POLIESTER DENGAN FILLER ALAMI SERABUT KELAPA MERAH

BAB I PENDAHULUAN. Serat batang pisang kepok(musa paradisiaca) pada umumnya hanya

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH

III. METODOLOGI PENELITIAN

Arif Nurudin ¹) Kata kunci: komposit, waru, alkalisasi, arah serat, kekuatan tarik, kekuatan bending

BAB I PENDAHULUAN. saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dalam membuat berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kekuatan Tarik Komposit Matrik Polimer Berpenguat Serat Alam Bambu Gigantochloa Apus Jenis Anyaman Diamond Braid dan Plain Weave

I. PENDAHULUAN. alami dan harga serat alam pun lebih murah dibandingkan serat sintetis. Selain

PENGARUH KOMPOSISI SERAT TERHADAP KEKUATAN IMPAK KOMPOSIT YANG DIPERKUAT SERAT BAMBU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Menurut penelitian Hartanto (2009), serat rami direndam pada NaOH 5%

Gambar 2.6 Kerangka Konsep BAB III METODE PENELITIAN. atau laksanakan di Bengkel dan Laboratorium produksi Universitas Medan Area.

Transkripsi:

ANALISA TEKNIS REKAYASA SERAT ECENG GONDOK SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN KOMPOSIT DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK Hartono Yudo*, Kiryanto* * Program Studi Teknik Perkapalan Fakultas Teknik UNDIP ABSTRAK Serat eceng gondok saat ini banyak digunakan dalam industri-industri mebel dan kerajinan rumah tangga (UKM) karena selain mudah didapat, murah, tidak membahayakan kesehatan, dapat mengurangi polusi lingkungan (biodegradability) sehingga nantinya dengan pemanfaatan sebagai serat penguat komposit mampu mengatasi permasalahan lingkungan. Dari pertimbangan diatas maka penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan analisa teknis berupa kekuatan tarik dari komposit berpenguat serat eceng gondok dengan perlakuan pola anyaman variasi arah serat sudut arah serat sudut 0 0 dan 45 0. sebagai matrik resin polyester. Dari hasil pengujian spesimen dilakukan analisa kekuatan tarik kemudian dibandingkan dengan nilai kekuatan tarik yang diijinkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia sebagai tolak ukur standar ujinya. Pengujian komposit berpenguat serat eceng gondok membandingkan arah serat sudut 0 0 dan 45 0, perlakuan serat pola anyaman, fraksi volume 32% matrik polyester dan 68% serat eceng gondok, dengan metode hand lay up, hasil pengujian didapat harga kekuatan tarik tertinggi dimiliki oleh komposit dengan arah serat sudut 0 0. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kekuatan tarik dan modulus elastisitas dari komposit berpenguat serat eceng gondok belum dapat memenuhi ketentuan peraturan kekuatan tarik dan modulus elastisitas dari BKI yakni : untuk arah serat 0 0 searah kekuatan tariknya sebesar 0.648 kg/mm 2 dan modulus elastisitasnya sebesar 472,46 kg/mm 2, untuk arah serat 45 0 bersilangan kekuatan tariknya sebesar 0,252 kg/mm 2 dan modulus elastisitasnya sebesar 149,462 kg/mm 2. Kata Kunci : Serat eceng gondok, metode hand lay up, polyester resin, kekuatan tarik, modulus elastisitas. PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan komposit dewasa ini telah berkembang pesat, seiring pengunaannya yang semakin meluas. Dalam hal ini industri maritim merupakan salah satu bagian industri strategis yang dipilih sebagai ujung tombak industri berbasis teknologi dan strategi globlisasi guna menunjang pembangunan dalam negeri. Penggunaan komposit yang semakin meluas tersebut dikarenakan komposit mempunyai keunggulan tersendiri dibanding dengan bahan teknik alternatif lain, karena sifat komposit yang memiliki kekuatan yang bisa diatur (tailorability), memiliki kekuatan lelah (fatigue) yang baik, memiliki kekuatan jenis (strength/weight) yang tinggi dan tahan korosi. Pengembangkan industri komposit di indonesia dengan mencari bahan komposit alternatif yang lain harus digalakkan, guna menunjang permintaan komposit di indonesia yang semakin besar. Selama ini perkembangan komposit di indonesia masih diarahkan dengan bahan-bahan sumber daya alam non renewable (tidak dapat diperbarui kembali) yang berasal dari galian bumi seperti gelas, karbon, aramid. Untuk itu perlu dikembangkan bahan baku material penguat komposit yang ramah lingkungan, seperti natural fibre. Bahan komposit natural fibre banyak terdapat di indonesia misalnya dengan pemanfaatan serat bambu, serat nanas, serat tebu, serat pisang, ijuk dsb. Bahan alternatif tersebut nantinya harus berorientasi pada harga yang murah, jumlah yang melimpah, kualitas yang tinggi serta ramah lingkungan. Dalam penelitian ini eceng gondok diharapkan dapat menjadi bahan baku alternatif sebagai serat penguat komposit, karena populasi tanaman eceng gondok sangat besar. Sebagai perbandingan, populasi eceng gondok daerah rawa pening mencapai 70 % dari 2.300 hektar luas rawa tersebut (Kemitraan Air Indonesia, 2007). Hasil penelitian ini diharapkan berkembangnya inovasi baru dalam pengembangan teknologi material pembuatan komposit pembuatan kapal non-ferro dalam industri pembuatan kapal khususnya kapal fiberglass Reinforced Plastic (material komposit berpenguat serat gelas). Pemanfaatan serat eceng gondok sebagai penguat komposit KAPAL 36

nantinya dapat menjadi material alternatif baru sebagai bahan alternatif pembuatan kapal di indonesia. Perumusan Masalah Sehubungan dengan judul tugas akhir ini maka perumusan masalah yang diperoleh adalah sebagai berikut : Dapatkah komposit berpenguat eceng gondok mampu menahan beban tarik sehingga dapat digunakan dalam pembuatan kulit kapal non ferro (fiberglass Reinforced Plastic). Tujuan Penelitian Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah 1. Mengetahui pengaruh dari variasi arah serat terhadap kekuatan tarik komposit berpenguat eceng gondok. 2. Meneliti kelayakan serat eceng gondok dari segi kekuatan tarik sebagai serat penguat komposit sebagai bahan alternatif untuk pembuatan kulit badan kapal non ferro dengan standar tolak ukur kekuatan tarik serat gelas sesuai peraturan standar BKI. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat percobaan (eksperimental) dengan cara melakukan pengujian. Percobaan yang dilakukan adalah pembuatan komposit dengan menggunakan serat eceng gondok sebagai serat penguat, kemudian dilakukan pengujian kekuatan tarik yang kemudian hasil pengujian akan dibandingkan dengan kekuatan dari serat gelas (Fiberglass Reinforced Plastic) berdasarkan peraturan BKI. Pada percobaan ini pembuatan material komposit menggunakan bahan baku yang umum ditemukan di pasaran dan sering dipakai dalam proses produksi. Sedangkan untuk proses pengerjaan dari spesimen uji dikerjakan dengan metode olesan atau sering disebut dengan hand lay up, sehingga kualitas laminasi sangat tergantung dari kemampuan dan keterampilan pekerja. Komponen material dasar ini terutama terdiri dari serat penguat, resin sebagai pengikat dan beberapa zat tambahan. Pada perancangan percobaan ini penulis membagi atau mengelompokkan pekerjaan menjadi beberapa tahapan seperti yang ditunjukkan pada gambar diagram alir metodologi penelitian berikut : Tahap I : Persiapan Bahan Penelitian Bahan bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah : serat eceng gondok, resin polyester, katalis, dan wax. Peralatan Peralatan yang digunakan meliputi : alat cetak, penjepit kayu, timbangan digital, gelas ukur, gergaji dan kuas cat. Tahap II : PROSES PEMBUATAN KOMPOSIT PENGOLAHAN SERAT ECENGGONDOK: 1. Pemilihan tanaman eceng gondok dari jenis Limnocharis flava dengan memperoleh dari habitat yang sama, Dalam penelitian ini eceng gondok diperoleh dari Rawa Pening. 2. Tanaman eceng gondok dipilih dengan tinggi yang sama kira - kira 30 cm. 3. Pemilihan tanaman eceng gondok dengan kualitas yang baik. 4. Tanaman dicuci bersih untuk menghilangkan kotoran kemudian lalu diplih ukuran panjang & diameter batang tanaman yang kira kira sama. Panjang & batang tanaman dipilih dengan panjang kira kira 30 cm. 5. Untuk mendapatkan serat yang seragam, maka batang tanaman ditumbuk sampai permukaan seratnya rata, lalu serat dikeringkan selama 10 hari dengan cara dijemur sinar matahari sampai benar benar kering. 6. Setelah kering untuk mendapatkan serat yang sama panjang dan lebarnya agar memenuhi unsur homogenitas, maka panjang serat dan lebar serat di seragamkan dengan cara dipilih kualitas serat yang baik dan seragam. 7. Pengambilan serat dari tanaman enceng gondok dengan bantuan sikat kawat, enceng gondok disikat dengan cara membujur searah dengan sikat kawat tersebut, lalu dengan sendirinya serat akan memisah dari daging tanaman tersebut. Lalu dipotong bagian ujung serat agar panjang serat menjadi 20 cm agar semua dimensi serat sama. 8. Setelah itu serat eceng gondok, dapat dilakukan penyetrikaan agar serat lebih KAPAL 37

kaku untuk memudahkan penganyaman. Metode penganyaman yang mengunakan pola Plain Weave Fiberglass Cloth dengan cara menjalin jalur jalur serat secara selang seling untuk menghasilkan corak bergerigi pada lajur motif spesimen uji. 9. Proses selanjutnya melakukan penganyaman serat dengan cara manual untuk mendapatkan serat eceng gondok dalam bentuk lembaran anyaman dengan ukuran 20 x 20 cm. Jumlah serat untuk menjadi lembaran anyaman tersebut disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Variasi Arah Serat Eceng Gondok Adapun macam atau jenis serat yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut : a. Arah serat dwiarah (pola anyaman) dengan sudut 0 0 Lamina ini diperoleh dengan cara menyusun serat eceng gondok secara merata hingga membentuk satu layer dan tiap layer disusun saling tegak lurus membentuk sudut 90 0 sehingga membentuk anyaman arah sudut 0 0. b. Arah serat dwiarah (pola anyaman) dengan sudut 45 0 Lamina ini diperoleh dengan cara menyusun serat eceng gondok secara merata hingga membentuk satu layer dan tiap layer disusun saling tegak lurus membentuk sudut 90 0 sehingga membentuk anyaman arah sudut 45 0. Pembuatan Komposit Berpenguat Serat Eceng Gondok Proses pembuatan komposit dilakukan sebagai berikut : a. Menyiapkan bahan-bahan yang akan diperlukan dalam pengerjaan pembuatan material komposit. Bahan bahan yang dibutuhkan, antara lain; lembaran-lembaran serat eceng gondok hasil penganyaman. Matrik, Dalam penelitian ini jenis material polymer yang dipilih sebagai bahan matriks adalah jenis Unsaturated Polyester Resin dengan merk dagang BQTN-EX dengan data teknis sebagai berikut; Massa Jenis : 1,20 gr/cm 3 Modulus Young : 1,18.10 3 N/mm 2 Angka Poison : 0,33 Kekuatan Tarik : 12,7 N/mm 2 Dalam resin ini, mengandung komposisi campuran resin polyester tak jenuh murni dan bahan pelarut stiren dengan perbandingan 1:3. Selain itu di tambah katalis berupa MEKPO (Metil Etil Keton Peroksida) sebagai zat curing, mempersingkat waktu curing. Wax, Wax berfungsi memudahkan melepas komposit dari cetakan. b. Peralatan yang digunakan yang menunjang dalam pengerjaan pembuatan material komposit digunakan, antara lain; Alat Cetakan; Direncanakan berbahan kaca dengan ketebalan 7 mm, berdimensi 200 x 200 x 7 mm, terdiri atas tiga bagian yaitu; bagian tepi, bagian alas dan bagian tutup cetakan.. Timbangan; Untuk mengukur berat serat dan matriks, timbangan yang digunakan adalah timbangan digital agar tingkat ketelitian ukuran lebih baik. Gelas Ukur; Untuk mengukur volume resin yang akan dituang di cetakan. Mixer: Untuk mengaduk antara resin dengan katalis agar campuran katalis dengan resin menyatu. Kuas 1. Untuk meratakan resin yang dituang ke dalam cetakan di atas serat. Penjepit kayu; Untuk menjepit tutup cetakan supaya permukaan rata dan mengatur ketebalan lamina yang diinginkan. Sarung Tangan; Untuk melindungi tangan agar tidak bersentuhan langsung dengan campuran resin. Gergaji; Digunakan untuk memotong spesimen sesuai bentuk standar ASTM. Gerindra; Untuk memotong dan menghaluskan spesimen sesuai standar ASTM. c. Menghitung ketebalan lamina d. Menghitung fraksi berat dan volume ba Setelah diketahui fraksi berat dan volume untuk serat untuk satu cetakan (200 x 200x7 mm). Maka lembaran lembaran KAPAL 38

serat dapat dibagi sesuai dengan dimensi panjang dan lebar cetakan. e. Cetakan kaca dilapisi dengan wax secara merata agar lamina kulit mudah dilepas dari cetakan. f. Lembaran lembaran anyaman yang telah dibagi disusun secara lamina dengan matriks (campuran resin) sesuai fraksi volume yang telah dihitung. g. Mengukur volume resin sesuai dengan tebal. h. Katalis dicampurkan sebanyak 1 % dari volume resin, kemudian diaduk secara merata dan didiamkan selama 5 menit agar gelembung udara terlepas. i. Menuangkan campuran resin dengan katalis sebanyak 2/3 dari total campuran tiap lamina lalu diratakan dengan kuas. j. Mengoleskan sisa campuran 1/3 campuran resin ke lembar pertama serat eceng gondok, kemudian diletakkan di atas cairan resin dalam cetakan. Untuk menghilangkan gelembung udara terperangkap saat pengerjaan, maka lamina ditekan - tekan sehingga gelembung udara bisa keluar dengan cara di roll. k. Selanjutnya tutup cetakan diletakan di atas lamina untuk meratakan permukaan lamina. l. Setelah lamina material komposit benar - benar kering, material boleh dikeluarkan dari cetakan. Tahap III : Proses Pembuatan Spesimen Uji Proses pembuatan material spesimen uji komposit berpenguat serat eceng gondok sebagai berikut : a. Lamina material komposit berpenguat serat eceng gondok yang telah dikeluarkan dari cetakan digambar sesuai bentuk standar benda uji ASTM yang digunakan. b. Sesuai dengan batasan penelitian yang menguji spesimen hanya untuk dua macam arah serat saja, maka laminat tadi digambar/ditandai berdasarkan bentuk standar benda uji ASTM yang digunakan dengan arah sudut yang direncanakan yaitu searah 0 0 dan bersilangan 45 0. c. Kemudian spesimen dipotong potong dengan menggunakan gergaji sesuai dengan jumlah spesimen yang diperlukan untuk tiap tiap arah sudut. d. Pengujian Tarik. Prosedur Pengujian 1. Standar Pengujian : ASTM D638 M 2. Ukuran Spesimen : Tabel 1. Data Ukuran Spesimen Komposit Berpenguat Serat Eceng Gondok Jenis Variasi Spesimen Lebar Tebal Ao Lo Komposit Serat ( mm ) ( mm ) ( mm ) ( mm) Sudut 0 0 1 13.08 6.7 87.63 57 Anyaman 2 13.75 6.7 92.12 57 3 14 6.7 93.8 57 4 13.83 6.7 92.66 57 5 13.91 6.7 93.19 57 Serat Sudut 45 0 1 13.5 7.3 98.55 57 Eceng Gondok Anyaman 2 13.33 7.3 97.3 57 3 13 7.3 94.9 57 4 13.17 7.3 96.14 57 5 13.67 7.3 99.79 57 Spesimen 1 12 1 12 57 Pelepah 2 11 1 11 57 3 10 1 10 57 4 12 1 12 57 HASIL PENGUJIAN TARIK SPESIMEN Berdasarkan pada uji tarik yang dilakukan terhadap spesimen, diperoleh hasil rata rata uji tarik untuk keempat variasi lamina sebagai berikut : Tabel 2. Hasil Pengujian Tarik Material EGRP Kuat Tarik Modulus Variasi ( kg/mm 2 Elastisitas ) ( kg/mm 2 ) Serat 0 0 0.648 472,46 Serat 45 0 0.252 149,462 Standar BKI 10 700 Pembahasan Pada Rules And Regulation For The Classification And Construction Of Ships, Biro Klasifikasi Indonesia ( BKI ), 1996, section 1.C.4.1.disyaratkan sebagai berikut : Besaran yang disyaratkan dalam peraturan ini khusus dispesifikasikan untuk kapal kapal FRP dengan bahan penguat fiberglass yang diisi KAPAL 39

oleh serat penguat baik itu jenis Mat dan Roving harus memiliki standar kekuatan sebagai berikut : Tabel 3. Standar Kekuatan Tarik Untuk Material Fiberglass Menurut BKI Kuat Tarik ( kg / mm 2 ) Modulus Elastisitas Kuat Tarik ( kg / mm 2 ) 10 700 Mengacu pada persyaratan BKI ( Tabel 3 ) di atas dan membandingkan nilai hasil uji tarik dari masing masing variasi arah serat dapat dilihat bahwa variasi arah serat 0 0 dan arah serat 45 0 belum memenuhi standar persyaratan yang ditetapkan Biro Klasifikasi Indonesia. Kekuatan tarik komposit serat eceng gondok memiliki nilai nilai yang lebih besar dari standar BKI dengan rasio sebagai berikut : Untuk Variasi sudut 0 0, kekuatan tariknya 93.52 % lebih kecil dari standar BKI dan modulus elastisitasnya 32.50 % lebih kecil dari standar BKI. Untuk Variasi sudut 45 0, kekuatan tariknya 97.48 % lebih kecil dari standar BKI dan modulus elastisitasnya 78.61 % lebih kecil dari standar BKI. KESIMPULAN DAN SARAN Dari perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan pada akhir penulisan diantaranya meliputi : 1. Hasil pengujian statistik dengan metode Tail Test ( T-Test ) menunjukkan bahwa variasi pada arah serat eceng gondok dengan pola anyaman memberikan pengaruh pada kekuatan tarik komposit berpenguat serat eceng gondok. 2. Hasil pengujian tarik menunjukkan bahwa nilai kekuatan tarik serat eceng gondok dengan variasi arah serat searah 0 0 lebih besar daripada arah serat bersilangan 45 0. Dimana nilai arah serat 0 0 menunjukan nilai kekuatan tarik serat 0 0 searah sebesar 0.648 kg/mm 2 dan nilai kekuatan tarik arah serat 45 0 bersilangan sebesar 0.252 kg/mm 2 sedangkan nilai modulus elastisitas arah serat 0 0 searah sebesar 472.46 kg/mm 2 dan nilai modulus elastisitas arah serat 45 0 bersilangan sebesar 149.462 kg/mm 2. Akan tetapi, nilai hasil pengujian tersebut ; nilai kekuatan tarik dan modulus elastisitas belum dapat digunakan sebagai serat penguat dalam pembuatan kulit badan kapal karena belum memenuhi nilai standar persyaratan yang disyaratkan oleh pihak BKI yaitu nilai standar kekuatan tarik sebesar 10 kg/mm 2 dan modulus elastisitas sebesar 700 kg/mm 2. Dalam penelitian ini penulis merasa masih banyak kekurangan kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan peralatan, dana, dan waktu, sehingga untuk peneliti selanjutnya perlu mempertimbangkan hal hal berikut : 1. Untuk pengolahan serat penguat disarankan untuk metode penyisiran dengan sikat kawat dilakukan secara hatihati agar mendapatkan serat yang panjang, diameter serat yang seragam (agar memenuhi unsur homogenitas serat) dan memudahkan dalam penganyaman. 2. Karakteristik dari serat eceng gondok tidak cocok dengan pola anyaman karena dari hasil penyisiran serat yang dihasilkan pendek dan kurang seragam sehingga sulit untuk dianyam. Oleh karena itu disarankan agar mengunakan metode randomly oriented discontinuous fiber ( Chopped Standard Mat ). 3. Dalam melakukan pengecoran resin, hendaknya dilakukan diruang tertutup, hal ini untuk mengurangi terjadinya gelembung udara yang terperangkap dalam lamina yang menyebabkan konsentrasi tegangan sehingga dapat mengurangi kekuatan lamina itu sendiri. 4. Dalam pembuatan spesimen, perlu diperhatikan untuk menjaga ketelitian mulai dari penyiapan alat dan bahan, pembuatan spesimen, suhu temperatur kamar hingga uji tarik, hal ini bertujuan agar diperoleh hasil spesimen uji yang benar-benar baik, homogen dan ukuran spesimen yang presisi. 5. Penelitian yang dilakukan terhadap spesimen material komposit serat eceng gondok ini hanya mencakup pengujian tarik. Oleh karena itu, disarankan juga dilakukan pengujian lainnya seperti uji impak, bending, fatique, dan uji kekedapan KAPAL 40

terhadap air untuk mengetahui sifat dan karakteristik dari material. DAFTAR PUSTAKA Biro Klasifikasi Indonesia,1996. Rules and Regulation for The Classification and Construction of Ships, Jakarta. Chawla,K.K.,1987. Composite Materials. Springer Verlag New York Inc, Germany. Gibson,R.F.,1994. Principal of Composite Material Mechanics. MC.Graw Hill. Jones,R.M.,1975. Mechanics of Composite Materials.Scripta Book, Company Washington DC. Van Vlack,L.H., 1992. Ilmu dan Teknologi Bahan, Edisi ke 5, Erlangga, Bandung Gibbs & Fox, 1960. Marine Manual Design of FRP MC.Graw Hill Justus Sakti Raya Corporation, -, PT. Pengenalan Fiber Glass Reinforced Plastics ( FRP ). Technical Information, Jakarta Indonesia. Lee,S.M., 1992. International Encyclopedia of Composite.VCH Publisher, New York. Joko Sisworo, Sarjito, 2005. Catatan Kuliah Mata Kuliah Kapal Non-ferro. Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Purboputro, I. Pramuko, 2005 Pengaruh Panjang Serat Terhadap Kekuatan Impak Komposit Eceng Gondok dengan Matrik Poliester. Tugas Akhir Teknik Mesin, Fakultas Teknik, UMS. Kristanto, 2007 Analisa Teknis dan EkonomisPenggunaan Serat Ijuk Sebagai Alternatif Bahan Komposit Pembuatan Kulit Kapal Ditinjau Dari Kekuatan Tarik.Tugas Akhir Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Ginting, M. Hendra, dkk Pengendalian Bahan Komposit.Tugas Akhir Teknik Kimia, Fakultas Teknik, USU. Yulian Taurista, Antonia, dkk. Komposit Lamina Bambu Serat Woven Sebagai Bahan Alternatif Pengganti Fiberglass Pada Kulit Kapal. Jurusan Teknik Material, ITS. Widayanto, R. Dimas, 2004. Kekuatan Tarik Material Komposit Serat Bambu Pada Matrik Polyester Resin Yang Mengalami Proses Two Step Curing Tugas Akhir Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro..., 2006. Standart Test Method for Tensile Properties of Polymer Matrix Composite Materials. ASTM D. 638 / D 638 M. KAPAL 41