BAB V. PENUTUP. memiliki kondisi yang berbeda-beda pada masing-masing keluarga. Hanya hak anak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekhasannya sendiri yang berbeda dengan lembaga pendidikan

BAB III KONSEP PENGASUHAN ANAK DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

Pencatatan Nama Orang Tua Bagi Anak Yang Tidak Diketahui Asal-usulnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog. Fakultas Psikologi UMBY 2013

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN TERHADAP HAK-HAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

IMPLEMENTASI HAK ANAK DALAM PENDIDIKAN BERDASARKAN UU RI NO 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

TANYA JAWAB UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERLINDUNGAN HAK ANAK

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog. Fakultas Psikologi UMBY 2015

KEPALA DESA SANETAN KECAMATAN SLUKE KABUPATEN REMBANG PERATURAN DESA SANETAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diharapkan oleh kelompok sosial, serta merupakan masa pencarian identitas untuk

0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan

I. PENDAHULUAN. anak-anak yang putus sekolah karena kurang biaya sehingga. dan buruh pabrik tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

Sosialisasi Norma kepada Anak Autis. Autis dalam Keluarga di Surabaya. Andini Pristia Program Studi Sosiologi, Universitas Airlangga, Surabaya ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang tua. Seorang anak merupakan potensi yang sangat penting, generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT MEAD. dahulu dikemukakan oleh George Herbert Mead, tetapi kemudian dimodifikasi oleh

I. PENDAHULUAN. keberadaan pekerja anak telah memberikan kontribusi dalam perekonomian.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dapat disimpulkan bahwa:

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

I. PENDAHULUAN. transisi, dimana terjadi perubahan-perubahan yang sangat menonjol dialami. fisik dan psikis. Sofyan S.

PENGARUH POLA ASUH OTORITER PADA PERILAKU BELAJAR SISWA SD MENJELANG UJIAN NASIONAL

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni

Kata kunci : pendidikan keluarga, sikap kemandirian

I. PENDAHULUAN. Pembinaan dan pengembangan generasi muda terus-menerus ditingkatkan sejalan

UU RI nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB II TEORI PILIHAN RASIONAL JAMES S. COLEMAN DAN TEORI. KEBUTUHAN PRESTASI DAVID McCLELLAND. dianggap relevan untuk mengkaji permasalahan tersebut.

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BUPATI DOMPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN DOMPU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Masyarakat berasal dari kata musyarak (arab), yang artinya bersama-sama, yang

BAB IV ANALISIS DATA. A. Pemenuhan Hak-Hak Anak di Panti Asuhan Nurul Falah. kehidupan yang layak. Secara tegas hukum di Indonesia menghendaki bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber

17 PEMENUHAN HAK ANAK DALAM KELUARGA DI LINGKUNGAN PROSTITUSI

BAB I PENDAHULUAN. itu sangat sulit untuk di hilangkan. Seperti halnya dalam membayar zakat

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK KOTA KENDARI

PERLINDUNGAN ANAK SEBAGAI PERWUJUDAN HAK ASASI MANUSIA DAN GENERASI PENERUS BANGSA. Hj. Eny Kusdarini, M.Hum (Dosen PKn & Hukum FISE UNY)

I. PENDAHULUAN. usaha di negara lain. Untuk menghadapi era globalisasi ini diperlukan

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. perlindungan anak sesuai denagan amanat dalam Undang-Undang Dasar 1945

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam aspek sifat, sikap, minat dan kepribadian sosial anak dengan

BAB II KEDUDLIKAN PERILAKU KRIMINAL DALAM PERILAKU MENYIMPANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

POLA ASUH IBU TUNGGAL GEREJA KRISTEN JAWA KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu

BAB V PENUTUP. mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 8. KEKERASAN DALAM RUMAHTANGGA DAN TRAFFICKING DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD. interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PENUTUP. beberapa saran berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisanya.

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga,

MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. perkembangan moral diharapkan mampu berjalan dengan baik, serasi dan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. sebagai warga negara yang baik perlu mengembangkan diri. Apa lagi saat

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah Konsep pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

EFEKTIVITAS PELATIHAN PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (TKSM)

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

Interaksionisme Simbolik dalam Penelitian Kualitatif

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK

TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN TERHADAP ANAK KANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

Transkripsi:

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan Sebagian besar hak-hak anak dalam kelima keluarga dalam penelitian ini memiliki kondisi yang berbeda-beda pada masing-masing keluarga. Hanya hak anak untuk hidup dan hak anak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan diasuh orang tuanya sendiri yang kondisinya sama yaitu terpenuhi untuk semua anak kelima keluarga. Kondisi hak-hak anak lainnya memiliki perbedaan pada anak-anak tiap keluarga, ada yang terpenuhi, ada yang kondisinya terpenuhi dengan catatan-catatan khusus yang menandakan kondisi yang terpenuhi tersebut belum sempurna dan rawan untuk kondisi menjadi kurang terpenuhi, ada yang kondisinya kurang terpenuhi, dan ada yang tidak terpenuhi. Masing masing dari varian kondisi selain kondisi terpenuhi dari hak-hak anak tersebut, memiliki kecenderungan kondisi dari kelima keluarga obyek penelitian. Hak-hak anak dengan kondisi cenderung kurang terpenuhi adalah hak tumbuh & berkembang secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat manusia, hak beribadah menurut agamanya dalam bimbingan orang tua, hak memperoleh kesehatan sesuai kebutuhan fisik & mental, dan hak mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi maupun seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan, & penganiayaan serta ketidakadilan & perlakuan salah lainnya. Kemudian hak-hak anak dengan kondisi cenderung terpenuhi namun dengan catatan adalah hak memperoleh nama sebagai identitas diri & status kewarganegaraan, hak menyatakan & didengar pendapatnya, menerima, mencari, & memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan & usianya demi perkembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan & kepatutan, dan hak Beristirahat, memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan sebaya, 273

bermain, berekreasi, & berkreasi sesuai minat, bakat, & tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri. Sedangkan hak memperoleh pendidikan & pengajaran demi pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai minat & bakatnya kondisinya ada yang terpenuhi dengan catatan dan ada yang tidak terpenuhi, serta ada yang kurang terpenuhi. Beberapa aspek telah ditemukan sebagai penyebab atau latar belakang kondisi hak-hak anak tersebut. Aspek-aspek tersebut terlihat ada yang berasal dari dalam atau internal dari lima keluarga tersebut dan ada yang sifatnya dari luar atau eksternal keluarga. Aspek internal keluarga terdiri dari ekonomi keluarga dan interaksi sosial keluarga. Sedangkan aspek eksternal keluarga adalah masyarakat dan pemerintah. Pada aspek internal keluarga berupa kondisi ekonomi menunjukkan kondisi ekonomi rendahkeluarga yang lekat dengan kemiskinan dan lengkap dengan segala simbol-simbolnya turut mewarnai kondisi hak-hak anak pada kelima keluarga. Pada kebanyakan kondisi hak anak, aspek ekonomi tersebut menyebabkan kondisi yang kurang terpenuhi dan tidak terpenuhi dari hak-hak anak tersebut. Namun ada pengecualian pada hak anak mendapatkan pendidikan dan pengajaran demi pengembangan dirinya, beberapa anak dari keluarga tersebut mendapatkan motivasi dari orang tuanya dalam hak anak tersebut dengan menggunakan kemiskinan mereka agar anak menjadi lebih semangat berpendidikan agar kelak di kemudian hari dapat keluar dari kondisi mereka yang miskin. Aspek internal lainnya adalah interaksi sosial dalam keluarga. Interaksi antara anggota keluarga terutama orang tua sangat mempengaruhi kondisi beberapa hak anak. Hubungan orang tua dari beberapa keluarga yang kurang atau tidak harmonis menyebabkan kondisi beberapa hak anak menjadi kurang terpenuhi dan menyebabkan interaksi antara anak juga kurang harmonis juga beberapa anak bersikap agresif pada orang tuanya. Namun disisi lain hubungan orang tua dalam keluarga yang terlihat tidak 274

terlalu berkonflik dan hubungan antara anak dengan anak juga anak dengan orang tua juga demikian, ternyata tidak selalu membuat semua kondisi hak-hak anak terpenuhi. Keluarga yang cenderung tidak berkonflik tersebut memiliki anak-anak yang kurang antusias dalam pengembangan dirinya, mereka semua mengalami putus sekolah, dan beberapa mengalami pernikahan usia anak. Jadi tampak dari interaksi sosial diantara anggota keluarga dalam keluarga miskin ini cenderung mengalami kegagalan dalam mereka mendefinisikan anak sebagai individu yang mempunyai hak dan harus dipenuhi haknya. Sedangkan dalam hubungannya dengan interkasi keluarga, namun sedikit keluar dari keluarga ini yaitu interaksi para keluarga obyek penelitian yang tinggal bersama maupun tinggal tidak jauh dari keluarga besarnya dengan anggota keluarga besar tersebut turut mempengaruhi beberapa kondisi hak anak dalam keluarga tersebut. Hak-hak anak tersebut adalah hak anak tumbuh kembang dan hak anak berekreasi pada keluarga NS/NK yang terbantu karena adanya interaksi dengan ibu dari ibu NK. Kemudian pada keluarga PM/NT hak anak yang terbantu karena adanya interaksi dengan anggota keluarga besar adalah hak tumbuh kembang, hak kesehatan, hak pendidikan, dan hak bermain. Sedangkan pada keluarga SG/I interaksi dengan keluarga besar cenderung berpengaruh negatif pada pemenuhan hak anak dalam hal tumbuh kembang, kesehatan, dan pendidikan meskipun dengan catatan ada sedikit pengaruh positif berupa dalam hal kesehatan dalam wujud anjuran dari ibu bapak SG pada ibu I tentang imunisasi dan pemberian ASI pada anak. Aspek internal lain yang mempengaruhi kondisi hak-hak anak dalam penelitian dan masih berhubungan dengan interaksi sosial adalah aspek sosialisasi nilainilai dan pola pengasuhan yang diterima anak-anak dalam keluarga oleh orang tuanya. Dengan sosialisasi yang baik dan benar pada nilai-nilai yang berkaitan dengan hak-hak anak dalam kajian maka kondisi dari hak-hak anak tersebut juga menjadi terpenuhi dan 275

sebaliknya ketika nilai-nilai yang ada tidak tersosialisasi dengan baik dan salah, maka kondisi hak-hak anak tersebut kurang atau tidak terpenuhi. Nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai yang kaitan dengan agama, kesehatan, pendidikan, dan pergaulan. Sosialisasi nilai-nilai tersebut mempengaruhi hak anak beribadah menurut agamanya, hak anak mendapatkan kesehatan, hak anak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan dirinya, anak dari perlakuan yang salah yaitu pernikahan usia anak. Menjadi catatan dalam hal sosialisasi nilai ini, unsur kesadaran, pengetahuan, motivasi, dan pengalaman hidup orang tua terhadap nilai-nilai yang dimaksud linear ikut melatar belakangi kondisi hak-hak anak sama seperti aspek sosialisasi nilai. Kesadaran orang tua yang dimaksud adalah kesadaran untuk mengurus akta kelahiran anak yang berkaitan untuk pemenuhan hak anak tentang identitas dirinya, kesadaran untuk mengusahakan anak memiliki pendidikan formal kaitan pemenuhan hak anak tentang pendidikan, dan kesadaran untuk melindungi anak dari pergaulan bebas yang berkaitan dengan hak perlindungan anak dari perlakuan salah yang menyebabkan anak mengalami penikahan usia anak. Kemudian kaitan pengetahuan orang tua, yang dimaksud adalah pengetahuan akan pola hidup sehat termasuk asupan makanan dan gizi untuk anak yang berkaitan dengan pemenuhan hak anak tentang tumbuh kembang, pengetahuan akan pentingnya akta kelahiran anak yang berkaitan untuk pemenuhan hak anak tentang identitas dirinya, pengetahuan tentang jam istirahat anak yang berkaitan dengan pemenuhan hak anak tentang beristirahat, dan pengetahuan akan akibat buruk pernikahan anak yang berkaitan dengan hak perlindungan anak dari perlakuan salah yang menyebabkan anak mengalami penikahan usia anak. Sedangkan motivasi maksudnya dorongan yang dilakukan orang tua berupa dorongan pada anak untuk berpendidikan agar dapat hidup lebih baik di kemudian hari. Menjadi kesimpulan juga pada penelitian ini jika berkaitan dengan pengalaman hidup, ternyata unsur pengalaman hidup lebih berperan daripada unsur atau 276

aspek latar belakang pendidikan orang tua. Hal tersebut tampak pada pembeda dari keluarga-keluarga dengan orang tua atau salah satu dari orang tua berpendidikan tinggi atau menengah dibandingkan dengan satu keluarga yaitu keluarga GN yang dalam hal ini orang tua atau ibu berpendidikan rendah. Meskipun berpendidikan rendah GN sebagai orang tua lebih memiliki kesadaran beberapa nilai seperti pentingnya pendidikan dan pentingnya surat atau arsip kependudukan yang berkaitan dengan akta lahir anak, kesadaran tersebut terbentuk karena latar belakang GN yang berpengalaman hidup dalam lingkungan keluarga yang memiliki kesadaran akan nilai-nilai tersebut. Sedangkan pola asuh dalam keluarga melengkapi penjelasan dari aspek internal keluarga dengan turut menjadi latar belakang bagaimana kondisi hak-hak anak pada keluarga obyek penelitian. Masing-masing keluarga memiliki kecenderungan pada salah satu pola asuh yaitu otoriter, demokratis, atau permisif, dan ada yang campuran. Pada keluarga pertama (NS/NK) cenderung berpola asuh otoriter demokratis yang berpengaruh pada kondisi hak anak dalam hal berpendapat dan perlindungan dari kekerasan. Dalam keluarga tersebut yang lebih berperan dalam pengasuhan anak adalah sang ibu, ibu dapat memberi penjelasan dan alasan-alasan yang membantu anak agar mengerti mengapa ia diminta untuk mematuhi suatu aturan, namun disisi lain ibu maupun sang ayah menerapkan beberapa peraturan dengan kaku dan melakukan kekerasan jika anak tidak menurut dengan beberapa hal yang dikehendaki mereka. Sehingga berpengaruh dalam hak anak berpendapat, anak keluarga tersebut kadangkala dapat mengemukakan pendapat tapi seringkali tidak dapat karena adanya kekerasan dari orang tua dan itu berarti mereka kurang memenuhi kondisi hak anak untuk mendapatkan perlindungan dari perlakuan salah. Pada keluarga kedua (PM/NT), anak menjadi bingung karena orang tuanya memiliki pola asuh yang berbeda, sang ayah cenderung berpola asuh demokratis otoriter sedangkan ibu cenderung permisif, ayah seringkali menggunakan diskusi, penjelasan dan alasan-alasan yang membantu anak 277

agar mengerti mengapa ia diminta untuk mematuhi suatu aturan tetapi juga terdapat ciri otoriter ketika ayah memiliki kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan yang kaku dalam mengasuh anaknya dalam bentuk hukuman untuk sesuatu yang dianggap sangat penting. Sedangkan sang ibu yang cenderung permisif dengan lebih banyak memberi kebebasan anak-anak dalam sehari-hari dalam berperilaku. Oleh sebab itudari pola asuh demikian itu, hak anak untuk mendapatkan bimbingan untuk pengembangan dirinya kurang karena cenderung memilih cara dari ibu yang permisif dengan tidak berupaya lebih untuk pengembangan diri. Pola asuh cenderung permisif juga terjadi pada ketiga keluarga lainnya (keluarga SK/NY, keluarga SG/I, keluarga GN). Orang tua pada ketiga keluarga tersebut cenderung permisif dengan membiarkan dan membebaskan anak melakukan hampir semua hal dengan tanpa kontrol yang memadai. Oleh sebab itu ketiga keluarga tersebut memiliki beberapa kondisi hak anak yang sama yang menunjukkan karena pola asuh permisif anak-anak menjadi cenderung bebas tak terkendali sehingga terjadilah putus sekolah hingga hamil dan pernikahan di usia anak, maka hak-hak anak dalam hal tumbuh kembang, pendidikan, menyatakan & didengar pendapatnya & mendapat informasi demi pengembangan dirinya, dan perlindungan dari perlakuan salah dalam keluarga-keluarga tersebut cenderung kurang terpenuhi. Selain aspek internal keluarga yang telah disimpulkan di atas, aspek eksternal keluarga yang juga mempengaruhi kondisi hak-hak anak dalam penelitian adalah masyarakat atau lingkungan sekitar dan pemerintah. Pada aspek masyarakat atau lingkungan sekitar terdiri dari unsur LSM (lembaga Swadaya Masyarakat), komunitas mahasiswa KKN (Kuliah Kerja Nyata), lembaga atau komunitas keagamaan Gereja, lembaga atau komunitas keagamaan Masjid, dan masyarakat setempat. Sedangkan pemerintah memiliki peran pada hak-hak anak keluarga obyek penelitian lewat lembaga kesehatan Puskesmas, dan program-program jaminan sosial untuk keluarga miskin. 278

Meskipun peran dari aspek eksternal keluarga ini lebih cenderung sifatnya pendukung pada peran keluarga dalam pemenuhan hak-hak anak, namun cukup membantu keluarga dalam berusaha memenuhi hak-hak anak mereka meskipun ada catatan bahwa terdapat unsur lingkungan sekitar masyarakat setempat yang masih kurang mendukung dalam salah satu hak anak yaitu penyediaan lingkungan bermain yang aman dan kondusif bagi anak mengingat kondisi lingkungan sekitar rumah beberapa keluarga tersebut cukup berbahaya untuk arena bermain anak-anak. Terakhir, menjadi pemahaman bahwa konteks lima keluarga dominan berbudaya Jawa dengan segala kearifan lokalnya, termasuk dalam hal pengasuhan anak yang tidak dapat dilepaskan dari latar belakang obyek penelitian dalam pemenuhan hakhak anak dalam keluarga. B. Refleksi Teoritis Kondisi hak-hak anak dalam penelitian ini terungkap sebagai akibat dari berbagai aspek dalam internal keluarga dan eksternal keluarga. Dari berbagai aspek tersebut dijelaskan dengan menggunakan pendekatan dari teori dan konsep dari perspektif interaksi simbolik yang dikembangkan oleh Herbert Mead, Blumer, dan para tokoh interaksi simbolik. Aspek-aspek yang terkandung dalam pendekatan interaksi simbolik yaitu makna simbol, diri (self), interaksi sosial, sosialisasi, dan masyarakat dapat menjelaskan sebagian kondisi hak-hak anak dalam keluarga miskin dari obyek kajian penelitian. Dikatakan sebagian karena terdapat bagian tertentu dari kondisi hakhak anak tersebut yang kurang dapat dijelaskan dengan pendekatan interaksi simbolik, sehingga harus dilengkapi beberapa teori lain yang dapat memperkuat penjelasan dari konsep atau teori interaksi simbolik atau melakukan penjelasan secara independen. Teori atau konsep interaksi simbolik yang dapat digunakan adalah yang berkaitan dengan aspek makna simbol melalui makana simbol kemiskinan anak-anak keluarga miskin obyek penelitian. Kemudian aspek diri (self) melalui teori pembentukan kepribadian yang dikembangkan Cooley dan Freud sebagai penjelasan bagaimana 279

beberapa keluarga miskin tersebut menyamakan diri dengan orang lain untuk selanjutnya membentuk kepribadian dalam rangka berperan dalam suatu kondisi hak anak sehingga kepribadian tersebut mempengaruhi keluarga berperan dalam kondisi hak-hak anak mereka terpenuhi dan ada yang tidak terpenuhi. Selanjutnya aspek interaksi sosial melalui interaksi sosial dalam keluarga, dengan melihat hubunganhubungan antara individu dalam keluarga tersebut maka dapat dilihat beberapa kondisi hak anak. Aspek lainnya adalah sosialisasi, dapat dilihat dari proses sosialisasi nilai dan pola asuh yang dilakukan orang tua keluarga obyek penelitian sebagai agen sosialisasi terhadap anak-anak mereka, maka dari konsep aspek ini terlihat beberapa kondisi hakhak anak yang terpenuhi atau tidak terpenuhi. Aspek terakhir dari interaksi simbolik tersebut adalah aspek masyarakat, bagi Blumer masyarakat terbentuk dari aktor-aktor sosial yang saling berinteraksi dan dari tindakan mereka dalam hubungannya dengan orang lain, dalam penelitian ini bahwa melalui interaksi dengan masyarakat, beberapa keluarga diuntungkan dalam beberapa kondisi hak-hak dari anak-anak mereka. Teori dan konsep dari perspektif interaksi simbolik di atas hanya mampu menjelaskan sebagian dari kondisi hak-hak anak pada obyek penelitian. Peneliti menemukan beberapa aspek lain diluar perspektif tersebut, yaitu aspek budaya kemiskinan termasuk yang disebut sebagai malaise (rasa tidak enak) yang turut menjadi latar belakang beberapa kondisi hak anak. Aspek lain adalah kesadaran dan pengetahuan dari anggota keluarga dewasa dalam hal ini terutama orang tua pada beberapa nilai yang seharusnya disosialisasikan dengan baik dan benar sehingga kondisi hak-hak anak dapat terbantu terpenuhi. Aspek selanjutnya adalah motivasi atau motif sosial, yang menjadi latar belakang beberapa keluarga dapat berperan dalam kondisi hak anak yang terpenuhi. Aspek terakhir adalah yang sifatnya sangat eksternal dari keluarga dan keluarga hampir tidak memiliki akses menyentuh jika tidak tersentuh yaitu pemerintah, pemerintah turut memberikan pengaruh pada keluarga dalam kondisi hak anak mereka dengan berbagai bantuan dan jaminan sosial. 280

Terlihat bahwa interaksi simbolik belum dapat sepenuhnya menjelaskan kondisi hak-hak anak yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini. Peneliti menemukan bahwa beberapa kritik yang dikemukakan oleh George Ritzer dan Douglas J. Goodman dalam buku Teori Sosiologi Modern (2004: 309-312) sebangun dengan apa yang menjadi temuan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Interaksi simbolik terlalu meremehkan atau menganggap struktur yang berskala luas. Kelompok interaksionisme simbolik meminimalkan atau menyangkal fakta tentang struktur sosial dan mempengaruhi gambaran kontrol masyarakat akan perilaku. Hal ini tampak dari hasil penelitian ini bahwa struktur sosial dan masyarakat pun dapat mempengaruhi perilaku anggota keluarga obyek penelitian dalam rangka pemenuhan hak-hak anak-anak mereka. 2. Interaksionisme simbolik tampaknya mengabaikan keterkaitan (connectedless) antara hasil mikro dan makro, yang sejauh ini merupakan titik perhatian sosiologi. Hal ini tampak dari aspek pemerintah yang bergerak dalam tataran makro dengan pengaruhnya dalam berbagai struktur sosial msyarakat merupakan salah satu aspek yang tidak dapat diabaikan keterkaitannya dengan keluarga obyek penelitian dalam pemenuhan hak-hak anak. 3. Interaksionisme simbolik sebagai tidak cukup mikroskopis, mengabaikan aspek penting seperti ketidaksadaran, emosi, dan mengabaikan aspek psikologis, sebagai contoh kebutuhan perasaan, motif, tujuan, dan aspirasi. Hal ini terlihat dari aspek malaise (rasa tidak enak) dan motivasi yang dimiliki beberapa keluarga obyek penelitian yang juga menjadi latar belakang keluarga tersebut berperan dalam kondisi hak-hak anak mereka. 4. Teoretisi interaksionisme simbolik menentang adanya kekuatan abadi yang memaksa aktor sosial untuk bertindak. Mereka malah memusatkan diri pada arti, simbol, tindakan, dan interaksi, semua perhatian kepada masalah perilaku keseharian, kepercayaan yang berlebihan kepada situasi langsung dan perhatian yang obsesif 281

terhadap situasi sementara, episodik, dan singkat. Penelitian ini mengungkapkan berbagai fakta yang diperoleh dari informan dengan berbagai informasi yang tidak ataupun tidak bisa hanya berdasarkan situasi sementara, episodik, dan singkat, terdapat informasi-informasi yang juga berasal dari keterangan masa lalu para informan yang berlangsung hingga saat penelitian berlangsung, bahkan ada informasi yang saat keseharian dalam waktu penelitian tidak dapat direkam oleh peneliti sehingga mengandalkan informasi tentang apa yang sudah terjadi. C. Saran Peneliti menyadari penulisan penelitian ini masih jauh dari sempurna, mengingat berbagai keterbatasan yang ada. Peneliti mengharapkan semakin banyak penulisan riset-riset untuk anak terutama anak-anak miskin yang kondisi mereka berlipatlipat dalam ketidak berdayaan, terpinggirkan, tersubordinasi, dan termarginalkan karena sebagai anak seringkali mereka disebut sebagai individu yang tidak berdaya tanpa uluran tangan dari yang lebih dewasa dan sebagai bagian dari anggota kemiskinan mereka semakin tidak berdaya karena keterbatasan berbagai hal dari kemiskinannya tersebut. Dengan adanya berbagai riset yang menggunakanberbagai metode dan teori yang lebih bermanfaat semoga dapat lebih mendorong berbagai pihak untuk lebih memperhatikan dengan sungguh-sungguh mengenai persoalan anak yang merupakan aset penting keberlangsungan masyarakat sehingga dapat turut andil dalam menyelamatkan masa depan dunia. Akhir kata, tiada gading yang tak retak, kritik dan saran membangun sangat peneliti harapkan dalam rangka menuju kesempurnaan dari penulisan karya ini. 282