LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 22 Tahun 2006 Serie : E Nomor : 15 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN,

P E R A T U R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI CIAMIS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 10 TAHUN 2006 BUPATI SUKAMARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 01 TAHUN 2008 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN LEMBANG

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2007 WALIKOTA PRABUMULIH,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 6 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SABU RAIJUA,

Dengan persetujuan bersama. DEWAN PERMUSYAWARATAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN dan BUPATI MUSI BANYUASIN MEMUTUSKAN :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

PEMERINTAH KOTA BATU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 6 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG TENTANG PERMUSYAWARATAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI MUSI RAWAS

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2007 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006 NOMOR: 6

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKALIS,

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG (BPK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN ALOR TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 7 TAHUN 2006

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI DOMPU,

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR,

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

BUPATI LOMBOK TENGAH

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2007 SERI D.2

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 8 TAHUN 2007 SERI E =============================================================

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 20 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA B U P A T I M A G E L A N G

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

'PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR : T TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 22 Tahun 2006 Serie : E Nomor : 15 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 serta dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang sesuai dengan perkembangan keadaan, selaras dengan keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokrasi dan pemberdayaan masyarakat sebagai perwujudan demokrasi di Desa, perlu dibentuk Badan Permusyawaratan Desa;

b. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 10 Tahun 2000 sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan sebagaimana huruf a sehingga perlu ditinjau kembali; c. bahwa untuk maksud tersebut di atas perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Badan Permusyaratan Desa. Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar 1945 beserta seluruh amandemennya; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 jis Peraturan pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Tengah (Berita Negara Tahun 1950) dan Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 1982 tentang Pemindahan Ibu kota Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang dari wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Magelang ke Kecamatan Mungkid di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 36); 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 2 4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 125 Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 ), sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 53 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389). 6. Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Mekanisme Konsultasi Publik (Lembaran Daerah Kabupaten Magelang Tahun 2004 Nomor 17 Seri E Nomor 9); 7. Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2006 Nomor 11 Seri E Nomor 7). 3

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MAGELANG dan BUPATI MAGELANG MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Magelang; 2. Bupati adalah Bupati Magelang; 3. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia; 4. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa; 4 5. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia; 6. Badan Permusyawaratan Desa selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa; 7. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat; 8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat APB Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD, yang ditetapkan dengan Peraturan Desa. 9. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh BPD bersama Kepala Desa. BAB II KEDUDUKAN, FUNGSI, WEWENANG Pasal 2 BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. 5

Pasal 3 6 Pasal 6 7 BPD berfungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Pasal 4 BPD mempunyai tugas dan wewenang: a. membahas rancangan peraturan desa bersamakkepaladdesa; b. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan Kepala Desa; c. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa; d. membentuk panitia pemilihan Kepala Desa; e. menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat; dan f. menyusun tata tertib BPD. BAB III HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN Pasal 5 BPD mempunyai hak : a. meminta keterangan kepada Pemerintah Desa; b. menyatakan pendapat. Anggota BPD mempunyai hak : a. mengajukan rancangan peraturan desa; b. mengajukan pertanyaan; c. menyampaikan usul dan pendapat; d. memilih dan dipilih; dan e. memperoleh tunjangan. Pasal 7 (1) BPD mempunyai kewajiban menyampaikan informasi hasil kinerjanya kepada masyarakat. (2) Penyampaian hasil kinerja BPD disampaikan paling sedikit satu kali dalam satu tahun. (3) Penyampaian hasil kinerja BPD dapat dilakukan melalui pertemuan dan / atau informasi yang dipasang pada papan pengumuman desa. Pasal 8 Anggota BPD mempunyai kewajiban : a. mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan; b. melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa; c. mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; d. menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;

e. memproses pemilihan kepala desa; f. mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan; g. menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat; dan h. menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan Pasal 9 (1) Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa ; (2) Pimpinan dan Anggota BPD dilarang : a. sebagai pelaksana proyek desa; b. merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain; c. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan atau norma yang hidup dan berkembang di masyarakat Desa; d. melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya; e. menyalahgunakan wewenang; dan f. melanggar sumpah/janji jabatan. 8 BAB IV JUMLAH DAN MASA KEANGGOTAAN BPD Pasal 10 (1) Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk, dan kemampuan keuangan desa yang ditetapkan dalam Peraturan Desa; (2) Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat; (3) Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari unsur Ketua Rukun Warga (RW), golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Pasal 11 Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. 9

BAB V PENCALONAN, PENETAPAN DAN PEMBERHENTIAN Bagian Kesatu Pencalonan Pasal 12 10 Syarat untuk dapat dicalonkan menjadi anggota BPD adalah a. Penduduk desa warga negara Republik Indonesia; b. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. Setia dan Taat kepada Pancasila, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah; d. Sehat jasmani dan rohani; e. Berpendidikan sekurang-kurangnya sekolah lanjutan tingkat pertama atau sederajat; f. Berumur sekurang-kurangnya 20 (dua puluh ) tahun dan terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal tetap di desa yang bersangkutan yang dibuktikan dengan Akte Kelahiran, Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP); g. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan hukuman paling singkat 5 (lima) tahun; h. Belum pernah menjadi anggota BPD lebih dari 2 (dua) kali masa jabatan berturut-turut; i. Bersedia dicalonkan. (2) Peserta musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Ketua Rukun Tetangga, Ketua Rukun Warga, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Bagian Kedua Tata Cara dan Mekanisme Musyawarah Pasal 14 (1) Dalam rangka pelaksanaan pembentukan BPD dibentuk panitia pelaksana yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa; (2) Panitia pelaksana sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri dari unsur perangkat desa, pengurus lembaga kemasyarakatan desa dan tokoh masyarakat dengan jumlah berimbang setiap unsurnya; (3) Tugas panitia pelaksana adalah : a. Menyusun jadwal pelaksanaan pembentukan BPD ; b. Mengumumkan rencana pelaksanaan pembentukan BPD ; c. Menyelenggarakan masyawarah pembentukan BPD ; d. Meneliti berkas persyaratan calon anggota BPD ; e. Menyusun berita acara hasil musyawarah. 11 Pasal 13 (1) Anggota BPD ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat;

Pasal 15 12 (1) Tahapan musyawarah penetapan anggota BPD sebagai berikut : a. Panitia menyelenggarakan musyawarah ditingkat Rukun Warga untuk menetapkan calon anggota BPD dari wilayah yang bersangkutan yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud Pasal 10 ayat (1) dan hasilnya dibawa ke musyawarah tingkat dusun; b. Panitia menyelenggarakan musyawarah ditingkat Dusun untuk menetapkan calon anggota BPD yang mewakili masyarakat dari wilayah yang bersangkutan dan hasilnya dibawa ke musyawarah tingkat desa; c. Panitia menyelenggarakan musyawarah di tingkat desa yang dihadiri oleh para calon anggota BPD yang diusulkan dari dusun, Ketua Rukun Tetangga, Ketua Rukun Warga, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. (2) Mekanisme musyawarah penetapan anggota BPD sebagai berikut : a. Peserta musyawarah memilih ketua dan sekretaris yang memimpin jalannya musyawarah; b. Hasil musyawarah dituangkan dalam Berita Acara yang ditandatangani oleh ketua dan sekretaris dilampiri daftar hadir peserta musyawarah. Pasal 16 (1) Hasil musyawarah sebagaimana penetapan anggota BPD diserahkan kepada Kepala Desa; (2) Kepala Desa mengirimkan hasil musyawarah sebagaimana dimaksud ayat (1) kepada Bupati; (3) Pengiriman hasil musyawarah sebagaimana ayat (2) selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah musyawarah; Pasal 17 (1) Dalam rangka memantau pelaksanaan pembentukan BPD dibentuk Tim Pemantau yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati ; (2) Susunan keanggotaan dan tugas Tim sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Bagian Ketiga Penetapan Pasal 18 (1) Peresmian anggota BPD ditetapkan dengan Keputusan Bupati; (2) Anggota BPD sebelum memangku jabatannya dilantik dan mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama dihadapan masyarakat dipandu oleh Bupati; (3) Susunan kata-kata sumpah/janji BPD sebagai berikut: Demi Allah/Tuhan, Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku anggota Badan Permusyawaratan Desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya dan seadil-adilnya; bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahanakan Pancasila sebagai dasar negara; dan bahwa saya akan 13

14 menegakkan kehidupan demokrasi dan undang-undang dasar 1945 sebagai konstitusi negara serta segala peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi Desa, Daerah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagian Keempat Pemberhentian Pasal 19 Keanggotaan BPD berhenti atau diberhentikan karena: a. Meninggal dunia; b. Atas permintaan sendiri; c. Telah berakhirnya masa jabatan dan telah dilantiknya anggota BPD yang baru; d. Melanggar ketentuan Pasal 9 ayat (2) huruf b sampai dengan f ; e. Dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan kejahatan yang diancam dengan hukuman paling singkat 5 (lima) tahun; f. Pindah ke desa lain ; atau g. Meninggalkan desa selama 6 (enam) bulan atau lebih secara berturut-turut. Pasal 20 (1) Anggota BPD yang berhenti karena meninggal dunia dan/atau atas permintaan sendiri diusulkan oleh BPD ; (2) Pemberhentian anggota BPD sebagaimana dimaksud pada Pasal 19 huruf d sampai dengan g diusulkan oleh Ketua BPD kepada Bupati melalui Kepala Desa ; Pasal 21 (1) Anggota BPD yang berhenti atau diberhentikan sebelum berakhir masa jabatannya diadakan pergantian ; (2) Masa jabatan keanggotaan BPD pengganti adalah sisa waktu yang belum dijalankan oleh anggota BPD yang berhenti atau diberhentikan ; (3) Mekanisme penetapan anggota BPD pengganti dilakukan dengan cara musyawarah dan mufakat. Pasal 22 Selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah penggantian anggota BPD sebagaimana dimaksud pada Pasal 21, Bupati menerbitkan Surat Keputusan Pengesahan. Pasal 23 (1) Apabila Pimpinan BPD berhenti atau diberhentikan sebelum masa jabatannya berakhir, diadakan penggantian pimpinan BPD antar waktu ; (2) Masa jabatan pimpinan BPD pengganti adalah sisa waktu yang belum dijalankan oleh pimpinan BPD yang berhenti atau diberhentikan. 15

(3) Mekanisme penetapan pimpinan BPD pengganti dilakukan dengan cara musyawarah dan mufakat. BAB VI TATA KERJA, ALAT KELENGKAPAN DAN KEUANGAN Pasal 24 (1) Pimpinan BPD terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketua, dan 1 (satu) orang Sekretaris; 16 (2) Pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD secara langsung dalam Rapat BPD yang diadakan secara khusus; (3) Rapat pemilihan Pimpinan BPD untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda. Pasal 25 (1) Rapat BPD dipimpin oleh Pimpinan BPD; (2) Rapat BPD dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurangkurangnya ½ (satu per dua) dari jumlah anggota BPD, dan keputusan ditetapkan berdasarkan suara terbanyak; (3) Dalam hal tertentu Rapat BPD dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota BPD,dan keputusan ditetapkan dengan persetujuan sekurang-kurangnya ½ (satu per dua) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota BPD yang hadir; (4) Hasil rapat BPD ditetapkan dengan Keputusan BPD dan dilengkapi dengan notulen rapat yang dibuat oleh Sekretaris BPD. Pasal 26 (1) Dalam rangka memperjelas pelaksanaan tugas dan mengatur mekanisme kerja anggota BPD ditetapkan Peraturan Tata Tertib BPD; (2) Peraturan Tata Tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk kepentingan intern BPD; (3) Peraturan Tata Tertib sebagaimana dimaksud ayat (1) yang mempunyai keterkaitan dengan lembaga lain diluar BPD harus mendapat persetujuan dari lembaga yang terkait; (4) Peraturan Tata Tertib BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan kepentingan umum. Pasal 27 (1) Alat kelengkapan BPD terdiri dari bidang-bidang ; (2) Dalam hal-hal tertentu BPD dapat membentuk panitia ; (3) Pembentukan bidang-bidang atau panitia ditetapkan dengan Keputusan Pimpinan BPD. 17

Pasal 28 (1) Pimpinan dan Anggota BPD menerima tunjangan sesuai dengan kemampuan keuangan desa ; (2) Tunjangan pimpinan dan anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dalam APB Desa. Pasal 29 18 (1) Untuk mendukung kegiatan BPD disediakan biaya operasional sesuai kemampuan keuangan desa yang dikelola oleh Sekretaris BPD ; (2) Biaya untuk kegiatan BPD ditetapkan setiap tahun dalam APB Desa. BAB VII TINDAKAN PENYIDIKAN Pasal 30 (1) Tindakan penyidikan terhadap anggota dan pimpinan BPD, dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan tertulis dari Bupati; (2) Hal-hal yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan; b. diduga telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana mati. (3) Tindakan penyidikan terhadap hal-hal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberitahukan secara tertulis oleh atasan penyidik kepada Bupati paling lama 3 hari sejak dimulainya penyidikan. BAB VIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 31 Pemerintah Kabupaten dan Camat wajib membina dan mengawasi penyelenggaraan pemerintahan desa dan kegiatan Badan Permusyawaratan Desa. Pasal 32 Pembinaan dan Pengawasan sebagaimana dimaksud Pasal 31, meliputi : a. Memfasilitasi penyusunan keputusan BPD; b. Memfasilitasi penyelenggaraan Administrasi BPD; c. Memfasilitasi pelaksanaan urusan daerah yang diserahkan kepada Desa; d. Memfasilitasi pelaksanaan tugas dan kewajiban BPD; e. Memfasilitasi pelaksanaan pemberdayaan BPD; f. Memfasilitasi hubungan antara BPD dengan pemerintah Desa; g. Memfasilitasi bantuan teknis dan pendampingan kepada BPD; h. Memfasilitasi Pembekalan anggota BPD; i. Memfasilitasi dalam penyusunan tata tertib BPD. 19

BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 33 Badan Perwakilan Desa yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 10 Tahun 2000 tetap bertugas dan menjalankan fungsi Badan Permusyawaratan Desa sampai dengan dilantiknya Badan Permusyawaratan Desa. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 34 (1) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. ; 20 (2) Dengan ditetapkannya Peraturan Daerah ini maka Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 10 Tahun 2000 tentang Badan Perwakilan Desa dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Diundangkan di Kota Mungkid pada tanggal 14 November 2006 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MAGELANG, Pelaksana Tugas ttd RODJIKIN Ditetapkankan di Kota mungkid pada tanggal 13 November 2006 BUPATI MAGELANG, ttd SINGGIH SANYOTO 21 Pasal 35 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Magelang. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2006 NOMOR 22 SERI E NOMOR 15

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 13 TAHUN 2006 I. UMUM : TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA 22 1. Dasar Pemikiran Bahwa dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa ( lembaran Negara Nomor 158, Tambahan Lemabaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587 ), maka Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 10 Tahun 2000 tentang Badan Perwakilan Desa perlu dicabut dan ditetapkan Peraturan Daerah yang baru. 2. Pembentukan BPD Mengingat Peran dan Fungsi BPD yang sangat Penting dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, maka dalam pembentukanya, BPD benar benar harus mampu memperhatikan kondisi riil masyarakat Desa yang meliputi : Luas Desa, Jumlah Penduduk, Potensi Sumber Daya Alam, Potensi Sosial Budaya dan Politik serta memperhatikan Kualitas Sumber Daya Manusia yang akan duduk sebagai anggota BPD. Dan yang tidak kalah penting didalam Pembentukan BPD dan perekrutan Anggota BPD harus dilaksanakan secara Transparan, Demokratis sehingga Legitimatis BPD dan Anggota BPD dapat dipertanggungjawabkan dihadapan Hukum, Pemerintah dan Masyarakat Desa itu sendiri 3. Kedudukan, Tugas dan Fungsi BPD BPD merupakan salah satu pilar dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, mempunyai peran yang sangat strategis. Peran Strategis BPD dapat dilihat dari tugas dan fungsi yang sangat besar dalam mengawasi jalannya Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, menentukan dan menempatkan personil yang akan melaksanakan tugas tugas sebagai Kepala Desa maupun perangkat Desa dan menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa serta menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. 4. Hak, Kewenangan dan Kewajiban BPD Sebagai Lembaga yang merupakan Perwujudan Demokrasi dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan untuk memantapkan Peran BPD, maka BPD mempunyai hak, wewenang dan kewajiban dalam melaksanakan tugas sebagai Lembaga Permusyawaratan masyarakat desa, sehingga dalam pelaksanaan tugasnya dapat diketahui secara jelas dan nyata dalam mewujudkan Pemerintahan Desa yang bersih, berwibawa serta bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. 5. Rapat dan Keuangan BPD Guna mendukung BPD sebagi unsur penyelenggaraan Pemerintahan Desa serta memaksimalkan peran BPD, maka BPD dapat menetukan Jadwal dan kegiatannya secara rutin dalam agenda rapat tahunan atau sesuai 23

24 dengan kebutuhan di Desa. Dan untuk mendukung kegiatan BPD dimaksud, perlu disediakan anggaran untuk membiayai kegiatan BPD yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. 6. Larangan dan Penyidikan BPD Agar BPD dalam menjalankan perannya dengan baik serta dapat dipercaya dan dihormati masyarakat desa, Ketua dan atau anggota BPD diberi laranganlarangan sehingga lembaga BPD disegani serta mempunyai Wibawa di masyarakat. Untuk melindungi peranan BPD yang sangat strategis, maka bagi ketua/anggota BPD yang melakukan penyimpangan dalam melaksanakan perannya dapat dilakukan penyidikan oleh pejabat yang berwenang, setelah terlebih dahulu mendapat ijin Bupati. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL : Pasal 1 s/d Pasal 7 : Cukup jelas Pasal 8 huruf a huruf b huruf c huruf d huruf e : Cukup jelas : Cukup jelas : Cukup jelas : Cukup jelas : Yang dimaksud dengan memproses pemilihan kepala desa adalah membentuk panitia pemilihan, menetapkan calon kepala desa yang berhak dipilih, menetapkan calon kepala desa terpilih dan mengusulkan calon kepala desa terpilih kepada Bupati untuk disahkan menjadi kepala desa. huruf f : Cukup Jelas huruf g : Cukup Jelas huruf h : Cukup Jelas Pasal 9 : Cukup Jelas Pasal 10 ayat (1) : Cukup jelas ayat (2) 25 : Keterwakilan wilayah tidak berarti bahwa semua Ketua Rukun Warga (RW) menjadi anggota BPD dan mewakili wilayahnya. ayat (3) : Yang dimaksud dengan : Golongan profesi adalah orang yang dipandang mempunyai keahlian dibidang tertentu seperti : Dokter/guru/pegawai/ pengusaha. Pemuka Agama adalah orang yang dipandang mempunyai keahlian di bidang agama atau kharisma seperti : Kyai, pendeta, romo/pastur dan lainlain. Tokoh atau pemuka masyarakat adalah tokoh agama, tokoh wanita, tokoh pemuda dan pemuka-pemuka masyarakat lainnya.

Pasal 11 : Cukup Jelas Pasal 12 ayat (1) huruf b huruf c Pasal 13 s/d Pasal 20 : Cukup Jelas Pasal 21 : Cukup jelas Pasal 22 : Cukup jelas Pasal 23 : Cukup jelas Pasal 24 : Cukup jelas Pasal 25 26 : yang dimaksud dengan bertakwa dalam ketentuan ini adalah taat menjalankan kewajiban agama. : Yang dimaksud dengan setia dalam ketentuan ini adalah mengakui Pancasila dan UUD 1945 sebagai satu satunya Dasar Negara Republik Indonesia dan akan berjuang mempertahankan Pancasila dan UUD 1945 dari gangguan, ancaman baik dari dalam maupun dari luar yang ingin menggantikan DasarNegara. ayat (1) : Cukup jelas ayat (2) : Cukup jelas ayat (3) : Yang dimaksud dalam hal tertentu adalah rapat BPD yang akan membahas dan memutuskan kebijakan yang bersifat prinsip dan 27 strategis bagi kepentingan masyarakat desa seperti usul pemberhentian kepala desa dan melakukan pinjaman. ayat (4) : Cukup Jelas Pasal 26 : Cukup jelas Pasal 27 ayat (1) : Cukup jelas ayat (2) : Yang dimaksud dengan hal-hal tertentu dalam ketentuan ini adalah apabila permasalahan tidak dapat diselesaikan ditingkat bidang. ayat (3) : Cukup jelas Pasal 28 s/d Pasal 35 : Cukup Jelas