Pengamatan Burung di Resort Bama Seksi Konservasi Wilayah II Bekol dalam Upaya Reinventarisasi Potensi Jenis

dokumen-dokumen yang mirip
Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan

Lampiran 1 Foto Dokumentasi Penelitian Keaneakaragaman Jenis Burung

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies

BAB V DATA, ANALISIS DAN SINTESIS

Lampiran 1. Tabel Jenis, Karakter, Makanan, Perkembangbiakan, Habitat, Kebiasaan, Penyebaran, serta Status Burung

PERANCANGAN ULANG KAWASAN PEMAKAMAN UMUM TANAH KUSIR, JAKARTA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU RAMAH BURUNG

Keanekaragaman Spesies Avifauna di Kawasan Taman Nasional Baluran, Jawa Timur

Jenis Jenis Burung di Wilayah Cagar Alam Imogiri Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta Oleh:

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2014

ABSTRAK JENIS DAN KERAPATAN BURUNG DI KAWASAN AGROPOLITAN KECAMATAN MANDASTANA KABUPATEN BARITO KUALA. Oleh: Zainal Husain, Dharmono, Kaspul

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hutan mangrove desa Margasari memiliki luas 700 ha dengan ketebalan hutan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Spesies Burung di Repong Damar Pekon Pahmungan

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya terus. dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan.

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA, BANDUNG

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KEMELIMPAHAN BURUNG DI KAWASAN PANTAI KARST GUNUNGKIDUL D.I.YOGYAKARTA SKRIPSI

Kemampuan Kawasan Nir-Konservasi dalam Melindungi Kelestarian Burung Endemik Dataran Rendah Pulau Jawa Studi Kasus di Kabupaten Kebumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SPESIES BURUNG PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

STRUKTUR KOMUNITAS DAN STATUS PERLINDUNGAN BURUNG DI KEBUN RAYA PURWODADI, KABUPATEN PASURUAN

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

UPAYA KONSERVASI SATWA LIAR DI PERUM PERHUTANI (Studi Kasus Di RPH Kepoh, BKPH Selogender, KPH Randublatung)

SURVEY POTENSI SUMBER BIBIT / BENIH JENIS RUMPUT PAKAN SATWA DI SEKSI KONSERVASI WILAYAH III KARANGTEKOK

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KEMELIMPAHAN BURUNG DI SEKITAR KAMPUS IKIP PGRI MADIUN SEBAGAI POTENSI LOKAL DAN SUMBER BELAJAR

KAJIAN HUBUNGAN ARSITEKTUR POHON DAN KEHADIRAN BURUNG DI KAMPUS IPB DRAMAGA BOGOR MUHAMMAD CHOIRUDDIN AZIS

INVENTARISASI JENIS BURUNG YANG DIPELIHARA MASYARAKAT KOTA TERNATE, MALUKU UTARA

POTENSI EDUWISATA KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BALURAN. Ambar Kristiyanto NIM

Evaluasi Rehabilitasi Merak Hijau (Pavo muticus) Dari Hasil Sitaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Seksi Karangtekok

PENDAHULUAN MATERI DAN METODE. Waktu dan Tempat

LINGKUNGAN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DIURNAL PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DI DESA SUNGAI DERAS KABUPATEN KUBU RAYA KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara Geografis Pantai Sari Ringgung (PSR) terletak di posisi LS dan

menjadi lebih besar. Artinya, jenis-jenis tumbuhan bawah dan anakan memiliki potensi cukup tinggi sebagai pakan merak.

PENDAHULUAN. cara diburu di hutan-hutan pedalaman. Puyuh liar biasanya hidup di semak-semak

Jenis-Jenis Burung di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Andalas Wahana Berjaya (AWB), Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

Laporan Kegiatan Seminar Bird: Science and Conservation dan Pengamatan burung di CA Pulau Sempu

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2004

IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DAN KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT DALAM UPAYA KONSERVASI DI PULAU RAMBUT KEPULAUAN SERIBU

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI RUANG TERBUKA HIJAU DI TIGA TEMPAT PEMAKAMAN UMUM DI BOGOR ALIFAH MELTRIANA

BAB I PENDAHULUAN. asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI AREA KEBUN BUAH, TAMAN BUAH MEKARSARI ISMI NURFAIZAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

DAFTAR ISI. BAB III. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori B. Hipotesis... 18

BAB III METODE PENELITIAN

Nama Daerah Nama Inggris Nama Ilmiah. 2 Bentet * Long Tailed Shrike Lanius schach - Tidak Umum 3 Bondol Dada Sisik/petingan ***

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Oleh : Yuni Wibowo Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

KEBERADAAN JENIS BURUNG PADA LIMA STASIUN PENGAMATAN DI SEPANJANG DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CILIWUNG, DEPOK-JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang

BAB I PENDAHULUAN. Burung anggota Famili Columbidae merupakan kelompok burung yang

Disusun oleh Malang Eyes Lapwing, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERILAKU HARIAN BURUNG TEKUKUR (Streptopelia chinensis) DI LAPANGAN TENIS UNIVERSITAS LAMPUNG

KAJIAN KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE LANSKAP HUTAN TANAMAN PINUS (Studi Kasus : Daerah Aliran Sungai Ciliwung Hulu)

BIRDWATCHING. di Taman Wisata Alam Kerandangan

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman

TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan. OIC (Orangutan Information Centre) menambahkan bahwa kawasan restorasi

5-048 KOMUNITAS BURUNG DI PESISIR KABUPATEN KULON PROGO. ABSTRAK

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal

PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV

BAB I PENDAHULUAN. batas pasang surut air disebut tumbuhan mangrove.

SISTEM RESPIRASI AVES

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

STATISTIK BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM YOGYAKARTA TAHUN 2007

Flona. 114 intisari-online.com

Studi Keanekaragaman Avifauna Sebagai Sarana Edukasi Ekowisata Birdwatching di Kawasan Wisata Kondang Merak, Malang.

BAB I PENDAHULUAN. yang berukuran kecil misalnya burung berencet kalimantan (Ptilochia

Usulan Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi DISUSUN OLEH : DYDIK SETYAWAN E

BAB I PENDAHULUAN. migran. World Conservation Monitoring Centre (1994) menyebutkan

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

BAB I PENDAHULUAN. Alam Hayati dan Ekosistemnya pengertian Taman Nasional adalah kawasan pelestarian

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI KECAMATAN LAWEYAN, KECAMATAN SERENGAN, DAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTAMADYA SURAKARTA. Artikel Publikasi Ilmiah

Pengertian. Kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

KESAMAAN KOMUNITAS BURUNG DI LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA, BOGOR, JAWA BARAT ASEP SAEFULLAH

Diversitas Aves Diurnal di Agroforestry, Hutan Sekunder, dan Pemukiman Masyarakat sekitar Rowo Bayu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI FLORA DAN FAUNA MANGROVE NUSA LEMBONGAN DAN NUSA CENINGAN

I. PENDAHULUAN. hayati sangat tinggi (megabiodiversity). Keanekaragaman hayati adalah. kekayaan plasma nutfah (keanekaragaman genetik di dalam jenis),

Keanekaragaman Burung di Taman Wisata Alam Semongkat Kabupaten Sumbawa.

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

Burung Kakaktua. Kakatua

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SMA/MA IPS kelas 10 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 8. TEKS NEGOSIASILatihan Soal 8.2

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: KEANEKARAGAMAN SPESIES BURUNG DI KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA POCUT MEURAH INTAN ACEH BESAR

KOMPOSISI DAN KEMELIMPAHAN JENIS BURUNG DIURNAL DI HUTAN GAMA GIRI BANTUL D.I.YOGYAKARTA

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

II. TINJAUAN PUSTAKA. (perairan) lainnya, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian dari

PERBANDINGAN KEANEKARAGAMAN BURUNG DI PANTAI SIUNG DAN PANTAI WEDI OMBO GUNUNGKIDUL D.I. YOGYAKARTA

Transkripsi:

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Pengamatan Burung di Resort Bama Seksi Konservasi Wilayah II Bekol dalam Upaya Reinventarisasi Potensi Jenis Oleh : Nama : Arif Pratiwi, ST NIP : 710034820 TAMAN NASIONAL BALURAN 2005

I. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Burung merupakan sumber plasma nutfah yang memberikan warna tersendiri bagi kekayaan fauna di Indonesia. Sebagai salah satu satwa yang mudah dilihat dan dinikmati suaranya, banyak jenis burung diminati dan dicari manusia untuk ditangkap dari alam dan dipelihara. Kegiatan tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi penurunan jumlah jenis dan populasi burung di alam. Salah satu kawasan konservasi yang terdapat potensi jenis burung yaitu Taman Nasional Baluran yang merupakan suatu kawasan yang dapat dipandang sebagai suatu habitat yang didalamnya terdapat komunitas, interaksi antar komunitas dengan lingkungannya membentuk suatu ekosistem. Kerusakan pada komunitas Taman Nasional Baluran akan menyebabkan kerusakan pada ekosistem yang ada. Untuk itu perlu adanya parameter yang dapat menentukan suatu kerusakan pada keadaan alam Taman Nasional Baluran, salah satu komponennya adalah burung. Salah asatu usaha untuk melestarikan potensi jenis burung di Taman Nasional Baluran adalah dengan melakukan pengamatan secara kontinue untuk memonitor jenis jenis mana yang mudah dijumpai dan yang mulai sulit untuk dijumpai. Sehingga keberadaan jenis burung di Taman Nasional Baluran akan selalu dapat termonitor dari tahun ke tahun. b. Tujuan Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan data mengenai keanekaragaman jenis burung dan habitatnya. Selanjutnya hasil pengamatan ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan dan bahan acuan untuk pengelolaan konservasi terutama jenis jenis burung dan kondisi vegetasi yang mempengaruhi populasi dan sebagai acuan untuk penelitian di masa yang akan datang. 1

II. TINJAUAN PUSTAKA Nama burung berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata ornis. Sedangkan dalam bahasa Latin disebut aves. Ornithologi adalah ilmu yang mempelajari tentang burung. Burung merupakan binatang berdarah panas seperti binatang menyusui, tetapi sebenarnya burung lebih berkerabat dekat dengan reptile, yang mulai berevolusi sekitar 135 juta tahun yang lalu. Semua jenis burung dianggap berasal dari sesuatu yang mirip dengan fosil burung yang pertama yaitu Archaeopteryc. Burung masa kini berbeda dengan reptile karena berkembangnya bulu yang mempengaruhi daya terbang. Reptil seperti Pterosaurus sudah mempunyai data terbang yang kuat tetapi hanya mengandalkan bentuk sayapnya yang panjang dan berselaput. Mulanya sayap burung yang lebar hanya untuk melayang dan baru digunakan untuk terbang yang sebenarnya setelah bulu sayapnya berkembang semakin lebar, ringan dan tersusun rapat. Bulu merupakan rahasia keberhasilan burung, tidak hanya memberikan daya terbang, melainkan juga memberikan kehangatan dalam memelihara suhu badan. Modifikasi bulu burung masa kini ada yang berubah fungsi menjadi lapisan yang kedap air, sebagai alat perasa, berwarna cerah atau berburik burik untuk memikat atau menyamar. Karena sayap dipakai untuk terbang burung kehilangan fungsi tangan dan menjadi makhluk berkaki dua. Selain itu tulang burung berevolusi menjadi berongga berisi udara dan lebih ringan; tulang punggungnya menjadi lebih pendek dan menyatu; paruhnya terbentuk dari zat tanduk yang ringan dan tidak bergigi; dibandingkan dengan rahang bergigi dari tulang yang berat pada reptil nenek moyang mereka. Keberadaan burung sangat dekat dengan manusia, merupakan hewan yang mudah dikenal diantara hewan hewan lainnya karena burung sering dijumpai aktif sepanjang hari dan mudah dilihat. Keanekaragaman bulu dan suara burung dapat menarik perhatian manusia sehingga beberapa jenis burung dianggap memiliki nilai ekonomi yang penting. 2

a. Pola Sebaran Burung Faktor faktor yang mempengaruhi distribusi burung (Berger, 1961 dalam Sukmantoro, 1995) yaitu : 1. Waktu dan Geologi 2. Penghalang fisik 3. Mobilitas 4. Kebutuhan akan lingkungan 5. Toleransi ekologi 6. Faktor faktor psikologis. Burung tersebar di semuabenua, lautan dan hamper seluruh kepulauan. Penetrasi burung burung tersebut mencapai artik dan antartika termasuk meliputi daerah permukaan laut sampai pegunungan. Dengan mempertimbangkan kemampuan terbang, mereka mempunyai kemampuan penyebarab geografi dan habitat yang luas (Storer, 1961). Di seluruh kawasan Jawa, jumlah total dari jenis burung yang tercatat adalah 494 jenis, 366 diantaranya adalah jenis penetap dan 128 lainnya sebagai pengunjung / pengembara (migran). Daerah Jawa dan bali mempunyai avifauna yang kaya, terdapat hampir 500 jenis yang mewakili setengah dari suku burung di dunia (MacKinnon, 1993). Sebanyak 24 jenis merupakan endemik Jawa, 16 jenis terbatas di Jawa, 1 jenis terdapat di Bali dan 7 jenis terdapat di kedua pulau tersebut. Burung menempati setiap habitat dari khatulistiwa sampai daerah kutub. Ada burung yang hidup di daerah hutan, padang terbuka, daerah gunung, burung air, burung yang menjelajahi samudra dan ada yang hidup di gua. Burung ditemukan dimana mana antara lain hutan serta kolam kolam yang terdapat ikan, serangngga dan invertebrate (MacKinnon, 1993). Beberapa jenis burung tinggal di daerah daerah tertentu, tetapi banyak jenis yang bermigrasi secara teratur dari suatu daerah ke daerah yang lain sesuai dengan perubahan musim. Migrasi umumnya antara bagian Utara dan Selatan bumi yang disebut Latitudinal. Pada musim panas burung burung bergerak atau tinggal di daerah sedang dan daerah daerah sub artik dimana terdapat fasilitas fasilitas untuk makan dan bersarang, serta kembali ke daerah tropik untuk beristirahat selama musim salju. Beberapa spesies burung melakukan migrasi altitudinal yaitu ke daerah 3

daerah pegunungan selama musim salju dan ini terdapat di Amerika Utara bagian Barat (Murad, 1993). Luas pergerakan dan jarak tempuh burung berbeda pada setiap jenis. Beberpa jenis menempati teritori yang kecil serta tetap dan lambat berpencar untuk menempati daerah baru. Jenis lain mempunyai ruang lingkup pergerakan yang lebih luas. b. Identifikasi Burung Beberapa hal yang menjadi perhatian penting dalam pengenalan maupun identifikasi burung di lapangan tidak semudah apa yang dibayangkan. Faktor factor yang menjadi kendala secara non teknis seringkali muncul setiap saat, missal : kondisi medan yang slit, umumnya burung tersebut susah untuk diamati karena tempatnya yang tinggi di atas dahan serta factor cuaca. Hal hal pokok yang harus diperhatikan dlam identifikasi burung : 1. Membuat catatan lapangan 2. Membuata daftar jenis burung 3. Merekam suara burung Tiga uraian tersebut hanya untuk mempermudah dalam identifikasinya dan membantu pelaksanaan di lapangan. 4

III. METODOLOGI A. Metode Pelaksanaan Pengamatan secara langsung di lapangan yaitu di tempat atau di titik titik yang diperkirakan sebagai tempat bermain atau mencari makan burung. B. Alat yang Digunakan Binokuler untuk mengetahui secara jelas keberadaan, ciri (ukuran tubuh, warna, dan suara) jenis burung. Buku pedoman atau petunjuk pengenalan jenis burung. Alat tulis dan buku catatan. C. Waktu Pelaksanaan Pengamatan dilaksanakan pada 7 Maret 2005 sampai dengan 12 Maret 2005 pada pagi hari (jam 05.45 sampai dengan 06.30) dan sore hari (jam 16.00 sampai dengan 17.30). 5

IV. HASIL PENGAMATAN Jenis burung yang dijumpai : 1. Tanggal 7 Maret 2005 (Waktu pengamatan pagi hari di pos Bama) Kangkareng perut putih 4 ekor, terbang ke arah Manting dari Kalitopo. Cekakak sungai 1 ekor bertengger di kabel listrik pesanggrahan Bama. Merbah Cerukcuk ± 6 ekor terbang ke utara dari Manting. Merbah Corok corok 3 ekor terbang ke utara (Kalitopo) dari Manting. 2. Tanggal 7 Maret 2005 (Waktu pengamatan pagi hari) Merak 8 ekor di HM 26 jalan Bama Bekol. Ayam hutan 4 ekor, 1 jantan dan 2 betina di savana HM 26 jalan Bama Bekol. Merbah cerukcuk 3 ekor terbang di savana. Merbah corok corok 2 ekor terbang di savana. 3. Tanggal 8 Maret 2005 (Waktu pengamatan pagi hari) Elang hitam 1 ekor terbang pendek di HM 26 jalan Bama Bekol (tidak bersuara). Ayam hutan 4 ekor, 1 jantan dan 3 betina di savana sedang mencari makan. Merak 1 ekor jantan, sedang mencari makan di savana. Merbah cerukcuk 2 ekor terbang di savana. Merbah corok corok 1 ekor terbang di savana. Kangkareng perut putih 2 ekor di selatan pos Bama sedang bertengger di pohon Manting. Cekakak sungai 1 ekor di depan pos Bama sedang bertengger di pohon Kesambi. Pergam kelabu 2 ekor terbang melayang di depan pos Bama ke arah utara. 6

4. Tanggal 9 Maret 2005 (Waktu pengamatan pagi hari) Kangkareng perut putih 2 ekor di depan pos Bama sedang bertengger di pohon Rau. 5. Tanggal 9 Maret 2005 (Waktu pengamatan sore hari) Sepah hutan 2 ekor (jantan dan betina) di depan pos Bama betengger di pohon Manting. Cipoh kacat 1 ekor di depan pos Bama sedang bertengger di pohon Manting. Srigunting hitam 1 ekor di HM 12 jalam Bama Bekol sedang bertengger di atas rusa betina. 6. Tanggal 10 Maret 2005 (Waktu pengamatan pagi hari) Cica daun sayap biru betina 1 ekor di pos Bama sedang bertengger di pohon Serut. Cabai jawa 1 ekor jantan dan 1 ekor betina di pos Bama sedang bertengger di pohon Serut. Cucak kutilang 1 ekor terbang ke barat dari pohon Serut pos Bama. Dss Sepah gunung 1 ekor bertengger di pohon Manting depan pos Bama. 7. Tanggal 11 Maret 2005 (Waktu pengamatan pagi hari) Kepudang sungu gunung 1 ekor bertengger di pohon kering, tower tengah HM 13 jalam Bama Bekol. Walet perut putih terbang melayang di savana (tower tengah). Walet raksasa terbang melayang di savana (tower tengah). Gemak tegalan 2 ekor di HM 12 jalan Bama - Bekol. Gemak loreng 2 ekor di HM 10 jalan Bama - Bekol. Puyuh batu 2 ekor di HM 15 jalan Bama - Bekol. Cabai jawa di pos Bama sebelah selatan sedang bertengger di pohon Serut (pagi hari). Cica daun sayap biru di pos Bama sebelah selatan sedang bertengger di pohon Serut (pagi hari). 7

Pergam kelabu di HM 100 HM 102 (ketokan Kendal) jalan Batangan Bekol (sore hari). Raja udang / Cekakak jawa di HM 100 HM 102 (ketokan Kendal) jalan Batangan Bekol (sore hari). Bentel kelabu di HM 100 HM 102 (ketokan Kendal) jalan Batangan Bekol (sore hari). Pergam gunung di HM 100 HM 102 (ketokan Kendal) jalan Batangan Bekol (sore hari). Uncal buau di HM 100 HM 102 (ketokan Kendal) jalan Batangan Bekol (sore hari). Caladi tilik di HM 100 HM 102 (ketokan Kendal) jalan Batangan Bekol (sore hari). 11. Tanggal 12 Maret 2005 (Waktu pengamatan sore hari) Bangau tongtong 2 ekor di pantai pada saat surut sedang mencari makan di depan sungai Kalitopo. Kuntul karang 1 ekor di pantai pada saat surut sedang mencari makan di depan sungai Kalitopo. Gagak hutan 2 ekor terbang ke arah Manting dari Kalitopo. Elang laut perut putih 1 ekor terbang di depan pos Bama. Gelatik jawa bertengger / mencari makan di pohon talok sebelah barat kubangan Bama. Bondol jawa bertengger / mencari makan di pohon talok sebelah barat kubangan Bama. Gelatik batu kelabu bertengger / mencari makan di pohon talok sebelah barat kubangan Bama. 12. Tanggal 12 Maret 2005 (Waktu pengamatan pagi hari) Pergam hijau di Blok Manting sedang terbang ke utara. Perkutut terbang di HM 24 jalan Bama Bekol. Dederuk jawa di HM 24 jalan Bama Bekol. Tekukur di HM 24 jalan Bama Bekol. Cekakak cina bertengger di pohon Widoro Bukol HM 24 jalan Bama Bekol. 8

Cinenen belukar di pos Bama sedang bermain / mencari makan di pohon Serut selatan pos Bama.. Kacamata biasa di depan pos Bama sedang bertengger di pohon Manting. Sikatan belang di depan pos Bama sedang bertengger di pohon Manting. Kipasan belang 1 ekor sedang bertengger di pohon Pilang belakang barak Bekol. Prenjak jawa 2 ekor (jantan dan betina) bertengger di pohon pilang belakang barak Bekol. Cabak kota di jalan Bama Bekol (malam hari) 9

V. KESIMPULAN 1. Berdasarkan pengamatan jenis burung yang masih tinggi populasinya antara lain : Walet perut putih (Collocalia esculenta) Walet raksasa (Hydrochous gigas) Perkutut jawa (Geopelia striata) Dederuk jawa ( Streptopelia bitorquata) Tekukur biasa (Streptopelia chinensis) Cabak kota (Caprimulgus affinis) Merbah cerukcuk (Pynonotus flafescens) Merbah corok corok (Pynonotus symplex) 2. Jenis burung yang jarang dijumpai antara lain : Sepah hutan (Pericrocotus flammeus) Sepah gunung (Pericrocotus miniatus) Bentet kelabu (Lantus shach) Gelatik batu kelabu ( Parus major) 10

DAFTAR REKAPITULASI JENIS BURUNG YANG DIJUMPAI DI BEKOL DAN BAMA 1. Ayam hutan merah (Gallus gallus) 2. Ayam hutan hijau (Gallus varius) 3. Bangau tongtong (Leptoptilos javanicus) 4. Bentet kelabu (Lantus shach) 5. Cabai jawa (Dicaeum trochileum) 6. Cabak kota (Caprimulgus affinis) 7. Caladi tilik ( Picoides moluccensis) 8. Cekakak sungai (Todirhamphus chloris) 9. Cekakak jawa (Halcyon cyanoventris) 10. Cipoh kacat ( Aegithina tiphia) 11. Cucak kutilang (Pynonotus aurigaster) 12. Dederuk jawa ( Streptopelia bitorquata) 13. Elang hitam ( Ictinaetus malayensis) 14. Elang laut perut putih (Haliaetus leucogaster) 15. Gagak hutan (Corvus enca) 16. Gelatik jawa (Padda oryzivora) 17. Bondol jawa (Lonchura leucogastroides) 18. Gelatik batu kelabu ( Parus major) 19. Gemak tegalan (Turnix sylvica) 20. Gemak loreng (Turnix suciator) 21. Kacamata biasa (Zosterop palpebrasus) 22. Kangkareng perut putih (Anthracoceros albirostris) 23. Kepudang suhu gunung (Coracina parvata) 24. Merak hijau (Pavo muticus) 25. Merbah cerukcuk (Pynonotus flafescens) 26. Merbah corok corok (Pynonotus symplex) 27. Perenjak jawa (Pronva familiarsis) 28. Uncal buau (Macropygia unchall) 11

29. Pergam gunung (Ducula badia) 30. Pergam kelabu (Ducula pickeringi) 31. Pergam hijau (Ducula aenea) 32. Puyuh batu (Coturnix cynensis) 33. Sepah gunung (Pericrocotus miniatus) 34. Sepah hutan (Pericrocotus flammeus) 35. Srigunting hitam (Dicrurus macrocercus) 36. Walet raksasa (Hydrochous gigas) 37. Walet perut putih (Collocalia esculenta) 38. Tekukur biasa (Streptopelia chinensis) 39. Perkutut jawa (Geopelia striata) 40. Sikatan belang (Ficedule westermanni) 41. Kipasan belang (Rhidipura javanica) 42. Kuntul karang (Egretta sacra) 43. Cekakak cina (Halcyon pileata) 44. Cica daun sayap biru (Chloropsis cochincinensis) 45. Cinenen belukar (Orthotomus atrogularis) 12