PERATURAN NOMOR : PER- 02 / 1.02 / PPATK / 02 / 15 TENTANG KATEGORI PENGGUNA JASA YANG BERPOTENSI MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN,

GUBERNUR BANK INDONESIA,

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Huruf a Cukup jelas.

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

KEPUTUSAN TENTANG PEDOMAN IDENTIFIKASI PRODUK, NASABAH, USAHA DAN NEGARA YANG BERISIKO TINGGI BAGI PENYEDIA JASA KEUANGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUAN6AN

BAGI PIHAK PELAPOR DAN PIHAK LAINNYA. Bagian Kedua, Pengenalan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

VI PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK)

2 dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan tentang Pengenaan Sa


PERATURAN KEPALAPUSAT PELAPORAN DAN ANALISISTRANSAKSI KEUANGAN,

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Pasal 1 Dalam P

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUAN6AN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, T


PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Penjelasanan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 642)

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/27/PBI/2012 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2017, No pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Dalam penerapan program Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-03/1.02.1/PPATK/03/12 TENTANG

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2...

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Non Bank. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22/ POJK.04 / 2014 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH OLEH PENYEDIA JASA KEUANGAN DI SEKTOR PASAR MODAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH OLEH PIALANG BERJANGKA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 30/PMK.010/2010 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH BAGI LEMBAGA KEUANGAN NON BANK

MATRIKS PERUBAHAN PERATURAN V.D.10

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQS)

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK!NQONES!A SALIN AN

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang selanjut

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 28 /PBI/2009 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

No pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia, terutama hak untuk hidup. Rangkaian tindak pidana terorisme yang terjadi di wilayah Negara Ke

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN KEPALA

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQS)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Pelaporan Transaksi. Penyedia Barang. Jasa

-2- c. Pengaturan Customer Due Dilligence (CDD) sederhana khusus untuk Nasabah yang tergolong berisiko rendah; dan

PERATURAN BERSAMA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA, KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 20 /PBI/2010

2017, No Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi tentang Pedoman Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan T

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

576\; 2. Peraturan Presiden Nomor 50 Tahun 2OII. tentang Tata Cara Pelaksanaan Kewenangan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank Umum.

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K

2 tersebut perlu disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang serta Undang-Un

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

^uur#i,io,',?i5n,u'o TENTANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No lain ke dalam atau ke luar daerah pabean Indonesia dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; c. bahwa sesuai dengan Undang-Un

IDENTIFIKASI TRANSAKSI KEUANGAN MENCURIGAKAN (TKM) DAN TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI (TKT)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI PENGGUNAAN UANG KARTAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No undangan mengenai pencegahan dan pemberatasan tindak pidana pencucian uang dan wajib melakukan pemblokiran sebagaimana dimaksud dalam

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45/PMK.06/2013 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA JASA BAGI BALAI LELANG

1. Undang-Undang Nomor B Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana PUSAT PEUTPORAN DAN ANATISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BERSAMA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA, KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.258, 2014 PPATK. Sistem Informasi. Jasa Terpadu. Pengguna.

BAGI PIHAK PELAPOR DAN PIHAK LAINNYA. Bagian Ketiga, Identifikasi, Verifikasi Dan Pemantauan Transaksi Pengguna Jasa

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 2 - di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI Jl Ir. H. Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia Email: contact-us@ppatk.go.id, Website: www.ppatk.go.id KEUANGAN PERATURAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR : PER- 02 / 1.02 / PPATK / 02 / 15 TENTANG KATEGORI PENGGUNA JASA YANG BERPOTENSI MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN, Menimbang Mengingat bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (3) Peraturan Presiden Nomor 50 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kewenangan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan perlu menetapkan Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan tentang Kategori Pengguna Jasa Yang Berpotensi Melakukan Tindak Pidana Pencucian Uang; 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5164); 2. Peraturan Presiden Nomor 50 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kewenangan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan;

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN JI.Ir. H. Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia Email: contact-us@ppatk.go.id, Website: www.ppatk.go.id MEMUTUSKAN: Menetapkan PERATURAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TENTANG KATEGORI PENGGUNA JASA YANG BERPOTENSI MELAKUKANTINDAKPIDANAPENCUCIANUANG. BAB I KETENTUANUMUM Dalam Peraturan Pasal 1 ini yang dimaksud dengan: 1. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang selanjutnya disingkat PPATK adalah lembaga independen yang dibentuk dalam rangka mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang. 2. Penyedia Jasa Keuangan yang selanjutriya disebut PJK adalah salah satu Pihak Pelapor yang menyediakan jasa di bidang keuangan, yang meliputi bank, perusahaan pembiayaan, perusahaan asuransi dan perusahaan pialang asuransi, dana pensiun lembaga keuangan, perusahaan efek, manajer investasi, kustodian, wali amanat, penyelenggara pos, pedagang valuta asing, penyelenggara alat pembayaran menggunakan kartu, penyelenggara e-money dan/ atau e-wallet, koperasi yang melakukan kegiatan simpan pinjam, pergadaian, perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan berjangka komoditi, atau penyelenggara kegiatan usaha pengiriman uang. 3. Pengguna Jasa adalah pihak yang menggunakan jasa PJK. 4. Transaksi adalah seluruh kegiatan yang menimbulkan hak dan/ atau kewajiban atau menyebabkan timbulnya hubungan hukum an tara dua pihak atau lebih. 5. Transaksi Keuangan Mencurigakan, selanjutnya disingkat TKM, adalah: a. Transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik atau kebiasaan bersangku tan; pola Transaksi dari Pengguna Jasa yang L~\~ 2

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN JLIr. H. Djuanda No.35,Jakarta 10120, Indonesia TeIepon.+6221-3850455 +6221-3853922 Faksimili. +6221-3856809 +6221-3856826 Email: contact-us@ppatk.go.id,website: www.ppatk.go.id b. Transaksi keuangan oleh Pengguna Jasa yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pelaporan Transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh PJK sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang; c. Transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan harta kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana; atau d. Transaksi keuangan yang diminta oleh PPATKuntuk dilaporkan oleh PJK karena melibatkan harta kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana. 6. Enhanced Due Diligence yang selanjutnya disebut sebagai EDD adalah tindakan customer due diligence yang lebih mendalam yang dilakukan PJK pad a saat berhubungan dengan calon nasabah, walk in customer atau nasabah yang tergolong berisiko tinggi terhadap kemungkinan pencucian uang dan pendanaan terorisme. 7. Beneficial Owner yang selanjutnya disingkat 80 adalah setiap orang yang: a. merupakan pemilik sebenarnya dari dana yang ditempatkan pada PJK (ultimately own account); b. mengendalikan Transaksi nasabah; c. memberikan kuasa untuk melakukan Transaksi; d. mengendalikan badan hukum; dan Zatau e. merupakan pengendali akhir dari Transaksi yang dilakukan melalui badan hukum atau berdasarkan suatu perjanjian. 8. Politically Exposed Person yang selanjutnya disingkat sebagai PEP adalah orang yang merniliki atau pernah memiliki kewenangan publik diantaranya adalah penyelenggara negara sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur ten tang penyelenggara negara, dan / atau orang yang tercatat atau pernah tercatat sebagai anggota partai politik yang memiliki pengaruh terhadap kebijakan dan operasional partai politik, baik yang 3

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUAN6AN [LIr. H. Djuanda No.35,Jakarta 10120, Indonesia TeJepon.+6221-3850455 +6221-3853922 Faksimili.+6221-3856809 +6221-3856826 Email: contact-us@ppatkgo.id, Website: www.ppatkgo.id berkewarganegaraan Indonesia maupun yang berkewarganegaraan asing. 9. Produk dan/ atau jasa berisiko tinggi adalah produk dan/ atau jasa yang disediakan oleh PJK yang mudah dikonversikan menjadi kas atau setara kas dan/ atau mudah dipindahkan dari satu yurisdiksi ke yurisdiksi lainnya dengan maksud untuk mengaburkan asal-usulnya. 10. Bisnis berisiko tinggi adalah kegiatan usaha dari Pengguna Jasa yang potensial digunakan sebagai sarana tindak pidana pencucian uang, dilakukannya tindak pidana asal dan/ atau dilakukannya aktivitas pendanaan kegiatan terorisme. 11. Negara berisiko tinggi (high risk country) adalah negara atau teritori yang potensial digunakan sebagai tempat: a. terjadinya atau sarana tindak pidana pencucian uang; b. dilakukannya tindak pidana asal (predicate offense); dan Zatau c. dilakukannya aktivitas pendanaan kegiatan terorisme. 12. Dokumen adalah data, rekaman, atau informasi yang dapat dilihat, dibaca, dari/ atau didengar, yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas kertas atau benda fisik apapun selain kertas maupun yang terekam secara elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada: a. tulisan, suara, atau gambar; b. peta, rancangan, foto, atau sejenisnya; c. huruf, tanda, angka, simbol, atau perforasi yang memiliki makna atau dapat dipahami oleh orang yang mampu membaca atau memahaminya. 13. Lembaga Pengawas dan Pengatur yang selanjutnya disebut LPP adalah lembaga yang memiliki kewenangan pengawasan, pengaturan, dan/ atau pengenaan sanksi terhadap PJK. 14. Undang-Undang adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. 4

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUAN6AN J1 Ir. H. Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia Email: contact-useappatk.go.id Website: www.ppatk.go.id Pasal2 Peraturan ini bertujuan untuk: a. memberikan pedoman bagi LPP dalam menyusun pedoman mengenali Pengguna J asa; b. memberikan pedoman bagi PJK dalam menyusun ketentuan internal un tuk mengiden tifikasi dan mengklasifikasikan Pengguna J asa yang berisiko tinggi yang berpotensi melakukan tindak pidana pencucian uang. Pasal3 Ruang lingkup Peraturan ini mengatur kategori Pengguna Jasa pada PJK yang berpotensi melakukan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme. BAB II KATEGORI PENGGUNA JASA YANG BERISIKO TINGGI Bagian Kesatu Umum Pasal4 Penetapan Pengguna Jasa yang berpotensi melakukan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme dilaksanakan me1alui penyusunan kategori Pengguna Jasa yang berisiko tinggi, berdasarkan faktor: a. profil; b. negara; c. bisnis; atau d. produk dan Zatau jasa. 5

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN JLIr. H. Ojuanda No.35,Jakarta 10120, Indonesia TeJepon.+6221-3850455 +6221-3853922 Faksimili. +6221-3856809 +6221-3856826 Email: contact-us@ppatkgo.id, Website: www.ppatkgo.id Bagian Kedua Profil Pengguna Jasa Pasa15 Kategori Pengguna Jasa berdasarkan faktor profil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a sebagai berikut: a. PEP yang meliputi: 1. pejabat negara: a) presiden dan wakil presiden; b) menteri, wakil menteri, dan jabatan yang setingkat menteri; c) anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat yang meliputi anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah; d) hakim agung pada Mahkamah Agung serta hakim pada semua badan peradilan; e) Hakim Konstitusi; f) anggota Komisi Yudisial; g) anggota Dewan Pertimbangan Presiden; h) anggota Badan Pemeriksa Keuangan; i) anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia; j) anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan; k) pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi; 1) kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negen yang berkedudukan sebagai duta besar luar biasa dan berkuasa penuh; m) gubernur dan wakil gubernur; n) bupati atau walikota; 0) wakil bupati atau wakil walikota; p) anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau lembaga sejenis di daerah; dan q) pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh undang-undang; 2. pimpinan instansi pemerintah setingkat atau setara eselon I; 3. pejabat yang memiliki fungsi strategis meliputi: 6

PUSA T PELJ\PORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN KEPALJ\ Jl Ir. H. Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia Email: contact-us@ppatkgo.id, Website: www.ppatkgo.id a) direksi, komisaris dan pejabat struktural lainnya pada Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah; b) pimpinan perguruan tinggi negeri; c) pejabat eselon I dan pejabat lain yang disamakan di lingkungan sipil, militer dan kepolisian; d) jaksa; e) penyidik;. f) panitera pengadilan; g) pimpinan dan bendaharawan proyek; h) pejabat yang membidangi sektor minyak dan gas; i] pejabat yang membidangi sektor mineral dan batu bara; dan j) pimpinan komisi yang dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan; 4. pejabat yang berdasarkan ketentuan kementerian yang membidangi urusan aparatur negara dan reformasi birokrasi diwajibkan menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara: a) pejabat eselon II dan pejabat lain yang disamakan fungsi strategis di lingkungan instansi pemerintah dan/ atau lembaga negara; b) semua kepala kantor di lingkungan Kementerian Keuangan; c) pemeriksa bea dan cukai; d) pemeriksa pajak; e) auditor; f) pejabat yang mengeluarkan perijinan; g) pejabat atau kepala unit pelayanan masyarakat; h) pejabat pembuat regulasi; dan i) pejabat yang menduduki jabatan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi sebagai jabatan rawan korupsi, kolusi,dan nepotisme dan diwajibkan menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara kepada Komisi Pemberantasan Korupsi; 5. pengurus partai politik atau anggota partai politik; b. pihak yang terkait dengan PEP meliputi: 7

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI JLIr. H. Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia Email: contact-useoppatk.go.id, Website: www.ppatk.go.id KEUANGAN 1. keluarga inti PEP termasuk anggota keluarga sampai dengan derajat kedua; 2. perusahaan yang dimiliki, dikelola, darr/ atau dikendalikan oleh PEP; dan 3. pihak-pihak yang secara umum dan diketahui publik mempunyai hubungan dekat dengan PEP; c. pejabat, pegawai, petugas, dan setiap orang yang bekerja dalam bidang pelayanan publik khususnya di bidang perizinan, pengadaan dan penyaluran barang dan jasa publik, penerimaan negara atau daerah; d. pejabat, pegawai, atau setiap orang yang bekerja untuk dan atas nama penyedia jasa keuangan; e. orang atau entitas yang namanya tercantum dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris yang dikeluarkan oleh pemerintah; f. orang atau entitas yang namanya tercantum dalam sanction list yang dikeluarkan oleh organisasi internasional; dari/ atau g. profesi tertentu diantaranya advokat, kurator, notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah, akuntan, akuntan publik, perencana keuangan, atau konsultan pajak, termasuk karyawan yang bekerja pada kantor profesi terse bu t di atas. Pasal6 (1)Kategori Pengguna Jasa berdasarkan faktor negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b adalah Pengguna Jasa yang bertransaksi dari dan.' atau ditujukan ke: a. negara asing yang dinyatakan belum memadai dalam melaksanakan rekomendasi Financial Action Task Force di bidang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme berdasarkan hasil evaluasi (mutual assessment); b. negara asing yang diketahui secara luas sebagai tempat penghasil dan pusat perdagangan narkoba; c. negara asing yang memiliki tingkat tata kelola kepemerintahan yang rendah atau dibawah 50 (lima puluh) berdasarkan worldwide governance indicators terkini yang diterbitkan oleh World Bank; 8

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN JLIr. H. Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia Email: contact-us@ppatkgo.id, Website: www.ppatkgo.id d. negara asing yang diidentifikasi sebagai tax haven antara lain berdasarkan data dari Organisation for Economic Cooperation and Development; atau e. negara asmg yang dikenal memiliki indeks persepsi korupsi yang rendah atau indeks dibawah 40 (empat puluh) berdasarkan transparency international. (2) Evaluasi negara asing yang dinyatakan belum memadai dalam melaksanakan rekomendasi Financial Action Task Force sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan oleh: a. Financial Action Task Force; dan/ atau b. badan asosiasi regional diantaranya Asia Pacific Group on Money Laundering (APG), Caribbean Financial Action Task Force (CFATF), M 0 NEYVAL, Eastern and Southern Africa Anti Money Laundering Group (ESAAMLG),The Eurasian Group on Money Laundering and Financing of Terrorism (EAG), GAFISUD, Inter Governmental Action Group against Money Laundering in West Africa (GIABA)atau Middle East & North Africa Financial Action Task Force (MENAFATF). Pasal7 Kategori Pengguna Jasa berdasarkan faktor bisnis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c sebagai berikut: a. usaha penukaran valuta asing non bank; b. usaha penyelenggara transfer dana non bank; c. usaha agen perjalanan; d. usaha yang berbasis tunai, diantaranya minimarket, jasa pengelola parkir, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU); e. usaha investasi berbasis emas atau logam mulia; f. usaha di bidang pengelolaan hasil hutan atau kehutanan; g. usaha di bidang jasa pengangkutan atau pengapalan (freight forwarding) ; h. usaha di bidang properti; 1. usaha di bidang perdagangan kendaraan bermotor yang merupakan barang mewah; 9

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI JI.Ir. H. Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia Email: contact-us@ppatk.go.id, Website: www.ppatk.go.id KEUAN6AN J. usaha di bidang perdagangan permata dan perhiasan atau logam mulia; k. usaha di bidang perdagangan barang seni dan antik; 1. koperasi yang melakukan kegiatan simpan pinjam dengan nilai aset Rpl.OOO.OOO.OOO,OO (satu milyar rupiah) at au lebih; dan z atau m. usaha perdagangan ekspor atau impor di bidang sumber daya alam hayati dan non hayati diantaranya minyak, mineral, dan batu bara. Pasal8 Kategori Pengguna Jasa berdasarkan faktor produk darr/ atau jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d sebagai berikut: a. transfer dana (wire transfer); b. instrumen pembayaran lain (bearer negotiable instruments) diantaranya bilyet giro, warkat atas bawa berupa cek, cek pelawat, surat sanggup bayar, dan sertifikat deposito; c. layanan cross border correspondent banking an tara lain payable through account; d. electronic banking termasuk internet banking, phone banking, mobile banking, sms banking; e. layanan prima (private banking) atau wealth management; f. penitipan dengan pengelolaan (trust); g. alat pembayaran menggunakan kartu an tara lain kartu kredit, kartu atm, kartu debit; h. kontrak pengelolaan dana (discretionary fund); 1. custodian; J. non deposit account services an tara lain unit link, reksadana, safe deposit box, obligasi, surat utang negara; k. e-money; 1. produk komoditi berjangka; dany atau m. gadai emas. BABIII KLASIFlKASI DAN MITIGASI RISIKO Bagian Kesatu Klasifikasi Risiko 10

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN [I Ir. H. Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia Email: contact-us@ppatkgo.id, Website: www.ppatkgo.id Pasal9 Dalam hal calon Pengguna Jasa, Pengguna Jasa, darr/ atau BO termasuk kedalam kategori profil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, maka calon Pengguna Jasa, Pengguna Jasa, dan/ at au BO langsung diklasifikasikan sebagai berisiko tinggi (high risk). Pasal 10 Pengguna Jasa dan/ atau BO yang memenuhi kategori berisiko tinggi (high risk) dibuat dalam daftar tersendiri. Pasal 11 (1) Dalam hal calon Pengguna Jasa, Pengguna Jasa, dany atau BO termasuk kedalam kategori negara, bisnis, produk darr/ atau jasa sebagaimana dimaksud Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal 8, dilakukan analisis terhadap tingkat risiko terjadinya tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme pada PJK. (2) Dalam melakukan analisis risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1), negara, bisnis, produk darr/ atau jasa yang dikategorikan berisiko tinggi ditetapkan sebagai parameter yang dapat mempertinggi risiko terjadinya tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme pada PJK. Pasal 12 Pemantauan terhadap Transaksi Pengguna Jasa dan BO dengan klasifikasi berisiko tinggi (high risk) wajib dipantau paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. Bagian Kedua Pelaksanaan Enhanced Due Diligence Pasal 13 (1) Dalam hal calon Pengguna Jasa, Pengguna Jasa, dan Zatau BO yang masuk dalam kategori high risk, PJK melakukan EDD. 11

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUAN6AN JLIr. H. Ojuanda No.35,Jakarta 10120, Indonesia Telepon. +6221-3850455 +6221-3853922 Faksimili.+6221-3856809 +6221-3856826 Email: contact-us@ppatk.go.id,website: www.ppatk.go.id (2) Pelaksanaan EDD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mengacu pada peraturan yang ditetapkan oleh LPP danj atau PPATK. Bagian Ketiga Mitigasi Risiko Pasal 14 PJK wajib melakukan langkah-langkah yang memadai guna meyakini bahwa potensi risiko tinggi terjadinya tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme yang bersumber dari calon Pengguna Jasa, Pengguna Jasa, danjatau BO sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, dan Pasal 8 telah dimitigasi. Pasal 15 (1) PJK dapat menolak atau memutuskan hubungan usaha dengan calon Pengguna Jasa danj atau Pengguna Jasa yang berpotensi melakukan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme. (2) Dalam hal Transaksi yang ditolak atau diputuskan hubungan usahanya memenuhi unsur TKM berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, PJK wajib melaporkan Transaksi tersebut kepada PPATK. BABIV PENATAUSAHAANDOKUMEN Pasal 16 (1) PJK wajib menatausahakan seluruh proses identifikasi pengklasifikasian risiko calon Pengguna J asa, Pengguna J asa, danjatau BO. (2) Dokumen yang ditatausahakan dapat berupa: a. dokumen hasil identifikasi dan pengklasifikasian risiko; b. daftar calon Pengguna Jasa, Pengguna Jasa, danjatau BO yang 12

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN Jl Ir. H. Djuanda No.35,Jakarta 10120, Indonesia TeJepon.+6221-3850455 +6221-3853922 Faksimili.+6221-3856809 +6221-3856826 Email: contact-us@ppatk.go.id,website: www.ppatk.go.id berpotensi melakukan c. dokumen hasil pemantauan. tindak pidana pencucian uang; Pasal 17 (1) PJK wajib menyusun atau menyesuaikan ketentuan internal mengenai klasifikasi Pengguna J asa yang berpotensi melakukan tindak pidana pencucian uang dengan mengacu pada Peraturan ini. (2) Penyusunan atau penyesuaian ketentuan internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan setelah Peraturan ini diundangkan. (3) Ketentuan internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan kepada PPATKserta LPP. BABV SANKSI Pasal 18 (1) PJK yang melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Pasal 16 ayat (1), Pasal 17 ayat (1), dan Pasal 17 ayat (3) dikenakan sanksi administratif berupa: a. teguran tertulis; dan/ atau b. pengumuman kepada publik mengenai tindakan atau sanksi. (2) Pengumuman kepada publik mengenai tindakan atau sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui website PPATKatau media lain. Pasal 19 PJK yang melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) dikenakan sanksi berdasarkan peraturan perundang-undangan. 13

----------------. - - - --- - --------------------------------------------- PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN Jl Ir. H. Djuanda No.35, Jakarta 10120, Indonesia Email: contact-us@ppatk.go.id, Website: www.ppatk.go.id BAB VI KETENTUANPENUTUP Pasal20 Pada saat Peraturan ini berlaku, Keputusan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor: KEP-47 j 1.02jPPATKj06j2008 tentang Pedoman Identifikasi Produk, Nasabah, Usaha dan Negara yang Berisiko Tinggi Bagi Penyedia Jasa Keuangan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Peraturan Pasal21 ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan mi dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 3 Februari 2015 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISISTRANSAKSIKEUANGAN'_I~t.. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 13 Maret 2015 MENTERI HUKU DAN HAKASASI '.l-'::;'~jkindonesia, E ITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 380 14