SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

dokumen-dokumen yang mirip
: /2 /0 04

Tinjauan Umum Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia Undang-Undang Hak Cipta atas Kekayaan Intelektual (termasuk program-program komputer) UU No.

INTISARI HAK CIPTA. UU No 28 Tahun 2014

Lex Privatum, Vol. III/No. 3/Jul-Sep/2015

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 3/23/2014 nts/epk/ti-uajm 2

Hak Cipta Program Komputer

BAB I PENDAHULUAN. bidang industri, ilmu pengetahuan, kesusasteraan atau seni. 1 Hak atas kekayaan

LEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO

UNDANG-UNDANG HAK CIPTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

3/21/2012 copyright 3

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HUKUM PENERBITAN BAHAN PUSTAKA. Oleh. Dewi Wahyu Wardani

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Istilah Intellectual Property Rights (IPR) diartikan sebagai Hak Milik

BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU

BAB 8 PERLINDUNGAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM BIDANG TI

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini penggunaan komputer sudah memasuki hampir semua. bidang kehidupan, baik di kalangan perguruan tinggi, perkantoran,

Diperiksa oleh: Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengabdian, dan Kerja Sama Tanggal:

Etika Profesi dan Pengembangan Diri

PANDUAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HaKI) DAN PATEN AKADEMI KEBIDANAN BAKTI UTAMA PATI TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu jenis hak atas kekayaan intelektual adalah karya cipta. Dalam

HASIL WAWANCARA DENGAN DITJEN HKI. (Dengan Bapak Agung Damarsasongko) : Berapa lama jangka waktu perlindungan Hak Cipta?

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN PROGRAM KOMPUTER Pengertian Hak Cipta dan Dasar Hukumnya

TUGAS MATA KULIAH HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. (Intelectual Property Rights Law)

UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. M6. Peraturan & Regulasi 2

Rudy Susatyo. Yogyakarta, 8 Agustus Oleh

Hak Cipta. Pengertian Hak Cipta hak ekslusif untuk 1. mengumumkan, 2. memperbanyak, 3. memberi izin

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL: PENGERTIAN DAN MANFAAT BAGI LITBANG

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pada uraian dari Bab I (satu) sampai Bab IV (empat) skripsi ini,

Pengertian Hak Cipta HAK CIPTA. Pencipta dan kepemilikan hak cipta. Konsepsi Kepemilikan Hak Cipta 2/19/2014

L E M B A R A N - N E G A R A R E P U B L I K I N D O N E S I A. Presiden Republik Indonesia,

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 ATAS TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 HAK CIPTA

Buku Panduan Permohonan Hak Cipta bagi Sivitas Akademika IPB

PR Ketiga Kelas X.4 Tgl 06 Agustus 2010 Mengenai UU Hak Cipta Posted by malikzeith - 16 Aug :28

DIREKTUR JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Contoh Pedoman Etika Periklanan Manca Negara. Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom. Modul ke:

BAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL

BAB I PENDAHULUAN. Buku sebagaimana pepatah menyatakan adalah jendela dunia. Setiap isi

Dr. Tb. Maulana Kusuma Web: Gunadarma University

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

UU 12/1997, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1982 TENTANG HAK CIPTA SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1987

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. invensi. Ciptaan atau invensi tersebut merupakan milik yang diatasnya melekat

Pengantar Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

KEPPRES 74/2004, PENGESAHAN WIPO PERFORMANCES AND PHONOGRAMS TREATY, 1996 (TRAKTAT; WIPO MENGENAI PERTUNJUKAN DAN REKAMAN SUARA, 1996)

Hak Atas Kekayaan Intelektual. Business Law Universitas Pembangunan Jaya Semester Gasal 2014

PENYELESAIAN SENGKETA HAK CIPTA MENURUT UNDANG-UNDANG NO.19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. Oleh : Jatmiko Winarno, SH, MH

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA [LN 2002/85, TLN 4229]

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri

PENINGKATAN PROFESIONALISME KARYA CIPTA TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN HAKI

Obligasi Kontraktual mungkin mendahului hak cipta normal Hak2 Pekerja didasarkan pada surat pernyataan dari pekerja Hak2 Siswa didasarkan pada

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II KAJIAN TEORI. tentang pendapat, yaitu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendapat

Etika dan Moral dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Etika dan Moral dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Kuesioner Penyusunan Matriks PMTB Tahun 2015

I. PENDAHULUAN. Hak Kekayaan Intelektual (yang selanjutnya disingkat HKI) merupakan

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

I. PENDAHULUAN. Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disebut HKI) bukanlah hal

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1982 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1982 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUKU PANDUAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

AKIBAT HUKUM PENGHIBAHAN SELURUH HARTA WARISAN OLEH PEWARIS SEHINGGA MELANGGAR LEGITIME PORTIE

ANALISIS YURIDIS PENGESAHAN PERKAWINAN BEDA AGAMA DAN AKIBAT HUKUMNYA (STUDI PENETAPAN NO. 156/PDT.P/2010/PN.SKA TENTANG PERKAWINAN BEDA AGAMA) TESIS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

SOFYAN ARIEF SH MKn

PENYUSUNAN MATRIKS PMTB TAHUN 2017

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Selain itu, Indonesia juga meratifikasi Berne Convention for the

PERATURAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.01-HC TAHUN 1987 TENTANG PENDAFTARAN CIPTAAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA,

L E M B A R A N - N E G A R A R E P U B L I K I N D O N E S I A. Presiden Republik Indonesia,

HAK CIPTA. memperbanyak ciptaannya atau memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundangundangan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Rahasia Dagang;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

AKIBAT HUKUM PEMECAHAN SERTIPIKAT (TANDA BUKTI HAK) ATAS TANAH YANG SEDANG TERIKAT HAK TANGGUNGAN. Tesis. Oleh. AFNIDA NOVRIANI /MKn.

PENANGANAN CYBER CRIME DI SEKTOR PERBANKAN DI INDONESIA S K R I P S I PRIMA AGUSDANI PUTRA NIM:

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA. karena berbeda tingakt pemahaman tentang istilah itu. Akibatnya di dalam

HAK CIPTA SOFTWARE. Pengertian Hak Cipta

EFEKTIVITAS DAN PENERAPAN KUASA DALAM AKTA PERIKATAN/PERJANJIAN JUAL BELI ATAS TANAH SERTA KETERKAITANNYA DENGAN AKTA KUASA JUAL TESIS.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA ATAS LAGU YANG TIDAK DIKETAHUI PENCIPTANYA TESIS Oleh SANDHIYANING WAHYU ARIFANI 077011086/MKn SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

2 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA ATAS LAGU YANG TIDAK DIKETAHUI PENCIPTANYA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Oleh SANDHIYANING WAHYU ARIFANI 077011086/MKn SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

3 Telah diuji pada 2009 Tanggal : 24 Juli 2009 PANITIA PENGUJI TESIS Ketua Anggota : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN : 1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, MHum 2. Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, MHum 3. Syafruddin Hasibuan, SH, MH, DFM

4 4. Notaris Syafnil Gani, SH, MHum Judul Tesis : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA ATAS LAGU YANG TIDAK DIKETAHUI PENCIPTANYA Nama Mahasiswa : Sandhiyaning Wahyu Arifani Nomor Pokok : 077011086 Program Studi : Kenotariatan Menyetujui Komisi Pembimbing (Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH,MS,CN) Ketua (Prof.Dr.Runtung Sitepu,SH, MHum) (Dr.T.Keizerina Devi A,SH,CN,MHum) Anggota Anggota Ketua Program, Direktur, (Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH,MS,CN) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,MSc)

5 Tanggal lulus : 24 Juli 2009 ABSTRAK Di Indonesia, perlindungan hak cipta ini mulai di suarakan pada dekade Tahun 1960, yang dilanjutkan dengan kajian-kajian pada Tahun 1970-an. Indonesia menerbitkan peraturan yang mengatur hak cipta ini pada Tahun 1982 yaitu dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta. Sebagai gambaran akan pentingnya pendaftaran hak cipta ini, dapat di lihat dari persoalan antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Malaysia dalam persoalan kepemilikan dan hak cipta atas lagu Rasa Sayange. Dimana pemerintah Malaysia menjadikan lagu Rasa Sayange, lagu resmi Malaysia Truly Asia untuk promosi pariwisata Malaysia dan hal ini telah memicu polemik antara kedua negara serumpun tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian hukum normatif yaitu suatu penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan. Hal ini sejalan dengan pendapat Ronald Dworkin menyebut metode penelitian normatif juga sebagai penelitian doktrinal atau doctrinal research, yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum sebagai law as it written in the book, maupun hukum sebagai law as it is decided by the judge through judicial proces. Kebijakan untuk menentukan pemegang hak cipta atas lagu yang tidak diketahui penciptanya menurut Undang-undang hak cipta di Indonesia dilakukan oleh Negara, dimana Negara memegang hak cipta itu secara terus menerus berdasarkan Pasal 11 ayat (3) Undang-undang Nomor 19 tahun 2002 tentang hak cipta. Hak cipta itu dipegang oleh negara dan menjadi milik bersama. Masa perlindungan adalah tanpa jangka waktu atau tak terbatas, dimana negara yang memegang hak cipta secara terus menerus. Di Indonesia, jangka waktu perlindungan hak cipta secara umum adalah sepanjang hidup penciptanya ditambah 50 tahun atau 50 tahun setelah pertama kali diumumkan atau dipublikasikan. Hal ini di lakukan mengingat perkembangan di bidang perdagangan, industri, dan investasi telah sedemikian pesat, sehingga memerlukan peningkatan perlindungan bagi Pencipta dan Pemilik Hak Terkait dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat luas. Upaya yang ditempuh untuk penegakan hukum terhadap pelanggaran terhadap Hak Cipta atas lagu yang tidak diketahui penciptanya adalah dengan melakukan penegakan hukum berdasarkan Undang-undang Nomor 19 tahun 2002 Tentang hak cipta di Indonesia, Pada Bab XII diatur bahwa, penegakan hukum atas hak cipta dilakukan oleh pemegang hak cipta dalam hukum perdata, namun ada pula sisi hukum pidana. Kata Kunci : Hak Cipta Lagu; Pencipta

6 ABSTRACT In Indonesia, the protection on copy right commencing to sound since 1960 decade, then continued the study with interpretation of 1970s. The Indonesian Government published a rule regulating this copy right in 1982 by enactment a Law No.6 of 1982 concerning Copy Right. The indication how essential registering this copy right can be seen in a matter between the Indonesian government with Malaysian ruling in the case of the property and the copy right upon the Rase Sayange Song, which by the Malaysia authority held Rasa Sayange Song as an official Malaysia Truly Asia in promoting Malaysian tourism and this point has triggered a polemic between both countries. This study conducted in a normative law research method namely a research relies on a law norms found in the regulations rule and the adjudication, and this is truly relevance to the opinion of Ronald Dworkin point out a normative research method also as a doctrinal research, means a. research analyzing and recognize law as it written in the book, or point law as it is decided by the judge through judicial process. A policy to determine the holder of copy right upon a song with unknown composer refers to the Law of Copy Right in Indonesia conducted by State, where the state hold the copy right continuously based Article 11 Verse (3) of Regulations No.19 of 2002 regarding the Copy Right. The copy is held by the state and held it jointly ownership. The protection period is an unlimited time, means the state hold the copy right continuously. In Indonesia, the period time for protection to copy right in generally is a long as life the composer added another 50 years or 50 years following the first time announced or published out. To adopt this point refers to the development and progress on trades, industry, and investment go running rapidly, so require an improvement protection to the composer and the possession the right related but always keep attention public interest in whole. An effort to hold up with law enforcement on any violating to the Copy Right upon unknown the composer is by conducting a law enforcement refers to The Regulations No.19 of 2002 Regarding The Copy Right in Indonesia, it is noted on Chapter XII is regulated that, the law enforcement upon copy right shall be held by the possession of copy right in civil law, but there is found the criminal law side. Keywords : Copy right, Arrangement, composer

7 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Kuasa, karena berkat rahmat dan hidayah-nya, maka tesis ini telah dapat diselesaikan dengan judul PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA ATAS LAGU YANG TIDAK DIKETAHUI PENCIPTANYA. Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan Program Studi Magister Kenotariatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan tesis ini telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Terima kasih yang mendalam dan tulus saya ucapkan secara khusus kepada yang terhormat dan amat terpelajar Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN selaku Ketua Komisi Pembimbing serta Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, MHum dan Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, MHum masing-masing selaku anggota Komisi Pembimbing, yang telah memberikan pengarahan, nasehat serta bimbingan kepada saya, dalam penulisan tesis ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih secara khusus kepada Bapak Syafruddin Hasibuan, SH, MH, DFM dan Bapak Notaris Syafnil Gani, SH, MHum selaku dosen yang selama ini telah membimbing dan membina penulis dan pada kesempatan ini dipercayakan menjadi dosen penguji sekaligus sebagai panitia penguji tesis.

8 Selanjutnya ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada : 1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM & H, Sp.A (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Kenotariatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 2. Ibu Prof.Dr.Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Prof.Dr.Muhammad Yamin, SH, MS, CN, dan Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Guru Besar dan Staf Pengajar diantaranya Bapak Prof. Dr M. Solly Lubis, SH, Prof. Dr. Tan Kamello, Prof. Dr. Syafruddin Kalo, SH,MHum, Ibu Hj. Chairani Bustami, SH, SpN, MKn, Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MS, Prof. Dr.Budiman Ginting, SH, MHum, dan lain lain serta para karyawan pada Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara diantaranya Ibu Fatimah, SH, Mbak Sari, Mbak Lisa, Mbak Afni, Mas Adi, Mas Rizal dan lain-lain yang telah banyak membantu dalam penulisan ini dari awal hingga selesai. 5. Rekan-rekan serta teman-temanku tercinta di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara di Program Magister Kenotariatan yang selalu memberikan semangat, memberikan dorongan, bantuan pikiran serta mengingatkan dikala lupa

9 kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini dalam rangka untuk menyelesaikan studi. Secara khusus, penulis menghaturkan sembah dan sujud dan ucapan terima kasih yang tak terhingga, kepada yang tercinta Ayahanda dan Ibunda yang telah bersusah payah melahirkan, membesarkan dengan penuh pengorbanan, kesabaran, ketulusan dan kasih sayang, serta memberikan doa restu, sehingga penulis dapat melanjutkan dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi Magister Kenotariatan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara serta tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada suamiku tersayang serta anak-anak yang selama ini memberikan dukungan dan perhatiannya. Penulis berharap semoga semua bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, mendapat rahmat dari Allah SWT, agar selalu dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan rejeki yang melimpah kepada kita semua. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama kepada penulis dan kalangan yang mengembangkan ilmu hukum, khususnya dalam bidang ilmu Kenotariatan. Medan, 24 Juli 2009 Penulis, Sandhiyaning Wahyu Arifani

10

11 RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI Nama : Sandhiyaning Wahyu Arifani, SH Tempat Tanggal Lahir : Semarang, 23 September 1977 II. ORANG TUA Nama Ayah Nama Ibu : (Alm) Sjamsul Arief : Sri Mudji Nurhayati III. PEKERJAAN Wiraswasta IV. PENDIDIKAN 1. SD : SD Dauh Puri Denpasar 2. SMP : SMPN IV Mojokerto 3. SMA : SMAN I Semarang 4. S 1 : Fakultas Hukum Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al-Waslyah Medan 5. S-2 : SPs USU Program Magister Kenotariatan (M.Kn)

12 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... RIWAYAT HIDUP... DAFTAR ISI... i ii iii vi vii BAB I : PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 8 C. Tujuan Penelitian... 8 D. Manfaat Penelitian... 9 E. Keaslian Penelitian... 9 F. Kerangka Teori dan Konsepsi... 10 1. Kerangka Teori... 10 2. Konsepsi... 17 G. Metode Penelitian... 21 BAB II : PELAKSANAAN UNTUK MENENTUKAN PEMEGANG HAK CIPTA ATAS LAGU YANG TIDAK DIKETAHUI PENCIPTANYA DI INDONESIA... 27 A. Pengertian Hak Cipta... 27 B. Perbedaan Antara Hak Cipta dan Hak Paten... 34 C. Pengertian Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya... 39

13 D. Pengertian Folklor dan Lagu Modern Yang Tidak Diketahui Penciptanya... 43 E. Mencari Batasan Atas Pengertian Folklor... 44 F. Mencari Mekanisme Yang Terbaik Agar Negara Dapat Menjalankan Hak Ciptanya Atas Folklor Secara Optimal... 47 G. Negara Sebagai Pemegang Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya... 49 BAB III : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA ATAS LAGU YANG TIDAK DIKETAHUI PENCIPTANYA... 55 A. Peranan Yayasan Karya Cipta Indonesia Dalam Melindungi Hak Cipta Lagu... 55 B. Sengketa Lagu Rasa Sayange... 59 C. Sejarah Lagu Rasa Sayange... 62 D. Belajar Dari Kasus Sengketa Hak Cipta Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya... 64 E. Berbagai Pendapat Tentang Hak Cipta Lagu Rasa Sayange... 71 F. Perlindungan dan Penegakan Hukum Atas Hak Cipta Atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya... 78 BAB IV : UPAYA YANG DITEMPUH UNTUK PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN HAK CIPTA ATAS LAGU YANG TIDAK DIKETAHUI PENCIPTANYA... 81 A. Persoalan Hak Cipta Lagu dan Pembayaran Royalti... 81 B. Indonesia Masuk Daftar Hitam Pelanggaran Hak Cipta... 91 C. Pendaftaran Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya... 96

14 D. Pemerintah Efektifkan Sosialisasi Pentingnya Pendaftaran Hak Cipta... 97 E. Penyelesaian Kasus Lagu Laksamana Raja Di Laut... 110 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN... 114 A. Kesimpulan... 114 B. Saran... 116 DAFTAR PUSTAKA... 117

15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta, untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya, 1 yang timbul secara otomatis, setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hak khusus atau Exclusive Rights, mengandung hak ekonomi atau economic rights, yaitu hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk hak terkait dan hak moral atau moral rights, yaitu hak pencipta atau ahli warisnya, untuk menggugat seseorang, yang tanpa persetujuannya meniadakan nama pencipta, yang tercantum dalam ciptaan, mencantumkan nama pencipta dalam ciptaannya dan mengubah isi ciptaan. Hal ini menunjukkan hubungan antara pencipta dengan karya ciptaanya. Di Indonesia, perlindungan hak cipta ini mulai di suarakan pada dekade tahun 1960 yang dilanjutkan dengan kajian-kajian pada dekade 1970-an. Indonesia 1 Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, halaman 1.

16 menerbitkan peraturan yang mengatur hak cipta ini pada tahun 1982 yaitu dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta. 2 Kemunculan undang-undang hak cipta ini, dari hari ke hari kian dianggap penting, sehingga secara terus menerus disempurnakan. Terbitnya Undangundang Nomor 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta membuka wawasan dan kesadaran bangsa untuk memberikan perlindungan-perlindungan yang berkait dengan hak cipta, sehingga tahun 1987 terbit Undang-undang Nomor 7 tahun 1987, Undang-Undang Nomor 12 tahun 1997 dan terakhir Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002. 3 Undang-undang hak cipta ini tidak berdiri sendiri, namun mendapat dukungan aturan pelaksanaannya antara lain : 1. Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 7 tahun 1989 tentang Hak Cipta. 2. Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 1 tahun 1989 tentang Penerjemahan dan atau perbanyak ciptaan untuk kepentingan pendidikan, ilmu pengetahuan, penelitian dan pengembangan. 3. Keputusan Presiden R.I. Nomor 17 tahun 1988 tentang pengesahan persetujuan mengenai perlindungan hukum secara timbal balik terhadap hak cipta atas karya rekaman suara antara negara Republik Indonesia dengan masyarakat Eropa. 4. Keputusan Presiden R.I. Nomor 25 tahun 1989 tentang pengesahan persetujuan mengenai perlindungan hukum secara timbal balik terhadap hak cipta atas karya rekaman suara antara negara Republik Indonesia dengan Amerika Serikat. 5. Keputusan Presiden R.I. Nomor 38 tahun 1993 tentang pengesahan persetujuan mengenai perlindungan hukum secara timbal balik terhadap hak cipta atas karya rekaman suara antara negara Republik Indonesia dengan Australia. 6. Keputusan Presiden R.I. Nomor 56 tahun 1994 tentang pengesahan persetujuan mengenai perlindungan hukum secara timbal balik terhadap hak cipta atas karya rekaman suara antara negara Republik Indonesia dengan Inggris. 7. Peraturan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01.HC.03.01 tahun 1987 tentang pendaftaran ciptaan. 2 Susilo Halim, Pengaturan Hak Cipta di Indonesia, (Jakarta, Penerbit : LP3S, Cetakan ke I, 2006), halaman 2. 3 Ibid, halaman 3.

17 8. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.04-PW. 07.03 tahun 1988 tentang penyidik hak cipta. 9. Surat edaran menteri kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01.PW. 07.03 tahun 1990 tentang kewenangan menyidik tindak pidana hak cipta. 4 Pemerintah Indonesia melalui pasal 12, Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002 mengakui dan melindungi antara lain : 1. Buku, Program Komputer, Perwajahan karya tulis yang diterbitkan dan semua hasil karya tulis 2. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain sejenis. 3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan. 4. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks. 5. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan dan pantomim. 6. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolose dan seni terapan. 7. Arsitektur. 8. Peta. 9. Seni batik 10. Fotografi. 11. Sinematografi. 12. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai dan karya lain dari hasil 5 pengalih-wujudan. Pengakuan ini dibarengi dengan pembatasan hak cipta sebagaimana diatur dalam Pasal 15 Undang-undang hak cipta dengan syarat mencantumkan sumbernya, baik untuk keperluan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik dan tinjauan suatu masalah dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta. Hal ini juga berlaku untuk Hak Cipta. 4 Ibid, halaman 4. 5 Pasal 12 ayat (1) Butir a sampai dengan l Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang

18 kepentingan pembelaan, ceramah pendidikan, pertunjukan gratis, perbanyakan non komersial dan lain sebagainya Kesadaran dalam mendaftarkan hak cipta ini semakin mendapat sambutan positif di Indonesia, terbukti dalam Pendaftaran Hak Cipta Batik di Indonesia. Pemerintah Kabupaten Pemkab Indramayu telah mendaftarkan Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) atau hak cipta motif batik Indramayu. Langkah ini merupakan terobosan baru dan bisa dibilang merupakan yang pertama terjadi di Indonesia. Pasalnya, motif batik tradisional Indonesia yang tidak diketahui lagi penciptanya dan sudah menjadi milik masyarakat atau public domain didaftarkan ke Ditjen HAKI Departemen Kehakiman guna mendapatkan perlindungan hukum 6. Sebagai gambaran akan pentingnya pendaftaran hak cipta ini, dapat di lihat dari persoalan antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Malaysia dalam persoalan lagu Rasa Sayange. Dimana pemerintah Malaysia menjadikan lagu Rasa Sayange, lagu resmi Malaysia Truly Asia untuk promosi pariwisata Malaysia dan hal ini telah memicu polemik antara kedua negara serumpun tersebut. Beberapa kelompok di Indonesia tidak bisa menerima lagu itu digunakan untuk promosi pariwisata Malaysia. Pemusik Maluku, misalnya, menilai tindakan Malaysia menggunakan lagu itu untuk promosi pariwisata menarik turis tidak tepat. Malaysia dituding telah mengambil hasil karya pemusik Indonesia, yang berasal dari daerah Maluku untuk kepentingan promosinya, karena lagu tersebut diyakini berasal dari Maluku. Malaysia pun berdalih bahwa lagu tersebut adalah milik masyarakat Melayu. Bahkan, Dubes Malaysia Dato Zainal Abidin Zain seperti dikutip beberapa media di Jakarta mengatakan sebelum Indonesia dan Malaysia merdeka lagu tersebut sudah 7 ada. 6 Dedi, 50 Motif Batik Indramayu Miliki Hak Cipta, (Indramayu, Penerbit : Indonesian Batik New Agree Gator, Cetakan ke II, 2007), halaman 1. 7 Ayu Trinaya, Persoalan Lagu Rasa Sayang, Mengalami Hubungan Negeri Serumpun, (Jakarta, Penerbit : Media Indonesia, Cetakan ke I, 2005), halaman 8.

19 Oleh karena itu sangat perlu sekali diselidiki dari mana sebenarnya asal lagu Rasa Sayange itu, Kalau memang benar dari Maluku atau dari Indonesia maka diperlukan bukti-bukti yang kuat bahwa lagu tersebut memang benar dari Maluku atau dari Indonesia. Tanpa ada bukti bahwa lagu tersebut berasal dari Indonesia atau Maluku, maka klaim Indonesia atas lagu tersebut akan menjadi lemah. Karena kita yang mengklaim lagu Rasa Sayange berasal dari Indonesia, maka kita pulalah yang berkewajiban untuk membuktikannya, sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 19 tahun 2002 Tentang Hak Cipta. Bila terbukti ada pencipta lagu itu, hal tersebut tidak akan menjadi masalah. yang menjadi pertanyaan adalah lagu tersebut disebut-sebut tidak diketahui penciptanya alias NN atau no name. Masyarakat Maluku mengaku bahwa lagu tersebut berasal dari daerah itu, maka harus ada bukti yang mendukungnya. Bukti itu bisa didapat dengan menelusuri siapa penciptanya, ahli warisnya atau kapan pertama kali lagu itu diumumkan. Bila tidak bisa dibuktikan lagu tersebut milik masyarakat Maluku atau Indonesia, klaim itu akan menjadi lemah. Ditinjau dari aspek Undang-undang Hak Cipta, bila lagu tersebut tidak diketahui siapa penciptanya, maka negaralah yang memegang hak ciptanya. Pasal 11 Ayat (3) Undang-undang Hak Cipta menyebutkan bahwa, Jika suatu ciptaan telah diterbitkan tetapi tidak diketahui penciptanya dan atau penerbitnya, negara memegang hak cipta atas ciptaan tersebut untuk kepentingan penciptanya.

20 Logikanya, Pemerintah Malaysia seharusnya lebih dahulu meminta izin kepada Pemerintah Indonesia, melalui Departemen Pariwisata dan Budaya atau instansi lain, yang berkompeten untuk menggunakannya, jika memang lagu tersebut berasal dari Indonesia. Yang perlu dilakukan sekarang adalah, mencari dan mengumpulkan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung argumen bahwa lagu tersebut memang berasal dari Indonesia atau dari daerah Maluku. 8 Bila sudah ditemukan buktinya, perlu lagi dilihat masa berlaku atau perlindungan hukum atas lagu tersebut sudah berakhir atau masih berlaku. Bila masa berlaku hak cipta tersebut sudah berakhir, karya ciptaan itu akan menjadi public domain, siapa saja bisa menggunakan lagu tersebut. Masa berlaku hak cipta, menurut Undang-undang Hak Cipta Nomor 19 tahun 2002, adalah selama hidup penciptanya dan terus berlangsung hingga 50 tahun setelah penciptanya meninggal. 9 Dampak positif timbulnya klaim masyarakat Indonesia atau Maluku atas lagu Rasa Sayange, yang digunakan untuk promosi pariwisata Malaysia ada juga hikmahnya. Kasus itu hendaknya menjadi pelajaran bagi pemerintah, terutama Departemen Pariwisata dan Budaya untuk segera melakukan inventarisasi karya cipta budaya bangsa seperti lagu-lagu yang tidak diketahui penciptanya, hikayat, dongeng, legenda dan lain-lain. Karya-karya budaya bangsa itu hendaknya dihimpun dan dibukukan, sehingga bila timbul perselisihan dikemudian hari, maka akan lebih mudah untuk pembuktiannya. 10 Menurut Ansori Sinungan, Direktur Hak Cipta Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM, kasus itu menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia mulai sadar akan pentingnya perlindungan tehadap hak cipta. Selama ini, menurut Ansori, banyak pencipta lagu merasa senang lagu mereka dinyanyikan orang lain, bahkan sampai di Malaysia tanpa izin dari penciptanya. Padahal, hak pencipta itu dilindungi oleh Undang-undang. 11 Ansori Sinungan menyarankan kepada pemerintah untuk segera mengumpulkan bukti-bukti untuk mendukung klaim bahwa lagu Rasa Sayange itu berasal dari Indonesia. Bila Indonesia memiliki bukti kuat, katanya, Malaysia bisa saja 8 Ibid, halaman 8 9 Ibid, halaman 9 10 Agus Suyatno, Indonesia Segera Inventarisasi Karya Cipta Anak Bangsa, (Jakarta, Penerbit : Pelita, Cetkaan ke II, 2005), halaman 5. 11 Ibid, halaman 6.

21 digugat untuk menghentikan penggunaan lagu tersebut untuk kepentingan promosi pariwisata negara tetangga itu. 12 Bila tidak bisa membuktikan lagu tersebut berasal dari Indonesia, menurutnya, klaim terhadap lagu itu akan menjadi lemah. Dia menjelaskan bahwa masa berlaku hak cipta itu ada aturannya dalam undang-undang. Bila masa berlaku suatu hak cipta sudah berakhir, karya itu akan menjadi milik umum, siapa saja bisa menggunakannya. Masa berlaku lagu-lagu karya Sebastian Bach, misalnya sudah berakhir, siapa saja bisa menggunakannya karena sudah menjadi public domain, kata Ansori. 13 Direktur Hak Cipta Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM RI, Ansori Sinungan mengatakan, tergantung dari bukti yang dimiliki. Jika Indonesia menuntut Malaysia menggunakan Undang-undang Hak Cipta, katanya, Malaysia akan bertanya siapa pencipta lagu Rasa Sayange, jika tidak diketahui penciptanya, dasar tuntutannya sangat lemah. Kasus itu, menurutnya, hendaknya menjadi pelajaran bagi para seniman untuk melindungi hasil karya cipta mereka, sehingga tidak mudah diambil oleh orang lain. Dia menyarankan kepada para seniman supaya mendaftarkan hasil karya cipta mereka ke Direktorat Hak Cipta, Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM. 14 Pendaftaran karya cipta, memang tidak wajib karena perlindungan hukum atas karya cipta itu otomatis berlaku pada saat pertama kali diumumkan kepada publik. Pendaftaran karya cipta, diperlukan sebagai bukti di pengadilan bila terjadi sengketa di kemudian hari. Bila pencipta memiliki sertifikat pendaftaran karya cipta, pembuktiannya di pengadilan akan lebih mudah. Satu hal yang jelas bahwa munculnya polemik lagu Rasa Sayange itu telah menyadarkan Bangsa Indonesia akan pentingnya perlindungan hukum hak atas kekayaan intelektual seperti hak cipta, paten, merek, desain industri dan lain lain, karena HaKI bisa memberikan kemakmuran dan kesejahteraan kepada pemiliknya. 12 Ibid, halaman 7 13 Ibid. 14 Ibid.

22 Berdasarkan hal tersebut, di atas maka untuk meneliti lebih lanjut tentang Hak Cipta Lagu yang tidak di ketahui penciptanya ini, dengan judul Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta atas Lagu Yang Tidak Diketahui Penciptanya, untuk mengkaji dan menelitinya lebih detail, sehingga dengan demikian, akan terjawab kesimpulan yang sesuai dengan permasalahan yang terdapat di dalam penelitian ini. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pelaksanaan untuk menentukan pemegang Hak Cipta atas Lagu yang tidak diketahui penciptanya menurut Undang-undang Hak Cipta di Indonesia? 2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap Hak Cipta atas Lagu yang tidak diketahui penciptanya menurut Undang-undang Hak Cipta di Indonesia? 3. Upaya apakah yang ditempuh untuk penegakan Hukum terhadap pelanggaran terhadap Hak Cipta atas Lagu yang tidak diketahui penciptanya? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pelaksanaan untuk menentukan pemegang Hak Cipta atas Lagu yang tidak diketahui penciptanya menurut Undang-undang Hak Cipta di Indonesia?

23 2. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap Hak Cipta atas Lagu yang tidak diketahui penciptanya menurut Undang-undang Hak Cipta di Indonesia? 3. Untuk upaya yang ditempuh untuk penegakan Hukum terhadap pelanggaran terhadap Hak Cipta atas Lagu yang tidak diketahui penciptanya? D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Secara teoritis, diharapkan dengan adanya pembahasan mengenai perlindungan hukum terhadap Hak Cipta atas Lagu yang tidak diketahui penciptanya, dengan melakukan penelitian tentang Hak Cipta atas Lagu yang tidak diketahui penciptanya dalam penelitian ini, maka pembaca serta calon peneliti lain, akan semakin mengetahui tentang pendaftaran hak cipta khususnya dalam hal Hak Cipta atas Lagu yang tidak diketahui penciptanya. 2. Secara Praktis Secara praktis, pembahasan dalam tesis ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi kalangan praktisi yang bergerak dan mempunyai minat dalam bidang Hak Cipta atas Lagu di Indonesia, khususnya atas lagu yang tidak di ketahui penciptanya. E. Keaslian Penelitian

24 Guna menghindari terjadinya duplikasi terhadap penelitian di dalam masalah yang sama, maka peneliti melakukan tentang Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta atas Lagu yang Tidak di Ketahui Penciptanya. Demikian pula berdasarkan pemeriksaan terhadap hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan hal diatas, maka ternyata penelitian ini belum pernah dilakukan oleh peneliti lain dalam judul dan permasalahan yang sama. Sehingga hal ini perlu dibahas dan diteliti lebih lanjut, yang akan bermanfaat bagi keaneka-ragaman pendatataran serta perlindungan hukum terhadap Hak Cipta atas Lagu yang tidak diketahui penciptanya, sehingga hal ini merupakan sesuatu yang baru dan dengan demikian maka penelitian ini adalah asli serta dapat dipertanggung jawabkan secara akademis. F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori Undang-undang Hak Cipta menganut prinsip bahwa pencipta mempunyai hak eksklusif untuk melaksanakan ciptaaannya, artinya dalam kurun waktu tertentu pencipta mempunyai hak untuk melaksanakan sendiri ciptaannya atau memberi izin kepada orang lain untuk melaksanakan ciptaannya itu. 15 15 Ansori Sinungan, Pengertian Hak Cipta, (Jakarta, Penerbit : Departemen Hukum dan HAM RI, Cetakan ke I, 2007), halaman 1.

25 Dari prinsip hak eksklusif tersebut, maka pihak lain yang ingin ikut melaksanakan ciptaan dan mengambil manfaat ekonomi dari ciptaan itu, harus mendapatkan izin dari pencipta yang bersangkutan. Hak cipta pada dasarnya adalah hak milik perorangan yang tidak berwujud dan timbul karena kemampuan intelektual manusia. Sebagai hak milik, hak cipta dapat pula dialihkan oleh penciptanya atau yang berhak atas ciptaan itu. Hak Cipta dapat dialihkan kepada perorangan atau kepada badan hukum. Salah satu cara pengalihan hak cipta dikenal dengan nama lisensi hak cipta atau lebih dikenal dengan nama perjanjian lisensi. Untuk membuat perjanjian lisensi maka pengalihan hak cipta harus dituangkan dalam bentuk Akta Notaris. Hal ini mengingat begitu luasnya aspek yang terjangkau oleh hak cipta sebagai hak, sehingga jika dibuat dalam bentuk akte notaris dapat ditentukan secara jelas dan tegas ruang lingkup pengalihan hak yang diberikan. 16 Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk: mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya; atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku. 17 Berbeda dengan hak merek dan hak paten yang bersifat konstitutif, hak cipta bersifat deklaratif. Artinya, pencipta atau penerima hak mendapatkan perlindungan 16 Ibid, halaman1. 17 Ibid, halaman 2.

26 hukum seketika setelah suatu ciptaan dilahirkan. Dengan kata lain, hak cipta tidak perlu didaftarkan ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HAKI). Namun, ciptaan dapat didaftarkan dan dicatat dalam Daftar Umum Ciptaan di Ditjen HAKI tanpa dikenakan biaya sama sekali. Ada dua subyek hak cipta, yaitu : 1. Pemilik hak cipta (pencipta), adalah seorang atau beberapa orang secara bersamasama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi; 2. Pemegang hak cipta, yaitu : a. Pemilik hak cipta (pencipta); b. Pihak yang menerima hak cipta dari pencipta; atau c. Pihak lain yang menerima lebih lanjut hak cipta dari pihak yang menerima hak cipta tersebut; d. Badan hukum; e. Negara, atas karya peninggalan prasejarah, sejarah, benda budaya nasional lainnya, foklor atau seni tradisional daerah, hasil kebudayaan yang menjadi milik bersama, dan ciptaan yang tidak diketahui penciptanya dan ciptaan itu belum diterbitkan. 18 Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keaslian dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra. Ciptaan yang dilindungi berupa: 1. Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan dan semua hasil karya tulis lain; 2. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu; 18 Ibid, hal. 3.

27 3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; 4. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks; 5. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantonim; 6. Seni rupa dalam segala bentuk, seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan; 7. Arsitektur; 8. Peta; 9. Seni batik; 10. Fotografi; 11. Sinematografi; 19 Jangka waktu berlakunya hak cipta dibagi atas : 1. Berlaku seumur hidup pencipta ditambah 50 tahun sesudah meninggal dunia : a. Buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis, b. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, c. Segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni pahat, dan seni patung, d. Seni batik, e. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks, f. Arsitektur, g. Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan jenis lain, h. Alat peraga, i. Peta, j. Terjemahan, tafsir, saduran dan bunga rampai; 2. Berlaku 50 tahun sejak pertama kali diumumkan : a. Program komputer, b. Sinematografi, c. Fotografi, d. Database, dan e. Karya hasil pengalihwujudan; f. Badan hukum yang memegang atau memiliki ciptaan pada angka 1 dan angka 2. 3. Berlaku 50 tahun sejak pertama kali diterbitkan, yaitu : a. perwajahan karya tulis, dan b. Penerbit yang memegang hak cipta atas ciptaan yang tidak diketahui penciptanya atau hanya tertera nama samaran penciptanya; 19 Hal ini diatur dengan jelas dalam Pasal 12 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002, Tentang Hak Cipta.

28 4. Berlaku 50 tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali diketahui umum, yaitu negara memegang atau melaksanakan hak cipta atas ciptaan yang tidak diketahui siapa peciptanya dan belum diterbitkan serta ciptaan yang telah diterbitkan tanpa diketahui penciptanya atau penerbitnya. 5. Tanpa jangka waktu atau tak terbatas, yaitu negara yang memegang hak cipta atas foklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama. 6. 1 Januari tahun berikutnya setelah ciptaan diumumkan, diketahui oleh umum atau penciptanya meninggal dunia untuk ciptaan yang dilindungi selama 50 tahun atau selama hidup pencipta dan terus berlangsung hingga 50 tahun setelah pencipta meninggal dunia Hak cipta dapat beralih atau dialihkan kepada pihak lain melalui: a. Pewarisan; b. Hibah; c. Wasiat d. Perjanjian tertulis; atau Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan, misalnya pengalihan karena putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. 20 Pemegang hak cipta berhak memberikan lisensi kepada pihak lain berdasarkan surat perjanjian lisensi untuk mengumumkan atau memperbanyak atau menyewakan ciptaan dengan jangka waktu tertentu. Lisensi berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia. Dalam perjanjian tersebut, bisa diatur mengenai pemberian royalti kepada pemegang hak cipta dengan berpedoman kepada kesepakatan organisasi profesi. Perjanjian lisensi wajib dicatatkan di Direktorat Jenderal HAKI agar mempunyai akibat hukum terhadap pihak ketiga. Kebijakan dan pengaturan Hak Cipta di Indonesia, dimulai diatur dengan kebijakan pemerintah pada tahun 1958, Perdana Menteri Djuanda menyatakan 20 Lihat Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta.

29 Indonesia keluar dari Konvensi Bern agar para intelektual Indonesia bisa memanfaatkan hasil karya, cipta, dan karsa bangsa asing tanpa harus membayar royalti. Pada tahun 1982, Pemerintah Indonesia mencabut pengaturan tentang hak cipta berdasarkan Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 tahun 1912 dan menetapkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, yang merupakan undang-undang hak cipta yang pertama di Indonesia. Undang-undang tersebut kemudian diubah dengan Undang-undang Nomor 7 tahun 1987, Undangundang Nomor 12 tahun 1997, dan pada akhirnya dengan Undang-undang Nomor 19 tahun 2002 yang kini berlaku. Perubahan undang-undang tersebut juga tak lepas dari peran Indonesia dalam pergaulan antarnegara. Pada tahun 1994, pemerintah meratifikasi pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization WTO, yang mencakup pula Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Propertyrights - TRIPs atau Persetujuan tentang Aspek-aspek Dagang Hak Kekayaan Intelektual. Ratifikasi tersebut diwujudkan dalam bentuk Undang-undang Nomor 7 tahun 1994. Pada tahun 1997, pemerintah meratifikasi kembali Konvensi Bern melalui Keputusan Presiden Nomor 18 tahun 1997 dan juga meratifikasi World Intellectual Property Organization Copyrights Treaty atau Perjanjian Hak Cipta WIPO melalui Keputusan Presiden Nomor 19 tahun 1997.

30 Hak-hak yang tercakup dalam hak cipta, beberapa hak eksklusif yang umumnya diberikan kepada pemegang hak cipta adalah hak untuk, membuat salinan atau reproduksi pihak lain. Yang dimaksud ciptaan dan menjual hasil salinan tersebut (termasuk, pada umumnya, salinan elektronik), mengimpor dan mengekspor ciptaan, menciptakan karya turunan atau derivatif atas ciptaan atau mengadaptasi ciptaan, menampilkan atau memamerkan ciptaan di depan umum, menjual atau mengalihkan hak eksklusif tersebut kepada orang atau dengan "hak eksklusif" dalam hal ini adalah bahwa hanya pemegang hak ciptalah yang bebas melaksanakan hak cipta tersebut, sementara orang atau pihak lain dilarang melaksanakan hak cipta tersebut tanpa persetujuan pemegang hak cipta. Konsep tersebut juga berlaku di Indonesia. Di Indonesia, hak eksklusif pemegang hak cipta termasuk, kegiatan menerjemahkan, mengadaptasi, mengaransemen, mengalihwujudkan, menjual, menyewakan, meminjamkan, mengimpor, memamerkan, mempertunjukkan kepada publik, menyiarkan, merekam, dan mengkomunikasikan ciptaan kepada publik melalui sarana apapun. Selain itu, dalam hukum yang berlaku di Indonesia diatur pula "hak terkait", yang berkaitan dengan hak cipta dan juga merupakan hak eksklusif, yang dimiliki oleh pelaku karya seni atau yaitu pemusik, aktor, penari, dan sebagainya, produser rekaman suara, dan lembaga penyiaran untuk mengatur pemanfaatan hasil

31 dokumentasi kegiatan seni yang dilakukan, direkam, atau disiarkan oleh mereka masing-masing sesuai dengan Undang-undang Nomor 19 tahun 2002 Pasal 1 butir 9 12 dan bab VII. Sebagai contoh, seorang penyanyi berhak melarang pihak lain memperbanyak rekaman suara nyanyiannya. Hak-hak eksklusif yang tercakup dalam hak cipta tersebut dapat dialihkan, misalnya dengan pewarisan atau perjanjian tertulis sesuai dengan Undang-undang Nomor 19 tahun 2002 Pasal 3 dan 4. Pemilik hak cipta dapat pula mengizinkan pihak lain melakukan hak eksklusifnya tersebut dengan lisensi, dengan persyaratan tertentu sesuai dengan Undang-undang Nomor 19 tahun 2002 bab V. Banyak negara mengakui adanya hak moral yang dimiliki pencipta suatu ciptaan, sesuai penggunaan Persetujuan TRIPs WTO yang secara inter alia juga mensyaratkan penerapan bagian-bagian relevan Konvensi Bern. Secara umum, hak moral mencakup hak agar ciptaan tidak diubah atau dirusak tanpa persetujuan, dan hak untuk diakui sebagai pencipta ciptaan tersebut. Hak cipta di Indonesia juga mengenal konsep "hak ekonomi" dan "hak moral". Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan, sedangkan hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku yang dalam hal ini seni, rekaman, siaran yang tidak dapat dihilangkan dengan alasan apa pun, walaupun hak cipta atau hak terkait telah dialihkan. Contoh pelaksanaan hak moral adalah pencantuman nama pencipta pada ciptaan, walaupun misalnya hak cipta

32 atas ciptaan tersebut sudah dijual untuk dimanfaatkan pihak lain. Hak moral diatur dalam Pasal 24-26 Undang-undang Hak Cipta. 2. Konsepsi Agar tidak terjadi perbedaan pengertian tentang konsep-konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka perlu diuraikan pengertian-pengertian konsep yang dipakai, yaitu sebagai berikut : Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra. Pemegang Hak Cipta adalah pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut. Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran, atau penyebaran suatu ciptaan dengan menggunakan alat apa pun, termasuk media

33 internet, atau melakukan dengan cara apa pun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain. Perbanyakan adalah penambahan jumlah sesuatu ciptaan, baik secara keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahanbahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk mengalih wujudkan secara permanen atau temporer. Potret adalah gambar dari wajah orang yang digambarkan, baik bersama bagian tubuh lainnya ataupun tidak, yang diciptakan dengan cara dan alat apa pun. Program komputer adalah sekumpulan instruksi yang diwujudkan dalam bentuk bahasa, kode, skema, ataupun bentuk lain, yang apabila digabungkan dengan media yang dapat dibaca dengan komputer akan mampu membuat komputer bekerja untuk melakukan fungsi-fungsi khusus atau untuk mencapai hasil yang khusus, termasuk persiapan dalam merancang instruksi-instruksi tersebut. Hak Terkait adalah hak yang berkaitan dengan Hak Cipta, yaitu hak eksklusif bagi pelaku untuk memperbanyak atau menyiarkan pertunjukannya; bagi Produser Rekaman Suara untuk memperbanyak atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyinya; dan bagi lembaga penyiaran untuk membuat, memperbanyak, atau menyiarkan karya siarannya. Pelaku adalah aktor, penyanyi, pemusik, penari, atau mereka yang menampilkan, memperagakan, mempertunjukkan, menyanyikan, menyampaikan, mendeklamasikan, atau memainkan suatu karya musik, drama, tari, sastra, folklor, atau karya seni lainnya.

34 Produser Rekaman Suara adalah orang atau badan hukum yang pertama kali merekam dan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan perekaman suara atau perekaman bunyi, baik perekaman dari suatu pertunjukan maupun perekaman suara atau perekaman bunyi lainnya. Lembaga penyiaran adalah organisasi penyelenggara siaran yang berbentuk badan hukum, yang melakukan penyiaran atas suatu karya siaran dengan menggunakan transmisi dengan atau tanpa kabel atau melalui sistem elektromagnetik. Permohonan adalah permohonan pendaftaran ciptaan yang diajukan oleh pemohon kepada Direktorat Jenderal. Lisensi adalah izin yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau Pemegang Hak Terkait kepada pihak lain untuk mengumumkan dan/atau memperbanyak ciptaannya atau produk hak terkaitnya dengan persyaratan tertentu. Kuasa adalah konsultan Hak Kekayaan Intelektual sebagaimana diatur dalam ketentuan Undang-undang ini. Menteri adalah Menteri yang membawahkan departemen yang salah satu lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi pembinaan di bidang Hak Kekayaan Intelektual, termasuk Hak Cipta. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang berada di bawah departemen yang dipimpin oleh Menteri.

35 Hak Cipta, suatu hal khusus untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya memberi izin tanpa mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundangan yang berlaku. Yang dimaksud dengan Pencipta adalah: a. Seorang atau beberapa orang bersama-sama lahirkan suatu ciptaan b. Orang yang merancang suatu ciptaan c. Membuat karya cipta. Pemegang Hak Cipta adalah pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, orang yang menerima hak dari Pencipta, atau orang lain yang menerima lebih lanjut hak dari orang tersebut. Ciptaan adalah hasil setiap karya dalam bentuk yang khas menunjuk keasliannya dalam lapangan ilmu, seni dan sastra. Pendaftaran ciptaan tidak merupakan suatu kewajiban untuk mendaftarkan Hak Cipta. Surat pendaftaran ciptaan dapat dijadikan sebagai alat bukti, jika terjadi sengketa. Pelaku adalah aktor, penyanyi dan lain lain, mempermainkan karyanya. Produser Rekaman Suara adalah orang atau badan hukum yang pertama kali merekam atau memiliki prakarsa tersebut. Kantor Hak Cipta adalah suatu organisasi di lingkungan departemen yang melaksanakan tugas dan kewenangan di bidang hak cipta. Hak cipta dapat dialihkan sebagian atau seluruhnya: pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian yang harus dilakukan dengan akta.

36 G. Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif terutama untuk mengkaji peraturan Perundang-undangan dan Putusan Pengadilan. Metode penelitian hukum normatif adalah penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan. Hal ini sejalan dengan pendapat Ronald Dworkin menyebut metode penelitian normatif juga sebagai penelitian doktrinal atau doctrinal research, yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum sebagai law as it written in the book, maupun hukum sebagai law as it is decided by the judge through judicial process. 21 Sedikitnya ada tiga alasan penggunaan penelitian hukum normatif yang bersifat kualitatif. Pertama, analisis kualitatif didasarkan pada paradigma hubungan dinamis antara teori, konsep-konsep dan data yang merupakan umpan balik atau modifikasi yang tetap dari teori dan konsep yang didasarkan pada data yang dikumpulkan. Kedua, data yang akan dianalisis beraneka ragam, memiliki sifat dasar yang berbeda antara yang satu dengan lainnya, serta tidak mudah untuk dikuantifisir. 21 Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum, Makalah Disampaikan Pada Dialog Interaktif Tentang Penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Penelitian Hukum Pada Makalah Akreditasi Fakultas Hukum USU Tanggal 18 Februari 2003, hal.1.

37 Ketiga, sifat dasar data yang akan dianalisis dalam penelitian adalah bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang integral holistic, dimana hal itu menunjukkan adanya keanekaragaman data serta memerlukan informasi yang mendalam atau indepth information. 22 2. Teknik Pengumpulan Data Sebagai Penelitian hukum normatif, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan (library research) untuk mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan objek telaahan penelitian ini yang dapat berupa peraturan perundang-undangan, buku, tulisan ilmiah dan karya-karya ilmiah lainnya. Sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah Undang-undang Nomor Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta dan peraturan perundang-undangan lainnya. Penelitian kepustakaan (library research) dalam penelitian ini ditekankan pada pengambilan data sekunder yang dilakukan dengan menghimpun bahan-bahan yang antara lain adalah sebagai berikut : 1. Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 7 tahun 1989 tentang Hak Cipta. 22 Ibid, hal. 2.

38 2. Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 1 tahun 1989 tentang Penerjemahan dan atau perbanyak ciptaan untuk kepentingan pendidikan, ilmu pengetahuan, penelitian dan pengembangan. 3. Keputusan Presiden R.I. Nomor 17 tahun 1988 tentang pengesahan persetujuan mengenai perlindungan hukum secara timbal balik terhadap hak cipta atas karya rekaman suara antara negara Republik Indonesia dengan masyarakat Eropa. 4. Keputusan Presiden R.I. Nomor 25 tahun 1989 tentang pengesahan persetujuan mengenai perlindungan hukum secara timbal balik terhadap hak cipta atas karya rekaman suara antara negara Republik Indonesia dengan Amerika Serikat. 5. Keputusan Presiden R.I. Nomor 38 Tahun 1993 tentang pengesahan persetujuan mengenai perlindungan hukum secara timbal balik terhadap hak cipta atas karya rekaman suara antara negara Republik Indonesia dengan Australia. 6. Keputusan Presiden R.I. Nomor 56 tahun 1994 tentang pengesahan persetujuan mengenai perlindungan hukum secara timbal balik terhadap hak cipta atas karya rekaman suara antara negara Republik Indonesia dengan Inggris. 7. Peraturan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01.HC.03.01 tahun 1987 tentang pendaftaran ciptaan. 8. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.04-PW.07.03 tahun 1988 tentang penyidik hak cipta.

39 9. Surat edaran menteri kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01.PW.07.03 tahun 1990 tentang kewenangan menyidik tindak pidana hak cipta.yang berhubungan dengan obyek penelitian adalah merupakan bahan hukum primer. Sedangkan bahan-bahan lain yang dipergunakan di dalam penelitian akhir ini adalah data yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, berupa hasil penelitian para ahli, hasil karya ilmiah, buku-buku ilmiah, ceramah atau pidato yang berhubungan dengan penelitian ini adalah merupakan bahan hukum sekunder. Penelitian ini juga mempergunakan bahan hukum tertier, yang terdiri, kamus hukum, kamus ekonomi, kamus bahasa Inggris, Indonesia, Belanda dan artikel-artikel lainnya baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri, baik yang berdasarkan civil law maupun common law yang bertujuan untuk mendukung bahan hukum primer dan sekunder. 3. Analisis Data Semua data yang diperoleh dari bahan pustaka serta data yang diperoleh di lapangan dianalisa secara kualitatif. Metode analisa yang dipakai adalah metode deduktif. Melalui metode deduktif, data sekunder yang telah diuraikan dalam tinjauan pustaka secara komparatif akan dijadikan pedoman dan dilihat pelaksanaannya dalam melihat perlindungan hukum terhadap Hak Cipta atas Lagu yang tidak diketahui penciptanya.

40 Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisa dengan cara kwalitatif, selanjutnya dilakukan proses pengolahan data. Setelah selesai pengolahan data baru ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif. 23 Kegiatan analisis dimulai dengan dilakukan pemeriksaan terhadap data yang terkumpul baik melalui wawancara yang dilakukan, inventarisasi karya ilmiah, peraturan Perundang-undangan, yang berkaitan dengan judul penelitian baik media cetak dan laporan-laporan hasil penelitian lainnya untuk mendukung studi kepustakaan. Kemudian baik data primer maupun data sekunder dilakukan analisis penelitian secara kuantitatif dan untuk membahas lebih mendalam dilakukan secara kualitatif. Sehingga dengan demikian diharapkan dapat menjawab segala permasalahan hukum yang ada dalam tesis ini. Analisis data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian. Penelitian ini akan dimulai dengan mengidentifikasi hukum positif dibidang hak cipta khususnya dalam hal perlindungan hukum terhadap Hak Cipta atas Lagu yang tidak diketahui penciptanya. Sesuai dengan sifat penelitiannya, maka analisis data dilakukan dengan pengelompokkan terhadap bahan-bahan hukum tertulis yang sejenis untuk kepentingan analisis, sedangkan evaluasi dilakukan terhadap data dengan pendekatan 23 Sutandyo Wigjosoebroto, Apakah Sesungguhnya Penelitian Itu, Kertas Kerja, Universitas Erlangga, Surabaya, halaman 2. Prosedur Deduktif yaitu Bertolak dari Suatu Proposisi Umum yang Kebenarannya telah Diketahui dan Diyakini dan Berakhir pada Suatu Kesimpulan yang Bersifat Lebih Khusus. Pada Prosedur ini Kebenaran Pangkal Merupakan Kebenaran Ideal yang Bersifat Aksiomatik (Self Efident) yang Esensi Kebenarannya Sudah Tidak Perlu Dipermasalahkan Lagi.