Nova Nurfauziawati VI. PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR ISOLASI MIKROORGANISME. Disusun Oleh: Rifki Muhammad Iqbal ( ) Biologi 3 B Kelompok 6

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

IV. KULTIVASI MIKROBA

PENGERTIAN ISOLASI MIKROORGANISME

PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR (TPP 1207) Disusun oleh : Dosen Pengampu

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

Nova Nurfauziawati VI. PEMBAHASAN

Nova Nurfauziawati VI. PEMBAHASAN

PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI. Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

BAB III METODE PENELITIAN

Teknik Isolasi Bakteri

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

Teknik Isolasi Bakteri

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014.

PEMBUATAN MEDIA AGAR MIRING

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Mikrobiologi dengan judul Isolasi Mikroorganisme yang disusun oleh: Nama : Lasinrang Aditia Nim :

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik untuk menguji

Teknik Isolasi Mikroorganisme

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

II. METODE PENELITIAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

PENUNTUN PRAKTIKUM HIGIENE DAN SANITASI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan buah pisang yang sudah matang (Musa paradisiaca) yang diperoleh dari petani yang ada di Gedong Tataan dan starter

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015.

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, lokasi, dan waktu penelitian 1. Materi penelitian 1.1. Alat

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian

Densitas = Jumlah koloni/cawan x 60m/30m x Luas cawan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

JURNAL PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN. PENGENALAN ALAT Dan STERILISASI ALAT : MHD FADLI NST NIM : : AGROEKOTEKNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri tetapi terdapat bersama-sama. Di laboratorium populasi campuran. morfologi, sifat biokimia dan lain sebagainya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Disusun Oleh : Drs. Ali Kusrijadi, M.Si.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dibagi menjadi lokasi pengambilan sampel dan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

Teknik Identifikasi Bakteri

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau.

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. dari Lactobacillus plantarum yang diisolasi dari usus halus itik Mojosari (Anas

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Desember 2013 dengan tahapan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2013 di Laboratorium

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sampai Desember Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pembinaan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 sampai Febuari 2014

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif kualitatif meliputi

Pembiakan dan Pertumbuhan Mikroorganisme

Nova Nurfauziawati

II. METODELOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui

PERSIAPAN MEDIA DAN LARUTAN PENGENCER\

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat pada susu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi starter bakteri Lactobacillus

BAB III METODE PENELITIAN. Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi,

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI TEKNIK KERJA DAN ASEPTIK; PEMINDAHBIAKAN

BAHAN DAN METODE. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

MODUL 1 PENGENALAN ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen

II. METODELOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. reaksi, mikropipet, mikrotube, mikrotip, rak tabung reaksi, jarum ose,

Transkripsi:

2402000003 VI. PEMBAHASAN Praktikum yang dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 20 ini mengenai pemeliharaan kultur mikroorganisme yang bertujuan agar praktikan dapat mengerjakan proses pengenceran dan dapat menginokulasi mikroorganisme dengan cara metode tuang dan gores. Selain itu, praktikan juga dapat mengerjakan cara pemeliharaan kultur cair dan kultur padat. Namun, sebelum praktikum pemeliharaan kultur mikroorganisme ini dilaksanakan, praktikan terlebih dahulu melakukan praktikum pengamatan bentuk kapang yang seharusnya praktikum ini dilaksanakan pada praktikum sebelumnya. Kapang adalah kelompok mikroba yang tergolong dalam fungi (Fardiaz, 992). Kapang merupakan mikroba yang multiseluler, terdiri dari benang-benang halus yang disebut hifa (hypha) dan kumpulan hifa disebut miselium (mycellium) (Sumanti, 2009). Hifa dapat dibedakan atas dua macam, yaitu hifa vegetatif atau hifa tumbuh, dan hifa fertil yang membentuk bagian reproduksi. Pada kebanyakan kapang, hifa fertil tumbuh di atas permukaan, tetapi pada beberapa kapang mungkin terendam. Penyerapan nutrient terjadi pada permukaan miselium (Fardiaz, 992). Kapang dapat dibedakan atas dua kelompok berdasarkan struktur hifanya, yaitu () hifa tidak bersekat atau nonseptat, (2) hifa bersekat atau septat yang membagi hifa dalam mangan-mangan, dimana setiap mangan mempunyai satu atas lebih inti sel (Fardiaz, 992). Kapang yang digunakan dalam praktikum ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:. hifa nonseptat, 2. mempunyai stolon dan rhizoid yang warnanya gelap jika sudah tua, 3. sporangiofora tumbuh pada noda dimana terbentuk juga rizoid, 4. sporangia biasanya besar dan berwarna hitam, 5. kolumela agak bulat dan apofisis berbentuk seperti cangkir, 6. tidak mempunyai sporanglola,

2402000003 7. membentuk hifa vegetatif yang melakukan penentrasi pada substrat, dan hifa fertil yang memproduksi sporangia pada ujung sporangiofora, 8. pertumbuhannya cepat, membentuk miselium seperti kapas. (Fardiaz,992) Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka kapang yang digunakan dalam praktikum ini adalah Rhizopus sp. Kapang ini biasanya digunakan dalam fermentasi tempe dan oncom hitam, namun dapat pula ditemukan pada roti dan beberapa jenis sayuran dan buah-buahan. Proses pengamatan kapang memiliki beberapa tahap. Pertama, gelas objek dibersihkan dengan kapas yang sudah diberi alkohol 70% kemudian dikeringkan. Pemberian alkohol ini bertujuan agar gelas objek yang akan digunakan sebagai alas untuk objek / sampel sudah steril. Kedua, memasukkan gelas objek ke dalam cawan petri yang telah dialasi oleh kertas saring dan meneteskan PDA di atas gelas objek dan membiarkannya hingga kering. PDA berfungsi sebagai media untuk tumbuh atau berkembangbiaknya kapang. Ketiga, pemotongan sedikit PDA yang telah kering. Tahap selanjutnya yaitu mengembil kapang menggunakan Öse dan menempelkannya pada bagian agar yang telah dipotong tadi dengan sedikit agak ditekan-tekankan. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar kapang dapat tumbuh ke arah samping sehingga mudah untuk diamati. Tahap kelima adalah mengoleskan vaselin pada tiap sudut kaca penutup lalu menutupkannya pada gelas objek yang telah berisi kapang tadi. Maksud dari pemberian vaselin ini adalah untuk memberikan suasana yang aerob. Tahap keenam, meneteskan aquades steril keatas kertas saring yang ada di dalam cawan petri. Pemberian aquades ini bertujuan untuk memberikan suasana lembab, karena kapang hidup pada suasana lembab. Tahap ketujuh, mengeramkan mikrokultur (kapang) selama 48 jam pada suhu 24 0 C (suhu ruang). Tahap terakhir yaitu mengamati kapang di bawah mikroskop. 0 0,25 Pada saat pengamatan kapang di bawah mikroskop dengan perbesaran dilakukan, praktikan tidak menemukan struktur kapang secara jelas. Kesalahan ini mungkin disebabkan karena bentuk PDA yang diteteskan pada

2402000003 gelas objek berbentuk cembung pada bagian permukaannya sehingga ketika ditempelkan kapang pada bagian sisi agar yang telah dipotong, kapang tersebut tidak tumbuh kearah samping seperti yang diharapkan oleh praktikan, melainkan tumbuh ke arah atas sehingga ketika dilakukan pengamatan terhadap kapang ini bagian yang terlihat hanya hifa. Berikut ini adalah gambar kapang praktikan peroleh dari hasil pengamatan: Gambar. Rhizopus sp (perbesaran 0 0,25 ) Sedangkan gambar berdasarkan literatur adalah sebagai berikut: Gambar 2. Rizhopus sp (gedbinlink.files, 20) Praktikum selanjutnya adalah pemeliharaan kultur mikroorganisme, yaitu praktikum isolasi bakteri, kapang dan khamir yang mencakup pengenceran, metode agar tuang, metode gores atau agar cawan, pemeliharaan kultur padat yang mencakup agar tegak dan agar miring serta praktikum pemeliharaan kultur cair. Isolasi bakteri bertujuan untuk memeilhara mikroba untuk keperluan penelitian atau untuk pengamatan. Isolasi menggunakan media yang spesifik sehingga terbentuk suatu kultur murni yang disebut isolat. Isolat ini diperoleh dengan cara metode tuang dan metode gores. Metode inilah yang praktikan lakukan dalam praktikum ini untuk mengisolasi mikroba. Bakteri, kapang, dan khamir banyak terdapat di alam dan pada bahan pangan yang dikonsumsi. Pada praktikum kali ini, praktikan mengisolasi

2402000003 ketiga jenis mikroorganisme tersebut dengan menggunakan sampel air mineral, lada bubuk, roti, dan jus jeruk. Sebelumnya, dilakukan pengenceran terhadap sampel. Media yang digunakan dalam tahap isolasi mikroorganisme adalah Nutrient Agar (NA) yang digunakan unuk mendeteksi semua mikroorganisme. Pengenceran Sebelum mikroorganisme diisolasi, kita harus melakukan pengenceran pada sampel. Pengenceran dilakukan 0 -, 0-2 dan 0-3. Semakin encer maka mikroorganisme yang terdapat dalam pangan tersebut semakin rendah. Larutan pengencer terdiri dari NaCl fis 0,85%, larutan buffer fosfat, larutan ringer dan aquades steril. Larutan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquades steril. Sampel harus disuspensikan dalam larutan Akuades steril dengan perbandingan pengenceran :0 yakni gram sampel dengan 9 ml larutan aquades steril untuk sampel padat sedangkan ml sampel dengan 9 ml larutan aquades steril untuk sampel cair. Setelah terbentuk suspensi maka dilakukan pengenceran sampai tahap 0-3. Pengenceran dilakukan agar pertumbuhan mikroorganisme pada sampel tidak terlalu banyak sehingga dapat dilakukan penghitungan. Metode Agar Tuang Pada metode agar tuang, media yang digunakan adalah NA. NA dituangkan ke dalam dua cawan petri yang berbeda. Pada cawan petri pertama, NA dimasukkan pada pengenceran sampel 0-2 dan pada cawan petri kedua NA dimasukkan pada pengenceran sampel 0-3. Kemudian diinkubasi selama 2 hari. Setelah dua hari, dilakukan pengamatan terhadap cawan petri tersebut. Sampel pada metode agar tuang yang digunakan dalam praktikum ini adalah air mineral, lada bubuk, roti dan jus jeruk. Hasil dari metode agar tuang ini dapat dilihat pada tabel untuk pengenceran 0-2 dan tabel 2 untuk pengenceran 0-3.

2402000003 Tabel. Metode Agar Tuang (Pengenceran 0-2 ) Kel. Sampel Media Jumlah Koloni Warna Faktor Pengenceran Gambar I A Air Mineral NA 5 Putih 0,5. 0 x = 0,5. 0 0 II A Lada Bubuk NA 540 Putih 5,4. 0 2 x = 5,4.0 4 0 2 III A Roti NA 36 Putih 3,6. 0 x = 3,6. 0 0 IV A Jus Jeruk NA 372 Putih Buram 3,72. 0 x = 3,72. 0 0 Tabel 2. Metode Agar Tuang (Pengenceran 0-3 ) Kel. Sampel Media Jumlah Koloni Warna Faktor Pengenceran Gambar I A Air Mineral NA 7 Putih 0,7. 0 x = 0,7. 0 0 II A Lada Bubuk NA 63 Putih,63. 0 x =,63. 0 0

2402000003 III A Roti NA 8 Putih 0,8. 0 x = 0,8. 0 0 IV A Jus Jeruk NA 30 Putih Keruh 3,. 0 x = 3,. 0 0 Pada isolasi sampel air mineral, mikroorganisme yang tumbuh pada cawan petri dengan pengenceran 0-2 berjumlah lima koloni, empat koloni berwarna putih, dan satu koloni berwarna agak putih. Jadi perhitungan koloni mikroorganisme pada pengenceran 0-2 dengan sampel air mineral ini adalah 5 x = 0,5 x 0 3 koloni mikroorganisme. Jumlah 0 2 mikroorganisme yang tumbuh pada cawan petri dengan pengenceran 0-3 berjumlah tujuh koloni mikroorganisme dengan semua mikroorganisme tersebut berwarna putih. Koloni tersebut dapat dihitung dengan persamaan 7 x 0 3 = 0,7 x 0 4 koloni mikroorganisme. Pada isolasi sampel lada bubuk, mikroorganisme yang tumbuh pada cawan petri dengan pengenceran 0-2 berjumlah 540 koloni, semua koloni berwarna putih. Jadi perhitungan koloni mikroorganisme pada pengenceran 0-2 dengan sampel lada bubuk ini adalah 540 x 0 2 = 5,4 x 0 4 koloni mikroorganisme. Jumlah mikroorganisme yang tumbuh pada cawan petri dengan pengenceran 0-3 berjumlah 63 koloni mikroorganisme dengan semua mikroorganisme tersebut berwarna putih. Koloni tersebut dapat dihitung dengan persamaan 63 x koloni mikroorganisme. 0 3 =,63 x 0 5 Pada isolasi sampel roti, mikroorganisme yang tumbuh pada cawan petri dengan pengenceran 0-2 berjumlah 36 koloni, semua koloni berwarna putih. Jadi perhitungan koloni mikroorganisme pada

2402000003 pengenceran 0-2 dengan sampel roti ini adalah 36 x 0 2 = 3,6 x 0 3 koloni mikroorganisme. Jumlah mikroorganisme yang tumbuh pada cawan petri dengan pengenceran 0-3 berjumlah delapan koloni mikroorganisme dengan semua mikroorganisme tersebut berwarna putih. Koloni tersebut dapat dihitung dengan persamaan 8 x mikroorganisme. 0 3 = 0,7 x 0 4 koloni Pada isolasi sampel jus jeruk, mikroorganisme yang tumbuh pada cawan petri dengan pengenceran 0-2 berjumlah 372 koloni, dan koloni tersebut berwarna putih buram. Jadi perhitungan koloni mikroorganisme pada pengenceran 0-2 dan sampel jus jeruk ini adalah 372 x 0 2 = 3,72 x 0 4 koloni mikroorganisme. Jumlah mikroorganisme yang tumbuh pada cawan petri dengan pengenceran 0-3 berjumlah 30 koloni mikroorganisme dan mikroorganisme tersebut berwarna putih buram. Koloni tersebut dapat dihitung dengan persamaan 30 x koloni mikroorganisme. 0 3 = 3, x 0 5 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mikroorganisme yang tumbuh pada pengenceran 0-2 lebih banyak dibandingkan yang tumbuh pada pengenceran 0-3. Hal ini disebabkan karena pada sampel pengenceran 0-3 lebih encer dibandingkan pengenceran 0-2. Sehingga, pada pengenceran 0-2 lebih banyak terkandung sampel yang menyebabkan lebih banyak mikroorganisme yang tumbuh. Pada sampel-sampel yang dituju, banyak ditemukan koloni-koloni mikroorganisme khususnya kapang. Hal ini dapat terjadi dikarenakan pada saat praktikum tidak dilakukan secara aseptis, sehingga mudah terkontaminasi atau karena sampel-sampel yang berupa bahan panngan tersebut memiliki kualitas yang rendah. Sehingga terdapat banyak mikroorganisme-mikroorganisme yang tidak diinginkan. Metode Gores Media yang digunakan pada metode gores adalah NA yang dimasukkan ke dalam 4 cawan petri yang berbeda. Kemudian tunggu

2402000003 beberapa saat sampai media membeku. NA dibiarkan membeku agar sampel yang digoreskan pada NA tersebut dapat menempel Setelah membeku, dilakukan penggoresan 4 buah sampel bakteri dengan tiga cara penggoresan yaitu, goresan langsung, kuadran, dan radial. Sampel yang digunakan adalah sampel bakteri Lactobascillus bulgaricus, Lactobacillus acidophilus, Streptococcus thermophilus dan Bifidobacterium bifidum. Kemudian isolat (bakteri yang diisolasi) diinkubasi selama 2 hari. Setelah dilakukan pengamatan pada keempat sampel yang diuji, pertumbuhan mikroorganisme yang terjadi pada masing-masing sampel berbeda. Hasil dari praktikum metoe gores ini dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Mikroorganisme Pada Metode Gores Jumlah Kel. Sampel Media Warna Metode Koloni Gambar I A Lactobacillus bulgaricus (C) NA 262 Putih Langsung II A Streptococcus thermophilus (D) NA 38 Putih Langsung III A Lactobacillus acidophilus (A) NA 0 Putih Kuadran IV A Bifidobacterium bifidum (B) NA 58 Putih Kecoklatan Radian Pada sampel Lactobascillus bulgaricus dan media NA dengan metode gores langsung ditemukan koloni sebanyak 262 koloni

2402000003 mikroorganisme berwarna putih. Pada sampel Streptococcus thermophilus dan media NA dengan metode gores langsung ditemukan koloni sebanyak 38 koloni mikroorganisme berwarna putih. Pada sampel Lactobacillus acidophilus dengan gores kuadran ditemukan koloni sebanyak 0 koloni mikroorganisme berwarna putih. Pada sampel Bifidobacterium bifidum dengan metode gores radian ditemukan koloni sebanyak 58 koloni mikroorganisme berwarna putih kecoklatan. Perbedaan jumlah koloni pada masing-masing jenis goresan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:. Lingkungan yang kurang steril 2. Homogenisasi pada saat pengocokan sampel 3. Waktu yang tidak konstan 4. Kawat ose yang terlalu panas ataupun kurang panas Pemeliharaan Kultur Padat Pada pemeliharaan kultur padat, digunakan media NA. Proses pemeliharaan ini dilakukan dengan dua cara, yaitu agar tegak dan agar miring. Agar tegak digunakan untuk membiakkan bakteri anaerobik, sedangkan agar miring untuk membiakkan bakteri aerobik dan anaerobik fakultatif (bakteri asam laktat). Setelah diinkubasi selama dua hari, terbentuk koloni bakteri. Bentuk koloni pada agar miring dapat berupa filiform, ekinulat, beadad, efus, arboresen, atau rhizoid. Pada agar tegak akan menghasilkan bentuk filiform, beadad, papilat, arboresen, atau vilous. Tabung reaksi yang menunjukkan bentuk filiform mengidentifikasikan tumbuhnya bakteri anaerobik fakultatif. Pengamatan yang dilakukan adalah pertumbuhan mikroorganisme Agar Tegak Media yang digunakan pada agar tegak ini adalah NA. Madia telah disiapkan pada tabung reaksi beberapa waktu sebelum praktikum dilakukan. Dalam membuat agar tegak ini diawali dengan inokulasi kultur murni yang dalam praktikum ini kultur murni tersebut berupa

2402000003 bakteri Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophilus, Lactobacillus acidophillus dan Bifidobacterium bifidum. Inokulasi tersebut dengan cara menusukkan loop pada bagian tengah tabung (stab). Kemudian kultur tersebut diinkubasi pada suhu 30-32 0 C selama 48 jam. Inkubasi ini dilakukan untuk membiakkan atau menumbuhkan bakteri. Setelah selesai diinkubasi, kultur tersebut diamati. Hasil pengamatan pada setiap kultur tersebut dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Pemeliharaan Kultur Padat (Agar Tegak) Kel Sampel Media Gambar Keterangan I A -Pertumbuhan mikroorganisme Lactobacillus berupa filiform bulgaricus NA -Pada permukaan terdapat koloni (C) mikroorganisme II A Streptococcus thermopillus (D) NA Pertumbuhan mikroorganisme berupa foliform III A Lactobacillus acidophillus (A) NA -Pertumbuhan mikroorganisme berupa papilet -Pada permukaan terdapat koloni mikroorganisme -Pertumbuhan mikroorganisme IV A Bifidobacterium bifidum (B) NA berupa filiform -Pada permukaan terdapat koloni mikroorganisme Berdasarkan tabel diatas, hasil identifikasi pada sampel Lactobacillus bulgaricus adalah pertumbuhan mikroorganisme berbentuk filiform dan pada bagian permukaan media terdapat koloni mikroorganisme. Pada sampel Streptococcus thermophillus pertumbuhan mikroorganisme berupa filiform. Sedangkan pada sampel

2402000003 Lactobacillus acidophilus pertumbuhan bakteri berupa papilet dan terdapat koloni pada permukaan dari media serta pada sampel Bifidobacterium bifidum pertumbuhan mikroorganisme berupa filiform dan pada permukaan media. Pada praktikum pemeliharaan kultur padat berupa agar tegak ini terdapat koloni pada permukaan mikroorganisme. Hal ini menunjukkan bahwa media tersebut ditumbuhi mikroorganisme, dan pada saat pengambilan dan penggoresan kultur dilakukan secara benar sesuai dengan aturan. Agar Miring Pada pemeliharaan kultur dengan agar miring ini tidak jauh berbeda dengan agar tegak. Perbedaannya hanya terletak pada bentuk agar yang digunakan. Pada agar tegak, media agar yang digunakan berupa agar yang bentuknya tegak sama persis seperti bentuk dari tabung reaksi. Sedangkan pada agar miring, agar yang digunakan berupa agar yang berbentuk miring, yaitu agar yang yang dituangkan ke dalam tabung reaksi dimiringkan ketika dalam pembuatannya. Media yang digunakan pada agar miring ini sama dengan media yang digunakan pada agar tegak, yaitu NA. Madia telah disiapkan pada tabung reaksi beberapa waktu sebelum praktikum dilakukan. Dalam membuat agar tegak ini diawali dengan inokulasi kultur murni yang dalam praktikum ini kultur murni tersebut berupa bakteri Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophilus, Lactobacillus acidophillus dan Bifidobacterium bifidum. Berbeda dengan agar tegak, pada agar miring inokulasi tersebut dilakukan dengan cara menggoreskan (streak) bakteri secara zigzag menggunakan loop. Kemudian kultur tersebut diinkubasi pada suhu 30-32 0 C selama 48 jam. Inkubasi ini dilakukan untuk membiakkan atau menumbuhkan bakteri. Setelah selesai diinkubasi, kultur tersebut diamati. Hasil pengamatan pada setiap kultur tersebut dapat dilihat pada tabel 5.

2402000003 Tabel 5. Pemeliharaan Kultur Padat (Agar Miring) Kel Sampel Media Gambar Keterangan I A Lactobacillus bulgaricus (C) NA Pertumbuhan berupa efus mikroorganisme II A Streptococcus thermopillus (D) NA Pertumbuhan berupa efus mikroorganisme III A Lactobacillus acidophillus (A) NA Pertumbuhan mikroorganisme berupa beaded IV A Bifidobacterium bifidum (B) NA Pertumbuhan mikroorganisme berupa filiform Berdasarkan tabel diatas, hasil identifikasi pada sampel Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus pertumbuhan mikroorganisme berupa efus. Sedangkan pada sampel Lactobacillus acidophilus pertumbuhan bakteri berupa beaded dan pada sampel Bifidobacterium bifidum pertumbuhan mikroorganisme berupa filiform. Hampir sama dengan metode agar tegak, pemeliharaan mikroorganisme pada agar miring juga terjadi pertumbuhan mikroorganisme yaitu bakteri. Hal ini menandakan bahwa mikroorganisme yang dibiakkan atau ditumbuhkan, berkembang biak dengan baik. Selain itu, pada saat pengambilan dan penggoresan kultur dilakukan secara benar sesuai dengan aturan. Pemeliharaan Kultur Cair Pemeliharaan pada kultur cair bertujuan untuk memisahkan pertumbuhan sel-sel mikroorganisme yang satu dan yang lainnya. Kultur cair digunakan untuk mengembangbiakan kultur yang daya hidupnya tidak

2402000003 lam. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pemeliharaan kultur cair ini ialah memasukan NB (Nutrient Broth) pada tabung reaksi. Kemudian pengambilan satu Öse kultur murni yaitu bakteri Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophillus, Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium bifidum dan memasukkannya ke dalam medium NB. Setelah itu, dilakukan inkubasi pada suhu 30-32 0 C selama 48 jam. Kemudian pengamatan terhadap kultur cair ini. Setelah itu, lalu dilakukan pengamatan. Hasil pengamatan dari pemeliharaan kultur cair ini dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Hasil Pengamatan Pemeliharaan Kultur Cair Kel Sampel Media Gambar Keterangan terdapat kekeruhan pada lapisan I A permukaan Lactobacillus terdapat endapan pada bagian bulgaricus NB permukaan (C) pertumbuhan mikroorganisme berupa pelikel Streptococcus II A thermopillus (D) NB Terkontaminasi oleh kapang terdapat kekeruhan pada lapisan III A Lactobacillus acidophillus (A) NB permukaan terdapat endapan pada bagian permukaan pertumbuhan mikroorganisme berupa membran IV A Bifidobacterium bifidum (B) NB terdapat kekeruhan pada lapisan permukaan terdapat endapan pada bagian permukaan

2402000003 pertumbuhan berupa flokulen mikroorganisme Berdasarkan tabel diatas, pengamatan yang dilakukan pada pemeliharaan kultur cair ini berupa kekeruhan pada semua bagian medium, sedimentasi yang berupa endapan pada medium, dan pertumbuhan pada permukaan, dapat berupa pelikel, cincin, membran, atau flokulen. Pada bakteri Lactobacillus bulgaricus dan terdapat kekeruhan dan endapan pada lapisan permukaan serta pertumbuhan mikroorganisme yang berupa pelikel. Pada sampel bakteri Streptococcus thermophillus tidak tampak kekeruhan, endapan maupun pertumbuhan mikroorganisme, kemungkinan terjadinya hal ini adalah sampel terkontaminasi oleh kapang. Pada Lactobacillus acidophilus terdapat kekeruhan dan endapan pada bagian permukaan media disertai pertumbuhan mikroorganisme yang berbentuk membran. Sedangkan pada Bifidobacterium bifidum pertumbuhan mikroorganisme berupa flokulen dan terdapat kekeruhan serta endapan pada bagian permukaan. Pembentukan sedimen (endapan) dan kekeruhan pada medium menandakan bahwa pada medium tumbuh mikroorganisme.

2402000003 VII. KESIMPULAN Kapang merupakan mikroorganisme yang tersdiri dari benang-benang halus yang disebut hifa. Pengenceran berfungsi untuk mengencerkan mikroorganisme. Pengenceran dilakukan dalam praktikum ini hingga 0-3. Dalam metode tuang, mikroorganisme yang tumbuh pada pengenceran 0-2 lebih banyak dibandingkan yang tumbuh pada pengenceran 0-3. Hal ini disebabkan karena pada sampel pengenceran 0-3 lebih encer dibandingkan pengenceran 0-2. Sehingga, pada pengenceran 0-2 lebih banyak terkandung sampel yang menyebabkan lebih banyak mikroorganisme yang tumbuh. Metode gores dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu langsung, kuadran dan radian. Pada pemeliharaan kultur padat berupa agar tegak, pertumbuhan mikroorganisme dapat berupa filiform, beaded, palipat, arboresen dan vilous. Pada pemeliharaan kultur padat berupa arag tegak, pertumbuhan mikroorganisme dapat berupa filiform, ekinulat, beaded, efus, arboresen dan rhizoid. Pada pemeliharaan kultur cair dilakukan pengamatan mengenai kekeruhan, endapan dan mikroorganisme yang tumbuh. Pertumbuhan mikroorganisme tersebut dapat berupa pelikel, cincin, membran atau flokulen.

2402000003 DAFTAR PUSTAKA Fardiaz, S. 992. Mikrobiologi pangan I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sumanti, Debby M. dkk. 2009. Diktat Penuntun Praktikum Mikrobiologi Pangan. Jurusan Teknologi Industri Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Pasjadjaran