BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadlânah adalah Pengasuhan anak dibawah umur yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagaimana diketahui bahwa tidak jarang terjadi perselisihan pasca

H}AD}A>NAH ANAK BELUM MUMAYYIZ KEPADA AYAH

BAB II PRINSIP-PRINSIP HUKUM TENTANG HADHANAH. yang masih kecil setelah terjadinya putus perkawinan. 1

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Masyarakat Desa Pagedangan Kecamatan Turen Kabupaten

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV. ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENOLAKAN HAK ASUH ANAK DI PA.MOJOKERTO DALAM PUTUSAN NOMOR 1298/PDT.G/2014/PA.Mr

BAB IV. A. Analisis Dasar dan Pertimbangan Hakum yang Digunakan oleh Majlis Hakim dalam H{Ad{A>Nah Anak kepada Ayah karena Ibu Wanita Karir.

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga

BAB IV. Analisis Peran LBH Jawa Tengah Dalam Memberikan Bantuan Hukum. Terhadap Upaya Eksekusi Hak Hadlanah Dan Nafkah Anak

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akad yang sangat kuat (mitsaqan ghalidhan) untuk mentaati perintah. Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

PAKET FIQIH RAMADHAN (ZAKAT FITRAH)

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB III PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM PUTUSAN NOMOR: 0151/Pdt.G/2014/PA.Mlg

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Islam, hadis menempati posisi kedua setelah al-qur an sebagai

و م ن آی ات ھ أ ن خ ل ق ل ك م من أ نف س ك م أ ز و اجا ل ت س ك ن وا إ ل ی ھ ا و ج ع ل ب ی ن ك م مو دة و ر ح م ة إ ن ف ي ذ ل ك لا ی ات ل ق و م

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, akan tetapi secara substansi memiliki perbedaan. Di antara

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAGIAN WARIS SECARA PERDAMAIAN DI DESA TAMANREJO KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam adalah Agama yang paling sempurna yang di turunkan Allah

BAB I PENDAHULUAN. perceraian. Selanjutnya persoalan yang terjadi di Indonesia telah diatur bahwa

BAB V PENUTUP. 0012/Pdt.G/2015/PTA.Pdg adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. semua mahluk, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Seperti firman Allah

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Umumnya bentuk atau cara perceraian karena talak,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

tradisi jalukan pada saat pernikahan. Jalukan adalah suatu permintaan dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. namun mendidik anak sejak dalam kandungan sampai lahir hingga anak tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang dilakukan oleh kaum muslim

Menjampi Air Termasuk Ruqyah Yang Syar'i

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan hukum Islam di Indonesia, khususnya di

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NO: PERLAWANAN TERHADAP PUTUSAN VERSTEK

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

BAB I PENDAHULUAN. bermakna perbuatan ibadah kepada Allah SWT, dan mengikuti Sunnah. mengikuti ketentuan-ketentuan hukum di dalam syariat Islam.

3BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bagi rakyatnya, sehingga mampu mandiri dan dapat membangun bangsa.

KAIDAH FIQH. Pengakuan Adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Pengakuan adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB IV. A. Analisis terhadap Sistem Bagi Hasil Pengelolaan Ladang Pesanggem Antara

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

ADAB DAN DOA SAFAR YANG SHAHIH

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN)

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan Mahar Dalam Pernikahan Gadis dan. 1. Analisis prosesi tradisi standarisasi penetapan mahar

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hukum Islam pengangkatan anak dibolehkan, namun dengan. orang tua asuh dengan anak asuh, dan sama sekali tidak menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah akan senantiasa meninggikan derajat bagi orang-orang yang beriman dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN NAFKAH ANAK ATAS DASAR EX AEQUO ET BONO DALAM STUDI PUTUSAN No.1735/Pdt.G/2013/PA.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB II KONSEP HADLÂNAH DALAM PERSEPEKTIF FIQIH. Secara etimologi kata hadlânah berasal dari bahasa Arab yaitu akar kata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

HAK PEMELIHARAAN ATAS ANAK (HADHANAH) AKIBAT PERCERAIAN DITINJAU DARI HUKUM POSITIF

SATON SEBAGAI SYARAT NIKAH DI DESA KAMAL KUNING

BAB I PENDAHULUAN. piutang dapat terjadi di dunia. Demikian juga dalam hal motivasi, tidak sedikit. piutang karena keterpaksaan dan himpitan hidup.

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB II TINJAUN PUSTAKA. mengenai hadlânah ini, diantaranya adalah:

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAT DAN KONSEKUENSINYA

Kepada Siapa Puasa Diwajibkan?

BAB II. atau lebih tepat dikatakan memelihara dan mendidik anaknya. 2. mengasuh atau menggendong anaknya yang masih kecil sering menyusui

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN NIKAH TUMBUK DESA DI DESA CENDIREJO KECAMATAN PONGGOK KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. krisis moneter. Lebih dari itu, lembaga keuangan syariah ini diharapkan mampu membawa

Fatawa Ar-Radha ah: Menyusu dengan Isteri Pertama Paman, Apakah Mahram dengan Anak Paman dari Isteri Kedua? (Asy- Syaikh Shalih Al-Fauzan)

I'TIKAF. Diantara bentuk ibadah Rasulullah a pada 10(sepuluh) terakhir ramadhan ialah melakukan i tikaf. Dari Aisyah xia berkata;

BAB IV. PENYELESAIAN MASALAH PERJANJIAN KERJA ANTARA PEMILIK APOTEK DAN APOTEKER DI APOTEK K-24 KEBONSARI SURABAYA DAlAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. 1

Hukum Onani. Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah Syaikh Muhammad al-utsaimin rahimahullah

KAIDAH FIQH. Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB I PENDAHULUAN. berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata. penguasaan anak-anak, Pengadilan memberikan keputusannya.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN HARGA PADA PASAR OLIGOPOLI

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI HUKUM TENTANG KEJAHATAN TERHDAP ASAL-USUL PERNIKHAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

KAIDAH FIQH. Yang Ikut Itu Hukumnya Sekedar Mengikuti. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf. Publication: 1437 H_2016 M

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, baik hubungan dengan Allah swt. maupun hubungan dengan

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. keturunan yang dilangsungkan menurut ketentuan-ketentuan syariat. bahagia yang penuh ketenangan hidup dan rasa kasih sayang 2.

BAB IV. penyebab kenaikan harga jual bensin melebihi batas harga resmi dari. keterlambatan datangnya transportir yang membawa bensin ke pulau Bawean

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PUASA DI BULAN RAJAB

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hadlânah adalah Pengasuhan anak dibawah umur yang wajib dilaksanakan oleh kedua orang tua, karena pada dasarnya seorang anak dilahirkan tanpa memiliki pengetahuan apapun sehingga pengasuhan sangat dibutuhkan oleh seorang anak. Hadlânah biasanya dilakukan kepada anak yang masih kecil yang belum bisa menyiapkan segala kebutuhannya dengan sendiri, oleh karena itu anak membutuhkan bantuan orang lain yaitu orang tuanya. Hadlânah yang dimaksud adalah memberikan dan 1

2 menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan anak, misalnya makan dan minum. Para ahli fiqh mendefinisikan hadlânah sebagai melakukan pengasuhan anak-anak yang masih kecil, laki-laki ataupun perempuan atau yang sudah besar tetapi belum tamyiz, tanpa perintah darinya, menyediakan sesuatu yang menjadikan kebaikannya, menjaga dari sesuatu yang menyakiti dan merusaknya, mendidik jasmani, rohani, dan akalnya agar mampu berdiri sendiri menghadapi hidup dan memikul tanggung jawabnya. 1 Selain hadlânah, seorang anak juga membutuhkan pendidikan dalam membentuk pribadi yang baik untuk anak. Pendidikan terhadap anak bisa dilakukan secara langsung oleh orang tua seperti pendidikan adab dan sopan-santun ketika bersosialisasi dengan lingkungan sekitar atau adab-adab lainnya. Selain pendidikan mengenai adab dan sopan-santun, seorang anak juga membutuhkan pendidikan keagamaan seperti belajar sholat. Hal tersebut bisa langsung diajarkan sendiri oleh orang tua atau melibatkan pihak lain yang lebih memahami agama. Dalam kaitannya dengan pendidikan adab dan agama anak juga membutuhkan pendidikan tentang ilmu pengetahuan, dalam pendidikan ini orang tua tidak dapat mendidik secara langsung 1 Sayyid Sabiq, Fiqqih Sunnah Jilid 3, diterjemahkan Nor Hasanuddin ( Cet. I; Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), h. 237.

3 karena hal ini hanya akan didapatkan di sekolah, selain itu dibutuhkan pula tenaga professional seperti seorang guru. Hadlânah dan pendidikan tersebut akan berlangsung baik apabila dilaksanakan oleh ibu dan bapak, karena hadlânah harus ada kerjasama yang baik antara ibu dan bapak seperti tugas seorang ibu adalah menyiapkan segala kebutuhan anak dan untuk mendapatkan kebutuhannya tersebut merupakan tugas seorang bapak sebagai kepala keluarga dengan memberikan nafkah untuk memenuhi kebutuhan hadlânah, hal tersebut termasuk pula pada pendidikan anak. Hadlânah akan dianggap sukses apabila dalam pengasuhan tersebut terdapat adanya kerja sama antara kedua orang tua, karena keluarga merupakan unsur yang sangat penting dalam pengasuhan anak. 2 Pecahnya rumah tangga kedua orang tua, tidak jarang menyebabkan terlantarnya pengasuhan anak, itulah sebabnya menurut ajaran Islam perceraian sedapat mungkin harus dihindari. 3 Meskipun begitu, Islam tetap memberikan perhatian khusus dalam hadlânah yaitu dengan memberikan dua periode terhadap anak yang harus diperhatikan periode tersebut adalah Periode sebelum mumayyiz dan periode mumayyiz. Periode sebelum mumayyiz adalah dari waktu lahir sampai menjelang umur tujuh 2 Fuaduddin, Pengasuhan Anak dalam Keluarga Islam, ( Jakarta Pusat: Lembaga Kajian Agama dan Gender, 1999.), h. 4. 3 Satria Effendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, (Jakarta: Prenada Media, 2004) h. 167.

4 atau delapan tahun. Pada masa tersebut apabila seorang anak belum mumayyiz atau belum bisa membedakan antara yang bermanfaat dan yang tidak bagi dirinya. Pada periode ini menunjukkan bahwa pihak ibu lebih berhak terhadap anak untuk melakukan hadlânah apabila ibu memenuhi syarat-syarat sebagai hadhin. 4 Hal ini diperjelas dalam hadits Rasulullah yang diriwiyatkan Amr bin Syuab dari ayahnya yang diterima dari kakeknya: ح د ح ث ح ا ح ح م ح م ا ح م ا ح ا ح د ح ث ح ا ا ح ح ا ل ح ما ح ح ا ح ل ا ح ح ل د ا ا سل ح ل سا,ا د را-اي ح ث حع ل ح ا ح ح ل ا ح ح لا ح را م ا م ح ع ح ل - د ا لر: ا ح ح ا ح ل ح ل ها ح ح ا حج ه ل ا ح حب ل ا هللا ل أل ح ح ر حز ح د ح ا ح دنا ح ما ح ج اء ح ت حه ما ة,ا ح ث ح ا ح حا:اي ح ا ح ر م س ملا لهللااإ ل دنا ح لىا ح ر م س ملا لهللا ح ص دىا لهللا ح ح ح ل ها ح ر ح س د ح ح ا ح حنا ح ح ل اا حه ما لر ح ءا ء,ا ح رإ ل دنا ح ح ه ماط ح د ح ل ا ر ح ح ر حا ح ناي ح ث ح ث ح ز حه ما ل ح ر م س ملا لهللا ح ص دىا لهللا ح ح ح ل ها ح ر س دم:ا حن ح ل ا ح ح سقا ل ل ها ح اا ح ح مات ح ث ح ل ك ل,ا ح ث ح حلاا ح ح ه ا. Artinya: Bahwa seorang perempuan datang kepada Rasulullah s.a.w. ia berkata: Hai Rasulullah! Sesungguhnya anakku ini dulu dalam perutku dimana dia bernaung didalamnya, tetekku ini tempat dia menyusu, dan pangkuanku tempat dia berinduk. Dan kini bapaknya telah menceraikanku, dan dia bermaksud akan merampasnya dariku. Lalu Rasulullah s.a.w berseabda kepadanya: engkau lebih berhak padanya selama engkau tidak menikah lagi. ((HR Abu Daud dan Hakim)) 4 Satria, Problematika, h. 170. 5 Abu Daud, Sunan Abu Daud bi tahqiq Shidqi Muhammad Jamil, juz II (Cet. II; lebanon; Darul Fikr, 1994), h. 263

5 Periode mumayyiz adalah dari umur tujuh tahun sampai menjelang baligh berakal. Pada masa ini seorang anak secara sederhana telah mampu membedakan antara yang tidak bermanfaat dan yang bermanfaat bagi dirinya. 6 Pada masa ini anak berhak diberikan kesempatan untuk memilih apakah ia akan ikut ibu atau ikut ayah. Hal ini diberlakukan agar anak dapat menentukan dengan mengikuti nuraninya bersama siapakah ia akan merasa aman dan nyaman. Dalam penentuan ini anak tidak boleh dipaksa dan tidak boleh mendapatkan ancaman dari pihak-pihak yang bersangkutan. Dan ketika anak menetapkan pilihannya maka semua pihak harus mendukung pilihan anak tersebut. Dalam hadlânah sangat terkait dengan tiga hak yaitu: hak ibu sebagai pengasuh, hak anak sebagai anak yang diasuh, dan hak bapak yang menempati posisinya sebagai pemberi nafkah. Jika masing-masing hak tadi dapat disatukan maka tidak ada masalah dalam pengasuhan anak. Namun jika masing-masing hak saling bertentangan maka hak anak harus didahulukan dari pada yang lain. Terkait dalam hal pengasuhan anak ada beberapa hal yang harus diperhatikan: 7 6 Satria, Problematika, h. 171. 7 Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim, Shahih Fiqh As-Sunnah Wa Adillatuhu wa Taudhih Madzahib Al-immah, terj. Khairul Amru Harahap, (Cet. I; Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 667.

6 1. Apabila tidak ada orang lain yang bisa mengasuh anak selain si ibu, maka terpaksa hanya ibu yang harus mengasuh anak tersebut. 2. Apabila si ibu mengalami suatu kondisi yang tidak memungkinkan untuk mengasuh anak maka ibu dilarang mengasuh sebab masih ada mahram lain yang dapat mengasuh anak. 3. Seorang ayah tidak berhak merampas dari orang yang lebih berhak mengasuhnya lalu memberikan kepada wanita lain kecuali bila ada alasan syar i yang memperbolehkannya. 4. Jika ada wanita lain yang bersedia menyusui selain ibu si anak, maka ia harus menyusui dan tinggal bersama dengan si ibu hingga tidak kehilangan haknya mengasuh anak. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam pengasuhan anak, seorang ibu harus menjalankan kewajibannya sebagai pengasuh dengan memberikan segala kebutuhan anak. Sedangkan kewajiban seorang bapak adalah memberikan nafkah kepada ibu agar kebutuhan anak terpenuhi. Namun jika terjadi pertentangan antara ibu dan bapak mengenai pengasuhan anak maka yang harus diutamakan adalah ibu karena pada dasarnya merupakan hak ibu. Bahkan bapak pun tidak bisa merampas hak ibu sebagai pengasuhan anak selama ibu masih bisa mengasuh.

7 Selain dalam hukum Islam, perkara hadlânah juga diatur dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 105 dalam hal terjadinya perceraian yang berbunyi sebagai berikut: a. Pemeiharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya; b. Pengasuhan anak yang sudah mumayyiz diserahkan kepada anak untuk memilih diantara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaannya. c. Biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya. Dalam pasal 105 dijelaskan bahwa apabila terjadi perceraian dan pasangan tersebut memiliki anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun maka hak asuh jatuh di tangan ibu. Namun apabila anak tersebut sudah mencapai umur 12 tahun atau telah mumayyiz, maka anak diberi hak untuk memilih dan menentukan siapakah yang berhak untuk mengasuhnya. Apabila anak tersebut memilih ibu untuk menjadi pengasuhnya maka biaya pemeliharaan tetap ditanggung oleh bapaknya. Jika melihat pada KHI pasal 105 dan hukum Islam yang telah dijelaskan, maka perkara hadlânah seharusnya tidak perlu harus diperebutkan di Pengadilan, karena perkara tersebut sudah sangat jelas peraturannya. Namun pada kenyataannya aturan yang telah ditetapkan dalam Hukum Islam/KHI pasal 105 tidak dijadikan landasan hukum dalam perkara hadlânah oleh masyarakat desa Tanjung Bumi.

8 Dalam praktik hadlânah di desa Tanjung Bumi berdasarkan pada jenis kelamin anak. Apabila terjadi suatu perceraian, maka jenis kelamin anak akan menentukan siapakah yang berhak atas hak hadlânah. Apabila anak tersebut berjenis kelamin laki-laki maka si ibu yang berhak mendapatkan hak asuhnya, hal ini akan menjadi hukum dengan sendirinya dan tidak ada perlawanan dari pihak bapak, dengan kata lain pihak si bapak harus merelakan dan harus menyadari bahwa begitulah yang seharusnya. Berlaku sebaliknya, apabila anak tersebut berjenis kelamin perempuan, maka pihak bapak yang memiliki hak hadlânah atas anak tersebut, dan pihak ibu harus menerima hal tersebut. Konsep semacam ini memerlukan banyak kajian dengan berbagai tinjauan hukum terutama Hukum Islam dan KHI yang berlaku di Indonesia. Desa Tanjung Bumi adalah salah satu dari beberapa desa yang ada di kabupaten Bangkalan. Tanjung Bumi terletak dibagian utara kota Bangkalan. Secara umum masyarakat desa tersebut adalah masyarakat yang berkembang, meskipun sebagian besar penduduknya memiliki perekonomian yang menengah ke bawah. Selain itu tidak sedikit dari para remaja yang merantau untuk menuntut ilmu, walaupun ada juga beberapa remaja lainnya yang merantau untuk bekerja. Meski dikatakan desa yang berkembang,

9 hampir seluruh masyarakat desa Tanjung Bumi sangat mempercayai dan menghormati adat dan tradisi yang ada. Penghormatan yang tinggi terhadap adat dan tradisi tersebut menyebabkan hampir setiap permasalahan yang ada di desa Tanjung Bumi diselesaikan berdasarkan pada adat dan tradisi, misalnya dalam hal hadlânah pasca perceraian. Pada umumnya Perkara-perkara hak hadlânah pasca perceraian diselesaikan oleh Pengadilan agama dengan mengimplementasikan undang-undang lewat putusan-putusannya, namun berbeda dengan masyarakat desa Tanjung Bumi, mereka lebih memilih untuk menyelesaikannya berdasarkan pada tradisi yang dilakukan secara turun temurun. Tradisi tersebut adalah praktik hadlânah pasca perceraian yang dilakukan berdasarkan jenis kelamin anak. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, jika anak dari pasangan yang bercerai adalah laki-laki maka hak asuh akan jatuh pada ibu, sebaliknya jika anak tersebut perempuan maka hak asuh akan jatuh pada ayah. Praktik ini tidak berdasarkan pada KHI dan hukum Islam, sehingga penulis ingin mengetahui faktor apa yang menyebabkan masyarakat memilih untuk mempraktikkan hadlânah berdasarkan jenis kelamin anak. Adanya praktik seperti ini menyebabkan masyarakat desa Tanjung Bumi tidak memberikan kesempatan pada anak untuk memilih ikut bapak atau ikut ibu. Padahal sudah jelas dalam KHI

10 disebutkan bahwa anak yang belum mumayyiz harus diasuh oleh ibu, dan apabila dia telah mencapaui umur 12 tahun maka diberikan hak untuk memilih ikut bapak atau ikut ibu. Praktik hadlânah tersebut sangat berbeda dengan hadlânah yang diatur dalam KHI, ataupun hukum Islam, sehingga menarik perhatian penulis untuk mengetahui bagaimana pandangan tokoh agama dan masyarakat desa Tanjung Bumi mengenai hadlânah berdasarkan hukum islam dengan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai praktik hadlânah yang didasarkan jenis kelamin anak yang dipraktik kan oleh masyarakat desa Tanjung Bumi. B. Rumusan Masalah. Berdasarkan pada latar belakang diatas maka timbul suatu permaslahan pokok yaitu bagaimana praktik hadlânah berdasarkan jenis kelamin tersebut apabila ditinjau dari segi hukum Islam. Dengan adanya masalah pokok diatas maka dapat ditarik pula dua rumusan masalah yaitu: 1. Faktor apakah yang melatar belakangi masyarakat desa Tanjung Bumi menerapkan hak hadlânah pasca perceraian berdasarkan pada jenis kelamin anak?

11 2. Bagaimana pandangan tokoh agama dan tokoh masyarakat desa Tanjung Bumi mengenai penerapan hak hadlânah Pasca Perceraian perspektif Hukum Islam? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apakah yang melatarbelakangi masyarakat mempraktikkan hadlânah berdasarkan jenis kelamin anak tersebut. Selanjutnya utuk mengetahui bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap praktik hadlânah yang telah dilakukan oleh masyarakat desa Tanjung Bumi, apakah praktik tersebut telah sesuai dengan Hukum Islam dan KHI dan apakah telah memenuhi ketentuan berdasarkan pendapat ulama atau belum. Kemudian untuk memahami bagaimana pandangan tokoh masyarakat dan tokoh agama desa Tanjung Bumi tentang praktik hadlânah yang berdasarkan pada hukum Islam. Untuk mengetahui semua itu penulis menggunakan kajian teori yang terkait dengan hadlânah dalam perspektif hukum Islam dan akan dibandingkan dengan praktik hadlânah di desa Tanjung Bumi.

12 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan fiqh munakahat sehingga urf yang dilakukan masyarakat khususnya masyarakat desa Tanjung Bumi bisa dijelaskan dalam hukum Islam. 2. Manfaat praktis. Selanjutnya manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan ini sebagai berikut: a. Sebagai bahan kajian bagi mahasiswa yang mengadakan penelitian lebih jauh terhadap masalah praktik hadlânah berdasarkan jenis kelamin ini. b. Bagi penulis, hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu persyaratan dalam proses penyelesaian studi pada Fakultas Syari ah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. c. Serta dapat menghindari pola pikir sempit, yang hanya fanatik pada satu pandangan hukum, serta mampu memberikan pandangan bahwa tradisi adalah hukum tidak tertulis yang dipercaya lebih mengikat oleh masyarakat.

13 E. Sistematika Pembahasan Untuk mendapatkan pembahasan yang sistematis, maka diperlukan sistematika pembahasan. Dalam penelitian ini penulis membagi pembahasan ke dalam 5 bab sebagai berikut: BAB I berisi gambaran awal dalam penelitian ini berisikan beberapa hal diantaraya yaitu latar belakang masalah yang akan memaparkan alasan mengapa judul ini perlu untuk dibahas. Dari latar belakang tersebut maka akan memunculkan pertanyaanpertanyaan yang akan di jelaskan dalam rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu dan sistematika pembahasan. BAB II dalam bab ini akan dijelaskan mengenai penelitian terdahulu dan kerangka teori yang d ibutuhkan sebagai penunjang dalam melakukan penelitian ini, diantaranya akan dibahas mengenai hadlânah menurut fiqh yang mencakup definisi dan waktu hadlânah, dasar hukum hadlânah, syarat-syarat hadhin, urutan bagi yang berhak atas hadlânah, dan hadlânah menurut KHI. BAB III berisi metode penelitian yang didalamnya akan dijelaskan beberapa hal tentang jenis penelitian yang dimaksudkan untuk menjelaskan jenis dari penelitian ini, 8 pendekatan penelitian 8 Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Malang: Fakultas Syari ah UIN MALIKI Malang, 2012 ), h. 45

14 yang berguna memudahkan peneliti dalam menguji dan menganalisis data yang akan diuji, lokasi penelitian, metode penentuan subyek, jenis dan sumber data baik primer dan sekunder, metode pengumpulan data dengan cara wawancara dan observasi, metode pengolahan data melalui proses pemeriksaan data, klasisfikasi, veivikasi, analisis, dan kesimpulan. BAB IV, berisi mengenai pemaparan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh yang disesuaikan dengan literatureliteratur yang berkaitan dengan objek pembahasan untuk mengetahui praktik hadlânah berdasarkan jenis kelamin anak perspektif Hukum Islam di desa Tanjung Bumi Bangkalan Madura. Dalam BAB V merupakan bagian akhir dalam penelitian yang berisikan mengenai kesimpulan dan saran terkait dengan penelitian ini.