PERANAN SEKTOR PERTANIAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TASIKMALAYA

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Sektor Unggulan Kota Bandar Lampung (Sebuah Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB)

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK

Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Tolitoli dan Kabupaten Buol

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua

Salah satu komponen esensial dari pembangunan adalah pembangunan ekonomi Penentuan target pembangunan ekonomi perlu melihat kondisi atau tingkat

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTORAL KABUPATEN ROKAN HILIR ANALYSIS OF GROWTH AND SECTORAL COMPETITIVENSES ROKAN HILIR

SEKTOR-SEKTOR EKONOMI POTENSIAL PADA PEREKONOMIAN KABUPATEN TANAH LAUT. Lina Suherty

RINGKASAN ANALISIS RINGKASAN HASIL ANALISIS SHIFT SHARE ANALISIS LQ PS DS PB

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1

ANALISIS SEKTOR EKONOMI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS PERBANDINGAN POTENSI EKONOMI KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI LAMPUNG SKRIPSI

ANALISIS SEKTOR POTENSIAL DAN PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN/KOTA (STUDI KASUS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE )

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

Fakultas Ekonomi Universitas Baturaja Sumatera Selatan ABSTRACT

TEKNIK PROYEKSI PDRB KOTA MEDAN DENGAN RUMUS

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN INDRAMAYU. Nurhidayati, Sri Marwanti, Nuning Setyowati

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

Analisis Shift share. Shift share. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI KABUPATEN JAYAPURA. Aurelianus Jehanu 1 Ida Ayu Purba Riani 2

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri

ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MINAHASA (PENDEKATAN MODEL BASIS EKONOMI DAN DAYA SAING EKONOMI)

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS EKONOMI KOTA TOMOHON TAHUN

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI KABUPATEN BANYUWANGI. Nur Anim Jauhariyah & Nurul Inayah

DINAMIKA PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DI KAWASAN SOLO RAYA

III. METODOLOGI PENELITIAN. sebuah penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN MENGGUNAKAN DATA PDRB

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN MESUJI PROVINSI LAMPUNG

PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN WILAYAH KOTA MADIUN DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUK PDRB

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA PONTIANAK DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT, SHIFT SHARE DAN GRAVITASI

SKRIPSI ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BONE PERIODE KUSNADI ZAINUDDIN JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH

ANALYSIS OF THE ROLE OF THE LEADING SECTORS OF THE ECONOMY STRUCTURE BASED ON SHIFT-SHARE APPROACH IN THE PROVINCEOF NORTH SUMATRA

ANALISIS POTENSI EKONOMI KABUPATEN BANYUWANGI

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Karo

IDENTIFIKASI SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KOTA TOMOHON TAHUN ( )

ANALISIS KONTRIBUTOR UTAMA PENENTU PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH PERKOTAAN DI ACEH Muhammad Hafit 1, Cut Zakia Rizki 2* Abstract.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang giat dalam. merupakan rangkaian usaha untuk pembangunan yang merata dalam rangka

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DENGAN PENDEKATAN LOCATION QUATION KABUPATEN PELALAWAN. Anthoni Mayes, Yusni Maulida dan Toti Indrawati

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Potensi Dan Daya Saing Sektoral Di Kabupaten Situbondo (Analysis of Potential and Competitiveness Sectoral In Situbondo Regency)

ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN KOTA SURABAYA TAHUN

ANALISIS LOCATION QUOTIENT SEKTOR DAN SUBSEKTOR PERTANIAN PADA KECAMATAN DI KABUPATEN PURWOREJO

METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang tercakup dalam

ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN JAYAPURA. Fahrulman 1 Suwandi 2

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

ANALISIS TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI DAN POTENSI EKONOMI TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN PATI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum, seperti yang

ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DI KABUPATEN MINAHASA DARI TAHUN

KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTARA KABUPATEN ACEH TENGAH DAN KABUPATEN BENER MERIAH

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN

SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUDUS

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DI PROVINSI ACEH PERIODE

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN POTENSI SEKTORAL PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN JAYAWIJAYA TAHUN

PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN BONE BOLANGO DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUK PDRB. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia

Listrik, Gas & Air Bersih. Dengan demikiansektor tersebut perlu mendapat perhatian

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam. sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam.

ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN BALI: PENDEKATAN SHIFT SHARE

ANALISIS SEKTOR BASIS DI KABUPATEN LAMONGAN ( ANALISIS LOCATION QUOTIENT) Zamida 1 Fakultas Ekonomi Universitas Dr.

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN, SEKTOR UNGGULAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH DI KOTA MALANG TAHUN SKRIPSI

ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA TERNATE

KAJIAN POTENSI PEREKONOMIAN DI KABUPATEN KEPULAUAN SULA PROVINSI MALUKU UTARA POTENTIAL ECONOMIC STUDIES IN SULA ISLANDS OF NORTH MALUKU PROVINCE

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI LOKAL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

ANALISIS PERGESERAN SEKTOR PEREKONOMIAN KABUPATEN ACEH BESAR. Abstract

ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN DAN KLASIFIKASI PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI EMPAT KABUPATEN WILAYAH BARLINGMASCAKEB Oleh: Ratna Setyawati Gunawan 1) dan Diah Setyorini Gunawan 2)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

IDENTIFIKASI POSISI DAN KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN DAERAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG. Hendri Wibowo, Darsono*, Eka Dewi Nurjayanti

Economics Development Analysis Journal

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

ANALISIS PENENTUAN KOTA MANADO SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

VARIASI PERKEMBANGAN EKONOMI WILAYAH DI PERKOTAAN YOGYAKARTA. Arif Karunia Putra Lutfi Muta ali

Transkripsi:

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TASIKMALAYA Arif Muttaqin 105009016 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi arifmuttaqin39@yahoo.com Suyudi, M.P Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi suyudi@unsil.ac.id Dedi Djuliansyah, M.P Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi dedidjuliansah@rocketmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan sektor pertanian dan pertumbuhan sektor ekonomi serta perubahan peranan sektor pertanian Kota Tasikmalaya. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode studi kasus. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data ini berupa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan laju pertumbuhan (PDB) Kota Tasikmalaya pada tahun 2003-2012. Data tersebut diolah menggunakan LQ (Location Quotients) dimana LQ>0= sektor basis sedangkan LQ<0= sektor non basis. Pergeseran atau perubahan yang terjadi pada sektor ekonomi dihitung dengan menggunakan metode SS (Shift Share) dengan informasi dasar yaitu pertumbuhan ekonomi nasional / provinsi, pergeseran proporsional, dan pergeseran diferensial. Hasil dari penelitian ini bahwa sektor pertanian memiliki kontribusi peranan yang sangat kecil terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Tasikmalaya. Hal ini disebabkan oleh sektor yang menjadi basis di wilayah perkotaan adalah non pertanian. Namun, sektor pertanian Kota Tasikmalaya harus terus dikembangkan karena menjadi bahan baku industri pengolahan hasil pertanian yang banyak terdapat di Kota Tasikmalaya. Kata kunci : Sektor Pertanian, Pertumbuhan Ekonomi, LQ, Pergeseran ABSTRACT This research aims to know the role of the agricultural sector and the growth of economic sectors as well as the change of the role of the agricultural sector in Tasikmalaya. This research was carried out by using the case study method. The type of data used in this study are secondary data. These Data include gross Regional domestic product (GRDP) and growth rate (GDP) of Tasikmalaya in 2003-2012. The Data are processed by using the LQ (Location Quotients) where LQ > 0 = base sector, whereas LQ < 0 = non-base sector. Shift or a change that occurs in the economic sector is calculated by using the method of SS (Shift Share) with basic information namely national/provincial economic growth, the shift of proportionate, and shift of differentials. The results of this research discovers that the agricultural sector contributs very small role towards economic growth in Tasikmalaya. This is caused by the sectors which become base 1

sectors in urban areas is a non-agriculture. However, the agricultural sector should be continiously developed in Tasikmalaya, because it is the raw material processing industry of agriculture in Tasikmalaya. Keywords : The Agricultural Sector, Economic Growth, LQ, Shift Share, PENDAHULUAN Pembangunan nasional di Indonesia mempunyai tujuan untuk mewujudkan kehidupan masyarakat adil dan makmur. Oleh karena itu, diperlukan suatu perencanaan pembangunan wilayah baik skala nasional maupun skala daerah. Pembangunan adalah suatu proses dinamis untuk mencapai kesejahteraan masyarakat pada tingkat yang lebih baik. Dalam prosesnya, pembangunan harus berpijak pada perencanaan strategis yang matang. Perencanaan dilakukan dengan suatu perkiraan (forecasting) mengenai potensi, prospek, hambatan dan resiko yang dihadapi. Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif yang terbaik dan memilih kombinasi yang terbaik. Seiring dengan berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang RI No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah, maka di era otonomi daerah ini suatu daerah dituntut untuk dapat menopang keberlanjutan pembangunan di daerah yang bersangkutan. Hal tersebut mendorong pemerintah daerah tingkat II untuk menetapkan kebijakan ekonominya dengan lebih mengandalkan pada potensi yang dimiliki sesuai dengan kondisi daerah. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat yang lebih baik. Keberhasilan pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan daerah. Pembangunan daerah mengacu pada pemerataan dan peningkatan kesejahteraan. Sektor pertanian sebagai salah satu sektor ekonomi termasuk sektor yang cukup berpotensi dalam memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional, baik dari segi pendapatan maupun penyerapan tenaga kerja. Peranan sektor pertanian dalam pembangunan Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Di samping itu, usaha dalam sektor pertanian akan selalu berjalan selama manusia masih memerlukan makanan untuk mempertahankan hidup dan manusia masih memerlukan hasil pertanian sebagai bahan baku dalam industrinya. 2

Pembangunan pertanian Indonesia diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan industri dalam negeri, meningkatkan ekspor dan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja, serta mendorong pemerataan. Namun peranan sektor pertanian belum tentu memberikan sumbangan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang paling besar untuk beberapa daerah tapi untuk sebagian daerah lagi pertanian memberikan sumbangan terbesar terhadap PDRB. Peranan sektoral dalam pembentukan PDRB Kota Tasikmalaya cukup bervariasi, sektor yang memiliki peranan terbesar adalah sektor pertanian, diikuti sektor industri, sektor perdagangan hotel dan restoran. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Metode studi Kasus menurut Pollit & Hungler (1999) adalah metode penelitian yang menggunakan analisis mendalam, yang dilakukan secara lengkap dan teliti terhadap seorang individu, keluarga, kelompok, lembaga, atau unit sosial lain. Analisis Location Quotient (LQ) Metode Location Quotient (Robinson Tarigan, 2005) digunakan untuk mengetahui sektor basis atau potensial suatu daerah tertentu. Metode ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan sektor di daerah (kabupaten/kota) dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas. Rumus Location Quotient ( LQ ) adalah (Robinson Tarigan, 2005). : LQ = Si / S Ni / N Keterangan : Si = Nilai tambah sektor i di Kota Tasikmalaya S = PDRB di Kota Tasikmalaya Ni = Nilai tambah sektor i di Provinsi Jawa Barat N = PDRB di Provinsi Jawa Barat Analisis Shift Share (SS) Analisis Shift Share adalah analisis yang bertujuan untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah denanalisis shift-share digunakan untuk melihat output total dari sektor-sektor negara baik dari faktor lokasi maupun pengaruh dari struktur industri. Analisis ini digunakan untuk melengkapi analisis LQ yang telah dilakukan sebelumnya. Jika laju pertumbuhan ekonomi bernilai positif berarti kegiatan ekonomi pada 3

periode tersebut mengalami kenaikan dan sebaliknya jika laju pertumbuhan ekonomi bernilai negatif berarti kegiatan ekonomi pada periode tersebut mengalami penurunangan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar (regional atau nasional). a) Provincial Share (P) P = r it 1 x Yn 100 b) Proportional Shift (PS) PS = r it 1 ( Yn i Yn ) 100 c) Differential Shift (DS) DS = r it 1(Y ri Y ni ) 100 Dimana : Y = Total Output (persen) t = tahun 2012 t-1 = tahun 2003 i = sektor dalam PDRB r = Kota Tasikmalaya n = Provinsi Jawa Barat Tabel 1. Posisi relatif suatu sektor berdasarkan pendekatan PS dan DS Differential Shift (DS) Proportional Shift (PS) Negatif (-) Positif (+) Positif (+) Kuadran IV cenderung berpotensi (highly potential) Kuadran I Pertumbuhan Pesat (fast Growing) Negatif (-) Kuadran III Terbelakang (depressed) Kuadran II Berkembang (developing) 4

PEMBAHASAN Peranan Sektor Pertanian dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Tasikmalaya Kota Tasikmalaya yang merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat, perekonomiannya didukung oleh sembilan sektor yaitu sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air minum; sektor bangunan; sektor perdagangan, restoran dan hotel; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor bank dan lembaga keuangan; dan sektor jasa-jasa. Sektor pertanian memiliki kontribusi peranan yang sangat kecil terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Tasikmalaya. Hal ini disebabkan oleh sektor yang menjadi basis di wilayah perkotaan adalah non pertanian. Namun, sektor pertanian Kota Tasikmalaya harus terus dikembangkan karena menjadi bahan baku industri pengolahan hasil pertanian yang banyak terdapat di Kota Tasikmalaya. Meskipun sektor pertanian hanya memiliki peranan kecil dalam pertumbuhan ekonomi Kota Tasikmalaya. Namun terdapat peranan besar sektor pertanian demi keberlangsungan sektor industri pengolahan hasil pertanian. Perubahan Peranan Sektor Pertanian dalam Perekonomian wilayah di Kota Tasikmalaya Menjawab rumusan masalah yang diterapkan mengenai perubahan peranan sektor pertanian dalam perekonomian wilayah di Kota Tasikmalaya. Dikaitkan dengan perekonomian Provinsi Jawa Barat. Pertumbuhan total dapat diuraikan menjadi komponen shift dan komponen share, yaitu: a. Komponen Provincial Share (P) adalah banyaknya pertambahan PDRB Kota Tasikmalaya seandainya pertumbuhannya sama dengan laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat. b. Komponen Proportional Share (PS), mengukur besarnya net shift Kota Tasikmalaya yang diakibatkan oleh komposisi sektor-sektor PDRB Kota Tasikmalaya yang berubah. Apabila P>0, artinya Kota Tasikmalaya berspealisasi pada sektor-sektor yang pada tingkat Provinsi Jawa Barat tumbuh relatif cepat, P<0 artinya Kota Tasikmalaya berspealisasi pada sektor-sektor yang pada tingkat Provinsi Jawa Barat tumbuh lebih lambat atau sedang menurun. c. Komponen Differential Shift (DS), mengukur besarnya net shift yang diakibatkan oleh sektor-sektor tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat di Kota Tasikmalaya dibandingkan dengan Provinsi Jawa Barat yang disebabkan oleh faktor-faktor lokal 5

atau memiliki daya saing. Suatu sektor dikatakan memiliki daya saing apabila mempunyai nilai DS yang positif (DS>0), sebaliknya apabila suatu sektor tidak memiliki daya saing maka mempunyai nilai DS yang negatif (DS<0). Pertumbuhan Perekonomian di Kota Tasikmalaya PDRB Kota Tasikmalaya mengalami perubahan dalam periode 2003-2012 mencapai Rp. 10,15 trilyun atau meningkat sebesar 1,647 trilyun rupiah atau meningkat sebesar 61,04 persen. Perubahan tersebut disebabkan oleh faktor pertumbuhan PDRB Jawa Barat sebesar 144,88 trilyun atau sebesar 66,00 persen (Provincial Share). Hal ini berarti bahwa pertumbuhan PDRB Kota Tasikmalaya di beberapa sektor masih bergantung pada perekonomian Jawa Barat. Pengaruh dari efek bauran sektoral atau industri (industrial mix growth) terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Tasikmalaya atas dampak dari struktur ekonomi Jawa Barat menambah pertumbuhan PDRB yaitu sebesar 540,21 milyar rupiah (Proportional Shift). Kemudian pengaruh daya saing daerah kontribusi terhadap perubahan PDRB Kota Tasikmalaya berkurang sebesar 674,01 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Kota Tasikmalaya tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lokal atau daya saing daerah. Analisis Shift Share Pergeseran Bersih Pergeseran bersih merupakan bagian dari analisis shift share yang dapat dihitung dari hasil penjumlahan Proportional shift (PS) dan Differential Shift (DS) di setiap sektor perekonomian. Apabila nilai PB>0, maka pertumbuhan sektor ekonomi di Kota Tasikmalaya termasuk dalam kelompok progresif (maju). Sedangkan jika nilai PB<0, maka pertumbuhan di sektor tersebut termasuk dalam kelompok yang lamban. Berdasarkan hasil perhitungan pergeseran bersih (net shift), maka secara agregat pergeseran bersih menghasilkan nilai negatif, yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan PDRB pada periode analisis sebesar Rp. 133,8 milyar. Hal tersebut berarti bahwa secara umum pertumbuhan di Kota Tasikmalaya lamban. Secara sektoral, sektor yang memiliki nilai PB>0 yaitu sektor listrik, gas dan air bersih; sektor bangunan; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa;. Hal ini berarti sektor-sektor tersebut merupakan sektor yang progresif atau maju. Sedangkan sektor yang memiliki nilai PB<0 adalah sektor pertanian; sektor pertambangan; sektor industri pengolahan; serta sektor angkutan dan komunikasi;. Hal ini berarti sektor-sektor tersebut termasuk sektor yang lamban. 6

Analisis Kuadran Melihat nilai PS dan DS, maka suatu sektor atau daerah dapat dikelompokkan menjadi empat kuadran atau kelompok. Dengan menggunakan alat analisis shift share, dapat dilihat dari pendekatan PS dan DS sekaligus. Berdasarkan Analisis Kuadran (Klassen) pada grafik 12., terdapat satu sektor yang menempati kuadran I (PS dan DS positif), yaitu sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan. Artinya sektor tersebut memiliki pertumbuhan sangat pesat (rapid growth region), cepat dan memiliki daya saing terhadap daerah lain. Kuadran II (PS positif dan DS negatif) ditempati oleh empat sektor yaitu sektor bangunan, sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa. Hal ini berarti, keempat sektor tersebut berada di posisi tertekan tapi berkembang (depressed developing region). Sektor-sektor tersebut dikategorikan memiliki laju pertumbuhan yang cepat, namun sektor tersebut tidak dapat bersaing dengan sektor ekonomi dari wilayah lain (daya saing rendah). 7

Kuadran III (PS dan DS negatif) terdapat satu sektor yaitu sektor pertanian. Hal tersebut berarti sektor pertanian memiliki laju pertumbuhan yang tertekan dan tidak memiliki daya saing (depressed region). Kuadran IV (PS negatif dan DS positif) terdapat tiga sektor yaitu sektor industri pengolahan, sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor listrik gas dan air bersih. Hal tersebut berarti sektor-sektor tersebut memiliki kecenderungan sebagai sektor yang tertekan tapi berpotensi (highly potential). Sektor-sektor ini memiliki tingkat daya saing yang tinggi namun laju pertumbuhannya lambat. Ringkasan Hasil Analisis dan Relevansi Kebijakan yang Tepat di Kota Tasikmalaya Berbagai analisis yang dapat diringkas untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai posisi masing-masing sektor dilihat dari tingkat basis, kecepatan perkembangan di tingkat provinsi, daya saing dan progresifnya. Hasil dari analisis ini, penulis mencoba untuk mengelompokkan menjadi lima bagian yaitu sektor yang memiliki empat keunggulan, sektor yang memiliki tiga keunggulan, sektor yang memiliki dua keunggulan, sektor yang memiliki satu keunggulan, dan sektor yang sama sekali tidak memiliki keunggulan. Sektor yang memiliki empat keunggulan sekaligus hanya ada satu sektor yaitu sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan. Sektor ini merupakan sektor basis, memiliki keunggulan komparatif atau kemampuan spesialisasi, memiliki pertumbuhan yang cepat dibandingkan dengan tingkat provinsi, memiliki keunggulan kompetitif atau daya saing, dan laju pertumbuhannya termasuk progresif (maju). Artinya sektor ini sangat potensial untuk dikembangkan. Sektor yang memiliki tiga keunggulan yaitu sektor bangunan dan sektor perdagangan hotel dan restoran. Sektor-sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang cepat dibandingkan dengan tingkat provinsi, memiliki keunggulan komparatif atau berspesialisasi (basis), dan memiliki laju pertumbuhan yang tergolong progresif (maju). Namun, sektor-sektor ini tidak memiliki kemampuan kompetitif (daya saing). Artinya sektor-sektor ini potensial untuk dikembangkan. Sektor yang memiliki dua keunggulan yaitu sektor listrik, sektor pengangkutan, dan sektor jasa-jasa. Sektor listrik memiliki laju pertumbuhan yang progresif (maju) dan memiliki keunggulan kompetitif (daya saing). Namun sektor ini tidak memiliki keunggulan komparatif dan pertumbuhannya tergolong lambat. Kemudian sektor pengangkutan dan jasa-jasa memiliki keunggulan kompratif (spesialisasi/basis), serta memiliki pertumbuhan yang cepat 8

dibandingkan dengan tingkat provinsi. Namun tidak memiliki keunggulan kompetitif serta laju pertumbuhan lambat. Sektor yang memiliki satu keunggulan yaitu sektor pertambangan dan sektor industri. Kedua sektor tersebut sama-sama memiliki keunggulan kompetitif atau daya saing. Namun tidak memiliki keunggulan komparatif, laju pertumbuhan lambat, dan pertumbuhan lambat dibandingkan dengan tingkat provinsi. Sektor yang sama sekali tidak memiliki keunggulan yaitu sektor pertanian. Artinya sektor pertanian sama sekali tidak memiliki keunggulan oleh karena itu sektor ini tidak potensial untuk dikembangkan. Selama periode analisis 2003-2012, Pemerintah Kota Tasikmalaya terlihat sudah berupaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pembangunan di beberapa sektor. Namun upaya peningkatan tersebut masih tidak merata, karena beberapa sektor masih tergolong tidak berpotensi untuk dikembangkan termasuk sektor pertanian. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil dari pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1) Sektor basis Kota Tasikmalaya yaitu sektor bangunan, sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Sedangkan sektor non basis yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, serta sektor listrik gas dan air bersih. 2) Sektor pertanian pada dasarnya menjadi sektor non basis di wilayah perkotaan. Sehingga, sektor pertanian Kota Tasikmalaya dari tahun 2003-2012 tidak mengalami perubahan peranan dalam perekonomian wilayah. 3) Secara umum, pertumbuhan ekonomi Kota Tasikmalaya lambat. Adapun sektor yang memiliki beberapa keunggulan, seperti sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang cepat di tingkat provinsi, keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif, pertumbuhan yang progresif (maju). Sektor bangunan dan sektor perdagangan hotel dan restoran memiliki keunggulan komparatif, pertumbuhannya cepat di tingkat provinsi, dan termasuk dalam kategori pertumbuhan yang progresif. Kemudian sektor listrik gas dan air bersih, memiliki keunggulan kompetitif dan termasuk dalam kategori pertumbuhan yang progresif. Kemudian sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa memiliki keunggulan komparatif, dan pertumbuhannya cepat di 9

Saran tingkat provinsi. Dengan keunggulan-keunggulan yang dimiliki maka sektor-sektor tersebut dapat dikatakan sebagai sektor yang potensial untuk dikembangkan di Kota Tasikmalaya. 1) Bagi Pemerintah Kota Tasikmalaya Jika ingin menjadikan Kota Tasikmalaya sebagai daerah yang berkembang maju, mandiri dan berdaya saing, maka penulis menyimpulkan rekomendasi kebijakan yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah Kota Tasikmalaya dengan memprioritaskan sektor-sektor yang merupakan sektor potensial untuk dikembangkan yaitu sektor bangunan, sektor pedagangan hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasajasa. Sementara itu, untuk sektor pertanian dan sektor pertambangan sampai sejauh ini di tinjau dari segi kebijakan pemerintah Kota Tasikmalaya dan keterbatasan lahan sudah tidak memiliki tempat untuk mengembangkan potensinya. Namun, jika berfikir kreatif maka sektor pertanian pun dapat dikembangkan secara optimal. 2) Bagi Peneliti Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menganalisis hingga ke level subsektor dan komoditi unggulan sehingga dapat menghasilkan rekomendasi kebijakan yang lebih terfokus, jelas dan akurat. DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, R, 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Graha Ilmu, Yogyakarta. Aditya Nugraha Putra, 2013. Dalam skripsi yang berjudul Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta. Arsyad, Lincolin, 1992. Ekonomi Pembangunan Cetakan Pertama Edisi Kedua. Bagian Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta., 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE UGM. Yogyakarta., 2004 a. Ekonomi Pembangunan. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta. BPS Kota Tasikmalaya. 2003-2012. Kota Tasikmalaya Dalam Angka. Kota Tasikmalaya. Boediono, 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. BPFE, Yogyakarta. 10

Budiharsono, Sugeng. 2005. Teknik Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. PT Pradnya Paramita. Jakarta. Budiman, A., 1996. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Gravitiani, Evi, 2006. Analisis Shift-Share Dinamik pada Perekonomian Yogyakarta. Skripsi, FE-UGM, Yogyakarta. Hartaning, T. K. Eprinna, 2010. Analisis Identifikasi Peranan Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Wilayah Di Kabupaten Serdang Bedagai Dengan Pendekatan Location Quotient Dan Shift Share. Skripsi, FP-UNS, Surakarta. Kuncoro, M, 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah; Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang. Erlangga, Jakarta. Muhadjir, Noer. 1990. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin Soekartawi, 2003. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT Raja Grafindo. Jakarta Soepono, Prasetyo, 1993. Analisis Shift-Share Perkembangan dan Penerapan, JEBI, No.1, Tahun III. Soeratno dan Arsyad, Lincolin, 1993. Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis. Akademi Manajemen Perusahaan YKPN. Yogyakarta. Sukirno, Sadono, 1985. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan. LPFE- UI, Jakarta. Suryana, 2000. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi, Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan. UPP AMP YKPN Yogyakarta. Tarigan, Robinson. 2002. Perencanaan Pembangunan Wilayah: Pendekatan Ekonomi dan Ruang. Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Todaro, Michael P, 2000. Ekonomi Untuk Negara Berkembang Suatu Pengantar Tentang Prinsip-prinsip Masalah dan Kebijakan Pembangunan. Bumi Aksara, Jakarta. 11