PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 27 TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 31 TAHUN 2013

PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 25 TAHUN 2013

PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN DAN PENGAJUAN KEBERATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR : 26 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 34 TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN,

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 19 TAHUN 2016

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN

BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN

TENTANG BENTUK DAN ISI FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG DAN SURAT SETORAN PAJAK DAERAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN

BUPATI BANDUNG BARAT

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 35 TAHUN TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 32 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 4 SERI B PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PEMINDAHBUKUAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR : 03 TAHUN 2000 SERI : A NOMOR : 2

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 36 TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK AIR TANAH

BERITA DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKULU TENGAH,

BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PENGURANGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 104 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 10 Tahun 2006 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN

PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 50 TAHUN 2012

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 37 TAHUN 2003

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 33 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BULULUKUMBA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Nomor : 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

Nama : NPWP : Alamat :

TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 69 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA BAUBAU PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR : 7 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 55 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN DAN TEMPAT PEMBAYARAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN

BUPATI SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

BUPATI SUKABUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PARKIR

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 10 TAHUN TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

KABUPATEN CIANJUR NOMOR : 63 TAHUN : 2002

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU,

- 1 - BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMUNGUTAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 07 TAHUN 2012 TLD NO : 07

BUPATI GOWA PAJAK PARKIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA,

WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH K O T A L H O K S E U M A W E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG

Transkripsi:

PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN, ANGSURAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan Peraturan Daerah Kota Pariaman Nomor 6 tahun 2013 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan dan Perdesaan perlu menetapkan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran, Angsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan dengan Peraturan Walikota ; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3087); 2. Undang Undang Nomor 12 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Kota Pariaman 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 ( Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4844 );

7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 8. Undang Undang Nomor 12 Tahuhn 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang - Undangan 9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (LN TLN.) ; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5179); 12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK07/2010 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Terhadap Pelanggaran Ketentuan Di Bidang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah; 13. Peraturan Daerah Kota Pariaman Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (Lembaran Daerah Tahun 2013 Nomor 6 TLD Nomor 148 ); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA PPARIAMAN TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN, ANGSURAN, DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini yang di maksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Pariaman. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Pariaman. 3. Walikota adalah Walikota Pariaman. 4. Dinas Pendapatan Daerah yang selanjutnya disebut Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset adalah Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Pariaman. 5. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kota Pariaman. 6. Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa 2

berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatakan imbalan secara langsung dan di gunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 7. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan adalah Pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan dan pertambangan. 8. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut Wilayah Daerah. 9. Bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan pedalaman dan atau laut. 10. Nilai Jual Objek Pajak yang selanjutnya disingkat NJOP adalah harga rat-rata yang diperboleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli,njop ditetapkan melaluiperbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau NJOP pengganti.daerah adalah Kota Pariaman. 11. Surat Setoran Pajak Daerah, yang disingkat SSPD dan atau Surat Tanda Terima Setoran, yang disingkat STTS, adalah Bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan oleh wajib pajak atas pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas daerah atau ke tempat lain yang ditetapkan oleh Walikota. 12. Bank adalah Bank atau tempat yang ditunjuk oleh Walikota untuk menerima penerimaan PBB P2 dari Wajib Pajak. 13. DHKP adalah Daftar Himpunan Ketetapan dan Pembayaran. 14. DPH adalah Daftar Penerimaan Harian. 15. Tempat Pembayaran PBB P2 yang selanjutnya disebut TP-PBB adalah Bank atau tempat yang ditunjuk oleh Walikota untuk menerima pembayaran PBB P2. 16. Pajak yang terutang pajak adalah Pajak yang masih harus dibayar dalam Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD), Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding serta Putusan Peninjuan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. BAB II TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN Pasal 2 (1) Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur Nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. (2) Hari libur Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk hari yang diliburkan untuk Penyelenggaraan Pemilihan Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama secara nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah. 3

Pasal 3 (1) Pembayaran dan penyetoran pajak harus dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD). (2) SSPD/ STTS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai bukti pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapatkan validasi. (3) SSPD/ STTS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor Transaksi Bank (NTB). BAB III TEMPAT PEMBAYARAN Pasal 4 (1) Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Bank atau tempat yang ditunjuk oleh Walikota. (2) Walikota setiap tahun menunjuk 1 (satu) tempat pembayaran untuk Wilayah Kota Pariaman. (3) Wilayah tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah wilayah administrasi pemerintahan yaitu Kelurahan/ Kecamatan dimana objek pajak berada. (4) Penunjukkan tempat pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dituangkan dalam suatu dokumen tertulis yang ditandatangani oleh Walikota dan Pimpinan Bank atau tempat lain yang ditunjuk sebagai tempat pembayaran. (5) Dokumen tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sekurang-kurangnya memuat : a. Wilayah kerja tempat pembayaran; b. Kewajiban tempat pembayaran yang meliputi : 1. Setiap hari Jumat atau hari kerja berikutnya apabila hari Jumat libur, saldo penerimaan PBB pada : a. Tempat pembayaran dipindahbukukan ke Kas Daerah; b. Tempat pembayaran elektronik dipindahbukukan ke Bank Persepsi Elektronik. 1.1 Terhadap tempat pembayaran, tempat pembayaran elektronik, Bank, Bank Persepsi Elektronik yang terlambat atau tidak memindahbukukan dan atau melimpahkan penerimaan PBB P2 sesuai waktu yang telah ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 3% (tiga persen) perbulan dari jumlah penerimaan PBB P2 yang terlambat atau tidak dipindahbukukan dan atau dilimpahkan. 2. Untuk Tempat Pembayaran PBB P2 : 2.1 Menerima STTS (Surat Tanda Terima Setoran) dan DHKP (Daftar Himpunan Ketetapan dan Pembayaran) PBB P2 dari Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset dengan Berita Acara; 2.2 Menerima Pembayaran PBB P2 terhutang dari Wajib Pajak; 2.3 Menyerahkan STTS (Surat Tanda Terima Setoran) lembar untuk Wajib Pajak yang PBB P2nya telah dibayar oleh Wajib Pajak kepada Tempat Pembayaran, dalam hal Wajib Pajak melakukan pembayaran melalui kiriman uang/ transfer, tempat pembayaran PBB P2 berkewajiban mengirimkan STTS (Surat Tanda Terima Setoran) lembar untuk Wajib Pajak dengan SPPG (Surat Pengantar Pengiriman Giro) kepada Wajib Pajak yang bersangkutan; 4

2.4 Menerima Surat Setoran uang hasil penerimaan pembayaran PBB P2 dari petugas pemungut yang dilampiri dengan DPH (Daftar Penerimaan Harian) dalam rangkap 4 (empat) dan tanda terima setoran lembar kedua; 2.5 Meregistrasi DPH dan tanda terima setoran lembar 2 sebagaimana dimaksud dalam angka 7 (tujuh) yang diserahkan oleh petugas pemungut; 2.6 Menyerahkan surat tanda setoran lembar untuk Wajib Pajak serta DPH (Daftar Penerimaan Harian) dan tanda terima setoran lembar ke 2 (dua) yang telah diregistrasi kepada petugas pemungut; 2.7 Membukukan semua pembayaran/ penyetoran PBB P2 pada hari kerja yang sama; 2.8 Memindahbukukan saldo penerimaan PBB P2 ke Bank pada hari Jumat atau hari kerja berikutnya apabila hari Jumat libur; 2.9 Menyusun laporan mingguan penerimaan PBB P2 yang dirinci perkelurahan dan mengirimkannya ke Dinas Pendapatan Daerah selambat-lambatnya hari Jum at atau hari kerja berikutnya apabila hari Jum at libur dan menyampaikan tembusannya kepada Camat. 3. Untuk tempat pembayaran PBB P2 online : 3.1 Tidak menerima surat tanda setoran dan daftar himpunan ketetapan dan pembayaran PBB P2 dari Dinas Pendapatan Daerah; 3.2 Mencetak surat tanda terima setoran untuk Bank, untuk Wajib Pajak pada saat Wajib Pajak membayar PBB P2 terhutang; 3.3 Membatalkan surat tanda setoran yang telah dicetak jika Wajib Pajak membatalkan pembayaran PBB P2 terutang pada saat pembayaran tersebut; 3.4 Membuat dan mengirimkan LPPM (Laporan Pembatalan Pencetakan Mingguan) kepada Dinas Pendapatan Daerah. 4. Untuk tempat pembayaran PBB P2 elektronik : 4.1 Menerima daftar nama Bank Persepsi PBB P2 elektronik berikut nomor rekening kas Daerah PBB P2 dari Dinas Pendapatan Daerah dan sehubungan dengan pemindahbukuan hasil penerimaan PBB P2 melalui tempat pembayaran PBB P2 elektronik dimaksud; 4.2 Menerima pembayaran PBB P2 dari Wajib Pajak; 4.3 Melakukan komunikasi data dengan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset untuk transaksi pembayaran PBB P2 dengan : 1) Meminta data PBB P2 yang terutang yang akan dibayar Wajib Pajak dan Informasi terkait lainnya melalui NOP (Nomor Obyek Pajak) atau Nomor SPPT; 2) Menerima data PBB P2 terutang dan informasi terkait lainnya; 3) Mengirimkan data konfirmasi pembayaran. 4.4 Membukukan semua pembayaran PBB P2; 4.5 Memindahbukukan saldo penerimaan PBB P2 ke Bank Persepsi PBB P2 elektronik paling lambat pada hari Jumat atau hari kerja berikutnya apabila hari Jumat libur; 4.6 Melakukan rekonsiliasi data pembayaran PBB P2 secara harian dengan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset. 5. Tata cara penyetoran penerimaan daerah oleh Wajib Pajak/ Wajib Bayar/ Wajib Setor/ Bendaharaan Penerimaan diatur sebagai berikut: 5.1 Pembayaran melalui loket/ teller Bank: 1. Mengisi formulir bukti setoran dengan data yang lengkap, benar dan jelas dalam rangkap 4; 5

2. Menyerahkan formulir bukti setoran kepada petugas Bank dengan menyertakan uang setoran sebesar nilai yang tersebut dalam formulir yang bersangkutan; 3. Menerima kembali formulir bukti penyetoran lembar ke 1 dan lembar ke 3 yang telah diberi NTB (Nomor Transaksi Bank) serta dibubuhi tanda tangan/ paraf, nama pejabat Bank, Cap Bank, tanggal dan waktu/ jam setor sebagai bukti setor; 4. Menyampaikan bukti setoran kepada Unit terkait. 6. Tata cara penatausahaan penerimaan setoran: Melalui loket/ teller bank diatur sebagai berikut : 1. Menerima surat setoran penerimaan daerah rangkap 4 (empat) dan meneliti kelengkapan pengisian dokumen dan uang yang disetorkan; 2. Mengkredit setoran ke rekening Kas Daerah sesuai setoran yang diterima; 3. Melakukan pengesahan dengan menerbitkan BPD setelah mendapatkan Nomor Transaksi Bank (NTB) rangkap 4 (empat), lembar 1 (satu) dan 3 (tiga) untuk penyetor, lembar ke 2 (dua) untuk Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset, lembar ke 4 (empat) untuk Bank; 4. Menerbitkan BPD atas setoran yang diterima melalui cabang atau cabang pembantu Bank yang online setelah mendapatkan NTB. Pasal 5 (1) Pembayaran PBB P2 yang terutang dilakukan di tempat pembayaran yang ditunjuk. (2) Dalam hal tempat pembayaran yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (5), diberi peringatan sesuai dengan jenis dan tingkat kesalahannya. (3) Apabila peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah diberikan sampai dengan 3 (tiga) kali dan tidak diindahkan, maka dapat : a. Dicabut penunjukkannya sebagai tempat pembayaran; b. Dicabut penunjukkannya sebagai tempat pembayaran Elektronik; c. Dicabut penunjukkannya sebagai sebagai Bank dan Bank Persepsi Elektronik. Pasal 6 Pengawasan terhadap tempat pembayaran, tempat pembayaran Elektronik, Bank dan Bank Persepsi Elektronik dalam rangka pengelolaan penerimaan PBB P2 dilakukan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset. Pasal 7 Tempat pembayaran yang telah ditunjuk melaporkan rekening yang digunakan untuk menampung dana pembayaran PBB P2 kepada Walikota. 6

BAB IV TATA CARA PEMBERIAN ANGSURAN ATAU PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK Pasal 8 (1) Pajak yang masih harus dibayar dalam Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD), Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding serta Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah harus dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan. (2) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan secara tertulis kepada Walikota untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam hal Wajib Pajak mengalami kesulitan likuiditas atau mengalami keadaan diluar kekuasaannya sehingga Wajib Pajak tidak akan mampu memenuhi kewajiban pajak pada waktunya. Pasal 9 Dalam hal permohonan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 disetujui, kecuali Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD), Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) perbulan, dihitung sejak jatuh tempo pembayaran sampai dengan pembayaran angsuran/ pelunasan, dengan ketentuan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. Pasal 10 (1) Permohonan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2), harus diajukan secara tertulis paling lama 9 (sembilan) hari kerja sebelum jatuh tempo pembayaran, disertai dengan alasan dan bukti yang mendukung permohonan, serta : a. jumlah pembayaran pajak yang dimohon untuk diangsur, masa angsuran, dan besarnya angsuran; atau b. jumlah pembayaran pajak yang dimohon untuk ditunda dan jangka waktu penundaan. (2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilampaui dalam hal Wajib Pajak mengalami keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak sehingga Wajib Pajak tidak mampu melunasi utang pajak tepat pada waktunya. (3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diajukan dengan menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I Peraturan Walikota ini. Pasal 11 (1) Wajib Pajak yang mengajukan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) harus memberikan jaminan yang besarnya ditetapkan berdasarkan pertimbangan Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset, kecuali apabila Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset menganggap tidak perlu. (2) Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa garansi bank, surat/ dokumen bukti kepemilikan barang bergerak, penanggungan utang oleh pihak ketiga, sertifikat tanah, atau sertifikat deposito. (3) Wajib Pajak yang mengajukan permohonan dalam jangka waktu yang melampaui jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) 7

harus memberikan jaminan berupa garansi bank sebesar utang pajak yang dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu pengangsuran atau penundaan. Pasal 12 (1) Setelah mempertimbangkan alasan berikut bukti pendukung yang diajukan oleh Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a, Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan aset Daerah atas nama Walikota menerbitkan keputusan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal diterimanya permohonan. (2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa : a. Menyetujui jumlah angsuran pajak dan/ atau masa angsuran atau lamanya penundaan sesuai dengan permohonan Wajib Pajak; b. Menyetujui jumlah angsuran pajak dan/ atau masa angsuran atau lamanya penundaan sesuai dengan pertimbangan Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan aset Daerah; atau c. Menolak permohonan Wajib Pajak. (3) Apabila jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah terlampaui dan Walikota tidak menerbitkan suatu keputusan, permohonan disetujui sesuai dengan permohonan Wajib Pajak, dan Surat Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran Pajak atau Surat Keputusan Persetujuan Penundaan Pembayaran Pajak harus diterbitkan paling lama 5 (lima) hari kerja setelah jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja tersebut berakhir. (4) Dalam hal permohonan Wajib Pajak disetujui, Walikota menerbitkan Surat Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran Pajak dengan menggunakan formulir Surat Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran Pajak sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II Peraturan Walikota ini atau Surat Keputusan Persetujuan Penundaan Pembayaran Pajak dengan menggunakan formulir Surat Keputusan Persetujuan Penundaan Pembayaran Pajak sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III Peraturan Walikota ini. (5) Dalam hal permohonan Wajib Pajak ditolak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, Walikota menerbitkan Surat Keputusan Penolakan Angsuran/ Penundaan Pembayaran Pajak dengan menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV Peraturan Walikota ini. Pasal 13 Surat keputusan yang menerima seluruhnya atau sebagian, dengan jangka waktu masa angsuran atau penundaan tidak melebihi 12 (dua belas) bulan dengan mempertimbangkan kesulitan likuiditas atau keadaan diluar kekuasaan Wajib Pajak. Pasal 14 (1) Angsuran atas utang pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) dapat diberikan paling lama 12 (dua belas) bulan sejak diterbitkannya Surat Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (4) dengan angsuran paling banyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan, untuk permohonan angsuran atas utang pajak berupa pajak yang masih harus dibayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1). (2) Penundaan atas utang pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) dapat diberikan paling lama 12 (dua belas) bulan sejak diterbitkannya Surat Keputusan Persetujuan Penundaan Pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (4), untuk permohonan penundaan atas utang 8

pajak berupa pajak yang masih harus dibayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1); Pasal 15 (1) Besarnya pembayaran angsuran atas utang pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) ditetapkan dalam jumlah utang pajak yang sama besar untuk setiap angsuran. (2) Besarnya pelunasan atas penundaan utang pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) ditetapkan sejumlah utang pajak yang ditunda pelunasannya. (3) Bunga yang timbul akibat angsuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihitung berdasarkan saldo utang pajak. (4) Bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak pada setiap tanggal jatuh tempo angsuran, jatuh tempo penundaan, atau pada tanggal pembayaran. (5) Bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan terhadap angsuran atau penundaan atas pembayaran Surat Tagihan Pajak Daerah. Pasal 16 (1) Dalam hal terhadap Wajib Pajak yang sedang mengajukan permohonan untuk mengangsur atau menunda pembayaran yang lebih bayar pajak diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB) dan/ atau Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga (SKPIB), pengembalian kelebihan pembayaran pajak dan/ atau pemberian imbalan bunga tersebut diperhitungkan terlebih dahulu dengan utang pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan. (2) Dalam hal besarnya kelebihan pembayaran pajak dan/ atau pemberian imbalan bunga tidak mencukupi untuk melunasi utang pajak yang diajukan permohonan angsuran atau penundaan, jumlah utang pajak yang dipertimbangkan untuk diberikan keputusan mengangsur/ menunda adalah jumlah utang pajak setelah dikurangi dengan kelebihan pembayaran pajak dan/ atau pemberian imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 17 (1) Dalam hal terhadap Wajib Pajak yang permohonan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajaknya yang telah diberikan keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) huruf a atau huruf b diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB) dan/ atau Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga (SKPIB), pengembalian kelebihan pembayaran pajak dan/ atau pemberian imbalan bunga tersebut terlebih dahulu diperhitungkan dengan sisa utang pajak yang belum diangsur atau yang ditunda pembayarannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 9

(2) Dalam hal besarnya kelebihan pembayaran pajak dan/ atau pemberian imbalan bunga lebih kecil dari utang pajak yang belum diangsur, besarnya angsuran dari sisa utang pajak ditetapkan kembali dengan ketentuan : a. Jumlah pokok dan bunga setiap angsuran tidak lebih dari jumlah setiap angsuran yang telah disetujui; dan b. Masa angsuran paling lama sama dengan sisa masa angsuran yang telah disetujui. (3) Penetapan kembali besarnya angsuran dan/ atau masa angsuran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan prosedur : a. Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan keuangan dan AsetDaerah memberitahukan kepada Wajib Pajak tentang pemindahbukuan/ pembayaran dan perubahan saldo utang pajak serta permintaan usulan perubahan angsuran; b. Wajib pajak harus menyampaikan usulan perubahan angsuran paling lama 5 (lima) hari kerja sejak tanggal penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) atau Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB). (4) Walikota menerbitkan Surat Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran Pajak yang juga berfungsi sebagai pembatalan Surat Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran Pajak sebelumnya berdasarkan usulan yang disampaikan oleh Wajib Pajak paling lama 5 (lima) hari kerja sejak tanggal diterimanya usulan Wajib Pajak. (5) Dalam hal sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b Walikota tidak menerima usulan perubahan angsuran dari Wajib Pajak, Walikota dapat menerbitkan Surat Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran Pajak dengan : a. Nilai angsuran adalah sebesar sisa utang pajak dibagi dengan sisa masa angsuran; dan b. Masa angsuran adalah sisa masa angsuran yang telah disetujui. (6) Surat Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berfungsi sebagai pembatalan atas Surat Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran Pajak sebelumnya. (7) Dalam hal besarnya kelebihan pembayaran pajak dan/ atau pemberian imbalan bunga tidak mencukupi untuk melunasi utang pajak yang ditunda, wajib Pajak tetap berhak melunasi sisa utang pajak tersebut paling lama sesuai dengan jangka waktu penundaan. Pasal 18 (1) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas suatu surat ketetapan pajak untuk Masa Pajak, Bagian Tahun pajak, atau Tahun Pajak setelah Tahun 2006 yang pelunasannya telah memperoleh persetujuan untuk diangsur atau ditunda, Wajib Pajak wajib melunasi seluruh pajak yang masih harus dibayar yang telah disetujui dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum keberatan diajukan. (2) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan Surat Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran pajak atau Surat 10

Keputusan Persetujuan Penundaan Pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (4) menjadi tidak berlaku. (3) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas suatu surat ketetapan pajak untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sebelum Tahun 2007 yang pelunasannya telah memperoleh persetujuan untuk mengangsur atau menunda persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaran utang pajak tersebut tetap berlaku dan Wajib Pajak wajib melunasi sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditetapkan. Pasal 19 (1) Dalam hal terhadap utang pajak yang tercantum dalam surat ketetapan pajak untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sebelum Tahun 2007 yang telah mendapat persetujuan untuk diangsur pembayarannya diterbitkan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali yang menerima sebagian, besarnya angsuran dari sisa utang pajak ditetapkan kembali dengan ketentuan ; a. Jumlah pokok dan bunga setiap angsuran tidak lebih dari jumlah setiap angsuran yang telah disetujui; dan b. Masa angsuran paling lama sama dengan sisa masa angsuran yang telah disetujui. (2) Dalam hal terhadap utang pajak yang tercantum dalam surat ketetapan pajak untuk Masa pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak setelah Tahun 2006 yang telah mendapat persetujuan untuk diangsur pembayarannya diterbitkan Surat Keputusan Pembetulan atau Putusan Peninjauan Kembali yang menerima sebagian, besarnya angsuran dari sisa utang pajak ditetapkan kembali dengan ketentuan : a. Jumlah pokok dan bunga setiap angsuran tidak lebih dari jumlah setiap angsuran yang telah disetujui; dan b. Masa angsuran paling lama sama dengan sisa masa angsuran yang telah disetujui. (3) Dalam hal terhadap utang pajak yang tercantum dalam surat ketetapan pajak untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sebelum Tahun 2007 yang telah mendapat persetujuan untuk ditunda pembayarannya diterbitkan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali yang menerima sebagian, Wajib Pajak tetap wajib melunasi utang pajak tersebut sesuai dengan jangka waktu penundaan. (4) Dalam hal terhadap utang pajak yang tercantum dalam surat ketetapan pajak untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak setelah Tahun 2006 yang telah mendapat persetujuan untuk ditunda pembayarannya diterbitkan Surat Keputusan Pembetulan atau Putusan Peninjauan Kembali yang menerima sebagian, Wajib pajak tetap wajib melunasi utang pajak tersebut sesuai dengan jangka waktu penundaan. 11

BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 20 Peraturan Walikota Pariaman ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota Pariaman ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Pariaman. Ditetapkan di Pariaman pada tanggal 30 Agustus 2013 WALIKOTA PARIAMAN, dto MUKHLIS, R Diundangkan di Pariaman pada tanggal 30 Agustus 2013 SEKRETARIS DAERAH KOTA PARIAMAN, dto ARMEN BERITA DAERAH KOTA PARIAMAN TAHUN 2013 NOMOR 27. 12

LAMPIRAN I PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR : 27 TAHUN 2013 TANGGAL :30 AGUSTUS 2013 SABID UAK SADAYU A NG PEMERINTAH KOTA PARIAMAN DINAS PENDAPATAN,PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET KOTA PARIAMAN (1) Nomor :... (2)...20... (3) Sifat :... (4) Lampiran :... (5) Hal :Permohonan Mengangsur/ Menunda Pembayaran Pajak Yth. Walikota Pariaman Cq. Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset... (6) Yang Bertanda Tangan dibawah ini Nama :... (7) NPWP :... (8) Alamat :... (9)... Bertindak selaku Wajib Pajak Pengurus Kuasa dari Wajib Pajak Nama :... (10) NPWP :... (11) Alamat :... (12) Menyatakan masih mempunyai utang pajak berdasarkan STP SKPKB SK Pembetulan SK Keberatan Putusan Peninjauan Kembali PPh Pasal 29 Tahun Pajak... SKPKBT Putusan Banding Sebagai Berikut Jenis Tahun Pajak pajak Nomor Ketetapan/ Keputusan/Putusan/SP T Tahum Jumlah Pajak Yang Masih Harus Dibayar (Rp) Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran (13) (14) (15) (16) (17) Terhadap utang pajak tersebut diatas, saya mengajukan permohonan untuk : 1. Mengansur Pembayaran Pajak sebesar Rp... dengan ketentuan (18) a. Masa angsuran :...kali, dan (19) b. Besarnya angsuran :Rp..., atau (20) 2. Menunda pembayaran Pajak sebesar Rp... (21) s/d tanggal... (22) karena saya mengalami kesulitan likuiditas (Posisi Kas, Bank, dan piutang per tanggal... (23) ) mengalami keadaan diluar kekuasaan *) dengan bukti berupa... (24)(terlampir) Memenuhi Persyaratan sebagaimana tersantum dalam pasal 10 dan pasal 11 Peraturan Walikota Pariaman Nomor... tanggal..., saya bersedia memberikan jaminan berupa : Bank garansi : Surat/ dokumen bukti kepemilikan barang bergerak Penanggungan utang oleh puhak ketiga Sertifikat Tanah dan/ atau bangunan, dan/ atau Sertifikat deposito... Pemohon (...) (25) 13

Petunjuk Pengisian Lampiran I Angka 1 : diisi dengan Nama DPPKA Kota Pariaman tempat wajib pajak terdaftar Angka 2 : diisi dengan nomor surat permohonan mengangsur. Menunda pembayaran pajak sesuai dengan administrasi wajib pajak Angka 3 : diisi dengan kota dan tanggal surat Angka 4 : disi dengan sifat surat permohonan mengangsur / menunda pembayaran pajak menurut wajib pajak. Angka 5 : diisi dengan dengan jumlah lampiran yang disertakan pada surat permohonan mengangsur/ menunda pembayaran pajak menurut wajib pajak Angka 6 : diisi dengan nama dan alamat DPPKA tempat wajib pajak terdaftar. Angka 7 : diisi dengan nama wajib pajak/ pengurus/ kuasa yang menandatangani surat permohonan mengangsur/ menunda pembayaran pajak Angka 8 : diisi dengan NPWP wajib pajak pengurus/ kuasa yang menandatangani surat permohonan mengangsur/ menunda pembayaran pajak. Angka 9 : diisi dengan alamat wajib pajak pengurus/ kuasa yang menandatangani surat permohonan mengangsur/ menunda pembayaran pajak.. Angka 10 : diisi dengan nama wajib pajak apabila yang memohon/ menandatangani surat permohonan mengangsur/ menunda pembayaran pajak adalah pengurus atau kuasa dari wajib pajak Angka 11 : diisi dengan NPWP wajib pajak apabila yang memohon/ menandatangani surat permohonan mengangsur/ menunda pembayaran pajak adalah pengurus atau kuasa dari wajib pajak Angka 12 : diisi dengan alamat wajib pajak apabila yang memohon/ menandatangani surat permohonan mengangsur/ menunda pembayaran pajak adalah pengurus atau kuasa dari wajib pajak Angka 13 : diisi dengan jenis pajak yang diajukan permohonan angsuran/ penundaan pembayaran pajak Angka 14 : diisi dengan tahun pajak yang diajukan permohonan angsuran/ penundaan pembayaran pajak Angka 15 : diisi dengan nomor ketetapan/ keputusan/ putusan yang diajukan permohonan angsuran/ penundaan pembayaran pajak atau diisi dengan PPh pasal 29 dalam hal permohonan angsuran/ penundaan pembayaran pajak diajukan atas SPT tahunan PPh Angka 16 : diisi dengan jumlah pajak yang masih harus dibayar berdasarkan ketetapan/ keputusan/ putusan atau SPT tahunan PPh Angka 17 : diisi dengan tanggal jatuh tempo pembayaran ketetapan/keputusan/ putusan SPT yahunan PPh yang diajukan permohonan angsuran/ penundaan pembayaran pajak Angka 18 : diisi dengan jumlah pajak yang dimohon untuk diangsur Angka 19 : diisi dengan banyaknya masa angsuran yang dimohon Angka 20 : diisi dengan besarnya angsuran yang dimohon Angka 21 : diisi dengan jumlah pajak yang dimohon untuk ditunda Angka 22 : diisi dengan jangka waktu yang dimohon untuk ditunda 14

Angka 23 : diisi dengan tanggal posisi kas, bank, dan utang piutang yang dilampirkan dalam hal wajib pajak mengalami kesulitan likuiditas Angka 24 : diisi dengan nama dokumen pendukung yang dilampirkan dalam hal wajib pajak mengalami keadaan diluar kuasanya Angka 25 : diisi dengan nama dan tanda tangan pemohon sebagaimana tercantum pada angka 7 WALIKOTA PARIAMAN, dto MUKHLIS, R. 15

LAMPIRAN II PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR : 27 TAHUN 2013 TANGGAL : 30 AGUSTUS 2013 SABID UAK SADAYU A NG PEMERINTAH KOTA PARIAMAN DINAS PENDAPATAN,PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET KOTA PARIAMAN (1) KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET Nomor... (2) TENTANG PERSETUJUAN ANGSURAN PEMBAYARAN PAJAK BERDASARKAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET WALIKOTA PARIAMAN Membaca : Surat permohonan mengangsur pembayaran pajak nomor... (3) tanggal... (4) yang diajukan oleh wajib pajak... (5) NPWP... (6) sebesar Rp... (7) Menimbang : Bahwa setelah dilakukan penelitian, ternyata alasan dan bukti yang disampaikan oleh wajib pajak dalam mengajukan permohonan untuk mengangsur kekurangan pembayaran pajak terutang berdasarkan surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Walikota Pariaman nomor... tentang tata cara pemberian angsuran atau penundaan pembayaran pajak Mengigat : 1. Pasal 9 ayat (4) Undang- undang Nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- undang nomor 28 tahun 2007 ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007 nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4740) 2. Pasal... Peraturan Walikota Nomor... Tentang Tata cara Pembayaran, Penyetoran, angsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Menetapkan : MEMUTUSKAN Bahwa berdasarkan penelitian terhadap pemohon wajib pajak : Nama :... (8) NPWP :... (9) Alamat :... (10) Dengan nama ini deberikan persetujuan untuk mengangsur kekurangan pembayaran pajak terutangberdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak... (11) sebesar Rp... (12) sebanyak... (13) kali dengan ketentuan sebagai berikut : Angsuran Ke Angsuran (RP) Jatuh Tempo Pembayaran Bunga (Rp) (14) (15) (16) (17) Atas Bunga dalam Kolom (17) ditagih dengan surat tagihan Pajak... (18) Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (19)... 20 ) Nip... 16

Petunjuk Pengisian Lampiran II Angka 1 : Cukup Jelas Angka 2 : diisi dengan nomor Keputusan persetujuan angsuran pembayaran pajak berdasarkan surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan yang diterbitkan oleh kantor pelayanan pajak Angka 3 : diisi dengan nomor surat permohonan wajib pajak Angka 4 : disi dengan tanggal surat permohonan wajib pajak Angka 5 : diisi dengan nama wajib pajak yang mengajukan permohonan mengangsur pembayaran pajak berdasarkan SPT tahunan PPh Angka 6 : diisi dengan NPWP wajib pajak yang mengajukan permohonan mengangsur pembayaran pajak berdasarkan SPT tahunan PPh. Angka 7 : diisi dengan jumlah pajak yang dimohon untuk diangsur Angka 8 : diisi dengan nama wajib pajak yang mengajukan permohonan mengangsur pembayaran pajak berdasarkan SPT tahunan PPh. Angka 9 : diisi dengan NPWP wajib pajak yang mengajukan permohonan mengangsur pembayaran pajak berdasarkan SPT tahunan PPh.. Angka 10 : diisi dengan Alamat wajib pajak yang mengajukan permohonan mengangsur pembayaran pajak berdasarkan SPT tahunan PPh Angka 11 : diisi dengan Tahun Pajak SPT Tahunan PPh yang diajukan permohonan mengangsur kekurangan pembayaran pajak oleh wajib pajak Angka 12 : diisi dengan jumlah pajak yang disetujui untuk diangsur Angka 13 : diisi dengan jumlah masa angsuran yang disetujui Angka 14 : cukup jelas Angka 15 : diisi dengan besarnya angsuran yang disetujui Angka 16 : diisi dengan tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran Angka 17 : diisi dengan besarnya bunga sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan Angka 18 : cukup jelas Angka 19 : cukup jelas Angka 20 : diisi dengan nama, NIP, tanda tangan dan cap jabatan dari Kepala DPPKA. WALIKOTA PARIAMAN dto MUKHLIS, R. 17

LAMPIRAN III PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR : 27 TAHUN 2013 TANGGAL : 30 AGUSTUS 2013 SABID UAK SADAYU A NG PEMERINTAH KOTA PARIAMAN DINAS PENDAPATAN,PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET KOTA PARIAMAN (1) KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET Nomor... (2) TENTANG PERSETUJUAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK Membaca Menimbang Mengigat : : : DINAS PENDAPTATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET Surat permohonan penundaan pembayaran pajak nomor... (3) tanggal... (4) yang diajukan oleh wajib pajak... (5) NPWP... (6) sebesar Rp... (7) sampai dengan tanggal.. (8) Bahwa setelah dilakukan penelitian, alasan dan bukti yang disampaikan oleh wajib pajak dalam mengajukan permohonan untuk menunda pembayaaran utang pajak berdasarkan (9) telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan walikota nomor. Tentang tata cara pemberian angsuran atau penundaan peembayaran pajak] Pasal 9 ayat (4) Undang- undang Nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undangundang nomor 28 tahun 2007 ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007 nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4740) Menetapkan : i. Pasal 12 Peraturan Walikota Nomor... Tentang Tata cara Pembayaran, Penyetoran, angsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan MEMUTUSKAN Bahwa berdasarkan penelitian terhadap pemohon wajib pajak: Nama :... (10) NPWP :... (11) Alamat :... (12) Dengan nama ini deberikan persetujuan untuk menunda pembayaran pajak berdasarkan.. (13) nomor. (14) Tahun pajak (15) yang jatuh tempo pada tanggal (16) sebesar Rp.. (17) dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Ditunda sampai dengan tanggal. (18) dan 2. Dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar Rp.. (19) 18

... (20) Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (21)... 22) Nip... 19

Petunjuk Pengisian Lampiran I Angka 1 : Cukup Jelas Angka 2 : diisi dengan nomor Keputusan persetujuan penundaan pembayaran pajak Angka 3 : diisi dengan nomor surat permohonan wajib pajak Angka 4 : disi dengan tanggal surat permohonan wajib pajak Angka 5 : diisi dengan nama wajib pajak yang mengajukan permohonan menunda pembayaran pajak Angka 6 : diisi dengan NPWP wajib pajak yang mengajukan permohonan menunda pembayaran Angka 7 : diisi dengan jumlah pajak yang diajukan permohonan menunda pembayaran Angka 8 : diisi dengan tanggal yang dimohonkan untuk menunda pembayaran. Angka 9 : diisi dengan STP, SKPKB, SKPKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan banding, putusan peninjauan kembali, atau PPh pasal 29 tahun pajak yang diajukan permohonan. Angka 10 : diisi dengan nama wajib pajak yang mengajukan permohonan menunda pembayaran pajak Angka 11 : diisi dengan NPWP wajib pajak yang mengajukan permohonan menunda pembayaran pajak Angka 12 : diisi dengan alamat wajib pajak yang mengajukan permohonan menunda pembayaran pajak Angka 13 : diisi dengan STP, SKPKB, SKPKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan banding, putusan peninjauan kembali, atau PPh pasal 29 tahun pajak yang diajukan permohonan Angka 14 : diisi dengan STP, SKPKB, SKPKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan banding, putusan peninjauan kembali, atau diisi ---- jika angka 13 diisi PPh pasal 29 Angka 15 : diisi dengan tahun pajak sesuai STP, SKPKB, SKPKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan banding, putusan peninjauan kembali, atau PPh pasal 29 yang dimohon utk diangsur Angka 16 : diisi dengan tanggal jatuh tempo STP, SKPKB, SKPKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan banding, putusan peninjauan kembali, atau PPh pasal 29 yang dimohon utk diangsur Angka 17 : diisi dengan besar pajak yang disetujui untuk ditunda Angka 18 : diisi dengan tanggal jatuh tempo penundaan pembayaran yang disetujui Angka 19 : diisi dengan besar bunga sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan 20

Angka 20 : Cukup Jelas Angka 21 : Cukup Jelas Angka 22 : diisi dengan nama, Nip, tanda tangan dan cap jabatan dari kepala DPPKA WALIKOTA PARIAMAN, dto MUKHLIS, R. 21

LAMPIRAN IV PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR : 27 TAHUN 2013 TANGGAL : 30 AGUSTUS 2013 SABID UAK SADAYU A NG PEMERINTAH KOTA PARIAMAN DINAS PENDAPATAN,PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET KOTA PARIAMAN (1) KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET Nomor... (2) TENTANG PENOLAKAN ANGSURAN / PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK Membaca DINAS PENDAPATAN, PENGELOAAN KEUAGAN DAN ASET : Surat permohonan untuk mengangsur / menunda *) pembayaran utang pajak berdasarkan.. 3) nomor.. 4) tanggal 5) yang diajukan oleh wajib pajak. 6) NPWP.. 7) sebesar Rp. 8) Menimbang Mengigat Menetapkan : : : Bahwa setelah dilakukan penelitian, ternyata alasan dan bukti yang disampaikan oleh wajib pajak dalam mengajukan permohonan untuk mengangsur/ menunda pembayaaran utang pajak tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam peraturan Walikota Pariaman nomor. Tentang tata cara Penolakan atau Penundaan pembayaran pajak 1. Pasal 9 ayat (4) Undang- undang Nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- undang nomor 28 tahun 2007 ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007 nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4740) 2. Pasal 12 Peraturan Walikota Nomor... Tentang Tata cara Pembayaran, Penyetoran, angsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan MEMUTUSKAN Bahwa berdasarkan penelitian terhadap permohonan untuk mengangsur / menunda pembayaran utang yang diajukan oleh wajib pajak : Nama :... (9) NPWP :... (10) Alamat :... (11) Atas utang pajak berdasarkan : Jenis Pajak Tahun pajak Nomor Ketetapan/ Keputusan/Putusan/SPT Tahunan Jumlah Pajak Yang Masih Harus Dibayar (Rp) Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran (12) (13) (14) (15) (16)... (17) Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (18)... 19) Nip... 22

Petunjuk Pengisian Lampiran IV Angka 1 : Cukup Jelas Angka 2 : diisi dengan nomor Keputusan penolakan atas permohonan angsuran/ penundaan pembayaran pajak Angka 3 : diisi dengan STP, SKPKB, SKPKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan banding, putusan peninjauan kembali, atau PPh pasal 29 tahun pajak yang diajukan permohonan Angka 4 : disi dengan nomor surat permohonan wajib pajak Angka 5 : diisi dengan tanggal surat permohonan wajib pajak Angka 6 : diisi dengan nama wajib pajak yang mengajukan permohonan angsuran/ penundaan pembayaran pajak Angka 7 : diisi dengan NPWP wajib pajak yang mengajukan permohonan angsuran/ penundaan pembayaran pajak Angka 8 : diisi dengan jumlah pajak diajukan permohonan angsuran/ penundaan pembayaran pajak Angka 9 : diisi dengan wajib pajak yang mengajukan permohonan angsuran/ penundaan pembayaran pajak. Angka 10 : diisi dengan NPWP wajib pajak yang mengajukan permohonan Angsuran/ Penundaan pembayaran pajak Angka 11 : diisi dengan alamat wajib pajak yang mengajukan permohonan menunda pembayaran pajak Angka 12 : diisi dengan Jenis pajak yang diajukan permohonan angsuran/ penundaan pembayaran pajak Angka 13 : diisi dengan tahun pajak yang diajukan permohonan angsuran/ penundaan pembayaran pajak Angka 14 : diisi dengan nomor ketetapan/ keputusan/ putusan yang diajukan permohonan angsuran/ penundaan pembayaran pajak atau diisi dengan PPh pasal 29 dalam hal permohonan angsuran/ penundaan pembayaran pajak diajukan atas SPT tahunan PPh Angka 15 : diisi dengan tahun pajak sesuai STP, SKPKB, SKPKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan banding, putusan peninjauan kembali, atau PPh pasal 29 yang dimohon utk diangsur Angka 16 : diisi dengan tanggal jatuh tempo pembayaran ketetapan / keputusan/ putusan atau SPT tahunan PPh yang diajukan permohonan angsuran/ penundaan pembayaran pajak Angka 17 : Cukp Jelas Angka 18 : Cukp Jelas 23

Angka 19 : diisi dengan nama, Nip, tanda tangan dan cap jabatan dari kepala DPPKA. WALIKOTA PARIAMAN, dto MUKHLIS, R. 24