KEPUTUSAN DEWAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 70 / KPTS / LPJK / D / VIII / 2001

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN DEWAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 71/KPTS/LPJK/D/VIII/ 2001

PEDOMAN AKREDITASI INSTITUSI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN UNTUK SERTIFIKASI KETERAMPILAN KERJA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Unsur Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Di Dua Puluh Tujuh Provinsi, dan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 338/KPTS/M/2011 tentang

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 9 TAHUN 2013 TENTANG

MEMUTUSKAN : PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TENAGA AHLI. BAB I KETENTUAN UMUM.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

WALIKOTA PALANGKA RAYA

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA,

MEMUTUSKTKN : PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TENAGA TERAMPIL. BAB I KETENTUAN UMUM

ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2009 BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 KETENTUAN UMUM

ANGGARAN DASAR ASOSIASI KONTRAKTOR KONSTRUKSI INDONESIA BAB I NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN, DAERAH KERJA, DAN WAKTU. Pasal 1 NAMA

BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI TENTANG

ASOSIASI PENGUSAHA DAN PEMILIK ALAT KONSTRUKSI INDONESIA ( APPAKSI ) ANGGARAN RUMAH TANGGA BAB. I UMUM. Pasal. 1 LANDASAN PENYUSUN. Pasal.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan Implementasi Sertifikasi Keahlian dalam Bidang Industri Jasa

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU

WALI KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENILAI AHLI BIDANG JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2014 NOMOR 06 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG

ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2016

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 8 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN

- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

ANGGARAN RUMAH TANGGA. BAB I NAMA dan KEDUDUKAN

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, a.

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 9 TAHUN TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI MUSI RAWAS, TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

ASOSIASI AHLI MANAJEMEN ASURANSI INDONESIA

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI.

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 5 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.01/2014 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.01/2014 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA LUBUKLINGGAU

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

IAP KETETAPAN KONGRES ISTIMEWA IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) NO. 3 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 132 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PELAKU TEKNIS BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR : 05 TAHUN 2011 TENTANG

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /POJK.04/2015 TENTANG AHLI SYARIAH PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROPINSI SULAWESI UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW NOMOR TAHUN 2015 TENTANG JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 45 Tahun 2012 Seri E

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

JASA KONSTRUKSI NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART), PROGRAM KERJA DAN KODE ETIK AHLI GIZI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 04 / PRT / M / 2011 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN PEMBERIAN IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI NASIONAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

KEPMEN NO. 96A TH 2004

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA MUKADIMAH

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

TENTANG JASA PENILAI PUBLIK MENTERI KEUANGAN,

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA

2017, No Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia t

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONTRUKSI

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.04/2014 TENTANG AHLI SYARIAH PASAR MODAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENILAIAN KESESUAIAN DI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL

PERATURAN LPJK PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR TAHUN 2012 TENTANG KOMITE LISENSI UNIT SERTIFIKASI DAN TATA CARA PEMBERIAN LISENSI

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA INFORMASI GEOSPASIAL

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR : 04 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

BAB II. A. Sejarah Singkat Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) dalam surat keputusan (SK) Nomor.144/LPJK/V/2000.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA HISWARA MIGAS INDONESIA MUKADIMAH

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Direksi Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

Transkripsi:

KEPUTUSAN DEWAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 70 / KPTS / LPJK / D / VIII / 2001 T E N T A N G PEDOMAN AKREDITASI ASOSIASI PROFESI JASA KONSTRUKSI DEWAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL Menimbang : a. bahwa kehadiran tenaga kerja ahli dan terampil di bidang Jasa Konstruksi perlu dilengkapi dengan sertifikat yang diregistrasi untuk dapat memberikan manfaat yang sebesarbesarnya bagi peningkatan kemampuan usaha jasa konstruksi nasional; b. bahwa sertifikat yang diregistrasi tersebut dimaksudkan sebagai bukti pengakuan formal atas tingkat kompetensi keahlian / keterampilan tenaga kerja di bidang Jasa Konstruksi; c. bahwa penyelenggaraan sertifikasi keahlian dilakukan oleh Asosiasi Profesi atas nama Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi ; d. bahwa oleh karena itu diperlukan adanya Akreditasi dari Dewan LPJK Nasional kepada Asosiasi Profesi yang menyelenggarakan sertifikasi keahlian; e. bahwa untuk itu perlu ditetapkan Keputusan Dewan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional tentang Pedoman Akreditasi Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi; Mengingat : 1. Undang-Undang No 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi; 3. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi. 1

M E M U T U S K A N Menetapkan : PEDOMAN AKREDITASI ASOSIASI PROFESI JASA KONSTRUKSI BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi, untuk selanjutnya disebut LPJK adalah suatu lembaga yang independen dan mandiri sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, terdiri atas : a) LPJK Nasional yang berkedudukan di ibukota negara, b) LPJK Daerah yang berkedudukan di ibukota daerah propinsi. 2. Asosiasi Profesi adalah Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi, yaitu satu atau lebih wadah organisasi dan atau himpunan orang perseorangan yang terampil dan atau ahli atas dasar kesamaan disiplin keilmuan dan atau profesi di bidang konstruksi dan atau yang berkaitan dengan jasa konstruksi ; 3. Akreditasi adalah suatu proses penilaian yang dilakukan oleh LPJK Nasional terhadap Asosiasi Profesi atas kompetensi dan kinerja asosiasi untuk dapat melakukan sertifikasi anggotanya ; 4. Klasifikasi adalah penggolongan profesi keterampilan atau keahlian orang perseorangan di bidang jasa konstruksi menurut disiplin keilmuan dan atau keterampilan tertentu dan atau kefungsian dan atau keahlian masing-masing. 5. Kualifikasi adalah penggolongan profesi keterampilan atau keahlian orang perseorangan di bidang jasa konstruksi menurut tingkat atau kedalaman kompetensi serta kemampuan profesi dan keahlian tertentu ; 6. Sertifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan profesi atas keteram pilan dan atau keahlian seseorang di bidang jasa konstruksi menurut disiplin keilmuan dan atau keterampilan tertentu dan atau kefungsian dan atau keahlian tertentu ; 7. Sertifikat Keahlian untuk selanjutnya disebut SKA, adalah hasil sertifikasi atau tanda bukti bahwa tenaga kerja telah mempunyai kompetensi dan kemampuan untuk keahlian tertentu yang dikeluarkan oleh Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi; 8. Komite Akreditasi Asosiasi Profesi untuk selanjutnya disebut KAA Profesi adalah Komite yang dibentuk oleh LPJK Nasional untuk melaksanakan 2

penilaian apakah Asosiasi Profesi dapat diberi akreditasi untuk melakukan sertifikasi kepada anggotanya; 9. Badan Sertifikasi Asosiasi untuk selanjutnya disebut BSA adalah badan sertifikasi yang independen serta mandiri dan dibentuk oleh Asosiasi Profesi. 10. Registrasi adalah pencatatan oleh LPJK atas hasil sertifikasi yang diwujudkan dalam pemberian nomor registrasi keahlian pada SKA. Bagian Kedua Maksud dan Tujuan Pasal 2 Pedoman Akreditasi Asosiasi Profesi ini dimaksudkan sebagai acuan persiapan atau penyiapan diri bagi Asosiasi Profesi dan cara penilaian bagi KAA Profesi dalam rangka akreditasi kepada Asosiasi Profesi di bidang jasa konstruksi. Pasal 3 Pedoman Akreditasi Asosiasi Profesi ini bertujuan untuk memastikan bahwa kewenangan sertifikasi atas nama LPJK hanya diberikan kepada Asosiasi Profesi yang benar-benar kompeten dan bertanggung jawab terhadap kemajuan profesi jasa konstruksi di Indonesia. Bagian Ketiga Kewenangan Pasal 4 Kewenangan Asosiasi Profesi terakreditasi adalah sebagai berikut : 1. Asosiasi Profesi terakreditasi mempunyai kewenangan melakukan sertifikasi dan mener bitkan SKA bagi anggotanya untuk jenis klasifikasi dan kualifikasi bidang profesi tertentu yang ditetapkan oleh LPJK Nasional; 2. Akreditasi yang diperoleh Asosiasi Profesi bersifat nasional; 3. Pelaksanaan sertifikasi oleh Asosiasi Profesi terakreditasi dapat dilakukan oleh perangkat organisasinya di tingkat daerah dengan persetujuan LPJK Nasional setelah memperoleh pertimbangan dan rekomendasi dari LPJK Daerah yang bersangkutan; 4. Rekomendasi dari LPJK Daerah harus mengacu dan memenuhi ketentuan persyaratan Pedoman Akreditasi Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi untuk kriteria yang sama; 5. Kewenangan melakukan sertifikasi berdasarkan akreditasi ini tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Pasal 5 1. Asosiasi Profesi terakreditasi mempunyai kewenangan untuk menilai dan menentukan kesetaraan SKA sejenis yang diterbitkan oleh suatu lembaga atau asosiasi dari negara lain. 3

2. Cakupan dan tata cara penilaian tentang kesetaraan harus mendapat persetujuan dari LPJK Nasional. BAB II KOMITE AKREDITASI ASOSIASI (KAA) PROFESI Bagian Pertama Organisasi Pasal 6 1. KAA Profesi adalah satuan kerja tetap dalam LPJK Nasional yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan LPJK Nasional. 2. Dalam melakukan tugasnya KAA Profesi merupakan suatu Komite yang independen. 3. KAA Profesi beranggotakan tokoh-tokoh profesional dalam bidang jasa konstruksi yang mencakup ke lima bidang usaha jasa konstruksi. 4. Anggota KAA Profesi dibagi dalam Sub Komite Penelitian dan Sub Komite Pengawasan yang dalam tata kerjanya bekerja dalam satu kesatuantim. 5. KAA Profesi dipimpin oleh seorang anggota Dewan LPJK Nasional dari unsur profesi yang ditunjuk khusus untuk jabatan ini. 6. Setiap anggota KAA Profesi diangkat oleh Dewan LPJK Nasional untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) masa jabatan berikutnya. 7. Struktur dan personalia KAA Profesi setiap periode ditetapkan berdasarkan keputusan sidang KAA Profesi yang dilakukan khusus untuk itu. 8. Pimpinan KAA Profesi bertugas memimpin sidang KAA Profesi sesuai tata cara sidang yang ditetapkan oleh KAA Profesi. 9. Setiap keputusan dianggap syah jika diambil dalam sidang KAA Profesi yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 50 % tambah 1 (satu) orang dari jumlah anggota, dengan hasil keputusan berdasarkan suara terbanyak. 10. Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, KAA Profesi dibantu oleh Badan Pelaksana LPJK Nasional. Bagian Kedua Tugas KAA Profesi bertugas : Pasal 7 1. Menerima berkas permohonan akreditasi dari Asosiasi Profesi melalui LPJK Nasional; 2. Melakukan penelitian dan penilaian atas berkas permohonan akreditasi Asosiasi Profesi; 4

3. Melaksanakan ketentuan akreditasi yang ditetapkan oleh Dewan LPJK Nasional; 4. Memberikan bimbingan kepada Asosiasi Profesi anggota LPJK dalam meningkatkan diri sehingga layak mendapat akreditasi; 5. Melakukan penelitian atas laporan mengenai sertifikasi Asosiasi Profesi terakreditasi dalam melaksanakan sertifikasi dan pemenuhan ketentuan akreditasinya; 6. Dapat merekomendasikan sanksi yang perlu dikenakan oleh Dewan LPJK Nasional terhadap suatu Asosiasi Profesi terakreditasi yang dinilai melanggar ketentuan akreditasinya; 7. Melaporkan kegiatannya secara berkala minimum 6 (enam) bulan sekali kepada Dewan LPJK Nasional; 8. Memberikan masukan dan saran penyempurnaan sistem akreditasi atau sertifikasi dan registrasi kepada Dewan LPJK Nasional. Bagian Ketiga Wewenang KAA Profesi berwenang : Pasal 8 1. Merekomendasikan kepada Dewan LPJK Nasional untuk memberikan akreditasi kepada Asosiasi Profesi yang menurut penelitian dan penilaiannya layak memperoleh akreditasi. Rekomendasi tersebut harus disertai ketentuanketentuan yang harus dipatuhi yang melekat dengan registrasi yang akan diberikan; 2. Mengusulkan penolakan atas pengajuan akreditasi Asosiasi Profesi yang menurut penelitian dan penilaiannya tidak atau belum layak memperoleh akreditasi. Penolakan tersebut harus disertai penjelasan tertulis mengenai persyaratan yang tidak atau belum terpenuhi oleh asosiasi yang mengajukan akreditasi; 3. Merekomendasikan kepada Dewan LPJK Nasional untuk mengenakan sanksi kepada Asosiasi Profesi terakreditasi yang telah melanggar ketentuan akreditasi; 4. Merekomendasikan kepada Dewan LPJK Nasional untuk menerbitkan amandemen terhadap Keputusan Akreditasi Asosiasi Profesi tertentu. Rekomendasi tersebut harus disertai penjelasan tertulis mengenai alasan perlunya dilakukan amandemen tersebut. 5

BAB III PERSYARATAN DAN TATA CARA AKREDITASI Bagian Pertama Persyaratan Akreditasi Pasal 9 Persyaratan yang harus dipenuhi oleh Asosiasi Profesi untuk memperoleh akreditasi meliputi segi administratif, segi kelayakan organisasi dan segi kelayakan program sertifikasi yang akan dilaksanakan. Pasal 10 Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah : 1. Asosiasi Profesi sudah menjadi anggota LPJK; 2. Asosiasi Profesi telah memenuhi kewajiban keanggotaannya; 3. Asosiasi Profesi telah berusia minimum 1 (satu) tahun; 4. Lingkup klasifikasi dan kualifikasi sesuai dengan klasifikasi dan kualifikasi yang ditetapkan oleh Dewan LPJK Nasional. Pasal 11 Persyaratan kelayakan organisasi yang harus dipenuhi oleh Asosiasi Profesi adalah : 1. Mempunyai alamat organisasi yang tetap serta tempat untuk penyelenggaraan sertifikasi, yang dilengkapi dengan perangkat kerja berbasis komputer yang memadai untuk komunikasi, pengolahan, dan penyimpanan data. 2. Melaksanakan mekanisme organisasi yang demokratis berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Asosiasi dengan telah melakukan Musyawarah Nasional sekurang-kurangnya satu kali; 3. Memiliki dan menjunjung tinggi Kode Etik Profesi yang berlandaskan prinsip keahlian sesuai dengan kaidah keilmuan, kepatutan dan kejujuran intelektual dalam menjalankan profesinya dengan tetap mengutamakan kepentingan umum; 4. Melakukan pembinaan untuk meningkatkan keprofesian anggotanya secara berkelanjutan. 5. Mempunyai mekanisme penyertaan peran stake-holders yang baku dalam pelaksanaan sertifikasi dengan cara menampung aspirasi stake-holders atau pengguna jasa lainnya. Pasal 12 Persyaratan kelayakan program sertifikasi yg harus dipenuhi oleh Asosiasi Profesi adalah : 6

1. Menyatakan klasifikasi dan kualifikasi keahlian dalam pekerjaan jasa konstruksi kepada Dewan LPJK Nasional; 2. Mempunyai standar dasar pendidikan keahlian; 3. Mempunyai bakuan kompetensi yang mengacu pada kesetaraan regional atau internasional; 4. Mempunyai sistem penilaian dalam pemberian atau perpanjangan SKA yang dapat dipergunakan untuk mengatur klasifikasi dan kualifikasi; 5. Mempunyai sistem dan prosedur pengawasan terhadap anggota pemilik SKA serta pemberian sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukannya; 6. Mempunyai perangkat organisasi untuk penyelenggaraan sertifikasi; 7. Mempunyai bakuan tatacara penyelenggaraan sertifikasi; 8. Mempunyai perangkat ketentuan tentang hak banding bagi anggotanya mengenai keputusan tentang sertifikasi; 9. Menetapkan biaya sertifikasi; 10. Memenuhi ketentuan Pedoman Sertifikasi dan Registrasi yang ditetapkan oleh Dewan LPJK Nasional. Bagian Kedua Tata Cara Akreditasi Pasal 13 1. Pengajuan akreditasi dilakukan dalam dua tahap, dengan Tahap Pertama meliputi segi administratif dan segi kelayakan organisasi, sedangkan Tahap Kedua meliputi segi kelayakan program sertifikasi yang akan dilaksanakan. 2. Pengajuan Tahap Kedua dilakukan setelah pengajuan Tahap Pertama disetujui. Bagian Ketiga Penilaian KAA Pasal 14 1. KAA Profesi dapat meminta tambahan keterangan dari pihak ketiga guna meyakinkan penilaiannya; 2. KAA Profesi dapat meminta Asosiasi Profesi yang mengajukan akreditasi untuk melakukan penyesuaian atau melengkapi persyaratan guna memenuhi ketentuan penilaian; 3. Pemberian akreditasi disertai ketentuan yang mewajibkan Asosiasi Profesi terakreditasi mempertahankan kelayakan organisasi dan kelayakan program sertifikasinya seperti tercantum dalam pengajuan akreditasinya yang telah disetujui KAA Profesi. 7

Pasal 15 1. Seluruh keputusan KAA Profesi yang menjadi dasar rekomendasi Keputusan Dewan LPJK Nasional bersifat final dan mengikat semua pihak yang terkait dalam LPJK. 2. Dalam hal-hal tertentu dapat dimohonkan peninjauan ulang terhadap keputusan KAA Profesi. BAB IV PENGAWASAN Pasal 16 Pengawasan dilakukan oleh LPJK Nasional dan LPJK Daerah serta masyarakat untuk menjaga tertib penyelenggaraan sertifikasi yang dilakukan oleh Asosiasi Profesi agar tetap memenuhi persyaratan yang ditetapkan pada Pasal 9. Pasal 17 1. Asosiasi Profesi terakreditasi wajib membuat laporan berkala tentang kegiatan organisasi dan pelaksanaan penyelenggaraan sertifikasinya kepada LPJK Nasional; 2. Kegiatan organisasi disampaikan dalam laporan tahunan dan diserahkan pada akhir bulan pertama tahun berikutnya yang berisi : a. Penyelenggaraan kegiatan organisasi; b. Penyelenggaraan kegiatan pembinaan dan peningkatan keprofesian anggotanya ; 3. Kegiatan penyelenggaraan sertifikasi disampaikan dalam laporan tengah tahunan dan diserahkan pada bulan pertama serta bulan ketujuh yang berisi : a. Laporan jumlah anggota yang memperoleh SKA berdasarkan daerahnya masing-masing; b. Laporan penyelenggaraan sertifikasi tentang penambahan, pengurangan, pembekuan serta sanksi SKA yang telah dikeluarkan; c. Laporan tentang kasus-kasus yang terjadi sehubungan dengan SKA atau sertifikasi dan menjelaskan status serta penyelesaiannya. 4. Bentuk dan format laporan akan ditetapkan dalam Keputusan tersendiri. BAB V SANKSI Pasal 18 1. Dewan LPJK Nasional berwenang menjatuhkan sanksi kepada Asosiasi Profesi terakreditasi yang gagal memenuhi ketentuan akreditasinya; 2. Urutan proses pengenaan sanksi adalah : a. Peringatan tertulis untuk pertama, kedua, dan ketiga kalinya, diterbitkan dalam selang waktu 1 (satu) bulan; 8

b. Sanksi terhadap status akreditasi yang dapat berupa alternatif : 1) Pembatasan sebagian kewenangan, atau 2) Pembekuan sementara akreditasi, atau 3) Pencabutan akreditasi. 3. Sanksi didasarkan pada kesalahan, apabila tidak terpenuhinya : a. Segi administratif yaitu keanggotaan LPJK dan atau kewajiban keanggotaannya; b. Kelayakan organisasi sebagaimana dimaksud pada pasal 11; c. Kelayakan program sertifikasi sebagaimana dimaksud pada pasal 12. Pasal 19 1. Peringatan tertulis dari Dewan LPJK Nasional ditujukan kepada BSA dengan tembusan kepada Asosiasi Profesi jika ditemukan adanya kesalahan yang perlu diperbaiki atau tidak dipenuhinya ketentuan yang berlaku. 2. Sanksi yang dikenakan oleh Dewan LPJK Nasional kepada Asosiasi Profesi berdasarkan rekomendasi KAA Profesi. 3. Dewan LPJK Nasional, berdasarkan rekomendasi KAA Profesi, dapat mencabut pengenaan sanksi dan memulihkan status akreditasi, jika kesalahan telah diperbaiki. BAB VI PENINJAUAN ULANG Pasal 20 1. Asosiasi Profesi dapat mengajukan peninjauan ulang atas keputusan Dewan LPJK Nasional tentang akreditasi atau sanksi yang dikenakan kepada Asosiasi Profesi yang diterbitkan berdasarkan rekomendasi KAA Profesi. 2. Permintaan peninjauan ulang hanya dapat dilakukan oleh Asosiasi Profesi terakreditasi atau Asosiasi Profesi yang mengajukan akreditasi. 3. Permintaan peninjauan ulang sebagaimana tersebut pada ayat 1 hanya dapat dilakukan bila : a. Terdapat bukti bahwa KAA Profesi mengabaikan atau tidak memperhatikan data atau fakta penting yang telah disampaikan kepada KAA Profesi dalam rangka pengambilan suatu keputusan; b. Terdapat bukti bahwa keputusan yang telah diambil ternyata bertentangan dengan peraturan lain; c. Terdapat bukti bahwa KAA Profesi menerapkan standar ganda dalam membuat keputusan untuk kasus yang sama. 4. Jika permintaan peninjauan ulang menyangkut pihak lain, maka keterangan pihak lain tersebut harus didengar terlebih dahulu. 5. Peninjauan ulang dapat dilakukan karena adanya perubahan klasifikasi atau kualifikasi yang ditetapkan oleh Asosiasi Profesi. 9

Pasal 21 1. Permintaan peninjauan ulang yang disampaikan kepada Dewan LPJK Nasional dengan tembusan kepada KAA Profesi harus disertai alasan serta bukti pendukungnya. 2. Dewan LPJK Nasional setelah mendengar keterangan dan pendapat dari KAA Profesi berhak memutuskan apakah permintaan peninjauan ulang itu dapat dikabulkan atau tidak. 3. Bilamana permintaan peninjauan ulang tersebut disetujui, maka Dewan LPJK Nasional menugaskan / menginstruksikan kepada KAA Profesi untuk melakukan peninjauan ulang atas keputusan dan atau rekomendasi yang bersangkutan / dimaksudkan. BAB VII MASA PERALIHAN Pasal 22 1. Masa peralihan adalah suatu masa dimana masih terdapat Asosiasi Profesi belum terakreditasi dan atau tenaga kerja belum menjadi anggota Asosiasi Profesi, dan atau tenaga kerja belum ada Asosiasinya dan atau tenaga kerja yang bekerja pada satuan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi belum mempunyai identitas kompetensi keahlian atau keterampilan. 2. Dalam masa peralihan, disamping berlakunya Keputusan ini diberlakukan pula ketetapan tentang Pedoman Penerbitan Sertifikat Keahlian dan Sertifikat Keterampilan yang dilakukan oleh LPJK, yang ditetapkan dalam Keputusan tersendiri. BAB VIII PENUTUP Pasal 23 1. Apabila dikemudian hari ditemukan kekeliruan atas keputusan ini maka akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya 2. Pedoman Akreditasi Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : J A K A R T A Pada Tanggal : 27 Agustus 2001 DEWAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL Agus G.Kartasasmita Ketua Umum Sampurna Sitepu Sekretaris Umum 10

KOP SURAT ASOSIASI PROFESI APLIKASI AKREDITASI ASOSIASI PROFESI JASA KONSTRUKSI I. UMUM 1. Nama Asosiasi : Nama dalam Bhs. Inggris : 2. Singkatan Nama Asosiasi : 3. Alamat Induk Asosiasi : Kode Pos Telepon Fax E-mail Situs internet http:// :.. :.. :.. :.. :.. 4. Jumlah Anggota Asosiasi : orang (seluruh Indonesia) 5. Lampiran persyaratan untuk menjadi anggota pada Asosiasi. (Lampiran 1) 6. Rincian propinsi dimana Asosiasi memiliki cabang dengan alamat lengkap serta susunan pengurus dan jumlah masing-masing anggota per Propinsi. (Lampiran 2) II. ADMINISTRASI 1. 2. 3. 4. Rekaman Kartu Tanda Anggota LPJK. ( Lampiran 3) Tanda bukti pembayaran uang pangkal/iuran bulanan ke LPJK. (Lampiran 4) Rekaman AD/ART yang menunjukan bahwa Asosiasi telah berusia lebih dari satu tahun. (Lampiran 5) Lingkup klasifikasi dan kualifikasi dari keanggotaan asosiasi :.. - 1 -

.. (Jika cukup banyak, dibuat sebagai Lampiran 6) III. ORGANISASI 1. Alamat kantor penyelenggaraan sertifikasi :.. 2. Peralatan kerja yang dimiliki untuk penyelenggaraan sertifikasi : Alat Type / Merk Kapasitas Tahun Pembuatan Komputer.. Printer.... 3. Rekaman pelaksanaan mekanisme organisasi yang berdasarkan AD/ ART, berupa Musyawarah Nasional dan lain-lain serta hasil yang ditetapkan. (Lampiran 7) 4. Uraian Kode Etika Profesi dan mekanisme penerapannya. (Lampiran 8) 5. Data tentang penyelenggaraan pembinaan untuk peningkatan keprofesian. (Lampiran 9) 6. Uraian penyertaan peran stake holders dalam pelaksanaan sertifikasi. IV. PROGRAM SERTIFIKASI 1. Sebutkan klasifikasi dan kualifikasi keahlian yang diajukan untuk diakreditasi sertifikasinya. (Lampiran 10) 2. Jelaskan tentang standar dasar pendidikan keahlian dan materi yang harus dikuasai. (Lampiran 11) 3. Jelaskan tentang bakuan kompetensi yang mengacu pada kesetaraan regional atau internasional. (Lampiran 12) Sebutkan organisasi yang menjadi acuan tersebut. 4. Jelaskan tentang sistem penilaian. (Lampiran 13) 5. Jelaskan tentang sistem dan prosedur pengawasan. (Lampiran 14) - 2 -

6. Jelaskan tentang perangkat penyelenggaraan sertifikasi, sesuai dengan Keputusan Dewan LPJK Nasional No. 71/KPTS/LPJK/D/VIII/2001 Pasal 10, dilengkapi dengan data dan CV semua personil. (Lampiran 15) 7. Jelaskan tentang tata cara penyelenggaraan sertifikasi, meliputi tingkat pusat dan daerah. (Lampiran 16) 8. Jelaskan tentang ketentuan tentang hak banding. (Lampiran 17) 9. Jelaskan tentang biaya sertifikasi. (Lampiran 18) 10. Surat Pernyataan patuh kepada Kode Etik bagi Tim Penilai dan Tim Banding Internal berikut copy surat tanda bukti telah mengikuti pelatihan administratur penyelenggaraan sertifikasi salah satu petugas (bila LPJK belum menyelenggarakan pendidikan singkat maka dapat berupa surat pengangkatan Pengurus Asosiasi). (Lampiran 19) V. Tambahan penjelasan (bila diperlukan) :.. Jakarta, BPP / DPP Asosiasi Profesi Ketua Umum Sekretaris Umum - 3 -

TABEL KLASIFIKASI DAN KUALIFIKASI ASOSIASI PROFESI. No Klasifikasi Kualifikasi Keterangan Bidang Sub bidang No Kode 1 2 3 4 5 6 Lampiran 10 Jakarta BPP / DPP Asosiasi Profesi.. Ketua Umum Sekretaris Umum