RKL-RPL RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTU TANJUNG JATI B UNIT 5 DAN 6 (2 X MW) DI KABUPATEN JEPARA, PROVINSI JAWA TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

RKL-RPL RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTU TANJUNG JATI B UNIT 5 DAN 6 (2 X MW) DI KABUPATEN JEPARA, PROVINSI JAWA TENGAH DAFTAR ISI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

3. Kedalaman rencana pemantauan lingkungan hidup

KEBIJAKAN PENYUSUNAN LAPORAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL) DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL)

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN PELAKSANAAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL)

PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN RKL-RPL

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW)

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB III LANDASAN TEORI

PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mitigasi Dampak. Oleh Abd Haris Djalante Staf Puslitbang LH LP2M UNHAS

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NO. 19 TAHUN 2008

IV. GAMBARAN UMUM PLTU DI INDONESIA

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tent

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

SISTEM INFORMASI PELAPORAN PELAKSANAAN IZIN LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP PUSAT PENGELOLAAN EKOREGION SUMATERA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP

Ir. Nini Medan, 29 Maret 2007

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMANTAUAN, PELAPORAN DAN EVALUASI

BUPATI MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

LAPORAN KEGIATAN PENGKAJIAN BAKU MUTU KUALITAS UDARA AMBIEN LAMPIRAN. PP No.41 TAHUN 1999

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal adalah usaha dan/atau kegiatan

GUBERNUR SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5/7/2015. Nur Hidayat TIP FTP UB. UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan) UPL (Upaya Pemantauan Lingkungan

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan BAB 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2012

Kriteria Proper terdiri dari dua bagian yaitu: a. kriteria penilaian ketaatan; dan b. kriteria penilaian lebih dari ketaatan (beyond compliance).

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Efisiensi PLTU batubara

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL)

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PANDUAN PENILAIAN DOKUMEN AMDAL

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB I PENDAHULUAN. secara besar besaran, maka akan terjadi perubahan ekosistem yang mendasar. Agar

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang diunggulkan sebagai

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Pencemaran Lingkungan

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PENAATAN HUKUM LINGKUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ervianto (2005), suatu proyek konstruksi merupakan suatu

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP YANG DAPAT DIDEKONSENTRASIKAN

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indon

KRITERIA PROPER DOKUMEN LINGKUNGAN PROPER

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 066 TAHUN 2017

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

G U B E R N U R JAMB I

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

STANDAR KOMPETENSI PENANGGUNGJAWAB PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA. : Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran. Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. barang dan jasa, pemakaian sumber-sumber energi, dan sumber daya alam.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERBEDAAN AMDAL DAN ANDAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.231, 2010 KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Pemantauan. Lingkungan Hidup.

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

Pendekatan Pengelolaan Lingkungan. Investigasi Kerusakan Lingkungan. PengelolaanLingkunganHidup:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

LINDUNGAN LINGKUNGAN TENAGA LISTRIK

Apa itu PLTU? Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik.

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan tujuan pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) dari rencana kegiatan Pembangunan dan Pengoperasian PLTU Tanjungjati B Unit 5 & 6 di Kabupaten Jepara, adalah A. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) yang memuat upaya-upaya untuk mencegah, mengendalikan, dan menanggulangi dampak penting lingkungan hidup dan dampak lingkungan hidup lainnya yang bersifat negatif, serta berupaya untuk meningkatkan dampak positif yang timbul sebagai akibat dari suatu rencana kegiatan. Rencana pengelolaan lingkungan hidup antara lain mencakup aktivitas-aktivitas 1) Pengelolaan lingkungan hidup yang bertujuan untuk menghindari atau mencegah dampak negatif lingkungan hidup; 2) Pengelolaan lingkungan hidup yang bertujuan untuk menanggulangi, meminimalisir, dan mengendalikan dampak negatif yang timbul pada saat rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut berjalan; 3) Pengelolaan lingkungan hidup yang bertujuan untuk meningkatkan dampak positif sehingga rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih besar, baik kepada pemrakarsa maupun pihak lain, terutama masyarakat sekitar di lokasi rencana usaha/kegiatan. Untuk menangani dampak penting dan dampak lingkungan hidup lainnya yang sudah diprakirakan dalam Dokumen ANDAL, maka rencana pengelolaan lingkungan hidup yang dirumuskan akan diimplementasikan dengan menggunakan beberapa pendekatan, yakni pendekatan teknologi, sosial-ekonomi, dan institusi / kelembagaan. B. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) memuat upaya-upaya untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup melalui kerja-kerja pemantauan. Oleh karenanya, RPL dapat dijadikan sebagai instrumen untuk memahami sejauh mana pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup, efektivitas, dan kondisi lingkungan hidup yang muncul dari adanya pelaksanaan rencana usaha/kegiatan mulai dari tahap pra konstruksi, konstruksi, dan operasi. Ruang lingkup pemantauannya dapat meliputi berbagai tingkatan, mulai dari tingkat lokal (lokasi proyek), hingga ke tingkat kawasan PENDAHULUAN BAB I 1

atau bahkan hingga regional. Kegiatan pemantauan dilaksanakan secara sistematis, terencana, simultan dan terus-menerus, sehingga diketahui evaluasi kecenderungan (trend evaluation), evaluasi tingkat kritis (critical level evaluation), dan evaluasi penaatan (compliance evaluation) dari suatu pengelolaan lingkungan hidup. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) mencakup beberapa hal penting 1) Komponen/parameter lingkungan hidup yang dipantau, yakni mencakup komponen/parameter lingkungan hidup yang mengalami perubahan mendasar, dan / atau terkena dampak penting. 2) Dampak penting yang dipantau, sebagaimana dinyatakan dalam Dokumen ANDAL, dan bentuk pengelolaan dampak lingkungan hidup yang dirumuskan dalam Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL). 3) Sumber penyebab dampak dan /atau terhadap komponen/parameter lingkungan hidup yang terkena dampak. 4) Rencana Pengumpulan dan Analisis Data terhadap aspek-aspek yang perlu dipantau mencakup: jenis data yang dikumpulkan, lokasi pemantauan, frekuensi dan jangka waktu pemantauan, metode pengumpulan data (termasuk peralatan dan instrument yang digunakan untuk pengumpulan data), dan metode analisis data. Penentuan lokasi pemantauan didasari prakiraan lokasi yang akan terdampak, beberapa diantaranya yaitu: (1) konsentrasi maksimal gas dan partikel debu yang ditunjukkan oleh peta isoplet; (2) prakiraan sebaran limbah bahang ke arah timur, utara dan barat dari outfall sejauh maksimal 1 km dari mulut outfall. 5) Kelembagaan pemantauan lingkungan hidup, yaitu institusi yang bertanggungjawab sebagai pelaksana pemantauan, pengguna hasil pemantauan, dan pengawas hasil pemantauan. 1.2. KEBIJAKAN LINGKUNGAN Kebijakan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup meliputi kebijakan umum pelaksanaan pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan oleh pemrakarsa dan kebijakan khusus yang dilakukan oleh pemrakarsa dalam pengelolaan lingkungan hidup. 1.2.1. Kebijakan Umum Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Sesuai dengan amanat Undang Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa pemanfaatan Sumber Daya Alam dilakukan PENDAHULUAN BAB I 2

berdasarkan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH), maka pemanfaatan sumber daya alam dilaksanakan berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dengan memperhatikan hal berikut: 1) Keberlanjutan proses dan fungsi lingkungan hidup; 2) Keberlanjutan produktivitas lingkungan hidup; 3) Keselamatan, mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat. Untuk ketiga hal tersebut di atas diperlukan kesadaran akan keberlanjutan lingkungan dalam melakukan pemanfaatan sumber daya alam, arah investasi, orientasi pengembangan teknologi dan perubahan institusi, yang dapat dirumuskan dalam visi-misi perusahaan, program, dan kebijakan lingkungan hidup suatu institusi yang menjadi pemrakarsa suatu usaha dan /kegiatan. 1.2.2. Kebijakan Pemrakarsa dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Kebijakan pemrakarsa dalam pengelolaan lingkungan hidup diantaranya adalah A. Effisiensi Energi Dalam proses produksi, pembangkit listrik berbahan bakar batubara akan menggunakan teknologi Super-Critical dimana tekanan uap utama dari boiler melebihi tekanan kritis atau tekanan sebesar 22,0 Mpa dan suhu 374 C. Dengan demikian dengan bertambahnya tekanan uap utama di dalam boiler akan menyebabkan kebutuhan uap panas jenuh yang digunakan untuk memutarkan turbin akan semakin sedikit, sehingga kuantitas kerja yang dihasilkan semakin besar dan effisiensi pembangkit semakin besar. B. Pengendalian Emisi Upaya menjaga kualitas udara ambien di luar dan di dalam pabrik yang bersumber dari emisi udara dari operasional cerobong asap yang bertujuan meminimalkan potensi pencemaran dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Sistem penanganan batubara pada saat (1) proses Unloading Batubara dilakukan dengan memperhatikan kecepatan udara (2) proses pemindahan batubara dari satu conveyor ke conveyor lainnya dengan junction house, (3) penanganan batubara dengan corong penangkap debu dan atau skirt board, (4) ceceran batubara di atas tanah secara manual dikembalikan ke lokasi penimbunan batubara. 2) Pengendalian gas-gas pencemar dari pembakaran batubara dengan cerobong asap didesain dengan ketinggian ± 240 meter, penggunaan Low NOx Burner untuk gas NOx dan FGD untuk gas SO 2, sehingga emisi gas yang dibuang ke atmosfer dapat terdispersi PENDAHULUAN BAB I 3

dengan baik pada semua kondisi stabilitas udara dan tidak terkonsentrasi pada daerah tertentu. 3) Sistem pengendalian penemaran udara yang dipasang untuk mengelola gas buang yang dihasilkan dari proses pembakaran dengan pemasangan peralatan pengumpulan debu atau Electrostatic Precipitator (ESP) untuk menangkap partikulat TSP. 4) Pemasangan peralatan Continuous Emission Monitoring System (CEMS) pada cerobong untuk memantau kualitas emisi setiap waktu secara terus menerus real time. C. Pengelolaan Limbah Bahang Isu utama kegiatan operasional PLTU adalah keluaran limbah bahang dari oncethrough cooling water. Limbah bahang yang dihasilkan akan ditangani dengan : 1) mengatur desain dari intake dan outfall dan mengalirkan pada aeration basin dan selanjutnya dilewatkan pada kanal sebelum dibuang ke perairan, dengan demikian terjadi proses penurunan panas. 2) Melakukan pemantauan secara rutin sesuai peraturan yang ada. D. Pengelolaan Limbah Cair Kualitas air laut pada perairan dan air tanah pada permukiman sekitar akan diminimalkan terhadap potensi pencemaran yang bersumber dari kegiatan maupun dari sumber buangan limbah cair dengan melakukan langkah-langkah seperti berikut: 1) Melaksanakan kegiatan konstruksi pada perairan dengan penggunaan peralatan konstruksi yang ramah lingkungan, sehingga dampak pencemaran TSS terhadap air laut dapat diminimalkan. 2) Membuat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk mengolah air limbah buangan sebelum dibuang ke perairan bebas berdasarkan karakteristik dari sumber limbah cair yang dihasilkan. 3) Membuat sumur pantau untuk memastikan tidak adanya pencemaran leachate terhadap air tanah. 4) Melakukan pemantauan secara rutin sesuai peraturan yang ada dengan bekerjasama dengan laboratorium yang sudah direkomendasi oleh instansi yang berwenang, sehingga seluruh operasional kegiatan aman terhadap lingkungan. E. Pengelolaan Limbah B3 Selama operasional PLTU akan menimbulkan dampak limbah B3. Limbah B3 yang dihasilkan akan diminimalkan dan dikelola sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam PENDAHULUAN BAB I 4

Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, diantaranya dengan melakukan upaya : 1) Melakukan kategorisasi limbah B3 sesuai dengan hasil uji karakteristik Limbah B3 2) Melakukan Penyimpanan Limbah B3 dengan batasan waktu sesuai peraturan 3) Bekerjasama dengan pihak ketiga yang sudah bersertifikasi untuk melakukan pengangkutan Limbah B3 dan pengelolaan limbah B3 4) Melakukan pemantauan secara rutin sesuai peraturan yang ada, sehingga seluruh operasional kegiatan aman terhadap lingkungan. F. Mitigasi Dampak Lingkungan Lain Selama operasional PLTU TJB Unit 5&6 nantinya akan memunculkan dampak lingkungan ikutan yang dapat mengganggu masyarakat di sekitar lokasi kegiatan. Dampakdampak tersebut akan dikelola oleh perusahaan sesuai dengan arahan-arahan pengelolaan lingkungan hidup. Secara umum, dari beberapa program dan kebijakan lingkungan PLTU Tanjungjati B Unit 5&6 seperti tersebut di atas, maka pelaksanaan akan memperhatikan arahan-arahan yang direkomendasikan dalam Dokumen RKL-RPL 1) Kebijakan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan dengan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku 2) Melakukan penyempurnaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan secara berkelanjutan dalam bentuk mencegah, menanggulangi dan mengendalikan dampak lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan pada tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, tahap operasi, dan tahap pasca operasi. 3) Melaksanakan seluruh isi dokumen RKL-RPL. 4) Menyerahkan dokumen Pelaksanaan RKL-RPL setiap 6 (enam) bulan sekali. PENDAHULUAN BAB I 5