BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan usaha mengadakan perubahan-perubahan menuju keadaan yang lebih

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terjadi pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya secara lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan. Pembangunan tersebut untuk mensejahterakan rakyat indonesia

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pajak merupakan sumber utama penerimaan pendapatan Negaraterbesar

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaaan yang tidak sedikit dan salah satunya bersumber dari pajak.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan biaya yang besar yang harus digali, terutama dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. di lapangan yang secara langsung berhubungan dengan teori-teori keahlian yang

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK.03/2008 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Administrasi Perpajakan dan mata kuliah yang harus dicapai oleh setiap

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perpajakan. Dalam era globalisasi atau era persaingan bebas inilah cepat atau lambat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Sebagai negara berkembang Negara Republik Indonesia tengah

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak

2017, No Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.04/2013 tentang Tata Cara Penagihan Bea Ma

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novi Norma Melya Nugraha, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.

ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber dana luar negeri, misalnya pinjaman luar negeri dan hibah ( grant),

BAB I PENDAHULUAN. dasar negara dan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahannya Negara Republik Indonesia memiliki

kesadaran masyarakatnya dalam mematuhi aturan-aturan yang ditentukan oleh pelayanan dan fasilitas umum maupun penyediaan biaya bagi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Negara Republik Indonesia berlandaskan Pancasila dan Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada dasarnya Negara adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran warga negara kepada negara yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA MASUK DAN/ATAU CUKAI.

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara sebesar 1.201,7 triliun. Namun dalam perubahan pada APBNP,

ANALISIS PROSEDUR PELAKSANAAN PENAGIHAN PPh BADAN DENGAN SURAT PAKSA, GUNA MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURAKARTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terusmenerus

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem

yang berlandaskan pada Undang-undang Dasar 1945 dan berasaskan Pancasila. baik dari segi infrastruktur maupun pada sektor pelayanan masyarakat tak

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara bertahap, terencana dan berkelanjutan. Menurut Waluyo

BAB I PENDAHULUAN. atas hukum yang berlaku di Indonesia dalam bentuk ketidakpatuhan dalam. mana ini nantinya akan merugikan masyarakat sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia bertujuan mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tentunya akan terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut dilakukan karena tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB II BAHAN RUJUKAN

- 1 - QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI SIMEULUE,

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penerimaan dari sektor perpajakan merupakan penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti tidak terlalu tergantung pada pinjaman luar negeri. Upaya ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. sumber penerimaan utama negara yang masih terus digali potensinya oleh

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA PERATURAN-PERATURAN PELAKSANAANNYA

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Self Assessment

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DAERAH DENGAN SURAT PAKSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang. kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) PKLM adalah suatu kegiatan yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara membutuhkan dana yang cukup besar dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dan berkelanjutan serta merata di seluruh tanah air. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang potensial bagi negara

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. non migas serta pajak. Namun pemerintah lebih mengoptimalkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 561/KMK.04/2000 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Republik. Negara kita Negara Indonesia ini mempunyai sebuah landasan atau sebuah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata melalui pembangunan nasional secara bertahap, terencana, terarah, berkesinambungan dan berkelanjutan, diperlukan adanya dana dari masyarakat, antara lain, berupa pembayaran pajak. Jadi, peran serta masyarakat wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pembayaran pajak berdasarkan ketentuan perpajakan sangat diharapkan. Dari sisi penerimaan negara, ketergantungan terhadap penerimaan dari sektor migas (yaitu minyak dan gas bumi) sangat terbatas untuk jangka pendek. Sektor tersebut tidak dapat terus-menerus diandalkan dimana secara alamiah tingkat produksi minyak dan gas bumi akan cenderung menurun. Hal ini diakibatkan oleh fakta bahwa sumber penerimaan dari sektor migas sangat fluktuasif dan bergantung kepada harga minyak dipasaran dunia yang penentuannya ditentukan oleh kesepakatan OPEC. Sumber penerimaan negara dari sektor migas tidak dapat lagi diharapkan sebagai primadona, maka dari sumber penerimaan negara yang menjadi tumpuan paling besar berasal dari sektor non-migas, yaitu pajak, diharapkan akan terus meningkat. Selaras dengan hal itu, pemerintah secara berkesinambungan melakukan upaya ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pemungutannya dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak menuju arah kemandirian pembiayaan pembangunan. 1

2 Penerapan sektor non-migas (yaitu pajak) tersebut, dalam kenyataannya masih banyak dijumpai adanya wajib pajak yang tidak atau kurang membayar angsuran pajak penghasilan dalam tahun berjalan, wajib pajak tidak menyetorkan angsuran atau tunggakan pajak tepat pada waktunya, serta tidak melaporkan jumlah pajak yang masih terhutang atau yang telah disetorkan dan lain sebagainya. Ironisnya, penunggak pajak ini kebanyakan berasal dari kalangan menengah keatas, padahal Direktorat Jenderal Pajak telah cukup bijaksana menerapkan peraturan pemungutan pajak, berupa Prinsip Perhitungan Sendiri (Self Assessment). Sedangkan kelompok masyarakat kelas bawah justru sangat taat membayar kewajiban pajaknya. Terhadap tunggakan pajak dimaksud perlu dilaksanakan tindakan penagihan pajak yang mempunyai kekuatan hukum yang memaksa. Kekuatan hukum ini dinyatakan dalam Undang-undang No.19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa yang merevisi Undang-undang lama No.19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa mengatur ketentuan tentang tatacara tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan, penyanderaan, dan pelelangan, yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak. Dalam Undang-undang ini, Surat Paksa mempunyai kekuatan eksekutorial dan mempunyai kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Dengan demikian, Surat Paksa langsung dapat dilaksanakan dan ditindaklanjuti

3 sampai pelelangan barang penunggak pajak tanpa bantuan putusan pengadilan lagi dan tidak dapat diajukan banding. Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa ini dapat mengatasi semua permasalahan yang timbul di masyarakat, khususnya permasalahan mengenai tunggakan pajak serta memberikan motivasi peningkatan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak. Sehingga lebih menekankan pada keseimbangan antara kepentingan masyarakat wajib pajak dan kepentingan negara. Keseimbangan kepentingan dimaksud berupa pelaksanaan hak dan kewajiban oleh kedua belah pihak yang tidak berat sebelah atau memihak, adil, dan selaras dalam wujud tata aturan yang jelas dan sederhana serta memberikan kepastian hukum. Penyelesaian tunggakan pajak yang terhutang dari penunggak pajak di masing-masing wilayahnya, dikelola oleh Kantor Pelayanan Pajak pada Seksi Penagihan, yang kemudian dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Pajak. Pelunasan tunggakan pajak tersebut yaitu dengan melakukan penyitaan oleh Jurusita Pajak yang disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2(dua) orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, yang dikenal oleh Jurusita Pajak, dan dapat dipercaya. Penyitaan dilakukan apabila penunggak pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran dan telah mendapatkan Surat Teguran atau Surat Peringatan dan Surat Paksa. Hasil sitaan tersebut akan dijual dimuka umum (dilelang) dan hasil penjualan tersebut akan digunakan untuk melunasi utang pajak yang terutang dan biaya-biaya yang berkenaan dengan pelaksanaan penyitaan dan pelelangan tersebut.

4 Diharapkan peran serta Wajib Pajak/Penanggung Pajak dalam pelunasan tunggakan pajak dapat membantu Direktorat Jenderal Pajak dalam mengelola pajak-pajak negara dan dapat meningkatkan penerimaan negara untuk membiayai pembangunan nasional. Atas dasar uraian tersebut diatas, penulis memilih judul skripsi tentang ANALISIS PENERBITAN SURAT PAKSA DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (Studi kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tasikmalaya ). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian diatas, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan penerbitan Surat Paksa atas Pajak Penghasilan Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tasikmalaya. 2. Seberapa jauh perkembangan penerimaan Pajak Penghasilan Badan setelah memberlakukan surat paksa. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan pada permasalahan yang telah dikemukakan dalam identifikasi masalah, maksud dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis penerbitan Surat Paksa dalam rangka meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tasikmalaya.

5 Adapun tujuan dari penelitian ini : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan penerbitan Surat Paksa atas Pajak Penghasilan Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tasikmalaya. 2. Untuk mengetahui perkembangan penerimaan Pajak Penghasilan Badan setelah memberlakukan surat paksa 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan pemahaman dalam bidang perpajakan baik secara teori maupun praktek, khususnya mengenai penerbitan Surat Paksa terhadap peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tasikmalaya dan bahan masukan bagi pemerintah setempat khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tasikmalaya untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dari sistem pelaksanaan dari peraturan perpajakan yang berlaku agar dapat dilakukan usaha yang tepat serta untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh sidang Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Universitas Kristen Maranatha Bandung. 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Dalam upaya membiayai pembangunan di Indonesia, sumber-sumber penerimaan negara terus digali dan mengingat bahwa sektor migas tidak dapat dijadikan andalan sumber penerimaan negara, maka sumber penerimaan dalam negeri yang menjadi pusat perhatian utama yaitu berupa pajak. Pajak merupakan

6 pungutan yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang Perpajakan sehingga kontribusi pajak sebagai porsi terbesar dalam membiayai pembangunan tidak dapat disangkal dan potensi penerimaan pajak yang selama ini belum tergali secara optimal yaitu berupa tunggakan pajak yang belum dibayar. Penagihan tunggakan pajak ini, memang bukan perkara mudah, banyak tahapan yang mesti dilalui : mulai dari penerbitan Surat Teguran, penerbitan Surat Paksa, penyitaan, hingga pelelangan yang melibatkan aparat lain di luar aparat pajak. Karenanya, tidak aneh jika ditemukan pada saat pelelangan barang yang disita sudah rusak. Ini semua merupakan dilema bagi pencapaian penerimaan pajak. Sebab, tindakan pelelangan itu seringkali tidak dapat menutup tunggakan wajib pajak. Untuk itu diperlukan adanya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Undang-undang No.19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa tidak hanya mengatur tatacara penagihan pajak yang efektif tetapi juga menetapkan batas-batas waktu yang cukup pendek yang memungkinkan negara untuk memperoleh pendapatan. Jika ada seorang Wajib Pajak / Penanggung Pajak yang belum melunasi kewajibannya hingga 7 hari setelah tanggal jatuh tempo, ia akan mendapat Surat Teguran. Seandainya dalam 21 hari Surat Teguran itu tidak juga diperhatikan, maka akan disusul dengan selembar surat lain yaitu Surat Paksa. Apabila utang pajak tetap tidak dilunasi oleh Wajib Pajak / Penanggung Pajak, maka akan dilanjutkan dengan penyitaan dalam waktu 2x24 jam sejak Surat Paksa diberitahukan kepada Wajib Pajak / Penanggung Pajak. Jika dalam

7 waktu 14 hari setelah tanggal penyitaan Wajib Pajak / Penanggung Pajak belum juga melunasi utang pajaknya, maka akan dilaksanakan Pengumuman Lelang dan setelah lewat 14 hari sejak tanggal Pengumuman Lelang, utang pajak tetap tidak dilunasi, maka akan dilakukan penjualan barang sitaan secara lelang melalui Kantor Lelang Negara (KLN). Pajak didefinisikan oleh Undang-undang Republik Indonesia No.19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Pasal 1 ayat 1 sebagai berikut : Semua jenis pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat termasuk Bea Masuk dan Cukai, dan pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah, menurut Undang-undang dan Peraturan Daerah. Peran serta Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban pembayaran pajaknya berdasarkan ketentuan perpajakan Wajib Pajak didefinisikan oleh Undang-undang Republik Indonesia No.19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Pasal 1 ayat 2 sebagai berikut : Orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan Perundang-undangan Perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban Perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Badan didefinisikan oleh Undang-undang Republik Indonesia No.19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Pasal 1 ayat 4 sebagai berikut : Sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi

8 sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya. Namun dalam kenyataannya masih dijumpai adanya tunggakan pajak sebagai akibat tidak dilunasinya utang pajak sebagaimana mestinya. Terhadap tunggakan pajak yang dimaksud perlu dilaksanakan tindakan Penagihan Pajak dengan Surat paksa yang didefinisikan oleh Undang-undang Republik Indonesia No.19 Tahun 2000 Pasal 1 ayat 9 sebagai berikut : Serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita. dan Pasal 1 ayat 12 sebagai berikut : Surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Penerimaan Pajak Penghasilan didefinisikan oleh Mardiasmo dalam bukunya Perpajakan (2008:129) sebagai berikut : Pajak Penghasilan yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima / diperolehnya dalam tahun pajak. Dari penelitian yang akan dilakukan agar mengetahui bahwa Pajak merupakan salah satu faktor yang mendukung dalam meningkatkan penerimaan untuk membiayai pembangunan nasional. Untuk itu pemerintah berusaha menggalakkan dan mengaktifkan tindakan penagihan pajak melalui Surat Paksa, yang dilakukan oleh Jurusita Pajak terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang mengabaikan kewajibannya membayar pajak. Mengingat pentingnya Surat Paksa dalam tindakan penagihan pajak, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak

9 Pratama Tasikmalaya untuk melihat seberapa jauh perilaku Wajib Pajak Badan di daerah dalam melunasi utang pajaknya setelah diterbitkannya Surat Paksa untuk meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan Badan pada Kantor Pelayanan Pajak tersebut. Berdasarkan pemikiran tersebut diatas dapat ditarik suatu hipotesis penelitian sebagai berikut : Jika penerbitan Surat Paksa dilaksanakan dengan baik, maka dapat meningkatkan jumlah penerimaan Pajak Penghasilan Badan. 1.6 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah metoda deskriptif analitis, yaitu metode dengan cara mengumpulkan dan menginterpretasikan data yang diperlukan lalu mengolah dan membahasnya hingga akhirnya sampai pada suatu kesimpulan. Teknik penelitian yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data adalah : 1. Penelitian Lapangan ( Field Research ), yaitu penelitian yang dilaksanakan secara langsung pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tasikmalaya yang merupakan objek penelitian, khususnya pada masalah yang akan dibahas, teknik penelitian yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data adalah : a. Observasi atau pengamatan langsung atas kegiatan yang berjalan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tasikmalaya yang merupakan objek penelitian, khususnya pada masalah yang akan dibahas.

10 b. Wawancara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan masalah yang diteliti oleh penulis. c. Kuesioner, yakni membuat dan mengajukan sejumlah pertanyaan untuk dijawab atau ditanggapi oleh pihak-pihak yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 2. Penelitian Kepustakaan ( Library research ), dengan mempelajari buku-buku perpustakaan yang ada hubungannya dengan bidang penelitian penulis yang telah dikemukakan oleh berbagai ahli. Studi kepustakaan ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder, yang digunakan sebagai landasan teoritis dari masalah yang akan diteliti yang berfungsi sebagai bahan perbandingan. 1.7 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 1.7.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil tempat di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tasikmalaya Jln. Sutisna Senjaya No 154 Tasikmalaya 46114. 1.7.2 Waktu Penelitian Penulis memulai penelitian dari bulan Maret 2009 dan diharapkan sampai dengan bulan Juli 2009.