ASPEK HUKUM PENGALIHAN TANGGUNG JAWAB HUKUM PADA PERJANJIAN ASURANSI MUH. ZULFIKAR S. KAMAH / D

dokumen-dokumen yang mirip
MAKALAH HUKUM KOMERSIAL HUKUM ASURANSI. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Komersial Dosen Pembimbing : Disusun oleh : Kelompok 8

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. Hubungan antara Risiko dengan Asuransi 11/8/2014

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. 02-Dec-17

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi. sehingga kerugian itu tidak akan pernah terjadi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin pesat, dan untuk itu masyarakat dituntut untuk bisa mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

BAB II LANDASAN TEORI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam KUHD asuransi jiwa diatur dalam Buku 1 Bab X pasal pasal 308

I. PENDAHULUAN. Setiap orang sering menderita kerugian akibat dari suatu peristiwa yang tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat

I. PENDAHULUAN. Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

Pengantar & Praktikum Underwriting

ASURANSI. Prepared by Ari Raharjo

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

BAB II LANDASAN TEORI. dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam asuransi. Adapun definisi

sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1792 Bab XVI Buku III Kitab

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERJANJIAN ASURANSI

TIU: Mahasiswa memlki pengetahuan dan keterampilan tentang peusahaan asuransi dan apa macamnya yang ditanggung oleh perusahaan asuransi


BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

SISTEM INFORMASI ASURANSI. Materi 1 PENGENALAN ASURANSI

BAB II PEMBAHASAN ASURANSI JIWA SECARA UMUM. sangat singkat sekali dan hanya terdiri dari tujuh (7) pasal yaitu Pasal 302 sampai

Manfaat Dan Mekanisme Penyelesaian Klaim Asuransi Prudential. Ratna Syamsiar. Abstrak

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dilakukan baik menggunakan sarana pengangkutan laut maupun melalui

PERUSAHAAN ASURANSI ATA 2014/2015 M6/IT /NICKY/

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI JIWA DAN KLAIM ASURANSI JIWA

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI ASURANSI DAN PERATURANNYA. A. Pengertian, Jenis, dan Aspek Hukum Perjanjian Asuransi

Dokumen Perjanjian Asuransi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

BAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD

HUKUM ASURANSI. Lecture: Andri B Santosa

BAB I PENDAHULUAN. dibidang asuransi. Mulai sejak zaman sebelum masehi yaitu pada masa kekaisaran

PRINSIP DAN PRAKTEK REASURANSI JIWA

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan dirinya dalam perkembangan yang sangat pesat, seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran arus lalu lintas penduduk dari dan kesuatu daerah tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan

BAB II LANDASAN TEORI. kondisi teori-teori yang mendukung di dalam mengkaji masalah wanprestasi

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI ATAS PEMBATALAN PERJANJIAN BAKU PADA POLIS ASURANSI JIWA di KOTA DENPASAR

A. INSURED B. INSURER C. ACCIDENT D. INTEREST

BAB II. Tinjauan Pustaka. Tinjauan umum tentang asuransi

A. PENGERTIAN, PRINSIP DAN TUJUAN REASURANSI

ASURANSI. Created by Lizza Suzanti 1

BAB I PENDAHULUAN. Surety Bond memiliki konsep sebagai penyedia jaminan, merupakan

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PIALANG ASURANSI, PERUSAHAAN PIALAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, undang-undang yang mengatur asuransi sebagai sebuah

BAB II PERJANJIAN ASURANSI DAN BENTUK-BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERJANJIAN ASURANSI

ABSTRACT Keywords: the key points of the insurance, insurance law Kata kunci : poin-poin penting dalam asuransi, hukum asuransi A.

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jaminan dan perlindungan berkaitan dengan semakin tingginya

PENGENALAN ASURANSI. Sistem Informasi Asuransi dan Keuangan

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN KLAIM DALAM ASURANSI JIWA PADA PT. ASURANSI WANA ARTHA LIFE SURAKARTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah dimaklumi, bahwa dalam mengarungi hidup dan

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya selalu dipenuhi dengan risiko. Risiko adalah kemungkinan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI MENURUT HUKUM

Akhirnya saya ucapkan selamat membaca, semoga buku ini dapat lebih memperluas cakrawala pengetahuan tentang asuransi.

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan salah satu jenis kegiatan pengangkutan. Dalam. membawa atau mengirimkan. Sedangkan pengangkutan dalam kamus

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PENGANGKUTAN, TANGGUNG JAWAB HUKUM DAN PENGIRIMAN BARANG

BAB II REASURANSI DALAM PERUSAHAAN ASURANSI. dihadapi oleh perusahaan asuransi, perusahaan penjaminan, atau perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Abbas Salim, Asuransi Dan Manajemen, Raja Grafindo, Jakarta, 2003, Hal. 01

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI, POLIS ASURANSI DAN INVESTASI. asuransi tradisional misalnya term life (asuransi jiwa berjangka); whole life

PERANAN POLIS ASURANSI JIWA DALAM PENUNTUTAN KLAIM (STUDI PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE DENPASAR)

BAB II TINJAUAN UMUM PERJANJIAN ASURANSI DAN ASURANSI KREDIT

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. otomatis terkait dengan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia. Dalam

BAB 4 METODE REASURANSI QUOTA SHARE TREATY DITINJAU DARI HUKUM PERJANJIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN BAB I KETENTUAN UMUM.

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I. Perkembangan ekonomi Indonesia melalui perusahaan asuransi adalah

BAB I PENDAHULUAN. jenis polis, salah satunya pada saat sekarang ini yaitu BNI Life Insurance.

THIRD LEGAL LIABILITY INSURANCE OLEH ADVOKAT SEBAGAI BENTUK TANGGUNG JAWAB DALAM MENJALANKAN PROFESINYA Oleh: Hengki M. Sibuea *

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Istilah asuransi adalah serapan dari istilah bahasa Belanda assurantie, dalam

BAB I PENDAHULUAN. barang-barang dicuri, dan sebagainya. Kemungkinan akan kehilangan atau

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI DAN INVESTASI. hukum di dalamnya dan diberikan kepada subjek hukum sesuai

Transkripsi:

ASPEK HUKUM PENGALIHAN TANGGUNG JAWAB HUKUM PADA PERJANJIAN ASURANSI MUH. ZULFIKAR S. KAMAH / D 101 07 331 ABSTRAK Pengalihan pertanggung jawaban Hukum dalam Asuransi biasa di kenal dengan nama Reasuransi adalah istilah yang digunakan saat satu perusahaan asuransi melindungi dirinya terhadap risiko asuransi dengan memanfaatkan jasa dari perusahaan asuransi lain. Terdapat banyak alasan yang menyebabkan perusahaan asuransi melakukan reasuransi. Pembagian resiko adalah salah satu alasan reasuransi. Jika perusahaan asuransi berpendapat bahwa nilai asuransi suatu premi lebih besar daripada nilai yang dapat ditanggungnya, maka ia dapat membagi resiko yang dihadapinya dengan mengasuransikan kembali sebagian nilai itu pada perusahaan reasuransi (pada dasarnya hal ini mirip dengan tidakan hedging pada industri keuangan lainnya). Dengan dilakukannya reasuransi ini, pada dasarnya perusahaan asuransi telah melakukan perlindungan terhadap kestabilan tingkat pendapatannya karena reasuransi telah melindunginya dari potensi kerugian yang besar. Alasan lain adalah untuk mendapatkan keuntungan sebagai perantara dengan mengasuransikan kembali pada perusahaan reasuransi dengan premi yang lebih rendah daripada tingkat premi yang dikenakan perusahaan asuransi itu sendiri pada pelanggannya. Kata Kunci : Pengalihan Tanggung Jawab Reasuransi. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah Pengalihan pertanggung jawaban Hukum dalam Asuransi biasa di kenal dengan nama Reasuransi adalah istilah yang digunakan saat satu perusahaan asuransi melindungi dirinya terhadap risiko asuransi dengan memanfaatkan jasa dari perusahaan asuransi lain. Terdapat banyak alasan yang menyebabkan perusahaan asuransi melakukan reasuransi. Pembagian resiko adalah salah satu alasan reasuransi. Jika perusahaan asuransi berpendapat bahwa nilai asuransi suatu premi lebih besar daripada nilai yang dapat ditanggungnya, maka ia dapat membagi resiko yang dihadapinya dengan mengasuransikan kembali sebagian nilai itu pada perusahaan reasuransi (pada dasarnya hal ini mirip dengan tidakan hedging pada industri keuangan lainnya). Dengan dilakukannya reasuransi ini, pada dasarnya perusahaan asuransi telah melakukan perlindungan terhadap kestabilan tingkat pendapatannya karena reasuransi telah melindunginya dari potensi kerugian yang besar. Alasan lain adalah untuk mendapatkan keuntungan sebagai perantara dengan mengasuransikan kembali pada perusahaan reasuransi dengan premi yang lebih rendah daripada tingkat premi yang dikenakan perusahaan asuransi itu sendiri pada pelanggannya. Terdapat dua tipe jenis reasuransi, yaitu reasuransi proporsional dan non-proporsional. Reasuransi proporsional adalah reasuransi dimana perusahaan reasuransi mengambil alih resiko klaim secara proporsional berdasarkan klaimnya. Semisal jika telah ada perjanjian reasuransi proporsional antara perusahaan asuransi dengan perusahaan reasuransi sebesar 40%, maka jika terjadi klaim dari pemegang polis maka perusahaan asuransi hanya perlu mengeluarkan dana sebesar 60% dari jumlah klaim, sementara sisa 40% dari klaim akan 1

ditanggung oleh perusahaan reasuransi tersebut. Untuk jenis reasuransi nonproporsional, biasanya perusahaan reasuransi akan menanggung klaim diatas batas maksimal yang dapat ditanggung oleh perusahaan asuransi. Semisal jika perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi telah membuat perjanjian untuk menanggung klaim diatas batas 1 milyar, maka jika ada klaim sebesar 800 juta, maka perusahaan asuransi akan menanggung seluruh klaim yang diajukan tersebut. Sebaliknya jika terdapat klaim sebesar 4 milyar, maka perusahaan asuransi hanya menanggung sesuai perjanjiannya, yaitu 1 milyar dan sisanya akan ditanggung oleh perusahaan reasuransi tersebut. Hampir semua reasuransi melibatkan lebih dari satu perusahaan reasuransi, hal ini berkaitan dengan distribusi resiko. Perusahaan reasuransi yang menentukan kondisi-kondisi kontrak dan premi reasuransi disebut lead insurer, sementara perusahaan reasuransi lain yang ikut ambil bagian dalam kontrak itu disebut following reinsurer. (Yustinus Dalle Edhie) 1 Reasuransi akan sulit dipahami dengan tepat jika sebelumnya tidak diketahui tentang apa yang dimaksud asuransi. Mustahil ada reasuransitanpa terlebih dahulu ada asuransi. Dengan kata lain, reasuransi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari asuransi. Berpijak pada konsepsi pemikiran di atas, maka sebelum diungkapkanpengertian reasuransi terlebih dahulu akan dipaparkan berbagai pandangan dan rumusan yang berkenan dengan reasuransi. Dalam KitabUndang-undang Hukum Perdata, pengertian asuransi atau yang lazim juga disebut pertanggungan dengan pengertian perjudian. Pasal 1774 UU Usaha Persuransian, menyatakan bahwa : Persetujuan untunguntungan, adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi sementara pihak bergantung kepada suatu kejadian yang belum tentu.demikian adalah : Persetujuan pertanggungan, Bunga cagak hidup, dan Perjudian dan pertaruhan. Rumusan pengertian yang ditetapkan ketentuan diatas kurang tepat, karena antara asuransi / pertanggungan dengan perjudian mengandung perbedaan yang amat prinsipil. Seperti dikemukakan oleh Osman Bosra, bahwa : 2 Pada persetujuan pertanggungan (asuransi) si tertanggung atauahli warisnya sudah ada kepentingan sejak semula sebelum persetujuan pertanggungan diadakan, kepentingan inilah yang mendorong diadakannya pertanggungan. Contoh, dalam asuransi kecelakaan, A mengasuransikan mobilnya yang sementara dalam perjalanan dari Jakarta ke Surabaya kepada perusahaan asuransi kecelakaan B. Apabila mobil A mendapat kecelakaan atau rusak dalam perjalanan antara Jakarta- Surabaya, maka perusahaan asuransi kecelakaan B akan memberika sejumlah uang kepada A sebagai ganti rugi. Pada perjudian atau pertaruhan, kepentingan itu baru timbul apabila kemudian ternyata apakah kecelakaan yang perjanjikan itu terjadi atau tidak. Keputusan DJLK Nomor 1297/LK/2000, menyebutkan beberapa penggolongan cabang asuransi, khususnya asuransi pengangkutan yaitu: a. Asuransi Pengangkutan Laut (Marine Cargo); b. Asuransi Pengangkutan Darat (Inland Transit); dan c. Asuransi Pengangkutan Udara (Aviation Cargo); dan Asuransi lainnya. Berbeda dengan rumusan pengertian yang diberikan Pasal 1774 KUH. Perdata, dalam Pasal 246 KUH. Dagang, dinyatakan bahwa :Asuransi atau pertanggungan adalah, suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan menerima suatu 1 Abdul Kadir Muhammad, Pengantar Hukum Pertanggungan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung1984.Hlm.5-6. 2 Osman Bosra, Hukum Asuransi, Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang, 1978, hlm. 9-10. 2

premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan/ kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang belum tentu. Ketentuan di atas, maka M. H. Tirtaamidjaya, mengatakann bahwa: 3 Asuransi (isurance) adalah suatu persetujuan dimana si penanggung (insurer) berjanji kepada yang mempertanggungkan (insured) yang mesti membayar premi untuk memberi kepadanya penggantian kerugian karena kehilangan, kerugian atau karena tiada mendapat keuntungan yang diharapkan, yang dapat diderita oleh yang mempertanggungkan itu, karena suatu peristiwa yang tidak dapat dipastikan. Pengertian asuransi baik yang dinyatakan dalam Pasal 246 KUH. Dagang maupun yang dikemukakan oleh M. H. Tirtaamidjaya 4 adalah kurang sempurna, karena ternyata hanya memcerminkan pengertian asuransi kerugian. Padahal, di samping asuransi kerugian juga dikenal asuransi sejumlah uang, misalnya asuransi jiwa di mana unsur-unsur asuransi yang kedua ini tidak tampak dalam rumusan tersebut. Rumusan pengertian asuransi yang tepat dapat dijumpai dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, yang diundangkan Tanggal 11 Pebruari 1992 (Lembaran Negara R.I. Tahun 1992 Nomor 13) Dalam Pasal 1 butir 1 undang-undang tersebut menyatakan bahwa : Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian dua pihak atau lebih, dengan man y penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menmma premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karna kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin 3 M.H.Tirtaamidjaya, Pokok-pokok Hukum Perniagaan, Djambatan, Jakarta, 1969, hlm. 204. 4 Lebih lanjut, Buku H.M.N Purwosutjipto, Op. Cit, hlm. 9. diderita tertanggung,yang timbal dan suatu peristiwa yang tidak dipantau untuk memberikan seseorang yang dipertannggungkan. Asuransi yang ditetapkan oleh undangundang di atas tampak lebih luas dan lebih sempurna bila dibandingkan dengan rumusan pengertian asuransi yang dinyatakan dalam Pasal 246 KUH. Dagang, terkait dengan penjelasan oleh Abdulkadir Muhammad, bahwa : 5 a. Definisi dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 meliputi pertanggungan kerugian dan juga pertanggungan jumlah. Pertanggungan kerugian dibuktikan oleh bagian kalimat "penggantian karena kerugian, kerusakan, kehilangan keuntungan yang diharapkan, tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga".pertanggungan jumlah dibuktikan oleh bagian kalimat "memberikan pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang". b. Definisi dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 secara ekplisit meliputi jugapertanggungan untuk kepentingan pihak ketiga. Hal ini terdapat dalam bagian kalimat "tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga". Sedangkan dalam Pasal246 KUHD tidak demikian. c. Obyek pertentangan dalam Pasal 246 KUHD hanya meliputi benda, kepentingan yang melekat atas benda, dan sejumlah uang. Sedangkan dalam undangundangnomor 2 Tahun 1992, selain benda, kepentingan yang melekat atas benda, sejumlahuang, juga jiwa dan raga manusia. d. Peristiwa dalam Pasal 246 KUHD hanya meliputi yang berkenaan dengan obyekharta kekayaan, sedangkan dalam undnag-undang Nomor 2 Tahun 1992 selainyang berkenaan dengan obyek harta kekayaan juga yang berkenaan dengan jiwa dan raga, yaitu meninggalnya seseorang dan cacatnya raga/tubuh seseorang. 5 Abdulkadir Muhammad, Pengantar Hukum Pertanggungan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994, hlm. 10-11. 3

Memperhatikan rumusan pengertian yang ditetapkan dalam Pasal 1 Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1992, dan uraian ahli hukum di atas, maka dapat diketahui bahwa ada tiga unsur pokok yang harus dipenuhi untuk adanya asuransi/pertanggungan yaitu : 1. Adanya penanggung yang mengikatkan diri kepada tertanggung untuk : a. Memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, kehilangan keuntungan yang diharapkan/tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga yang, mungkin diderita tertanggung atau; b. Memberikan pembayaran sejumlah uang kepada tertanggung yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. 2. Adanya tertanggung yang mengikatkan diri kepada penanggung untuk membayar premi. Menurut H. Van Barneveld, yang dimaksud premi adalah "prestasi tertanggung yang dinikmati penanggung sebagai pertukaran untuk kewajiban menanggung ganti rugi yang dipikulnya terhadap tertanggung. 3. Adanya suatu peristiwa yang diperjanjikan, dimana pada saat perjanjianperjanjian itu dibuat peristiwa dimaksud belum dapat dipastikan kapan akan terjadi. Setelah diketahui pengertian asuransi berikut unsur-unsurnya, makakini hendak diungkapkan tentang apa yang dimaksud reasuransi. Perlu dikemukakan, bahwa sekalipun reasuransi mendapat pengaturan baik dalam KUH.Hukum Dagang maupun dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992, namun tidak satupun ketentuan dari kedua Undang-Undang tersebut memberi batasan mengenai apa yang dimaksud reasuransi. B. Rumusan Masalah 1. Apasajakah Prinsip Hukum Terkait Dengan Adanya Hubungan Hukum Antara Penanggung Pertama dengan Penanggung Ulang? 2. Bagaimanakah Metode, Tipe dan Klausul Pertangung jawaban Hukum Dalam Perjanjian Reasuransi? II. PEMBAHASAN A. Beberapa Prinsip Terkait Dengan Adanya Hubungan Hukum Antara Penanggung Pertama dengan Penanggung Ulang Adapun hubungan hukum dalamreasuransi memiliki bebrapa fungsi yaitu diantaranya adalah sebagai berikut : 6 1. Memberi jaminan atau perlindungan kepada penanggung dari kerugian-kerugian underwriting yang dapat sewaktu-waktu membahayakan likuiditas, solvabilitas, dan kelestarian kegiatan usaha mereka. 2. Menaikkan kapasitas akseptasi perusahaan asuransi atas risiko-risiko yang melampaui batas kemampuannya karena kelebihan tanggung-gugat yang tidak bisa mereka tampung sendiri akan dijamin oleh penanggung ulang yang telah bersedia menampungnya. 3. Sebagai alat penyebar resiko, baik dipasaran reasuransi dalam negeri maupun dipasaran luar negeri. 4. Bila kerjasama reasuransi atas sebagian resiko dilakukan antar sesama perusahaan asuransi, akan terdapat dua fungsi didalamnya, yaitu sebagai penyebaran risiko dan sebagai sarana pertukaran bisnis yang mampu meningkatkan pendapatan premi yang dapat ditahan karena disamping adanya pengeluaran terdapat pulapemasukan premi. 5. Meningkatkan atau mendukung kestabilan hasil underwriting dan keadaan keuangan perusahaan asuransi, termasuk menjaga stabilitas pendapatannya. Dalam hal ini, reasuransi seolah-olah berfungsi menyediakan fasilitas bank kepada perusahaan asuransi. 6. Meningkatkan dan memperbesar keleluasaan dalam melakukan pemasaran berbagai macam produk asuransi, baik yang konvensional maupun yang baru dengan segala macam tingkat besar kecilnya resiko. 6 R. Ali Ridho, Hukum Dagang Tentang Aspekaspek Asuransi Udara dan Perkembangan Perseroan Terbatas, Remaja Karya, Bandung, 1984,Hlm. 11-13. 4

7. Secara tidak langsung reasuransi dapat berfungsi membantu membiayai kegiatan usaha perusahaan asuransi, khususnya disesikan berdasarkan kontrak reasuransi. Hubungan antara penanggung (ceding company) dan para penanggung ulang yang sangat mendasar berpijak pada lima prinsip asuransi dan ditambah dengan satu prinsip lainnya yang disebut prinsip / asas Follow the fortunes of the ceding company. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan dibawah ini : 7 1. Prinsip itikad baik : Semua perjanjian dilakukan berdasarkan itikad baik, termasuk perjanjian asuransi dan reasuransi. 2. Prinsip kepentingan yang dapat dipertanggungkan : Selain berlaku pada perjanjian asuransi, asas ini juga berlaku pada perjanjian reasuransi. Dengan melakukan atau menerima penutupan pertanggungan, pihak penanggung telah memilki kepentingan yang timbul karena adanya perikatan. 3. Prinsip ganti rugi : Sebagian yang berlaku pada perjanjian pertanggungan, penggantian dan atau pemulihan yang dapat dilaksanakan oleh para penanggung ulang hanya terbatas pada kerugian sebenarnya yang dibayarakan oleh penanggung pertama kepada tertanggung asli sesuai dengan persyaratan dan ketentuan polis yang berlaku serta sah menurut hukum. Jumlah penggantian yang dibayar oleh para penanggung ulang kepada penanggung pertama haruslah sebanding dengan saham atau penyertaannya dalam reasuransi. 4. Prinsip Subrogasi : Berdasarkan prinsip ini, penanggung yang telah melakukan pembayaran ganti kerugian yang sah pada tertanggung berhak menggantikan kedudukan pihak tertanggung untuk memperoleh pemulihan dan atau menuntut ganti rugi kepada pihak ketiga yang berdasarkan hukum wajib bertanggungjawab atas segala kerugian yang terjadi akibat kesalahan atau kelalaian mereka. 5. Prinsip kontribusi / saling menanggung : 7 Ibid Prinsip kontribusi atau saling menanggung ini pada hakikatnya bukan hanya berlaku dalam hal asuransi, melainkan juga berlaku dalam hal reasuransi. B. Metode, Tipe dan Klausul Pertangung jawaban Hukum Dalam Perjanjian Reasuransi Menurut berbagai literatur reasuransi / asuransi terdapat tiga cara dalam melakukan kerjasama asuransi antara pihak penanggung pertama (direct insurers) dan pihak penaggung ulang (reinsurers) yaitu : 1. Metode reasuransi secara fakultatif : adalah transaksi pertanggungan ulang antara pihak penaggung pertama dan para penanggung ulang secara bebas, yaitu para pihak penanggung ulang tidak terikat harus menerima penawaran pertanggungan ulang. 2. Metode reasuransi secara kontrak (treaty) : adalah perjanjian antara pihak penangung pertama dan para penanggung lain atau para pengnggung ulang profesional yang dalam perjanjian tersebut pihak penaggung pertama, yang selanjutnya disebut pemberi sesi atau ceding company, setuju memberikan bagian (share) dan para penaggung ulang, yang selanjutnya disebut pihak kedua, setuju dan wajib menerima bagian atau sesi dari tanggungjawab atas asuransi yang telah ditutup oleh penggung pertama sesuai dengan pembagian yang telah disepakati oleh masing-masing penanggung ulang (peserta treaty) sampai dengan batas-batas tanggung gugat/jawab tertinggi dari setiap kelas resiko berdasarkan pernyataan dan ketentuanketentuan yang disebutkan dalam kontrak reasuransi. Persyaratan dan Ketentuan Kontrak Reasuransi Beberapa persyaratan dan ketentuan yang sangat penting, yang kiranya perlu untuk kita ketahui bersama, antara lain yang berkenaan dengan : 1. Komisi reasuransi (reinsurance commission) yang lazim disingkat R/I comm) : yang diberikan oleh penanggung ulang kepada pemberi sesi adalah sebagai imbalan jasa atas bisnis reasuransi yang disesikan kepadanya oleh pemberi sesi. 5

Besarnya komisi reasuransi yang dapat diberikan kepada pemberi sesi sangat tergantung pada kelas bisnis yang yang disesikan dan biasanya lebih besar dari komisi reasuransi yang diberikan kepada agen atau pialang reasuransi. Besarnya komisi reasuransi yang diberikan oleh penanggung ulang kepada pemberi sesi lazimnya 3% sampai dengan 7,5% lebih besar dari komisi reasuransi yang diberikan kepada agen / pialang karena pemberian komisi reasuransi tersebut mempunyai tujuan untuk pengganti biaya operasional yang dikeluarkan oleh pemberi sesi dalam rangka memperoleh bisnis. 2. Komisi keuntungan (profit commission) : adalah suatu komisi yang diberikan oleh penerima sesi/ penanggung ulang kepada pemberi sesi yang lazimnya disebut juga reinsured. Komisi keuntungan hanya diberikan bila hasil bersih yang disesikan kepada penanggung ulang menunjukkan keuntungan bagi penerima sesi. Dalam praktek profit commission jarang diberikan kepada pemberi sesi yang didasarkan atas non-proportional traties, tetapi seandainya dapat dfisepakati bersama lazimnya diperhitungkan atas dasar tahun penutupannya. Tujuan pemberian komisi keuntungan kepada pemberi sesi adalah merupakan suatu perangsang agar pemberi sesi selalu mengusahakan agar hasil/saldo bersih yang disesikan akan memberikan keuntungan bagi penerima sesi. Bila pemberi sesi dapat memperoleh komisi keuntungan, pendapatan ini juga digunakan untuk menutup biaya operasi untuk memperoleh bisnis. 3. Klausul MPL (maximum possible loss) : adalahsuatu kalusul yang mencantumkan ketentuan bahwa pihak penanggung atau pemberi sesi dapat menetapkan retensi sendiri dan memberi sesi reasuransi sampai pada batas tertinggi sesuai dengan tingkat MPL dan setiap resiko yang diterima atau ditutup oleh pihak penanggung pertama (pemberi sesi). Klausul ini dicantumkan dalam naskah perjanjian apabila telah disepakati bersama oleh pihak pemberi sesi wajib mencantumkan MPL yang benar-benar tepat karena apabila terjadi kesalahan dalam penilaian MPL atas sesi yang diberikan, mereka harus menanggung sendiri akibat kesalahan yang mereka lakukan. Oleh karena itu, pihak pemberi sesi wajib memiliki kemampuan yang tinggi dalam menilai atau mengkaji suatu resiko, yaitu sampai seberapa jauh MPL yang sebenarnya dari resiko yang mereka jamin. III. PENUTUP A. Kesimpulan 1. Beberapa Prinsip terkait dengan adanya Hubungan Hukum Antara Penanggung Pertama dengan Penanggung Ulang yaitu, Hubungan antara penanggung (ceding company) dan para penanggung ulang yang sangat mendasar berpijak pada 5 (lima) prinsip asuransi dan ditambah dengan satu prinsip lainnya yang disebut prinsip / asas Follow the fortunes of the ceding company. Misalnya : Prinsip itikad baik :Semua perjanjian dilakukan berdasarkan itikad baik, dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1321. Prinsip kepentingan yang dapat dipertanggungkan :Selain berlaku pada perjanjian asuransi, asas ini juga berlaku pada perjanjian reasuransi., berdasarkan Pasal 271 KUHD. Prinsip ganti rugi:pemulihan Jumlah penggantian yang dibayar oleh para penanggung ulang kepada penanggung pertama haruslah sebanding dengan saham atau penyertaannya dalam reasuransi. Prinsip Subrogasi:penanggung yang telah melakukan pembayaran ganti kerugian yang sah pada tertanggung berhak menggantikan kedudukan pihak tertanggung untuk memperoleh pemulihan dan atau menuntut ganti rugi. Prinsip kontribusi / saling menanggung :pada hakikatnya bukan hanya berlaku dalam hal asuransi, melainkan juga berlaku dalam hal reasuransi. Prinsip follow the fortune of 6

theceding company :Prinsip mengikuti keberuntungan penanggungung pertama, dalam hal reasuransi hanyalah terbatas pada klaim yang sah dan wajib dibayar oleh penanggung pertama sesuai dengan jumlah kerugian. 2. Metode dan Tipe Pertangung jawaban Hukum Dalam Perjanjian Reasuransi yaitu, Metode reasuransi hendaknya diartikan sebagai cara bagaimana para pelaku pasar reasuransi itu melakukan kerjasama reasuransi, sedang tipe reasuransi hendaknya kita artikan sebagai bentuk pelaksanaan dari cara melakukan transaksi reasuransi. B. Saran Melihat permasalahan di atas maka disarankan agar pengalihan segala resiko yang ditimbulkan peristiwa-peristiwa yang tidak diharapkan terjadi kepada orang lain yang mengambil risiko untuk mengganti kerugian dalam Reasuransi, akan memberikan suatu kepastian mengenai kestabilan dari nilai harga bendanya jika ia akan mengalihkan risiko kepada suatu perusahaan, dimana dia sendiri saja tidak berani menanggungnya. 7

DAFTAR PUSTAKA A. Buku-Buku Abdul Kadir Muhammad, 1984, Pengantar Hukum Pertanggungan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Osman Bosra, Hukum Asuransi, Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang, 1978. M.H.Tirtaamidjaya, Pokok-pokok Hukum Perniagaan, Djambatan, Jakarta, 1969 Abdulkadir Muhammad, Pengantar Hukum Pertanggungan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994. R. Ali Ridho, Hukum Dagang Tentang Aspek-aspek Asuransi Udara dan Perkembangan Perseroan Terbatas, Remaja Karya, Bandung, 1984. B. Peraturan Perundang-Undangan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Undang-Undang Nomor 21992 Tentang Usaha Perasuransian 8

BIODATA MUH. ZULFIKAR S. KAMAH, Lahir di Poso, 26 November 1989, Alamat Rumah Jalan Pipit Lrg II Nomor 24C Palu Sul-Teng, Nomor Telepon +6282191931617, Alamat Email bijibatu_lombohi@yahoo.com 9