BAB II TINJAUAN UMUM ASURANSI JIWA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI JIWA AKIBAT TERTANGGUNG BUNUH DIRI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN SISTEM MUD{A>RABAH MUSYA>RAKAH PADA PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

BAB IV STUDI ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG APLIKASI RETENSI CO ASURANSI SYARI AH DI PERUSAHAAN ASURANSI PT. TAKA>FUL INDONESIA DI SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. perilaku umat Islam dalam memandang kelembagaan-kelembagaan yang ada

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

BAB I PENDAHULUAN. merugikan ( pure risk), seperti resiko bisnis, resiko kecelakaan, dan resiko sakit.

BAB I PENDAHULUAN. 2014, hlm.viii. 2 Nurul Ichsan Hasan, Pengantar Perbankan Syariah, Gaung Persada Pers Group, Cet ke-1, Jakarta, 2014, hlm.100.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB IV. A. Analisis terhadap Sistem Bagi Hasil Pengelolaan Ladang Pesanggem Antara

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

perbankan di Indonesia menganut dual banking system yaitu perbankan konvensional dan

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

BAB IV ANALISIS WADI< AH MUD{A>RABAH TERHADAP BONUS HAJI GRATIS PADA PT. ANUGERAH NUR NABAWI JOMBANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

Pada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat

BAB 1V REASURANSI PADA TABUNGAN INVESTASI DI BANK SYARIAH BUKOPIN SIDOARJO DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi yang di selenggarakan sesuai dengan syariah.

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK SIMPANAN WADI AH BERJANGKA DI BMT TEGAL IJO DESA GANDUL KECAMATAN PILANGKENCENG KABUPATEN MADIUN

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

Bagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di PETUNJUK RASULULLAH

SYARIAH ASSURANCE ACCOUNT DI PT. PRUDENTIAL

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN

BAB IV ANALISIS TENTANG APLIKASI PERJANJIAN SEWA SAFE DEPOSIT BOX DITINJAU DARI BNI SYARIAH HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERPANJANGAN SEWA- MENYEWA MOBIL SECARA SEPIHAK DI RETAL SEMUT JALAN STASIUN KOTA SURABAYA

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

MUD{A<RABAH DALAM FRANCHISE SISTEM SYARIAH PADA KANTOR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONAL WADI< AH PADA TABUNGAN ZAKAT DI PT. BPRS BAKTI MAKMUR INDAH

BAB II ASURANSI JIWA DALAM HUKUM ISLAM

BAB II AKAD TABARRU, ASURANSI SYARI AH DAN ASURANSI JIWA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi. Tidak hanya untuk kepentingan pribadi dan keluarga, tetapi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR DI JALAN KARIMUN JAWA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. berpedoman penuh pada Al-Qur an dan As-Sunnah. Hukum-hukum yang melandasi

BAB IV STOCK INDEX FUTURE TRADING DI CENTRAL CAPITAL FUTURES DALAM PERSPEKTIF MADZHAB SYAFI I

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Akad Tabarru Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan khususnya kehidupan ekonomi sangat besar baik itu

s}ahibul ma>l. Yang digunakan untuk simpanan dengan jangka waktu 12 (dua belas)

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP SIMPAN PINJAM BERGULIR PADA P2KP (PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN)

BAB I PEDAHULUAN. peluang terjadinya jual-beli dengan sistem kredit atau tidak tunai dalam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI IKAN TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam yang menjadi bagian tak terpisahkan dari agama Islam

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH

Rikza Maulan Lc., M.Ag

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KETENTUAN PEMBIAYAAN KREDIT SINDIKASI

PT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE KONSEP SYARIAH

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

KAIDAH FIQH. Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

BAB IV PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DALAM PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA BANYUATES SAMPANG MADURA

KAIDAH FIQH. Jual Beli Itu Berdasarkan Atas Rasa Suka Sama Suka. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Jual Beli Itu Berdasarkan Suka Sama Suka

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB I PENDAHULUAN. Harta merupakan salah satu amanah yang diberikan Allah kepada

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

Asuransi Syariah. Insurance Goes To Campus. Oleh: Subchan Al Rasjid. Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 17 Oktober 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Artinya: Dialah Allah yang mengamankan mereka dari ketakutan.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MANAJEMEN INVESTASI DANA PREMI DI PT. ASURANSI SYARIAH ALLIANZ LIFE INDONESIA SURABAYA

Musha>rakah di BMT MUDA Kedinding Surabaya

NIKAH MUT AH. Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia, setelah :

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN UMUM ASURANSI JIWA A. Asuransi Menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Asuransi Asuransi (insurance) sebagai diistilakan dengan pertanggungan, adapun pengertiannya dapat ditemukan dalam ketentuan pasal 1 Undang- Undang no 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian. Dalam UU didenifisikan bahwa asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Ketentuan pasal 1 angka (1) Undang-Undang no 2 tahun 1992 ini mencakup dua jenis asuransi, yaitu; asuransi kerugian (loss insurance) dan asuransi jumlah (sum insurance) yang meliputi asuransi jiwa dan asuransi sosial. Dalam hubungannya dengan asuransi jiwa, maka fokus pembahasan diarahkan pada jenis asuransi butir (b). Apabila rumusan pasal 1 Undang- 17

18 Undang No. 2 tahun 1992 disempitkan hanya melingkupi jenis asuransi jiwa, maka rumusannya adalah, asuransi jiwa adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi, untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang diasuransikan. B. Asuransi Menurut Hukum Islam dan Dasar Hukumnya 1. Pengertian Asuransi Di antara bentuk mu amalah baru, yaitu apa yang disebut asuransi. Ada yang berhubungan dengan hidup, yang dinamakan asuransi jiwa dan ada pula asuransi jaminan kalau terjadi kecelakaan. Dalam mentranslit istilah asuransi ke dalam istilah asuransi Syariah terdapat beberapa istilah yang digunakan, diantaranya istilah tak aful dan ta m i n (bahasa Arab), serta Islamic Insurance (Bahasa Inggris). Ketiga istilah tersebut secara subtansial tidak jauh berbeda dan mengandung makna hampir sama, yakni pertanggungan (saling menanggung). 1 Dalam bahasa Arab Asuransi disebut at-ta m i n, penanggung disebut mu ammin, sedangkan tertanggung disebut mu amman lahu atau musta min. at-ta m i n (التا مين) diambil dari kata (أمن) memiliki arti memberi 1 Yadi Janwari, Asuransi Syariah, h. 6

19 perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut. Men-ta minkan sesuatu, artinya adalah seseorang membayar atau menyerahkan uang cicilan agar ia atau ahlis warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah disepakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap harta yang hilang, dikatakan seseorang mempertanggungkan atau mengasuransikan hidup, rumah atau mobilnya. 2 Asuransi (at-ta m i n) adalah transaksi perjanjian antara dua pihak, pihak yang satu berkewajiban membayar iuran dan pihak lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayaran iuran jika terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama sesuai perjanjian yang dibuat. 3 Istilah lain yang sering digunakan adalah istilah tak aful, diambil dari bahasa Arab dengan kata dasar tak afala yatak afula tak aful yang berarti saling menanggung atau menanggung bersama. Tak aful dalam pengertian mu amalah ialah saling menanggung risiko di antara sesama orang sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas risiko yang lainnya. Saling memikul atas dasar saling menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing mengeluarkan dana tabarru, dana ibadah, sumbangan, derma yang ditujukan untuk menanggung risiko. 4 Dan pengertian asuransi tak aful adalah pertanggungan yang berbentuk tolong-menolong, atau juga dengan 2 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem Operasional, h. 28 3 Abdul Azis Dahlan, Ensikopledi Hukum Islam 1, h.138 4 Muhammad Syakir Sula, Op,cit, h.33

20 perbuatan kafal, yaitu perbuatan saling tolong-menolong dalam menghadapi sesuatu risiko yang tidak diperkirakan sebelumnya. 5 Hal ini berarti bahwa dalam asuransi Syariah yang saling menanggung bukan antara perusahaan asuransi dengan peserta asuransi, melainkan terjadi di antara para peserta asuransi di mana peserta yang satu menjadi penanggung bagi peserta asuransi lainnya. Dari sini tampak bahwa asuransi Syariah bersifat saling melindungi dan tolong-menolong yang disebut at-ta' awun yaitu, prinsip saling melindungi dan saling menolong atas dasar ukhuwah Islamiah antara sesama anggota peserta asuransi Syariah dalam menghadapi risiko. Dalam pengertian asuransi Syariah, tak aful keluarga (asuransi jiwa) adalah bentuk asuransi Syariah yang memberikan perlindungan dalam menghadapi musibah kematian dan kecelakaan atas diri peserta asuransi tak aful. 6 Sistem asuransi Syariah adalah sikap ta awun (tolong-menolong) yang telah diatur dengan rapi, semua telah siap mengatisipasi suatu peristiwa. Jika sebagian mereka mengalami peristiwa, maka semuanya saling menolong dalam menghadapi dengan sedikit pemberian (derma) yang diberikan oleh setiap individu. Dengan pemberian tersebut, mereka dapat menutupi kerugian 5 Suhrawardi k. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, h. 82 6 Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, h.152

21 yang dialami oleh orang yang tertimpa peristiwa tersebut. Dengan ta awun mereka saling membantu antara sesama mereka takut bahaya peristiwa yang mengancam mereka. 2. Dasar Hukum Asuransi pada umumnya menurut pandangan Islam agamanya karena tidak penjelasan hukumya didalam Alqur an dan Had i ts secara implisit 7. Mengenai ketentuan hukum asuransi pada umumnya, dalam Syari at Islam dikategorikan ke dalam masalah Ijtih ad. Sebab tidak ada penjelasan resmi baik dalam Alqur an maupun Hadi ts. Disamping itu para imam mazhab juga tidak memberikan pendapatnya tentang hal tersebut, sebab ketika itu masalah perasuransian belum dikenal. KH. Ahmad Azhar Bsyir, M.A. Mengemukan bahwa perjanjian asuransi adalah hal baru dan belum pernah terjadi pada masa Rasulullah SAW. Dan para sahabat serta tabi i n. Kenyataan yang dikemukan di atas memberi interprestasi bahwa bila berbicara tentang dasar hukum perasuransian menurut Syari at Islam, hanya dapat dilakukan dengan metode Ijtih ad. Melalui Ijtih ad itu pulalah dicari dan ditetapkan hukumnya, untuk mengambil ketetapan hukum dengan menggunakan metode Ijtih ad dapat dipergunakan beberapa cara, antara lain sebagai berikut: 7 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, h.311

22 a. Maslahah Mursalah / untuk kemaslahatan umum. b. Melakukan Interprestasi atau penafsiran hukum secara analogi. Dengan menggunakan metode di atas tentunya akan melahirkan pendapat atau pandangan yang berbeda satu sama lain. Tentunya pendapat tersebut akan dipengaruhi oleh pola pikir masing-masing ahli 8 Bahkan terdapat ayat dan hadits yang memberikan isyarat atau indikasi kehalalan asuransi jiwa, dalam alqur an surat an-nisa ayat 7 yang berbunyi: ل لر ج ال ن ص يب م ما ت ر ك ال و ال د ان و الا ق ر ب ون و ل لن س اء ن ص يب م ما ت ر ك و الا ق ر ب ون م ما ق ل م ن ه أ و آ ث ر ن ص يب ا م ف ر وض ا (النساء : ٧) ال و ال د ا ن Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan. (Q.S. an-nisa : 7) 9 Dalam alqur an surat an-nisa ayat 9 Allah berfirman yang berbunyi: و ل ي خ ش ا لذ ين ل و ت ر آ وا م ن خ ل ف ه م ذ ر ية ض ع اف ا خ اف وا ع ل ي ه م ف ل ي تق وا و ل ي ق ول وا ق و لا س د يد ا (النساء : ٩) ال ل ه Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar. (Q.S. an-nisa : 9) 10 8 Suhrawardi k. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, h. 73-74 9 Depag RI, Alqur an dan Terjemahan, h. 116 10 Ibid, h. 116

23 Dan Had i ts nabi yang diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim dari Sa id Bin Abu Waqas: أ نك ا ن ت ذ ر و ر ث ن ك ا غ ن ي اء خ ي ر م ن ا ن ت ذ ر ه م ع ال ة ي ت ك فف و ن ال ناس ) بخارى و مسلم ( رواه Sesungguhnya lebih baik meninggakan ahli warismu dalam keadaan kecukupan dari pada meninggalkan mereka menjadi beban tanggungan orang banyak. (HR. Bukhori dan Muslim). 11 Demikian pula pemakain qiyas sebagai landasan hukum harus memenuhi syarat rukun, di antaranya terpenting adalah adanya persamaan illat hukumnya (motif hukum) antara masalah baru yang sedang dicari hukumnya dengan masalah pokok yang sudah ada ditetapkan hukumnya. 12 Sebagaimana masalah mu amalah, asuransi adalah bisa mubah, bisa jadi haram, makruh atau sunnah tergantung pada keadaan waktu dan cara pelaksanaanya. Dalam bidang mu amalah seperti jual beli, gadai menggadai, persekutuan (syirkah) atau perkawinan wajib ada akad. Akad (perjanjian) adalah suatu sebab yang ditetapkan hukum, berdasarkan definisi (ta rif) itu aqad adalah suatu ir adi syarah yaku mu alattaradi perbuatan yang sengaja dibuat oleh dua orang atau dua pihak berdasarkan kerelaan. 13 Akad (perjanjian) mengikat kedua belah pihak dengan beberapa hak dan kewajiban yang memenuhi suatu ketentuan yang diwajibkan oleh akad 14. 11 Al-Imam Abi Husain Muslim bin Hajaj al-qusairy al-naisaburi, Shahih Muslim, juz 11, h. 65 12 Masfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, h. 133 13 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, h. 70 14 Ghufran A Mas adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, h. 25

24 Diantara rukun akad adalah ijab dan qabul, yang dinamakan redaksi (shighatal-aqd) yaitu perkataan yang menunjuk kepada kehendak kedua pihak 15 Dalam asuransi, ijab dari pihak asuransi dan qabul dari pihak tertanggug. Seorang muslim harus bijaksana menghadapi masalah perbedaan pendapat (khilafiyah), seperti masalah asuransi ini, harus memilih salah satu dari pendapat-pandapat ulama yang dipandang paling kuat dalil atau argumentasinya, baik pendapat yang dipilih ringan atau berat untuk dilaksanakan, dan harus meninggalkan pendapat yang masih meragukan, tapi harus bersikap tolerans terhadap sesama muslim yang berbeda pendapatnya. C. Perjanjian Asuransi Asuransi atau pertanggungan, di dalamnya selalu mengandung pengertian adanya suatu risiko. Risiko yang terjadi adalah sesuatu yang belum pasti karena masih tergantung pada suatu peristiwa yang belum pasti, maka orang harus berusaha agar menghilangkan atau kerugian itu tidak terjadi, dengan jalan agar peristiwa yang mungkin terjadi dapat menyebabkan kerugian atau kehilangan jangan sampai menjadi kenyataan. Atas dasar ini, maka orang berusaha mencari pihak yang bersedia memikul risiko yang mungkin dideritanya, dengan cara 15 Ibid, h. 78

25 mengadakan suatu perjanjian. Dalam hal ini perjanjian itu adalah perjanjian pertanggungan atau asuransi. 16 Akad yang dipakai dalam asuransi Syariah adalah perjanjian (akad) tijarah atau akad tabarru. Akad tijarah yang dimaksud adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial seperti mud} arabah. Dalam akad tijarah (mud{ arabah), perusahaan bertindak sebagai mud} arib pengelola dan peserta bertindak sebagai shahibul mal pemegang polis 17 sedangkan, akad tabarru adalah bentuk akad yang dilakukan tujuan kebaikan dan tolong-menolong, semata untuk tujuan komersial. 1. Syarat Asuransi Dalam menjalankan usaha asuransi berupaya untuk menghindari dari bencana yang melanda dengan mengalihkan kerugian sedapat mungkin kepada tanggungan orang lain yang sanggup membayar ganti rugi karena mengambil alih risiko. Risiko yang timbul pada asuransi jiwa terutama terletak pada unsur waktu, oleh karena sulit untuk mengetahui kapan seseorang meninggal dunia, untuk memperkecil risiko tersebut, maka sebaiknya diadakan pertanggungan jiwa. Pada asuransi jiwa ada beberapa syarat supaya risiko yang diasuransikan bisa terlaksana, yaitu: 16 Sri Redjeki Hartono, Asuransi dan Hukum Asuransi Di Indonesia, h.11 17 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem Operasional, h. 43

26 a. Jumlah exporures (yang dipertanggungkan) harus besar dan homogeen (homogeneous). Homogeneous ialah bahwa masing-masing exposures (seperti jiwa property) tidak banyak perbedaan sifat satu sama lainnya. Umpamanya, jiwa yang sama, pekerjaan yang sama, dan rumah yang sama. b. Biaya-biaya guna menanggung resiko tidak boleh terlalu tinggi. c. Pembayaran premi yang rendah, sehingga orang bependapat bahwa ia lebih baik mengansuransikan dari pada menyimpan uangnya di bank. d. Kerugian (loss) yang timbul tidak boleh mengandung unsur disengaja, karena bertentangan dengan law of indemnity. 18 Menurut Muhammad Abduh, akad yang sesuai dengan kegiatan operasional asuransi adalah akad mud} arabah di mana asuransi menyerupai akad mu amalah yang ada dalam hukum Islam dan yang sudah jelas wujud formal dan materialnya, sehingga untuk menjelaskan rukun dan syarat asuransi, kita bisa menggunakan rukun dan syarat asuransi yang ada pada mud} arabah. a. Modal Berkaitan dengan modal, mensyaratkan modal harus diserahkan langsung kepada mud} arib, dan ia berhak menggunakan sendiri dalam menggunakan usaha. 19 18 A. Abbas Salim, Dasar-Dasar Asuransi, h. 38

27 b. Pemilik modal dan pengelola Yaitu pemilik modal dengan melaksanakan pekerjaan (mud{ arib), mud} arib yang berperan sebagai pemegang amanah untuk melaksanakan usaha. Adapun pemilik modal dan pengelola antara lain: 1) Berakal 2) Baligh 3) Atas kesukarelaan sendiri c. Pekerjaan Dalam hal mensyaratkan berupa perdangangan, pelaku niaga diberi kebebasan melakukan perniagaan berupa dibatasi oleh waktu. Akan tetapi bila mereka sepakat untuk membuat persyaratan tertentu guna menjamin keuntungan dan mempertinggi produksi, hal semacam itu tidaklah salah sepanjang persyaratan itu tidaklah menyalahi ketentuan Syariat. 19 Muhammad Muslehuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam, h. 66

28 d. Keuntungan Di dalam keuntungan disyaratkan khusus dua orang yang bekerja sama dengan jumlah tertentu dan dijelaskan secara rinci, prosentasi keuntungan yang akan dibagi antara pemilik modal dan pengelola harus dijelaskan dan ditentukan e. Shighat (ijab qabul/persetujuan kedua belah pihak) Ijab qabul merupakan akad mud} arib yang terpenting karena setiap pihak yang melakukan akad harus terjadi qabul. 2. Prinsip Asuransi Asuransi harus dibangun di atas fondasi dan prinsip dasar yang kuat dan kokoh, dalam hal ini prinsip dasar asuransi Syariah, antara lain: a. Tauhid Dasar utama dari setiap bangunan yang ada dalam Syariah Islam. Dalam berasuransi yang harus diperhatikan adalah bagaimana seharusnya menciptakan suasana dan kondisi bermu amalah yang ditentukan oleh nilai ketuhanan. 20 b. Keadilan (justice) Dalam beransuransi terpenuhinya nilai keadilan antara pihak yang terkait dengan akad asuransi, keadilan dalam hal ini dipahami sebagai upaya dalam menempatkan hak dan kewajiban antara nasabah (anggota) 20 Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam, h. 125

29 dan perusahaan asuransi. Pertama, nasabah harus memosisikan pada kondisi yang mewajibkan untuk selalu membayar premi dalam jumlah tertentu kepada perusahaan asuransi dan mempunyai hak sejumlah uang santunan jika terjadi peristiwa kerugian. Kedua, perusahaan berfungsi sebagai lembaga pengelola dana mempunyai kewajiban membayar klaim kepada nasabah. 21 c. Tolong-menolong (ta a wun) dan kerja sama (cooperation) Dalam melaksanakan kegiatan berasuransi harus didasari dengan semangat tolong-menolong dan bekerja sama antara nasabah. Seseorang yang masuk asuransi, sejak awal harus mempunyai niat dan motivasi untuk membantu dan meringankan beban teman yang pada suatu ketika mendapatkan musibah atau kerugian. d. Amanah (trustworthy/al-ama<nah) Prinsip amanah berlaku pada diri nasabah. Seseorang yang menjadi nasabah berkewajiban menyampaikan informasi yang benar berkaitan dengan pembayaran dana iuran (premi) dan tidak memanipulasi kerugian yang menimpanya. e. Kerelaan (al-rid{ a ) Dalam bisnis asuransi, ketulusan dan keikhlasan dari masingmasing pihak dalam melakukan transaksi asuransi Syariah. Peserta 21 Ibid, h. 126

30 asuransi mempunyai motivasi untuk merelakan premi yang disetorkan pada perusahaan asuransi, yang difungsikan sebagai dana sosial (tabarru ), dana tersebut digunakan untuk membantu anggota asuransi yang lain jika mengalami becana atau musibah. 22 f. Menghindari unsur gharar, maysir, riba< Unsur gharar (ketidakpastian), dalam asuransi Syariah peserta sejak awal telah diberi tahu dari mana dana klaim yang akan diterima apabila mendapat musibah. Dana pembayaran klaim dalam asuransi Syariah diambil dari dana tabarru yang merupakan kumpalan dana shadaqah yang diberikan para peserta. Unsur maysir (perjudian), dalam asuransi Syariah apabila peserta tidak mengalami musibah selama menjadi peserta asuransi, ia masih tetap berhak mendapatkan premi yang disetor kecuali dana yang dimasukkan dalam dana tabarru. Unsur rib a, dalam asuransi Syariah dana yang terkumpul diinvestasikan dengan menggunakan prinsip bagi hasil (mud{ arabah atau musy arakah), tapi asuransi konvensional menggunakan prinsip bunga. 23 22 Ibid, h. 127-130 23 Yadi Janwari, Asuransi Syariah, h. 142

31 D. Polis Polis asuransi merupakan isi dari kontrak asuransi. Di situ antara lain diperinci hak-hak dan kewajiban dari pihak penanggung dan tertanggung, syaratsyarat dan prosedur pengajuan klaim jika terjadi peristiwa yang diasuransikan, prosedur dan cara pembayaran premi oleh pihak tertanggung, dan hal-hal lain yang dianggap perlu. Secara teoritis, polis asuransi adalah kontrak yang bisa dinegoisasikan, meskipun dalam kenyataannya banyak perusahaan asuransi tidak berkenan untuk menegoisasikan isi polis asuransi, dan sudah merupakan perjanjian standar (baku) sehingga tidak akan diubah lagi, sehingga bagi pihak tertanggung berada pada posisi menerima atau menolak" perusahaan asuransi tersebut (take it or leave it). 24 Polis asuransi jiwa bukanlah satu perjanjian jaminan terhadap kerugian, seorang yang pemiutang yang mengasuransikan jiwa yang berutang, mungkin dapat diperoleh dari polis, apakah telah selesai dibayar atau belum. Akta asuransi jiwa 1774, tidak melarang perbuatan itu karena hanya terletak pada kepentingan orang yang diasuransikan sewaktu mengambil polis. 25 Dalam asuransi Islam pemegang polis diposisikan sebagai penabung, maka ada dua keuntungan yang didapat. Pertama, pemegang polis mendapat nilai tambah dari bagi hasil mudh arabah yang merupakan manfaat finansial atas kebijakan kerjasama. Kedua, pemegang polis dapat melanjutkan hubungan atau 24 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, h. 259 25 Muhammad Muslehuddin, Asuransi Dalam Islam, h. 33

32 memutus hubungan sepihak dengan pihak asuransi syariah. Pemutusan ini tidak menyebabkan dana hangus, ia tetap mendapatkan kembali dananya setelah dikurangi dana tabarru (dana kebijakan). E. Premi Premi adalah kewajiban peserta untuk memberikan sejumlah dana kepada perusahaan sesuai kesepakatan dalam akad (perjanjian). 26 Premi tidak perlu dibayar di muka, tapi sudah menjadi kebiasaan para penjamin untuk menetapkan bahwa kontrak mulai berlaku hanya bila preminya dibayar. Dengan melandaskan diri pada prinsip tak afuli, asuransi Syariah (asuransi jiwa) menerapkan dua bentuk akad diawali penerimaan premi, yakni akad tabungan investasi dan akad kontribusi. Akad tabungan investasi berdasarkan prinsip mud} arabah, sementara kontribusi berdasarkan prinsip hibah. Hibah dilakukan secara berjamaah dan mengandung efek saling menanggung. Besarnya hibah sekitar 5% dari total premi, selebihnya 95% masuk ketabungan investasi. 27 Peserta asuransi wajib membayar sejumlah uang (premi) secara teratur kepada perusahaan Asuransi Takaful Keluarga. Premi yang disetor oleh peserta asuarnsi dimasukkan dalam dua rekening yaitu: 26 Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syaiah di Indonesia, h.223 27 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem Opersaional, h. 46

33 1. Rekening tabungan, yaitu kumpalan dana yang merupakan milik peserta dan dibayar bila: perjanjian berakhir, peserta mengundurkan diri, dan peserta meninggal dunia 2. Rekening khusus, yaitu kumpulan dana yang diniatkan oleh peserta sebagai derma untuk tujuan saling membantu dan dibayarkan bila: peserta meninggal dunia, dan perjanjian berakhir jika ada surplus dana. 28 F. Klaim 1. Undang-Undang no 2 tahun 1992 Sebagaimana telah dijelaskan dalam pengertian asuransi jiwa menurut Undang-Undang no 2 tahun 1992, dari kata bagian akhir untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang diasuransikan. Pada asuransi apabila dalam jangka waktu asuransi terjadi peristiwa kematian atau kecelakaan yang menimpa tertanggung maka penanggung akan membayar jumlah asuransi yang telah disepakati bersama seperti yang tercantum dalam polis. 29 Pembayaran yang dilakukan pihak penanggung kepada tertanggung atau penerima manfaat (ahli waris) berupa uang pertanggungan (klaim) yang sudah menjadi kesepakatan kedua belah pihak. 28 Suhardi K Lubis, Hukum Ekonomi Islam, h. 86 29 Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, h. 14

34 Klaim adalah suatu tuntutan atas suatu hak, yang timbul karena persyaratan dalam perjanjian yang ditentukan sebelumnya telah dipenuhi. Klaim asuransi jiwa adalah suatu tuntutan dari pihak pemegang polis/yang ditunjuk kepada pihak asuransi, atas sejumlah pembayaran Uang Pertanggungan (UP) atau nilai tunai yang timbul karena syarat dalam perjanjian asuransinya telah dipenuhi. 2. Islam Klaim adalah aplikasi oleh peserta untuk memperoleh pertanggungan atas kerugian yang tersedia berdasarkan perjanjian. Sedangkan klaim adalah proses yang mana peserta mendapatkan hak-hak berdasarkan perjanjian. 30 Pada perusahaan asuransi, termasuk yang berdasarkan konsep tak aful, sebenarnya tidak alasan untuk memperlambat penyelesain klaim yang diajukan oleh tertanggung. Tindakan memperlambat tidak boleh dilakukan, karena klaim adalah suatu proses yang telah diantisipasi sejak awal oleh perusahaan asuransi. Klaim yang dibayarkan perusahaan adalah bagian dari kewajiban timbal-balik (tanggung jawab) yang diatur dalam perjanjian asuransi. Yaitu, peserta berkewajiban membayar sejumlah premi sebagai tertanggung dan 30 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem Operasional, h. 259

35 perusahaan berkewajiban untuk membayar klaim sebagai penanggung apabila peserta mengalami musibah atau telah jatuh tempo. 31 Pada asuransi Syariah sumber pembayaran klaim diperoleh dari rekening tabarru. Yaitu, rekening dana tolong-menolong dari seluruh peserta, yang sejak awal diakadkan dengan ikhlas oleh peserta untuk keperluan saudaranya apabila ada yang ditakdirkan Allah meninggal dunia atau mendapatkan musibah kerugian materi, kecelakaan, dan lain sebagainya. Dalam pembayaran klaim asuransi Syariah keluarga (asuransi jiwa) digolongkan kepada tiga kategori, yaitu: a. Peserta meninggal dunia dalam masa pertanggungan (sebelum jatuh tempo), dalam hal ini maka ahli waris akan menerima: 1) Pembayaran klaim sebesar jumlah angsuran premi yang telah disetorkan dalam rekening peserta ditambah dengan keuntungan dari hasil investasi. 2) Sisa saldo angsuran premi yang seharusnya dilunasi dihitung dari tanggal meninggalnya sampai dengan saat selesai masa pertanggungannya. Dana untuk maksud ini diambil dari rekening tabarru para peserta yang memang disediakan untuk itu. b. Peserta masih hidup sampai pada selesainya masa pertanggungan. Dalam hal ini peserta yang bersangkutan akan menerima: 31 Ibid, h. 315

36 1) Seluruh angsuran premi yang telah disetorkan ke dalam rekening peserta, ditambah dengan bagian keuntungan dari hasil investasi. 2) Kelebihan dari rekening tabarru peserta apabila setelah dikurangi biaya operasional perusahaan dan pembayaran klaim masih ada kelebihan. c. Peserta mengundurkan diri sebelum masa pertanggungan selesai. Dalam hal ini peserta yang bersangkutan tetap akan menerima seluruh angsuran premi yang telah disetorkan ke dalam rekening peserta, ditambah dengan bagian dari hasil keuntungan investasi. 32 G. Berakhir asuransi 1. Asuransi berakhir karena terjadi evenemen Dalam asuransi jiwa, satu-satunya evenemen yang menjadi beban penanggung adalah meninggalnya tertanggung. Apabila dalam jangka waktu yang diperjanjikan terjadi peristiwa meninggalnya tertanggung, maka penanggung berkewajiban membayar uang santunan kepada penikmat (ahli waris) yang ditunjuk oleh tertanggung. 32 Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, h. 156

37 2. Karena jangka waktu berakhir Dalam asuransi jiwa tidak selalu evenemen yang menjadi beban penanggung sampai berakhir jangka waktu asuransi. Apabila jangka waktu berlaku asuransi jiwa itu habis tanpa terjadi evenemen, maka beban risiko penanggung berakhir. Akan tetapi, penanggung akan mengembalikan sejumlah uang kepada tertanggung apabila sampai jangka waktu suransi habis tidak terjadi evenemen. 3. Karena asuransi gugur Menurut ketentuan pasal 306 KUHD: Apabila orang yang diasuransikan jiwanya pada saat ditutupnya pertanggungan tersebut sudah meninggal, maka gugurlah perjanjian itu biar pun tertanggung tidak mengetahui kematian itu, kecuali jika diperjanjikan lain. Dalam pasal 307 ditentukan: Apabila tertanggung bunuh diri, atau dihukum mati, maka gugurlah pertanggungan itu. 33 Dalam pasal ini terdapat pembatasan tanggung jawab penanggung kepada tertanggung dalam hal pembayara klaim ketika tertanggung bunuh diri. Pembatasa tanggung jawab adalah tertanggung tidak membayar premi pada masa pertanggungan, tidak ada itikad baik dari tertanggung, dan penerima manfaat tidak memiliki kepentingan atas tertanggung bunuh diri. Hal ini dapat membuat penanggung menolak pembayaran klaim dari tertanggung atau penerima manfaat. 33 Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, h. 201-202

38 H. Fungsi asuransi Adapun fungsi dari adanya asuransi sebagai berikut: 1. Asuransi membuat masyarakat berada dalam keadaan aman. Dengan membeli asuransi jiwa, kepala keluarga akan merasa tentram dan tenang dalam menjamin keturunannya dikemudian hari (sebagai tabungan); 2. Menumbuhkan rasa persaudaraan serta rasa sepenanggungan dan tolongmenolong di antara anggota; 3. Tujuan pertanggungan jiwa ialah mengadakan jaminan bagi masyarakat, yaitu mengambil alih semua beban risiko dari tiap individu, bila ditanggung sendiri akan terlalu berat.