XII. PENGAWAS SEKOLAH

dokumen-dokumen yang mirip
X. GURU A. Dasar Hukum

XIII. INSTRUKTUR A. DASAR HUKUM

XVI. AUDITOR A. DASAR HUKUM

XXIII. PERENCANA A. DASAR HUKUM

XIV. WIDYAISWARA A. DASAR HUKUM

XVII. PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

XXII. STATISTISI A. DASAR HUKUM

V. ARSIPARIS A. DASAR HUKUM

III. PENGAWAS BENIH IKAN

XIX. PEREKAYASA A. DASAR HUKUM

XV. PRANATA KOMPUTER

B. PENGERTIAN-PENGERTIAN

XI. D O S E N A. DASAR HUKUM

XXI. PRANATA HUMAS A. DASAR HUKUM

I. PENGAWAS PERIKANAN

IX. PENGENDALI DAMPAK LINGKUNGAN

II. PENGENDALI HAMA DAN PENYAKIT IKAN

IV. ANALIS KEPEGAWAIAN

XVIII. PENELITI A. DASAR HUKUM

VI. PUSTAKAWAN A. DASAR HUKUM

XX. TEKNISI LITKAYASA

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR: KEP. 1106/Ka/08/2001 NOMOR: 34 A Tahun 2001

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2014 TENTANG

2015, No Indonesia Tahun 1975 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tent

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA,

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Widyaiswara.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010

Setyanta Nugraha Ketua Tim Penyusun Jabatan Fungsional Analis APBN Sekretariat Jenderal DPR RI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Umum

2014, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemb

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PEDOMAN PENETAPAN ANGKA KREDIT DAN KENAIKAN JABATAN/PANGKAT PENGAWAS MADRASAH

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH

PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2010 NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGANGKATAN, KENAIKAN PANGKAT/JABATAN, PEMBEBASAN SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALI, DAN PEMBERHENTIAN DALAM DAN DARI

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-4- MEMUTUSKAN: Pasal 1

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 16/KEP/M.PAN/3/2001 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DAN ANGKA KREDITNYA

2015, No Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 16/KEP/M.PAN/3/2001 tentang Jabatan Fungsional Perencana dan Angka K

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 40 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PERIKANAN WALIKOTA SURABAYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 2 - Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republ

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

Internalisasi Rancangan Peraturan Menteri PAN dan RB

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 66/KEP/M.PAN/7/2003

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER-709/K/JF/2009

ADMINISTRASI JAB-FUNG PRANATA KOMPUTER

JABATAN FUNGSIONAL PENATA RUANG DAN ANGKA KREDITNYA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; MEMUTUSKAN:

- 1 - MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010

MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN NOMOR 4 TAHUN 2010

- 5 - k. memfasilitasi

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 43 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER WALIKOTA SURABAYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN WALIKOTA SURABAYA,

JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS RADIASI

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA

Dasar Hukum Jabatan Fungsional

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Dokter Gigi. Angka Kredit. Fungsional. Pelaksanaan.

- 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR KEPEGAWAIAN DAN ANGKA KREDITNYA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2014, No

MATERI BUKU. 3. Lampiran lampiran

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

XII. PENGAWAS SEKOLAH A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian PNS sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1994. 5. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Disiplin PNS; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2000. 7. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional PNS. 8. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002. 9. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Kewenangan Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian PNS. 10. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional PNS. 11. Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2006 tentang Tunjangan Tenaga Kependidikan. 12. Keputusan MENPAN Nomor 118/1996 tanggal 30 Oktober 1996 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya. 13. Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 0322/O/1996 dan Nomor 38 Tahun 1996 tanggal 30 Oktober 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya. 14. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.07/MEN/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kelautan dan Perikanan, sebagaimana telah diubah yang ketiga kalinya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.08/MEN/2007. 15. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.07/MEN- KP/KP.430/2006 tentang Pemberian Kuasa Penandatanganan Keputusan tentang Pengangkatan, Pemindahan, Pemberhentian, dan mutasi Kepegawaian lainnya PNS dilingkungan DKP. B. PENGERTIAN-PENGERTIAN 1. Pengawas Sekolah adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan 134

penilaian dan pembinaan teknis pendidikan dan adminstrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, dasar, dan menengah. 2. Memberikan arahan adalah upaya Pengawas Sekolah agar guru dan tenaga lain di sekolah yang diawasi dalam melaksanakan tugasnya lebih terarah dan mencapai tujuan yang telah dirumuskan. 3. Memberikan bimbingan adalah upaya Pengawas Sekolah agar guru dan tenaga lain di sekolah yang diawasi mengetahui secara rinci kegiatan yang harus dilaksanakan dan cara melaksanakannya. 4. Memberikan contoh adalah upaya Pengawas Sekolah yang bertindak sebagai guru yang melaksanakan dengan cara mengajar/membimbing untuk materi tertentu di depan kelas/ruang bimbingan dan konseling agar guru yang diawasi dapat mempraktekkan model mengajar/membimbing yang baik. 5. Memberikan saran adalah upaya Pengawas Sekolah agar sesuatu proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah lebih baik dari hasil yang dicapai sebelumnya atau berupa saran kepada pimpinan untuk menindaklanjuti pembinaan yang tidak dapat dilaksnakan sendiri. 6. Daftar Usul Penetapan Angka Kredit adalah daftar yang berisi jumlah angka kredit butir kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Pengawas Sekolah yang selanjutnya disebut DUPAK. 7. Penetapan Angka Kredit adalah suatu angka yang diberikan berdasarkan penilaian atas prestasi kerja yang telah dicapai oleh seorang Pengawas Sekolah yang selanjutnya disebut PAK. C. TUGAS POKOK, UNSUR DAN SUB UNSUR KEGIATAN 1. Tugas Pokok Pengawas Sekolah mempunyai tugas pokok menilai dan membina penyelenggaraan pendidikan pada sejumlah sekolah tertentu baik negeri maupun swasta yang menjadi tanggungjawabnya dan antara lain pengawasan rumpun mata pelajaran/mata pelajaran, pendidikan luar biasa, dan bimbingan dan konseling. 2. Unsur dan Sub Unsur Kegiatan a. Pendidikan, meliputi : 1) Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar; 2) Pendidikan dan pelatihan kedinasan serta memperoleh STTPP. b. Pengawasan Sekolah, meliputi : 1) Penyusunan program pengawasan; 2) Penilaian hasil belajar/bimbingan siswa dan kemampuan guru; 3) Pengumpulan dan pengolahan data sumber daya pendidikan, proses belajar mengajar/ bimbingan, dan lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap perkembangan dan hasil belajar/ bimbingan siswa; 4) Analisis hasil belajar/ bimbingan siswa, guru dan sumber daya pendidikan yang mempengaruhi hasil belajar/bimbingan siswa untuk menentukan jenis pembinaan; 5) Pembinaan kepada guru dan tenaga lainnya di sekolah; 6) Penyusunan laporan dan evaluasi hasil pengawasan; 135

7) Pembinaan pelaksanaan pengelolaan sekolah; 8) Pemantauan dan bimbingan pelaksanaan penerimaan siswa baru; 9) Pemantauan dan bimbingan pelaksanaan EBTA/UAN (Ujian Akhir Nasional); 10) Pemberian saran penyelesaian kasus khusus di sekolah; 11) Pemberian bahan penilaian dalam rangka akreditasi sekolah swasta; 12) Pelaksanaan evaluasi hasil pengawasan dari sekolah yang ada; 13) Pelaksanaan tugas kepegawaian sekolah di daerah terpencil. c. Pengembangan profesi, meliputi: 1) Pembuatan karya tulis/karya ilmiah di bidang pendidikan; 2) Pembuatan pedoman pelaksanaan pengawasan sekolah; 3) Pembuatan juknis pelaksanaan pengawasan sekolah; 4) Penciptaan karya seni; 5) Penemuan teknologi tepat guna dalam bidang pendidikan. d. Pendukung kegiatan Pengawas Sekolah,meliputi: 1) Sebagai Koordinator pe/igawas. sekolah; 2) Mengikuti seminar/lokakarya; 3) Menjadi anggota dalam organisasi profesi; 4) Menjadi delegasi dalam pertemuan ilmiah; 5) Menjadi anggota Tim Penilai Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah; 6) Bertugas dalam suatu kepanitiaan; 7) Mendapat penghargaan/tanda jasa atas prestasi kerjanya; 8) Mendapat gelar kehormatan akademis; 9) Memperoleh gelar kesarjanaan lain; 10) Kegiatan pengabdian pada masyarakat. D. JENJANG JABATAN, GOLONGAN, DAN ANGKA KREDIT NO JABATAN GOL ANGKA KREDIT 1 Pengawas Sekolah III/a 100 Pertama III/b 150 2 Pengawas Sekolah Muda III/c 200 III/d 300 3 Pengawas Sekolah Madya IV/a 400 IV/b 550 IV/c 700 4 Pengawas Sekolah Utama IV/d 850 IV/e 1050 TUNJANGAN Rp 544.000,- 605.000,- BUP 60 Th E. PENGANGKATAN PERTAMA KALI 1. Pejabat yang berwenang a. Presiden, untuk pengangkatan Pengawas Sekolah Utama; b. Sekretaris Jenderal a.n. Menteri Kelautan dan Perikanan, untuk pengangkatan Pengawas Sekolah Madya; 136

c. Kepala Biro Kepegawaian a.n Menteri Kelautan dan Perikanan, untuk pengangkatan Pengawas Sekolah Pertama s/d Pengawas Sekolah Muda. 2. Persyaratan PNS yang diangkat pertama kali harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. Persyaratan Umum 1) Memiliki keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan bidang pengawasan yang akan dilakukan dan dibuktikan dengan spesialisasi pendidikan tertentu atau penugasan yang bersangkutan sewaktu menjadi guru; 2) Berkedudukan dan berpengalaman sebagai guru sekurang-kurangnya selama 6 (enam) tahun secara berturut-turut; 3) Lulus diklat kedinasan di bidang pengawasan sekolah; 4) Setiap unsur dalam DP3 minimal bernilai baik dalam dua tahun terakhir; 5) Usia setinggi-tingginya 5 (lima) tahun sebelum mencapai BUP. b. Persyaratan khusus 1) Pendidikan serendah-rendahnya S.1/D.IV; 2) Berkedudukan serendah-rendahnya Guru Dewasa; 3) Memiliki salah satu spesialisasi mata pelajaran/rumpun mata pelajaran yang sesuai. 3. Ketentuan dalam Pengangkatan Pertama Kali a. Pengangkatan PNS dalam jabatan Pengawas Sekolah dapat dilakukan setelah memperhitungkan jumlah kebutuhan/formasi Pengawas Sekolah pada unit kerja yang bersangkutan; b. Untuk menentukan angka kredit dan jenjang jabatan pengawas sekolah bagi PNS yang diangkat pertama kali digunakan angka kredit terakhir sebagai guru. 4. Tata Cara Pengangkatan Pertama Kali PNS (calon Pengawas Sekolah) menyiapkan berkas usul pengangkatan yang terdiri dari : a. Penetapan angka Kredit (PAK) terakhir sebagai guru; b. Keputusan dalam pangkat/jabatan terakhir sebagi guru; c. Keputusan penugasan sewaktu menjadi guru; d. Ijazah terakhir yang dilegalisir; e. STTPP atau sertifikat diklat kepengawasan sekolah; f. DP3 dua tahun terakhir; g. Formasi pengawas sekolah sesuai dengan jenis pengawas sekolah dan jumlah sekolah serta struktur programnya 1) Berkas usul pengangkatan disampaikan kepada Pimpinan unit kerjanya untuk diperiksa dan diteliti kelengkapan dan kebenaran persyaratannya. 2) Pimpinan unit kerja yang bersangkutan mengusulkan calon Pengawas Sekolah disertai kelengkapan berkas persyaratan pengangkatan kepada pejabat yang berwenang sesuai prosedur dan ketentuan yang beriaku. 3) Pejabat berwenang menerbitkan keputusan pengangkatan ke dalam jabatan fungsional Pengawas Sekolah. 137

4) Keputusan pengangkatan pertama kali tersebut disampaikan oleh pejabat yang berwenang kepada Pengawas Sekolah yang bersangkutan melalui pimpinan unit kerjanya dengan tembusan kepada unit kerja/instansi terkait. F. PENGANGKATAN DARI JABATAN LAIN 1. Pejabat yang berwenang a. Presiden, untuk pengangkatan Pengawas Sekolah Utama; b. Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Kelautan dan Perikanan, untuk Pengawas Sekolah Madya; c. Kepala Biro Kepegawaian atas nama Menteri Kelautan dan Perikanan,untuk Pengawas Sekolah Pertama sampai Pengawas Sekolah Muda. 2. Persyaratan a. Memenuhi angka kredit yang ditentukan; b. Memenuhi syarat sebagaimana ketentuan pengangkatan pertama kali; c. Telah melaksanakan tugas sebagai guru sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun setelah yang bersangkutan diangkat dalam jabatan guru. 3. Ketentuan dalam Pengangkatan dari jabatan lain a. Pangkat Pengawas Sekolah ditetapkan sesuai dengan pangkat terakhir yang dimiliki PNS yang bersangkutan sedang jenjang jabatannya ditetapkan sesuai dengan jumlah angka kredit yang telah dinilai oleh Tim Penilai dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang. b. Bagi Pengawas Sekolah yang karena perpindahan jabatan, memiliki pangkat/golongan ruang lebih tinggi dari jabatan Pengawas Sekolah yang diperolehnya dapat mengajukan kenaikan jabatan satu tingkat lebih tinggi setelah satu tahun dalam jabatan dan memenuhi angka kredit yang diperlukan untuk kenaikan jabatan tersebut sepanjang tidak melampaui jenjang kepangkatan yang ditentukan. c. Pengangkatan dalam jabatan Pengawas Sekolah harus memperhitungkan kebutuhan jumlah Pengawas Sekolah pada unit kerja yang bersangkutan. 4. Tata cara pengangkatan dari jabatan lain. Tata cara pengangkatan PNS dari jabatan lain ke dalam jabatan Pengawas Sekolah mengikuti tata cara pengangkatan pertama kali sebagaimana tersebut pada huruf E butir 4 G. PENETAPAN ANGKA KREDIT 1. Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit a. Menteri Pendidikan Nasional, bagi Pengawas Sekolah Madya dan Pengawas Sekolah Utama; b. Kepala Badan Pengembangan SDMKP bagi Pengawas Sekolah Pratama sampai dengan Pengawas Sekolah Muda. 138

2. Jadwal waktu penetapan angka kredit PAK selambat-lambatnya akhir bulan Januari untuk kenaikan pangkat bulan April dan akhir bulan Juli untuk kenaikan pangkat periode bulan Oktober tahun berjalan. H. PENGUSULAN ANGKA KREDIT 1. Pejabat pengusul a. Pengawas Sekolah Madya dan Pengawas Sekolah Utama mengajukan DUPAK kepada Menteri Pendidikan Nasional secara hirarki melalui Kepala Badan Pengembangan SDMKP; b. Pengawas Sekolah Pratama sampai dengan Pengawas Sekolah Muda menyampaikan DUPAK kepada Kepala Badan Pengembangan SDMKP Cq. Kapusdik melalui pimpinan unit kerja yang bersangkutan. 2. Waktu pengajuan DUPAK a. DUPAK disampaikan setelah menurut perhitungan yang bersangkutan memenuhi jumlah angka kredit untuk kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi. b. DUPAK beserta lampirannya harus sudah diterima oleh Sekretariat Tim Penilai selambat-lambatnya awal Januari untuk kenaikan pangkat periode April dan awal Juli untuk kenaikan pangkat periode Oktober tahun berjalan. 3. Tata Cara Pengajuan DUPAK A Pengawas Sekolah/ Calon Pengawas Sekolah B C Atasan Tim Penilai Langsung Instansi 3 Unit Kerja 2 1a 1b E Menteri Pendidikan Nasional D Kepala BPSDMKP Keterangan : 1) DUPAK dari Pengawas Sekolah (A) ke unit kerjanya, persetujuan DUPAK disahkan oleh Kepala Unit kerja (B). 2) DUPAK dari unit kerja (B) kepada Tim Penilai Instansi (C) disampaikan kepada : a) Kepala BPSDMKP (D) untuk Penetapan Angka Kredit Pengawas Sekolah Pertama dan Pengawas Sekolah Muda; 139

b) Menteri Pendidikan Nasional (E) untuk Penetapan Angka Kredit bagi Pengawas Sekolah Madya dan Pengawas Sekolah Utama 3) Realisasi Penetapan Angka Kredit 1a, 1b, 2, 3. I. KENAIKAN JABATAN 1. Pejabat yang berwenang menetabkan kenaikan jabatan a. Presiden untuk kenaikan jabatan menjadi Pengawas Sekolah Utama; b. Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Kelautan dan Perikanan untuk kenaikan jabatan menjadi Pengawas Sekolah Madya; c. Kepala Biro Kepegawaian atas nama Menteri Kelautan dan Perikanan untuk kenaikan jabatan menjadi Pengawas Sekolah Muda; 2. Persyaratan Pengusulan kenaikan jabatan pengawas sekolah dapat dilakukan apabila yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Memperoleh angka kredit minimal yang telah ditetapkan oleh pejabat penetap. b. Angka kredit untuk kenaikan jabatan setingkat lebih tinggi. c. Sekurang-kurangnya telah satu tahun dalam jabatan terakhir. d. Setiap unsur dalam DP3 bernilai baik dalam satu tahun terakhir. 3. Tata cara pengusulan kenaikan jabatan a. Pengawas Sekolah yang telah memenuhi syarat untuk kenaikan jabatan, menyiapkan berkas yang terdiri dari : 1) Keputusan kenaikan pangkat terakhir; 2) Keputusan pengangkatan dalam jabatan terakhir; 3) PAK; 4) DP3 tahun terakhir. b. Usul kenaikan jabatan disampaika oleh pimpinan unit kerja yang bersangkutankepada pejabat yang berwenang sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. c. Berdasarkan usul tersebut, pejabat yang berwenang menerbitkan keputusan kenaikan jabatan. d. Keputusan kenaikan jabatan tersebut disampaikan oleh pejabat yang berwenang kepada pengawas sekolah yang bersangkutan melalui pimpinan unit kerjanya sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku dengan tembusan kepada unit kerja/instansi terkait. J. KENAIKAN PANGKAT 1. Pejabat yang berwenang menetapkan kenaikan pangkat a. Presiden untuk kenaikan pangkat menjadi Pembina Utama Muda, IV/c s/d Pembina Utama, IV/e setelah mendapat pertimbangan teknis Kepala BKN. b. Menteri Kelautan dan Perikanan untuk kenaikan pangkat menjadi Pembina Tk.I, IV/b setelah mendapat persetujuan teknis Kepala BKN. 140

c. Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Kelautan dan Perikanan untuk kenaikan pangkat menjadi Pembina IV/a setelah mendapat persetujuan teknis Kepala BKN. d. Kepala Biro Kepegawaian a.n Menteri Kelautan dan Perikanan untuk kenaikan pangkat menjadi Penata Muda Tk.I, III/b s/d Penata Tk.I, III/d setelah mendapat persetujuan teknis Kepala BKN. 2. Persyaratan Pengawas Sekolah yang telah memenuhi syarat untuk kenaikan pangkat, menyiapkan berkas yang terdiri dari : a. Keputusan pangkat terakhir; b. Keputusan pengangkatan jabatan terakhir sebagai Pengawas Sekolah; c. Asli PAK; d. DP3, dalam 2 (dua) tahun terakhir. 3. Tata cars pengusulan kenaikan pangkat a. Berkas usul kenaikan pangkat Pengawas Sekolah secara hirarkhi disampaikan kepada Menteri Kelautan dan Perikanan cq. Kepala Biro Kepegawaian; b. Kepala Biro Kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk memproses dan menyampaikan berkas usulan tersebut kepada : 1) Presiden dengan tembusan Kepala BKN untuk usul kenaikan pangkat menjadi Pembina Utama Muda, IV/c sampai dengan Pembina Utama, IV/e; 2) Kepala BKN untuk usui kenaikan pangkat menjadi Penata Muda Tk.l, Ill/b sampai dengan Pembina Tk.l IV/b. c. Kenaikan pangkat hanya dapat dilakukan pada periode kenaikan pangkat sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu 1 April dan 1 Oktober. 4. Ketentuan kenaikan pangkat/jabatan. a. Komposisi jumlah angka kredit kumulatif yang harus dipenuhi oleh Pengawas Sekolah untuk kenaikan pangkat/jabatan, sekurang-kurangnya 80% angka kredit berasal dari unsur utama dan sebanyak-banyaknya 20% dari unsur penunjang. b. Kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi bagi Pengawas Sekolah Madya dan Pengawas Sekolah Utama, diwajibkan mengumpulkan sekurangkurangnya 12 angka kredit dari kegiatan pengembangan profesi. c. Pengawas Sekolah yang memiliki angka kredit melebihi angka kredit untuk kenaikan pangkat pada tahun pertama dalam masa pangkat yang dimiliki, pada tahun berikutnya diwajibkan memperoleh angka kredit sekurangkurangnya 20% dari jumlah angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi yang berasal dari kegiatan pengawasan sekolah. d. Pengawas Sekolah sampai dengan jenjang Pengawas Sekolah Utama, pangkat Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d dalam jangka waktu 6 (enam) tahun sejak diangkat dalam pangkat terakhir, diwajibkan mengumpulkan angka kredit sekurang-kurangnya 80% dari jumlah angka kredit yang disyaratkan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi yang berasal dari kegiatan pengawasan sekolah, meskipun yang bersangkutan tidak dapat naik pangkat. 141

e. Pengawas Sekolah Utama dengan pangkat Pembina Utama, golongan ruang IV/e setiap 6 (enam) tahun diwajibkan mengumpulkan angka kredit sekurang-kurangnya 160 (seratus enam puluh) yang berasal dari kegiatan pengawasan sekolah. f. Pengawas Sekolah yang dibebaskan sementara karena tugas belajar, dapat dipertimbangkan kenaikan pangkatnya tanpa angka kredit dengan ketentuan: 1) Telah 4 (empat) tahun dalampangkat terakhir. 2) Setiap unsur dalam DP3 bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir. K. PEMBEBASAN SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALI, DAN PEMBERHENTIAN 1. Pembebasan sementara Pengawas Sekolah dibebaskan sementara dari jabatannya apabila : a. Dijatuhi hukuman disiplin PNS tingkat sedang atau tingkat berat berupa penurunan pangkat; b. Diberhentikan sementara sebagai PNS berdasarkan PP No. 4 Tahun 1966; c. Ditugaskan secara penuh di luar jabatan Pengawas Sekolah; d. Cuti di luar langgungan Negara, kecuali cuti di luar tanggungan Negara untuk persalinan; e. Tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan. Pengawas Sekolah yang dibebaskan sementara karena dijatuhi hukuman disiplin, maka selama yang bersangkutan menjalani masa hukuman tersebut tetap wajib melaksanakan tugas pokoknya sebagai Pengawas Sekolah tetapi kegiatan tersebut tidak diberi nilai angka kredit. 2. Pengangkatan Kembali a. Kriteria pengangkatan kembali 1) Pengawas Sekolah yang telah selesai menjalani pembebasan sementara sebagaimana tersebut pada butir 1 di atas, dapat diangkat kembali dalam jabatan Pengawas Sekolah. 2) PNS yang diangkat kembali dalam jabatan Pengawas Sekolah dapat menggunakan angka kredit terakhir yang dimiliki dan dari prestasi di bidang pelatihan dan pembelajaran yang. diperoleh selama tidak menduduki jabatan Pengawas Sekolah, setelah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit. b. Tata cara pengangkatan kembali 1) Pengawas Sekolah yang telah selesai menjalani pembebasan sementara melaporkan secara tertulis kepada pimpinan unit kerjanya dengan melampirkan : a) PAK terakhir yang telah dimiliki atau PAK terakhir yang telah ditambah angka kredit yang berasal dari prestasi di bidang pelatihan dan pembelajaran yang diperoleh selama dibebaskan sementara; b) Keputusan pangkat terakhir; c) Keputusan pembebasan sementara sebagai Pengawas Sekolah; 142

d) Surat keterangan/keputusan/pernyataan telah selesai menjalani tugas diluar jabatan Pengawas Sekolah; e) Ijazah/ STTPP yang diperoleh disertai pengangkatan/ penugasan kembali pada unit kerja semula bagi yang selesai tugas belajar; f) Surat keterangan telah selesai menjalani hukuman disiplin; g) Keputusan pengangkatan kembali sebagai PNS bagi yang telah selesai menjalani cuti di luar tanggungan negara. 2) Berdasarkan laporan tersebut pimpinan unit kerja yang bersangkutan mengusulkan pengangkatan kembali sebagai Pengawas Sekolah dengan melampirkan persyaratan sebagaimana butir 1), sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. 3) Pejabat yang berwenang menerbitkan keputusan pengangkatan kembali sesuai usujan dan ketentuan yang berlaku. 4) Keputusan pengangkatan kembali disampaikan kepada Pengawas Sekolah yang bersangkutan melalui pimpinan unit kerjanya dengan tembusan kepada unit kerja/instansi terkait. c. Ketentuan dalam pengangkatan kembali Penetapan jenjang jabatan bagi PNS yang diangkat kembali dalam jabatan Pengawas Sekolah ditetapkan berdasarkan jumlah angka kredit terakhir yang pernah dimiliki dan dapat ditambah angka kredit baru dibidang pengawasan sekolah yang diperoleh selama tidak menduduki jabatan Pengawas Sekolah setelah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang. 3. Pemberhentian a. Alasan pemberhentian Pengawas Sekolah diberhentikan dari jabatan fungsionalnya apabila : 1) Dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, kecuali jenis hukuman disiplin berat berupa penurunan pangkat. 2) Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, PNS yang bersangkutan harus diberhentikan dari jabatannya. b. Tata cara pemberhentian 1) Pimpinan unit kerja mengusulkan pemberhentian sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku, dengan melampirkan : a) Keputusan pangkat terakhir. b) Keputusan pengangkatan dan atau pembebasan sementara dari jabatan Pengawas Sekolah. c) Keputusan hukuman disiplin dari pejabat yang berwenang. 2) Berdasarkan usulan tersebut pejabat yang berwenang menetapkan keputusan pemberhentian dari jabatan Pengawas Sekolah. 3) Keputusan pemberhentian disampaikan kepada Pengawas Sekolah yang bersangkutan melalui pimpinan unit kerjanya dengan tembusan kepada unit kerja/instansi terkait. 143