DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
2012, No

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KRITERIA DAN TATA LAKSANA KEGIATAN DEKONSENTRASI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

2012, No.752.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi.

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP YANG DAPAT DIDEKONSENTRASIKAN

TENTANG RAKYAT, tentang. Pembantuan, sebagian. Kementeriann. urusan. b. bahwa. Pemerintah. d dalam Menteri. Peraturan. Pelimpahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2089, 2014 ANRI. Dana Dekonsentrasi. Kegiatan. Pelaksanaan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

2015, No Gubernur selaku wakil pemerintah ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huru

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2009

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-2- Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3455); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Perbendaharaan Negara (Lembaga N

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 04/PERMEN/M/2010 TENTANG KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2010

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Tahun 2009 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5050); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaha

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indo

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 83 / HUK / 2010 TENTANG

2015, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Ind

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 89, Tambaha

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.26, 2014 KEMENHUT. Medebewin. Bupati. Program Hutan. Perubahan Iklim.

2015, No dalam Rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2016; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 37/M-DAG/PER/9/

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pem

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 71/Permentan/OT.140/12/2010 TENTANG

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244) sebagaimana t

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 84 / HUK / 2009 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

2016, No Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tamba

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perem

2 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 066 TAHUN 2017

2015, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PERMEN/M/2010 TENTANG

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indo

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Peraturan Menteri Sosial tentang Rencana Program, Kegiatan, Anggaran, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan Lingkup Kementerian Sosial

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka membantu pelaksanaan kewenangan Menteri di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di daerah, dipandang perlu untuk menyelenggarakan dekonsentrasi dan tugas pembantuan bidang lingkungan hidup; b. bahwa Rencana Kerja Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2013 telah menetapkan sasaran, indikator kinerja, lingkup keluaran, dan alokasi pendanaan penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan bidang lingkungan hidup tahun 2013; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Bidang Lingkungan Hidup Tahun 2013; : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816); 2. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010/2014; 3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 248/PMK.07/2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan; 4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun 2009 tentang Urusan Pemerintah di Bidang Lingkungan Hidup yang Dapat Didekonsentrasikan; 5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2012 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 nomor 1067); 1

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2013. Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah. 2. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada Daerah dan/atau Desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten, atau kota dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten, atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan. 3. Dekonsentrasi bidang lingkungan hidup, yang selanjutnya disebut sebagai Dekonsentrasi Bidang LH, adalah pelimpahan wewenang pengelolaan lingkungan hidup dari Pemerintah kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah. 4. Tugas Pembantuan bidang lingkungan hidup yang selanjutnya disebut sebagai TP bidang LH adalah penugasan pengelolaan lingkungan hidup dari Pemerintah kepada pemerintah kabupaten/kota. 5. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut SKPD, adalah organisasi/lembaga pada pemerintah daerah provinsi dan/atau kabupaten/kota yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dekonsentrasi dan/atau tugas pembantuan. 6. Rencana Kerja Pemerintah, yang selanjutnya disebut RKP adalah dokumen perencanaan nasional untuk periode 1 (satu) tahun. 7. Rencana Kerja Kementerian Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut Renja KLH adalah dokumen perencanaan Kementerian Lingkungan Hidup untuk periode 1 (satu) tahun yang merupakan penjabaran tahunan dari rencana strategis Kementerian Lingkungan Hidup. 8. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut RKA-KL KLH, adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan Kementerian Lingkungan Hidup yang merupakan penjabaran dari RKP dan Renja KLH dalam satu tahun anggaran, serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya. 9. Laporan manajerial dekonsentrasi bidang lingkungan hidup adalah laporan pelaksanaan dekonsentrasi 2

bidang lingkungan hidup yang memuat laporan perkembangan realisasi penyerapan dana, pencapaian target keluaran, kendala yang dihadapi, dan saran tindak lanjut. 10. Laporan manajerial tugas pembantuan bidang lingkungan hidup adalah laporan pelaksanaan tugas pembantuan bidang lingkungan hidup yang memuat laporan perkembangan realisasi penyerapan dana, pencapaian target keluaran, kendala yang dihadapi, dan saran tindak lanjut. 11. Laporan akuntabilitas dekonsentrasi bidang lingkungan hidup adalah laporan pelaksanaan dekonsentrasi bidang lingkungan hidup yang mencakup laporan keuangan dan laporan barang. 12. Laporan akuntabilitas tugas pembantuan bidang lingkungan hidup adalah laporan pelaksanaan tugas pembantuan bidang lingkungan hidup yang mencakup laporan keuangan dan laporan barang. 13. Laporan teknis kegiatan adalah laporan yang memuat kumpulan data dan informasi yang dikumpulkan, hasil analisis terhadap data dan informasi, serta intisari dari seluruh rangkaian proses pelaksanaan dan disusun sesuai format yang telah ditentukan. 14. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undangundang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 15. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 16. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pasal 2 Peraturan Menteri ini bertujuan: a. sebagai pedoman bagi unit kerja di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, pemerintah Kota dan SKPD dalam menyelenggarakan dan melaksanakan Dekonsentrasi dan TP Bidang LH; dan b. membantu pelaksanaan kewenangan dan tugas Menteri di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di daerah. Pasal 3 Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini meliputi: a. perencanaan; b. penganggaran; 3

c. pelaksanaan; d. pelaporan; e. pemantauan dan evaluasi; f. penilaian kinerja; dan g. pembinaan dan pengawasan. Pasal 4 Arah kebijakan pelaksanaan Dekonsentrasi dan TP Bidang LH meliputi: a. percepatan pencapaian sasaran prioritas nasional tentang lingkungan hidup dan pengelolaan bencana yang mencakup: 1. penurunan beban pencemaran lingkungan akibat meningkatnya aktivitas pembangunan; 2. penekanan laju kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup melalui upaya konservasi dan rehabilitasi ekosistem yang rusak, baik di kawasan hutan, laut, pesisir, maupun di areal bekas pertambangan, serta pengelolaan keanekaragaman hayati; dan 3. penguatan kelembagaan serta peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam perbaikan kualitas lingkungan hidup, sebagaimana ditetapkan dalam RKP; dan b. peningkatan kinerja pengelolaan lingkungan hidup di daerah secara berkelanjutan. Pasal 5 (1) Pelaksanaan Dekonsentrasi dan TP Bidang LH dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan. (2) Anggaran pelaksanaan Dekonsentrasi dan TP Bidang LH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian dari anggaran kegiatan prioritas nasional program pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang berada pada Kementerian Lingkungan Hidup. (3) Pemanfaatan anggaran Dekonsentrasi dan TP Bidang LH sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan mengenai pemanfaatan anggaran pendapatan dan belanja negara. Pasal 6 (1) Dekonsentrasi dan TP Bidang LH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dilaksanakan melalui program pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. (2) Dekonsentrasi Bidang LH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: 4

a. Sub bidang pengendalian dampak lingkungan yang terdiri atas: 1. sub-sub bidang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3); 2. sub-sub bidang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Amdal); 3. sub-sub bidang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air; 4. sub-sub bidang pengelolaan kualitas udara dan pengendalian pencemaran udara; 5. sub-sub bidang pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah akibat kebakaran hutan dan/atau lahan; 6. sub-sub bidang pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah untuk kegiatan produksi biomassa; 7. sub-sub bidang pengembangan perangkat ekonomi lingkungan; 8. sub-sub bidang pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah bidang lingkungan hidup; 9. sub-sub bidang penegakan hukum lingkungan; dan 10. sub-sub bidang perubahan iklim dan perlindungan atmosfir; b. sub bidang konservasi sumber daya alam dengan sub-sub bidang keanekaragaman hayati. (3) TP Bidang LH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Sub bidang pengendalian dampak lingkungan yang terdiri atas: 1. sub-sub bidang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air; 2. sub-sub bidang pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah untuk kegiatan produksi biomassa; 3. sub-sub bidang perubahan iklim dan perlindungan atmosfir; b. sub bidang konservasi sumber daya alam dengan sub-sub bidang keanekaragaman hayati. (4) Lingkup pelaksanaan Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. (5) Lingkup pelaksanaan TP Bidang LH sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. 5

Pasal 7 (1) Untuk melaksanakan kegiatan Dekonsentrasi Bidang LH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, gubernur menetapkan SKPD di bidang lingkungan hidup provinsi sebagai satuan kerja pelaksana. (2) Untuk melaksanakan kegiatan TP Bidang LH sebagaimana dimaksud dalam pasal 6, Menteri menetapkan pemerintah kabupaten/kota penerima tugas pembantuan setelah memperoleh rekomendasi dari gubernur. (3) Terhadap pemerintah kabupaten/kota penerima tugas pembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), bupati/walikota menetapkan SKPD di bidang lingkungan hidup kabupaten/kota sebagai satuan kerja pelaksana. Pasal 8 (1) Pelaksanaan Dekonsentrasi dan TP Bidang LH didasarkan pada: a. renja KLH; b. rencana kerja pemerintah (RKP); dan c. petunjuk teknis penyelenggaraan Dekonsentrasi dan TP Bidang LH. (2) Pelaksanaan Dekonsentrasi dan TP Bidang LH dapat diselenggarakan melalui kerjasama antar daerah dengan memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku serta asas akuntabilitas pelaporan keuangan setiap SKPD. Pasal 9 (1) Perencanaan Dekonsentrasi dan TP Bidang LH meliputi: a. penetapan target; b. penetapan indikator kinerja; dan c. penetapan alokasi anggaran. (2) Penetapan target sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mencakup: a. penurunan beban pencemaran sebesar 20% (dua puluh perseratus); b. penurunan tingkat kerusakan lingkungan hidup daerah aliran sungai prioritas, danau prioritas, sumber-sumber air strategis, hutan, lahan, pesisir dan laut serta keaneka ragaman hayati; dan c. peningkatan kapasitas kelembagaan lingkungan hidup kabupaten/kota. (3) Penetapan indikator kinerja dan penetapan alokasi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c ditetapkan dalam Keputusan Menteri. 6

Pasal 10 (1) Penetapan alokasi anggaran Dekonsentrasi dan TP Bidang LH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) dituangkan dalam RKA-KL Dekonsentrasi Bidang LH dan RKA-KL TP Bidang LH. (2) RKA-KL Dekonsentrasi Bidang LH dan RKA-KL TP Bidang LH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian dari RKA-KL KLH. (3) Anggaran Dekonsentrasi Bidang LH dilarang untuk membiayai kegiatan: a. perjalanan dinas ke luar negeri; b. pembangunan fisik kantor dan fasilitasnya; c. pengadaan kendaraan dinas; d. pembangunan prasarana lingkungan hidup; e. pembangunan fasilitas publik untuk lingkungan hidup; f. pengadaan peralatan selain pendukung operasional kegiatan, contoh demo atau model sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini; g. hal lain yang bersifat rutinitas kantor yang pembiayaannya disediakan dari APBD. (4) Anggaran TP Bidang LH dilarang untuk membiayai kegiatan: a. perjalanan dinas ke luar negeri; b. pembangunan fisik kantor dan fasilitasnya; c. pengadaan kendaraan dinas; d. pengadaan peralatan selain pendukung operasional kegiatan; e. hal lain yang bersifat rutinitas kantor yang pembiayaannya disediakan dari APBD; dan f. hal-hal lain yang diatur sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Menteri ini. Pasal 11 (1) Untuk melaksanakan RKA-KL Dekonsentrasi bidang LH dan RKA-KL TP bidang LH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1), gubernur dan bupati/ walikota menetapkan kuasa pengguna anggaran. (2) Dalam pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi dan TP Bidang LH, kuasa pengguna anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menetapkan tim pelaksana kegiatan yang terdiri atas: a. pejabat pembuat komitmen; b. pejabat penguji tagihan/penandatangan surat perintah membayar; c. bendahara pengeluaran; dan d. tim pelaksana teknis. (3) Kriteria penetapan dan tata laksana kegiatan Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) 7

sesuai dengan Lampiran III yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. (4) Kriteria penetapan dan tata laksana kegiatan TP Bidang LH sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan Lampiran IV yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini Pasal 12 (1) Kuasa pengguna anggaran Dekonsentrasi dan TP Bidang LH menyusun laporan pelaksanaan yang terdiri atas: a. laporan manajerial; b. laporan akuntabilitas; dan c. laporan teknis kegiatan. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b disusun sesuai peraturan perundangundangan dan petunjuk teknis yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan. (3) Laporan teknis kegiatan Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c disusun dan disampaikan sesuai format yang tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini. (4) Dalam hal format laporan teknis tidak tercantum dalam Lampiran III, laporan disusun berdasarkan format laporan yang ditetapkan oleh eselon I kegiatan terkait. (5) Laporan teknis kegiatan TP Bidang LH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c disusun dan disampaikan sesuai format yang tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Menteri ini. Pasal 13 Dalam rangka peningkatan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas, Menteri melakukan pemantauan dan pengawasan, serta pembinaan terhadap penyelenggaraan Dekonsentrasi dan TP Bidang LH. Pasal 14 (1) Pemantauan dan pengawasan Dekonsentrasi Bidang LH dan TP Bidang LH pada tahun berjalan dilaksanakan oleh Menteri. (2) Untuk melakukan pemantauan dan pengawasan Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Menteri menugaskan: a. eselon I terkait untuk pemantauan pelaksanaan teknis kegiatan Dekonsentrasi; dan b. inspektorat KLH untuk pengawasan pelaksanaan administrasi umum dan keuangan. (3) Inspektorat KLH bekerjasama dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Pusat dan/atau kantor perwakilan di provinsi untuk 8

pengawasan pelaksanaan administrasi umum dan keuangan kegiatan Dekonsentrasi. (4) Untuk melakukan pemantauan dan pengawasan TP bidang LH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Menteri menugaskan: a. gubernur untuk pemantauan pelaksanaan teknis kegiatan TP bidang LH; dan b. inspektorat KLH untuk pengawasan pelaksanaan administrasi umum dan keuangan. (5) Inspektorat KLH dapat bekerjasama dengan Badan Pengawasan Daerah dan/atau Inspektorat provinsi dan/atau kabupaten/kota secara selektif menurut tingkat urgensinya berdasarkan penugasan Menteri dan/atau gubernur. (6) Pemantauan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun. Pasal 15 (1) Menteri melakukan evaluasi terhadap hasil pemantauan dan pengawasan tahun berjalan. (2) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipergunakan sebagai dasar penilaian kinerja tahun berjalan. (3) Berdasarkan hasil penilaian kinerja tahun berjalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Menteri dapat: a. merekomendasikan blokir anggaran pada tahun berjalan terhadap pemerintah provinsi yang bersangkutan kepada Kementerian Keuangan; b. menarik kembali urusan Pemerintah di bidang lingkungan hidup yang dilimpahkan melalui Dekonsentrasi bidang LH atau TP bidang LH pada tahun berjalan; c. mengurangi alokasi anggaran Dekonsentrasi bidang LH atau TP bidang LH pada tahun berikutnya; dan/atau d. menghentikan pelimpahan kewenangan dan penugasan pembantuan pada tahun berikutnya sampai dianggap memenuhi kapasitas yang diharapkan. Pasal 16 (1) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 meliputi: a. pemberian pedoman dan standar; b. rapat kerja teknis; c. bimbingan teknis; dan/atau d. pemantauan dan evaluasi. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan kriteria dan tata laksana 9

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 28 Desember 2012 kegiatan sebagaimana Lampiran III dan Lampiran IV Peraturan Menteri ini. Pasal 17 (1) Penilaian kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) dilaksanakan dengan cara: a. Membandingkan hasil capaian pelaksanaan kegiatan terhadap indikator kinerja dan target yang ditetapkan; b. Melaksanakan pendalaman terhadap kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan; (2) Hasil penilaian kinerja bersifat terbuka dan disusun berdasarkan ketentuan peraturan perundanganundangan. (3) Tata cara penilaian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan kriteria dan tata laksana kegiatan sebagaimana Lampiran III dan Lampiran IV Peraturan Menteri ini. Pasal 18 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, ketentuan mengenai petunjuk teknis penyelenggaraan Dekonsentrasi bidang LH dicabut dan diyatakan tidak berlaku. Pasal 19 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2013. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 26 Desember 2012 MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, ttd BALTHASAR KAMBUAYA AMIR SYAMSUDDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 1358 10

LINGKUP PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP BERDASARKAN PENGELOMPOKKAN KELUARAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2013 a. Nama Program : Program Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup b. Kode Program : 043.01.06 c. Nama Kegiatan : Peningkatan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Daerah d. Kode Kegiatan : 2722 e. Keluaran : (01) Pengendalian Pencemaran Lingkungan (02) Pengendalian Kerusakan Lingkungan (03) Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup MENURUT PP 38/2007 MENURUT KELOMPOK KELUARAN No. Sub sub Bidang Urusan Payung Keluaran (Output) Sub Keluaran (Sub Output) (1) (2) (3) (4) (5) A Pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Pengawasan pelaksanaan pengelolaan limbah B3 Pengendalian pencemaran lingkungan 1 Laporan pengawasan pelaksanaan pengelolaan limbah B3, pengelolaan kualitas air dan udara skala nasional melalui program PROPER 1

MENURUT PP 38/2007 MENURUT KELOMPOK KELUARAN No. Sub sub Bidang Urusan Payung Keluaran (Output) Sub Keluaran (Sub Output) (1) (2) (3) (4) (5) B Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) C D E Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air Pengelolaan kualitas udara dan pengendalian pencemaran udara Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan pesisir dan laut Pembinaan terhadap pelaksanaan pengawasan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan oleh kabupaten/kota bagi usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL yang menjadi urusan wajib Pemerintah Koordinasi dan pelaksanaan pemantauan kualitas air pada sumber air skala nasional dan/atau merupakan lintas batas negara Pengaturan pengelolaan kualitas udara dan pengendalian pencemaran udara skala nasional Pengawasan terhadap kegiatan pengendalian kerusakan oleh kabupaten/kota Peningkatan kapasitas pengelolaan SDA dan LH Pengendalian pencemaran lingkungan Pengendalian pencemaran lingkungan Pengendalian kerusakan lingkungan 2 Laporan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan kajian dampak lingkungan di daerah kabupaten/kota (pemantauan terhadap RKL-RPL, pengawasan komisi penilai Amdal, dan evaluasi mutu dokumen) 3 Laporan pemantauan sungai skala nasional dan/atau lintas batas negara 4 Laporan pemantauan kualitas udara di wilayah perkotaan yang bersifat strategis nasional 5 Laporan inventarisasi data dan pengawasan pencegahan kerusakan ekosistem perairan darat, pesisir dan laut, keanekaragaman hayati atau hutan dan lahan 2

MENURUT PP 38/2007 MENURUT KELOMPOK KELUARAN No. Sub sub Bidang Urusan Payung Keluaran (Output) Sub Keluaran (Sub Output) (1) (2) (3) (4) (5) F Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah akibat kebakaran hutan dan/atau lahan Pengawasan atas pelaksanaan pengendalian kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan/atau lahan yang berdampak atau diperkirakan dapat Pengendalian kerusakan lingkungan G H I Keanekaragaman hayati Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah untuk kegiatan produksi biomassa Pengembangan perangkat ekonomi lingkungan berdampak skala nasional Pemantauan dan pengawasan pelaksanaan konservasi keanekaragaman hayati skala nasional Pengawasan atas pelaksanaan pengendalian kerusakan tanah yang berdampak atau diperkirakan dapat berdampak skala nasional Pembinaan dan pengawasan penerapan instrumen ekonomi dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan Pengendalian kerusakan lingkungan Pengendalian kerusakan lingkungan Peningkatan kapasitas pengelolaan SDA dan LH 6 Laporan perubahan tutupan vegetasi dalam rangka program Menuju Indonesia Hijau (MIH) 7 Laporan pembinaan penyusunan PDRB Hijau 3

MENURUT PP 38/2007 MENURUT KELOMPOK KELUARAN No. Sub sub Bidang Urusan Payung Keluaran (Output) Sub Keluaran (Sub Output) (1) (2) (3) (4) (5) J Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah bidang lingkungan Pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan daerah di bidang pengendalian lingkungan hidup Peningkatan kapasitas pengelolaan SDA dan LH 8 Laporan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan kegiatan yang dibiayai DAK Bidang LH K L Penegakan hukum lingkungan Perubahan iklim dan perlindungan atmosfir Penegakan hukum lingkungan Penetapan kebijakan pengendalian dampak perubahan iklim Penetapan kebijakan perlindungan lapisan ozon dan deposisi asam serta pemantauannya Pengendalian pencemaran lingkungan Peningkatan kapasitas pengelolaan SDA dan LH Peningkatan kapasitas pengelolaan SDA dan LH Peningkatan kapasitas pengelolaan SDA dan LH Pengendalian kerusakan lingkungan 9 Laporan pembinaan dan pengawasan Pengelolaan Sampah melalui 3R 10 Laporan peningkatan Kapasitas SDM Kab/Kota dalam rangka optimalisasi laboratorium lingkungan hidup daerah 11 Laporan pembinaan Sekolah Adiwiyata 12 Laporan pembinaan kapasitas penegakan hukum lingkungan (pengaduan kasus, sengketa lingkungan dan dugaan tindak pidana) 13 Laporan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan inventarisasi gas rumah kaca dan rencana aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim 4

KETERANGAN: Kolom (5) Sub Keluaran (Sub Output) adalah bagian dari keluaran atas pelaksanaan urusan yang berada di kolom (3) yang dilimpahkan kepada Gubernur. Bagian keluaran lain yang harus dilaksanakan dalam rangka melaksanakan urusan di kolom (3) yang tidak tercantum dalam kolom (5) masih dilaksanakan oleh Menteri. MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, BALTHASAR KAMBUAYA 5

LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2013 LINGKUP PELAKSANAAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP BERDASARKAN PENGELOMPOKKAN KELUARAN a. Nama Program : Program Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup b. Kode Program : 043.01.06 c. Nama Kegiatan : Peningkatan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Daerah d. Kode Kegiatan : 2722 e. Keluaran : (04) Rehabilitasi kerusakan ekosistem (05) Infrastruktur pengendalian pencemaran MENURUT PP 38/2007 MENURUT KELOMPOK KELUARAN No. Sub sub Bidang Urusan Payung Keluaran (Output) (1) (2) (3) (4) A Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air Pengaturan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. B Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah bidang lingkungan Pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang pengendalian lingkungan hidup Jumlah infrastruktur pengendalian pencemaran yang dibangun di kabupaten/kota terpilih 1

MENURUT PP 38/2007 MENURUT KELOMPOK KELUARAN No. Sub sub Bidang Urusan Payung Keluaran (Output) (1) (2) (3) (4) C Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan pesisir dan laut Koordinasi dalam pengelolaan konservasi laut Luasan lahan/jumlah lokasi ekosistem rusak yang direhabilitasi di kabupaten/kota terpilih D E Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah akibat kebakaran hutan dan/atau lahan Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah untuk kegiatan produksi biomassa Pengkoordinasian penanggulangan dampak dan pemulihan dampak lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan/atau lahan skala nasional dan/atau lintas batas negara Pengaturan pengendalian kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa skala nasional F Keanekaragaman hayati Penetapan kebijakan pengendalian kemerosotan keanekaragaman hayati skala nasional KETERANGAN: Bagian keluaran lain yang harus terwujud dalam rangka melaksanakan urusan di kolom (3) yang tidak tercantum dalam kolom (4) masih dilaksanakan oleh Menteri. MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, BALTHASAR KAMBUAYA 2

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2013 KRITERIA DAN TATA LAKSANA KEGIATAN DEKONSENTRASI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP Kriteria dan tata laksana kegiatan dekonsentrasi bidang lingkungan hidup mencakup: 1. Kriteria penggunaan anggaran 2. Kriteria dan tata laksana pengorganisasian pelaksanaan kegiatan 3. Tata laksana administrasi umum dan keuangan 4. Format pelaporan manajerial dan akuntabilitas 5. Tata laksana pemantauan, pengawasan dan evaluasi 6. Kriteria penilaian kinerja 7. Kriteria dan tata laksana pembinaan A. KRITERIA PENGGUNAAN ANGGARAN 1. Komponen Belanja Utama Sub Output/Sub Keluaran dalam Anggaran Dekonsentrasi Bidang Lingkungan Hidup Komponen belanja utama Dekonsentrasi bersifat spesifik menurut hasil dengan tingkat kerincian sampai dengan sub output/sub keluaran. Komponen ini terdiri dari belanja untuk kegiatan yang bersifat non-fisik, yaitu diantaranya belanja untuk membiayai kegiatan koordinasi, pembinaan, pemantauan, evaluasi, asistensi, bimbingan teknis, maupun inventarisasi data 2. Komponen Belanja Pendukung Sub Output/Sub Keluaran dalam Anggaran Dekonsentrasi Bidang Lingkungan Hidup Komponen belanja pendukung sub output Dekonsentrasi meliputi: a. Biaya dalam sub keluaran yang ditimbulkan akibat kebutuhan koordinasi namun tidak secara langsung mempengaruhi kinerja pencapaian target sub keluaran b. Biaya dalam sub keluaran untuk persiapan, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan kegiatan c. Biaya pembelian barang fisik yang diatur dalam angka 4 dibawah ini dalam jumlah sangat terbatas dan selektif. 3. Belanja yang Tidak Dapat Diadakan dengan Anggaran Dekonsentrasi Bidang Lingkungan Hidup 1

Dalam Peraturan Menteri ini ditetapkan bahwa dana dekonsentrasi tidak dapat digunakan untuk: a. pembangunan gedung kantor dan fasilitasnya, b. pengadaan kendaraan, c. perjalanan ke luar negeri, dan d. biaya rutinitas kantor yang dibiayai APBD. Berdasarkan peraturan yang berlaku, dana dekonsentrasi tidak diperkenankan digunakan untuk kegiatan yang menghasilkan aset tetap, sehingga dana dekonsentrasi juga tidak dapat digunakan untuk : a. membangun infrastruktur/prasarana lingkungan hidup (contoh: instalasi pengolahan air limbah terpadu, laboratorium lingkungan hidup) b. membangun fasilitas publik untuk lingkungan hidup (contoh: perpustakaan lingkungan hidup) c. membeli peralatan selain pendukung operasional kegiatan dan contoh demo/model. 4. Jenis Barang Fisik yang Dapat Diadakan dengan Anggaran Dekonsentrasi Bidang Lingkungan Hidup Barang-barang yang dapat diadakan dengan anggaran dekonsentrasi meliputi: a. Perangkat pengolah data dan laporan secara selektif dan terbatas yang kriteria pengadaan, jumlah, dan spesifikasinya ditetapkan setiap tahun melalui Keputusan Menteri; b. Contoh/model/prototipe/demo peralatan/kegiatan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan dalam rangka pembinaan dan bagian dari metoda dan tahapan pelaksanaan yang bersifat pendukung dan jumlahnya tidak melebihi alokasi komponen biaya utama dalam sub output itu sendiri secara selektif dan terbatas yang kriteria pengadaan, jumlah dan spesifikasinya ditetapkan setiap tahun melalui Keputusan Menteri. Barang-barang di atas harus dianggarkan dalam akun 526211 Belanja Barang Penunjang Kegiatan Dekonsentrasi untuk Diserahkan Kepada Pemerintah Daerah. 5. Belanja Jasa Profesi, Jasa Lainnya, dan Kontraktual Dalam rangka efisiensi dan efektivitas pelaksanaan, dianjurkan untuk secara optimal memanfaatkan akun belanja jasa profesi, jasa lainnya, dan jasa kontraktual bagi: a. Tahapan dan/atau komponen kegiatan yang membutuhkan keahlian khusus dan dapat dilaksanakan oleh penyedia jasa profesional (contoh: jasa analisis sampel, survai lapangan, disain teknis, pembuatan produk/barang tertentu, dan lain-lain); b. Tahapan dan/atau komponen kegiatan yang membutuhkan banyak sumber daya manusia dan waktu dan dapat dilaksanakan oleh penyedia jasa profesional (contoh: penyelenggaraan acara pertemuan, dan lain-lain); c. Tahapan dan/atau komponen kegiatan yang membutuhkan masukan pakar/narasumber ahli (contoh: pembuatan bahan materi pembinaan teknis, pelaksanaan sosialisasi, dan lain-lain). 2

6. Standar biaya dan Surat Tanda Pertanggungjawaban Mutlak Standar biaya yang digunakan adalah Standar Biaya Umum (SBU) yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan. Apabila terdapat satuan biaya yang tidak diatur dalam ketentuan tersebut, dapat dipergunakan standar Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Satuan biaya yang tidak dapat mengacu SBU maupun HPS KLH dapat diajukan dengan perkiraan sendiri selama disertai alasan yang patut dan dilengkapi dengan Surat Pertanggungjawaban Mutlak yang ditandatangani KPA berikut data-data pendukung lainnya (contoh: bukti standar harga yang berlaku di pasar). 7. Struktur umum pembiayaan masing-masing keluaran a. Administrasi Kegiatan Anggaran administrasi kegiatan diletakkan dalam Keluaran Peningkatan Kapasitas Pengelolaan SDA dan LH di bawah Sub Keluaran Pemantauan Pelaksanaan Kegiatan yang Dibiayai dengan DAK dan TP Bidang LH dengan rincian belanja sebagai berikut: 1) Biaya pengelolaan keuangan, mencakup: a) Honorarium pejabat pengelola keuangan (KPA, PPK, Bendahara, Pejabat SPM, dan Petugas-petugas Akuntansi) b) Biaya proses pembukuan dan pelaporan keuangan, termasuk bahan dan ATK. 2) Biaya administrasi pengadaan barang dan jasa, mencakup: a) Honorarium pejabat pengadaan barang dan jasa b) Honorarium pejabat pemeriksa/penerima barang dan jasa c) Honorarium panitia pengadaan barang dan jasa d) Honorarium narasumber bila diperlukan e) Biaya pengumuman penawaran pengadaan barang dan jasa f) Biaya proses penilaian pengadaan barang dan jasa, termasuk bahan dan ATK 3) Biaya pelaporan c. Biaya perjalanan untuk kehadiran dalam Rapat Koordinasi Lingkungan Hidup Regional untuk perencanaan sebanyak 2 (dua) orang d. Biaya perjalanan untuk kehadiran dalam Rapat Koordinasi Nasional untuk perencanaan sebanyak 2 (dua) orang e. Biaya proses pengelolaan barang milik negara, termasuk bahan dan ATK b. Struktur Pembiayaan Keluaran Struktur pembiayaan masing-masing keluaran diluar biaya administrasi kegiatan sebagaimana diatur dalam huruf a, harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1) Honorarium bulanan (orang-bulan/ob) pelaksana adalah berbasis Keluaran. Pelaksana tidak bisa menerima honorarium bulanan dari tiap-tiap sub keluaran. 2) Honorarium pelaksana sub keluaran adalah berbasis jumlah kegiatan yang dilaksanakan (orang-kali/ok). Pelaksana sub keluaran sebaiknya tidak merangkap di sub keluaran lainnya. 3

3) Tidak diperkenankan mengalokasikan belanja dalam akun belanja modal. 4) Barang-barang penunjang yang dibutuhkan sub keluaran dialokasikan dalam Belanja Barang Penunjang Kegiatan Dekonsentrasi dalam akun 526211. 5) Menganggarkan biaya untuk setiap sub keluaran secara tertib dan terkategori baik dalam komponen biaya utama maupun penunjang yang sesuai dan konsisten terhadap Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) sebagaimana distandarkan. B. TATA LAKSANA PENGORGANISASIAN PELAKSANAAN KEGIATAN Keterangan : garis pertanggungjawaban langsung dan alur pelaporan keuangan dan manajerial garis koordinasi konsultatif dan alur pelaporan teknis Struktur organisasi di atas dibentuk berdasarkan kepentingan pencapaian sasaran masing-masing keluaran dan kejelasan alur pertanggungjawaban pengambilan keputusan dan pelaporan dari segi teknis, manajerial, keuangan dan pengadaan barang dan jasa. 1. Penjelasan tentang Pelaksana a. Kuasa Pengguna Anggaran Pejabat yang ditetapkan oleh Gubernur sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) SKPD Dekonsentrasi Bidang Lingkungan Hidup harus memiliki kemampuan menjabarkan, mensinkronkan, mengharmonisasikan, dan mengorganisasikan seluruh penyelenggaraan dekonsentrasi bidang lingkungan hidup dengan pencapaian tujuan dan sasaran strategis nasional di bidang lingkungan hidup sebagaimana diamanatkan dalam Rencana Kerja Pemerintah. Atas dasar hal tersebut, maka KPA yang ditunjuk adalah pejabat aktif eselon II atau III pada instansi provinsi yang berwenang di bidang lingkungan hidup. 4

b. Pejabat Pembuat Komitmen, Bendahara Pengeluaran, Penguji dan penandatangan Surat Perintah Membayar (SPM), dan Petugas Akuntansi Persyaratan penunjukkan Pejabat Pembuat Komitmen, Bendahara Pengeluaran, Penguji dan penandatangan SPM harus sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan penetapannya dilakukan oleh Gubernur. KPA menunjuk petugas akuntansi untuk membantu pengelolaan keuangan. Seluruh pengelola keuangan yang tersebut diatas diharapkan tidak merangkap/melaksanakan tugas yang sama dalam pengelolaan keuangan Satuan Kerja selain Dekonsentrasi Bidang Lingkungan Hidup. c. Koordinator Pelaksana Koordinator Pelaksana sebanyak 3 (tiga) orang untuk masing-masing keluaran ditetapkan oleh KPA. Pelaksana tersebut harus memiliki kemampuan menjabarkan, mensinkronkan, mengharmonisasikan, dan mengorganisasikan penyelenggaraan kegiatan untuk pencapaian tujuan dan sasaran masing-masing keluaran dekonsentrasi bidang lingkungan hidup. Atas dasar hal tersebut, maka Koordinator yang ditunjuk sebaiknya adalah pejabat aktif yang memiliki lingkup tugas pokok dan fungsi : 1) berkaitan langsung dengan pengendalian pencemaran, pengawasan lingkungan atau pengendalian dampak lingkungan untuk Keluaran Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup; 2) berkaitan langsung dengan pengendalian kerusakan lingkungan, pengendalian dampak lingkungan atau konservasi/pengelolaan sumber daya alam untuk Keluaran Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup; 3) berkaitan langsung dengan peningkatan kapasitas untuk Keluaran Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Seluruh koordinator pelaksana membentuk tim pelaksana yang anggotanya berasal dari instansi lingkungan hidup dan instansi lain yang dipandang perlu dengan kapasitas dan kepentingan sesuai kebutuhan. Jumlah anggota tim pelaksana ditentukan berdasarkan prinsip efisiensi, efektivitas, dan cakupan lingkup kegiatan yang harus dilaksanakan. Tim pelaksana kegiatan ditetapkan oleh KPA. d. Pejabat Eselon I KLH terkait Pejabat eselon I KLH terkait dalam hal ini adalah pembina utama dan penentu target kinerja SKPD di bidang teknis bagi masing-masing sub keluaran. Pejabat eselon I KLH yang dimaksud adalah : 1) Deputi Bidang Tata Lingkungan (Deputi I KLH) yang merumuskan dan mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan terkait sub keluaran: a) Laporan pembinaan dan Pengawasan Pelaksanaan Kajian Dampak Lingkungan di Kabupaten/Kota (pemantauan terhadap RKL-RPL, pengawasan Komisi Penilai Amdal, dan evaluasi mutu dokumen) b) Laporan pembinaan penyusunan PDRB Hijau 5

2) Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan (Deputi II KLH) yang merumuskan dan mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan terkait sub keluaran: a) Laporan pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui Program PROPER b) Laporan pemantauan Kualitas Udara di Wilayah Perkotaan yang Bersifat Strategis Nasional 3) Deputi Bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Perubahan Iklim (Deputi III KLH) yang merumuskan dan mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan terkait sub keluaran: a) Laporan inventarisasi data dan pengawasan pencegahan kerusakan ekosistem perairan darat, pesisir dan laut, atau hutan dan lahan b) Laporan perubahan Tutupan Vegetasi dalam Rangka Program Menuju Indonesia Hijau (MIH) c) Laporan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan inventarisasi gas rumah kaca dan rencana aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim 4) Deputi Bidang Pengelolaan B3, Limbah B3, dan Sampah (Deputi IV) yang merumuskan dan mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan terkait sub keluaran: a) Laporan pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui Program PROPER b) Laporan pembinaan dan Pengawasan Pengelolaan Sampah melalui 3R (Reduce, Reuse and Recycle) 5) Deputi Bidang Penegakan Hukum Lingkungan (Deputi V KLH) yang merumuskan dan mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan terkait sub keluaran laporan pembinaan kapasitas penegakan hukum lingkungan (pengaduan kasus, sengketa lingkungan dan dugaan tindak pidana). 6) Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Komunikasi Lingkungan (Deputi VI KLH) yang merumuskan dan mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan terkait sub keluaran laporan pembinaan sekolah adiwiyata. 7) Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas (Deputi VII KLH) yang merumuskan dan mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan terkait sub keluaran: a) Laporan pemantauan Sungai Skala Nasional dan/atau Lintas Batas Negara b) Laporan peningkatan Kapasitas SDM Kabupaten/Kota dalam Rangka Optimalisasi Laboratorium Lingkungan Hidup Daerah 8) Sekretaris Menteri Lingkungan Hidup yang merumuskan dan mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan terkait sub keluaran Laporan pemantauan dan Pengawasan Pelaksanaan Kegiatan yang Dibiayai Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Tugas Pembantuan (TP) Bidang Lingkungan Hidup. 6

e. Pejabat Eselon II KLH terkait Pejabat eselon II KLH terkait dalam hal ini adalah pendamping, pelaksana asistensi, serta sumber referensi SKPD di bidang teknis bagi masing-masing sub keluaran. Pejabat eselon II KLH yang dimaksud adalah: 1) Kepala Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan (Kapusarpedal) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran: a) Laporan pemantauan sungai skala nasional dan/atau lintas batas negara b) Laporan peningkatan kapasitas sdm kabupaten/kota dalam rangka optimalisasi laboratorium lingkungan hidup daerah. 2) Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri pada Sekretariat KLH (Karo PKLN) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran Laporan Pemantauan dan Pengawasan Pelaksanaan Kegiatan yang Dibiayai DAK dan TP Bidang LH. 3) Asisten Deputi Ekonomi Lingkungan pada Deputi I KLH (Asdep 3/I KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran Laporan Pembinaan Penyusunan PDRB Hijau. 4) Asisten Deputi Pengkajian Dampak Lingkungan pada Deputi I KLH (Asdep 4/I KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran Laporan Pembinaan dan Pengawasan Pelaksanaan Kajian Dampak Lingkungan di kabupaten/kota (pemantauan terhadap RKL-RPL, pengawasan komisi Penilai Amdal, dan evaluasi mutu dokumen). 5) Asisten Deputi Pengendalian Pencemaran Manufaktur, Prasarana, dan Jasa pada Deputi II KLH (Asdep 1/II KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran Laporan Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui Program PROPER. 6) Asisten Deputi Pengendalian Pencemaran Pertambangan, Energi, dan Migas pada Deputi II KLH (Asdep 2/II KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran Laporan Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui Program PROPER. 7) Asisten Deputi Pengendalian Pencemaran Agroindustri dan Usaha Skala Kecil pada Deputi II KLH (Asdep 3/II KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran Laporan Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui Program PROPER. 8) Asisten Deputi Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Bergerak pada Deputi II KLH (Asdep 4/II KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran Laporan Pemantauan Kualitas Udara di Wilayah Perkotaan yang Bersifat Strategis Nasional. 9) Asisten Deputi Keanekaragaman Hayati dan Pengendalian Kerusakan Lahan pada Deputi III KLH (Asdep 1/III KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran: 7

1) Laporan inventarisasi data dan pengawasan pencegahan kerusakan ekosistem perairan darat, pesisir dan laut, atau hutan dan lahan 2) Laporan perubahan Tutupan Vegetasi dalam Rangka Program Menuju Indonesia Hijau (MIH). 10) Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Ekosistem Perairan Darat pada Deputi III KLH (Asdep 2/III KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran laporan inventarisasi data dan pengawasan pencegahan kerusakan ekosistem perairan darat, pesisir dan laut, atau hutan dan lahan. 11) Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Lingkungan Pesisir dan Laut pada Deputi III KLH (Asdep 3/III KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran laporan inventarisasi data dan pengawasan pencegahan kerusakan ekosistem perairan darat, pesisir dan laut, atau hutan dan lahan. 12) Asisten Deputi Mitigasi dan Perlindungan Fungsi Atmosfer pada Deputi III KLH (Asdep 4/III KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran laporan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan inventarisasi gas rumah kaca dan rencana aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. 13) Asisten Deputi Adaptasi Perubahan Iklim pada Deputi III KLH (Asdep 5/III KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran laporan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan inventarisasi gas rumah kaca dan rencana aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. 14) Asisten Deputi Pengelolaan Limbah B3 dan Pemulihan Kontaminasi Limbah B3 pada Deputi IV KLH (Asdep 3/IV KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran laporan Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui Program PROPER. 15) Asisten Deputi Pengelolaan Sampah pada Deputi IV KLH (Asdep 4/IV KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran laporan Pembinaan dan Pengawasan Pengelolaan Sampah melalui 3R (Reduce, Reuse and Recycle). 16) Asisten Deputi Pengaduan dan Penaatan Hukum Administrasi Lingkungan pada Deputi V KLH (Asdep 1/V KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran laporan pembinaan kapasitas penegakan hukum lingkungan. 17) Asisten Deputi Penyelesaian Sengketa Lingkungan pada Deputi V KLH (Asdep 2/V KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran pembinaan kapasitas penegakan hukum lingkungan. 18) Asisten Deputi Penegakan Hukum Pidana Lingkungan pada Deputi V KLH (Asdep 3/V KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran laporan pembinaan kapasitas penegakan hukum lingkungan. 8

19) Asisten Deputi Penguatan Inisiatif Masyarakat pada Deputi VI KLH (Asdep 2/VI KLH) yang melaksanakan tugas terkait sub keluaran laporan Pembinaan Sekolah Adiwiyata. f. Kepala Pusat Pengelolaan Ekoregion wilayah kerja terkait Kepala Pusat Pengelolaan Ekoregion KLH (PPE KLH) adalah pejabat setingkat Eselon II KLH yang bertugas melaksanakan koordinasi perencanaan dekonsentrasi, mengkoordinir penyampaian laporan SKPD, dan mengkoordinir penyelenggaraan kerjasama antar SKPD dalam wilayah kerjanya masing-masing. Kepala PPE KLH tersebut adalah: 1) Kepala PPE Sumatera yang mengkoordinir Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Jambi, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Kepulauan Bangka-Belitung, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Lampung. 2) Kepala PPE Jawa yang mengkoordinir Provinsi Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, dan Jawa Timur. 3) Kepala PPE Kalimantan yang mengkoordinir Provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah. 4) Kepala PPE Bali dan Nusa Tenggara (Balinusra) yang mengkoordinir Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. 5) Kepala PPE Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sumapapua) yang mengkoordinir Provinsi Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua, dan Papua Barat. 2. Struktur dan Alur Pertanggungjawaban Manajerial dan Akuntabilitas a. Perencanaan Penganggaran dekonsentrasi wajib dituangkan dalam RKA-KL Kementerian Lingkungan Hidup untuk ditetapkan sebagai Satuan Anggaran Per Satuan Kerja (SAPSK) oleh Menteri Keuangan. RKA-KL yang telah ditetapkan tersebut wajib diserahkan Menteri selaku Pengguna Anggaran kepada Gubernur. Gubernur menetapkan pejabat pengelola keuangan yang mencakup Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Bendahara Pengeluaran, Penguji dan penandatangan Surat Perintah Membayar (SPM) dan Petugas Akuntansi untuk dilaporkan kepada Menteri dengan tembusan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan. KPA menetapkan Tim Pelaksana bagi masing-masing keluaran yang terdiri dari Koordinator dan anggotanya dengan kriteria sebagaimana disebutkan di atas. Koordinator Pelaksana wajib menyusun : 1) Perencanaan kas keluaran masing-masing berdasarkan RKA-KL untuk disampaikan kepada PPK; 2) Perencanaan kinerja berdasarkan target yang ditetapkan; 3) Pengelolaan sistem pelaporan agar sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. 9

KPA mempersiapkan dan melaksanakan rencana dan organisasi pengadaan barang/jasa sesuai ketentuan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah jo Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. b. Penyaluran Dana dan pengelolaan Barang Milik Negara hasil pelaksanaan Dekonsentrasi Penyaluran dana Dekonsentrasi dilaksanakan oleh Bendahara Umum Negara melalui Rekening Kas Umum Negara berdasarkan aturan perundang-undangan yang berlaku. Semua barang yang dibeli atau diperoleh dari pelaksanaan dana dekonsentrasi merupakan barang milik negara. Barang-barang tersebut harus digunakan sebagai penunjang pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi dan ditatausahakan sebagaimana ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Dalam hal barang dihibahkan kepada daerah, penatausahaan, penggunaan dan pemanfaatan barang tersebut dilaksanakan oleh pemerintah provinsi sebagai barang milik daerah. c. Pertanggungjawaban dan pelaporan manajerial dan akuntabilitas Laporan manajerial dan laporan akuntabilitas disusun sebagai satu kesatuan dan disampaikan per-triwulan serta akhir tahun. Laporan ini diserahkan kepada Gubernur untuk disampaikan kepada Menteri, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, dan menteri yang membidangi perencanaan nasional. Laporan manajerial mencakup: 1) Perkembangan realisasi penyerapan dana; 2) Pencapaian target keluaran; 3) Kendala yang dihadapi; 4) Saran tindak. Laporan keuangan mencakup: 1) Neraca Keuangan; 2) Laporan Realisasi Anggaran (LRA); 3) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Format laporan-laporan di atas sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan-undangan. 3. Struktur dan Alur Pertanggungjawaban Teknis Kegiatan a. Acuan dan Perencanaan Kinerja Kegiatan teknis dekonsentrasi yang dilaksanakan SKPD harus menggunakan dasar-dasar berikut: 1) Indikator dan Target Kinerja 2) Perencanaan untuk Pencapaian Target Kinerja Penetapan indikator kinerja harus memperhatikan dua pendekatan, yaitu indikator kinerja keseluruhan kegiatan dekonsentrasi yang menjadi 10

salah satu kegiatan prioritas Kementerian Lingkungan Hidup dan berfungsi sebagai alat ukur tingkat capaian Kementerian Lingkungan Hidup, dimana dalam hal ini adalah Indikator Kinerja Kegiatan Peningkatan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Daerah (2722); serta indikator kinerja masing-masing provinsi yang berfungsi sebagai alat ukur capaian masing-masing provinsi, dimana dalam hal ini adalah Indikator Kinerja Keluaran dan Sub Keluaran masing-masing provinsi. Indikator Kinerja Kegiatan terdiri dari : 1) Jumlah provinsi yang melaksanakan pengendalian pencemaran lingkungan 2) Jumlah provinsi yang melaksanakan pengendalian kerusakan lingkungan 3) Jumlah provinsi yang melaksanakan peningkatan kapasitas pengelolaan SDA dan LH Ketiga indikator di atas memiliki target masing-masing 33 (tiga puluh tiga) dengan satuan Provinsi. Indikator Kinerja Keluaran mencakup Indikator Pengendalian Pencemaran, Pengendalian Kerusakan Lingkungan, dan Peningkatan Kapasitas Pengelolaan SDA dan LH. Target capaian indikator kinerja setiap keluaran dapat berupa penjumlahan maupun penghimpunan dari target capaian indikator kinerja sub-sub keluaran di bawahnya. Penjumlahan dapat dilakukan apabila satuan indikator kinerja dari sub-sub keluaran tersebut sama dengan satuan keluaran itu sendiri (contoh: Output pengendalian pencemaran ditargetkan menyelesaikan 3 laporan, karena terdiri dari laporan sub keluaran pemantauan air, laporan sub keluaran pemantauan udara, dan laporan sub keluaran pemantauan industri). Namun untuk situasi ketidaksamaan satuan, maka target capaian indikator kinerja keluaran bukan berupa penjumlahan melainkan penghimpunan (contoh: output pengendalian pencemaran ditargetkan menyelesaikan 10 industri sebagai target capaian indikator kinerja sub keluaran pemantauan industri, 3 kota sebagai target capaian indikator kinerja sub keluaran pemantauan udara, dan 2 sungai sebagai target capaian indikator kinerja sub keluaran pemantauan air). Indikator kinerja setiap sub keluaran harus bersifat terukur, mengingat keluaran dan sub keluaran berwujud barang atau jasa. Tingkat keterukuran ini akan memudahkan proses penyusunan dan penghitungan alokasi anggaran. Indikator dan target kinerja keluaran dan sub keluaran dimaksud terdiri dari : 1. Jumlah laporan keluaran pengendalian pencemaran lingkungan (volume adalah jumlah jenis sub keluaran yang dilaksanakan), dengan mencakup: a. Jumlah industri yang diawasi pelaksanaan pengelolaan limbah B3, pengelolaan kualitas air, dan udara skala nasional melalui program PROPER; b. Jumlah kota yang bersifat strategis nasional yang dipantau kualitas udaranya; c. Jumlah kota yang dibina dan diawasi pengelolaan sampah melalui 3R-nya; 11