II. TATA CARA PENGADUAN.

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

-2- Pasal 68 ayat huruf c dan Pasal 69 ayat UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I KETENTUAN UMUM

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAKASSAR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indone

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

2017, No Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

BERITA DAERAH KABUPATEN SLEMAN (Berita Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 2 Tahun 2009 Seri: E

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

- 1 - PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 27 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 673 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 55 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BERSAMA GUBERNUR JAWA BARAT KEPALA KEPOLISIAN DAERAH JAWA BARAT KEPALA KEPOLISIAN DAERAH METRO JAYA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI JAWA BARAT,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMBEBANAN BIAYA PAKSAAN PENEGAKAN HUKUM

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI JAWA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAMBI TAHUN

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN LINGKUNGAN HIDUP DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BAB I KETENTUAN UMUM

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN

BAB 15 PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP TERPADU DI DKI JAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA. No.859, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Pelayanan. Komunikasi Masyarakat. Rencana Aksi Nasional. HAM. Pedoman.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PERIZINAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

2017, No ); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republ

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG

PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI TERKAIT IZIN LINGKUNGAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 106 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG AUDIT LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamba

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

4. Tim terpadu adalah tim yang membantu gubernur dalam proses pelaksanaan lisensi. 5. Unsur perguruan tinggi adalah pusat studi lingkungan hidup dan/a

PETUNJUK PELAKSANAAN KOMPETENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 28/Menhut-II/2010 TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN BENIH TANAMAN HUTAN

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG LABORATORIUM LINGKUNGAN.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 13 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/7/PBI/2005 TENTANG PENYELESAIAN PENGADUAN NASABAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Perbaikan Persyaratan Pencalonan dan Persyaratan Calon

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Korupsi di Badan Koordinasi Penanaman Modal sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN TASIKMALAYA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMEN-KP/2017 TENTANG KODE ETIK PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERIKANAN

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 40 TAHUN 2015

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala LIPI tentang Pengelolaan Pengadu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 14

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 2 TAHUN 2011 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan : 1. Pengumpulan sumbangan masyarakat adalah penghimpunan dan/atau

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

Transkripsi:

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TATA CARA PENGADUAN DAN PENANGANAN PENGADUAN AKIBAT DUGAAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI JAWA TENGAH I. PEDOMAN UMUM.ww.hukumonline.com A. Dalam Standar Operasional Prosedur ini yang dimaksudkan dengan: 1. Pengaduan adalah penyampaian informasi secara lisan maupun tulisan dari setiap pengadu kepada instansi yang bertanggung jawab, mengenai dugaan terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup dari usaha dan/atau kegiatan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan/atau pasca pelaksanaan. 2. Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah yang selanjutnya disebut BLH adalah Instansi yang bertanggung jawab yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Jawa Tengah. 3. Pengadu adalah orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan usaha yang mengadukan dugaan terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup. 4. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup,zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. 5. Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan orang/badan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. 6. Penanganan pengaduan adalah proses kegiatan yang meliputi penerimaan, penelaahan, verifikasi pengaduan, pengajuan rekomendasi tindak lanjut verifikasi, dan penyampaian perkembangan dan hasil penanganan pengaduan kepada pengadu dan yang diadukan. 7. Penelaahan pengaduan adalah kegiatan mempelajari atau mengkaji materi aduan serta mengklasifikasikan jenis pengaduan dan kewenangan penanganannya. 8. Verifikasi pengaduan adalah kegiatan untuk memeriksa substansi kebenaran pengaduan. 9. Pelanggaran tertentu adalah pelanggaran yang apabila tidak dihentikan seketika akan menimbulkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang lebih berat: 1

10. Pelanggaran yang serius adalah tindakan melanggar hukum yang mengakibatkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang relatif besar dan menimbulkan keresahan masyarakat. 11. Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah yang selanjutnya disingkat PPLHD adalah Pegawai Negeri Sipil pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah yang memenuhi persyaratan tertentu/sertifikasi dan diangkat oleh Gubernur. 12. Instansi terkait adalah instansi yang tugas dan tanggung jawabnya terkait dengan materi aduan yang bukan merupakan pengaduan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan B. Standar Operasional Prosedur ini bertujuan untuk memberikan pedoman bagi: a. masyarakat dalam melakukan pengaduan; b. instansi yang bertanggung jawab dalam melakukan penanganan pengaduan; c. Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD).m C. Ruang lingkup Standar Operasional Prosedur ini: a. tata cara pengaduan; dan b. penanganan pengaduan. c. Tindakan yang diambil. II. TATA CARA PENGADUAN. 1. Pengaduan dapat disampaikan secara lisan dan/atau tertulis. 2. Pengaduan secara lisan disampaikan dengan cara antara lain: a. langsung kepada petugas penerima pengaduan; dan/atau b. melalui telepon. 3. Dalam hal pengaduan dilakukan secara lisan, pengadu mengisi formulir Isian Pengaduan sesuai format sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Standar Operasional Prosedur ini. 4. Dalam hal pengaduan dilakukan secara lisan, petugas penerima pengaduan harus mengisi formulir Isian Pengaduan sesuai format sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang ditandatangani oleh pengadu dan petugas penerima pengaduan, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Standar Operasional Prosedur ini. 5. Pengaduan secara tertulis dapat disampaikan melalui antara lain: a. surat; b. surat elektronik; c. faksimile; d. layanan pesan singkat; dan/atau 2

e. cara lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. f. Identitas pelapor jelas. 6. Pengaduan tertulis memuat informasi: a. identitas pengadu yang paling sedikit memuat informasi nama, alamat, dan nomor telepon yang bisa dihubungi; b. lokasi terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup; c. dugaan sumber pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup; d. waktu terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup; dan e. media lingkungan hidup yang terkena dampak.wwhukumonline.com 7. Pengaduan dapat disampaikan : a. langsung kepada BLH; atau b. melalui Badan/Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota setempat untuk ditindaklanjuti secara langsung atau diteruskan kepada BLH; c. melalui Kepala Desa/Lurah atau Camat setempat untuk diteruskan kepada Badan/Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota setempat atau diteruskan langsung kepada BLH. 8. Pengaduan wajib ditindaklanjuti oleh penerima pengaduan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak pengaduan diterima. 9. Dalam hal pengaduan tidak ditindaklanjuti dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja, Pengadu dapat menyampaikan pengaduan kepada Kementerian Lingkungan Hidup. III. KEWENANGAN PENANGANAN PENGADUAN. 1.. BLH melakukan penanganan pengaduan yang memenuhi kriteria: a. Pengaduan mengenai dampak lingkungan yang diakibatkan oleh usaha dan/atau kegiatan yang izin lingkungannya diterbitkan oleh Gubernur; b. Pengaduan mengenai dampak lingkungan yang diakibatkan oleh usaha dan/atau kegiatan yang izin lingkungannya diterbitkan oleh Bupati/Walikota tetapi berpotensi dampak lingkungan lintas kabupaten/kota; c. pengaduan pernah disampaikan kepada Badan/Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota, tetapi tidak ditindaklanjuti dalam kurun waktu 10 (sepuluh) hari kerja. 2. Penanganan pengaduan di BLH dilaksanakan oleh Unit Kerja yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang penanganan pengaduan. nline.com 3

IV. PENANGANAN PENGADUAN. 1. BLH melakukan penanganan pengaduan dengan tahapan kegiatan: a. penerimaan; b. penelaahan; c. verifikasi; d. rekomendasi tindak lanjut verifikasi; dan e. penyampaian perkembangan dan hasil tindak lanjut verifikasi pengaduan kepada Pengadu. 2. BLH memberikan tanda terima pengaduan kepada Pengadu atau Kepala Desa/Lurah atau Camat yang meneruskan pengaduan. 3. Tanda terima pengaduan berupa nomor bukti penerimaan pengaduan/nomor registrasi pengaduan. 4. BLH melakukan penelaahan terhadap pengaduan yang diterima. 5. Berdasarkan hasil telaahan sebagaimana dimaksud pada angka 4, pengaduan diklasifikasikan menjadi: a. bukan pengaduan lingkungan hidup; atau b. pengaduan lingkungan hidup. 6. Dalam hal pengaduan diklasifikasikan sebagaimana dimaksud pada angka 5 huruf a, BLH memberitahukan kepada pengadu dan mengarahkan agar mengajukan pengaduan kepada instansi/pihak terkait yang sesuai dengan substansi pengaduan. 7. Dalam hal pengaduan diklasifikasikan sebagaimana dimaksud pada angka 5 huruf b, BLH mengkoordinasikan dengan instansi terkait dan kepada Badan/Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Pengadu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya pengaduan. 8. Dalam hal pengaduan diklasifikasikan sebagaimana dimaksud pada angka 5 huruf b, tetapi bukan merupakan kewenangan BLH, pengaduan diserahkan kepada Kementerian Lingkungan Hidup, paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya pengaduan. 9. Verifikasi terhadap pengaduan dilaksanakan oleh PPLHD dilengkapi dengan surat penugasan yang ditanda tangani oleh Kepala BLH selaku Pejabat Pemberi Tugas yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara. 10. Pelaksanaan Verifikasi pengaduan dilakukan berdasarkan tata cara verifikasi pengaduan yang tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Standar Operasional Prosedur ini. 11. Dalam melaksanakan verifikasi pengaduan, PPLHD dapat berkoordinasi dengan PPLHD kabupaten/kota dan dapat meminta informasi dan/atau keterangan dari pihak pengadu, pihak yang diadukan, dan/atau pihak terkait lainnya, 4

12. PPLHD melaporkan hasil verifikasi pengaduan kepada Pejabat Pemberi Tugas sesuai dengan format sebagaimana dimaksud pada Lampiran III yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Standar Operasional Prosedur ini. 13. Laporan hasil verifikasi melampirkan: a. Berita Acara Verifikasi Pengaduan sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalam LampiranIV; b. Berita Acara Verifikasi Pengaduan pengaduan sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalamlampiran V; c. Berita Acara Penyerahan Sampel sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI; dan/atau d. bukti lain yang mendukung hasil verifikasi pengaduan, antara lain analisa laboratorium, laporan swapantau limbah/emisi/kualitas lingkungan, dan/atau laporan pelaksanaan RKL-RPL/UKL-UPL. 14. Lampiran I, II, III, IV, V, dan VI merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Standar Operasional Prosedur ini. 15. Hasil verifikasi pengaduan dapat dikategorikan sebagai: a. tidak terjadi pelanggaran izin lingkungan dan/atau peraturan perundangundangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; b. terjadi pelanggaran izin lingkungan dan/atau peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan/atau c. terjadi pelanggaran izin lingkungan dan/atau peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, serta diindikasikan dan/atau telah menimbulkan kerugian bagi masyarakat dan/atau lingkungan. 16. Hasil verifikasi pengaduan disusun oleh PPLHD dengan disertai Rekomendasi tindak lanjut penanganan pengaduan. 17. PPLHD melakukan kegiatan penanganan pengaduan mulai dari penerimaan pengaduan sampai dengan rekomendasi tindak lanjut verifikasi paling lama 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak diterimanya pengaduan, kecuali terdapat hal-hal teknis yang memerlukan waktu lebih lama. V. TINDAK LANJUT PENANGANAN. 1. Rekomendasi tindak lanjut verifikasi dijadikan pertimbangan bagi Pejabat Pemberi Tugas dalam tindak lanjut penanganan pengaduan. 2. Tindak lanjut penanganan pengaduan dapat berupa: a. pemberitahuan kepada pengadu dan pihak yang diadukan dalam hal tidak terjadi pelanggaran izin lingkungan dan/atau peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; 5

b. melakukan mediasi atau memfasilitasi musyawarah/pertemuan/audiensi untuk penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar Pengadilan; c. melakukan penegakkan hukum administrasi berupa penerapan sanksi administratif lingkungan hidup; d. melakukan penegakan hukum pidana oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bidang Lingkungan Hidup (PPNS-LH) atau mengkoordinasikan secara terpadu dengan Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI). 3. Tindaklanjut penangan pengaduan yang berupa penegakan hukum administrasi maupun hukum pidana dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan tata cara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4. BLH menginformasikan perkembangan hasil penanganan pengaduan kepada pengadu, dan menyediakan informasi publik berupa data/ informasi penanganan pengaduan. VI. ANGGARAN BIAYA PENANGANAN PENGADUAN. 1. Biaya pelaksanaan kegiatan penanganan pengaduan dibebankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Tengah. 2. Biaya penanganan pengaduan dapat diusulkan untuk dibiayai dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN). 6