PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN TABALONG

dokumen-dokumen yang mirip
Penentuan Prioritas Pemeliharaan Bangunan Gedung Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten OKU

ANALISIS PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN REHABILITASI BANGUNAN GEDUNG SD NEGERI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN TULUNGAGUNG

SKALA PRIORITAS PENANGANAN GEDUNG SEKOLAH DASAR / MADRASAH IBTIDAIYAH DI KABUPATEN KAPUAS

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN

Penyebaran Kuisioner

ANALISIS PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN KEGIATAN PENINGKATAN JALAN KOTA DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Ir. Putu Artama Wiguna, MT., Ph.D Ir. Erwin Sudarma, MT

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN SUB TERMINAL AGRIBISNIS SUMILLAN KECAMATAN ALLA KABUPATEN ENREKANG

BAB III METODE KAJIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

Fasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096

ANALISA PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN DI KOTA BIMA

Kata kunci: AHP, Kriteria, Penanganan, Alternatif Gelagar Balok Tipe T, Pile Slab, Gelagar Girder Baja

AHP (Analytical Hierarchy Process)

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS PEMILIHAN KONSTRUKSI KUDA-KUDA BAJA BENTANG BESAR

EVALUASI KEANDALAN KESELAMATAN KEBAKARAN PADA GEDUNG FISIP II UNIVERSITAS BRAWIJAYA, MALANG.

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

ANALISA PEMILIHAN ALTERNATIF ALAT PANCANG (STUDI KASUS PROYEK APARTEMEN GUNAWANGSA) I Putu Artama Wiguna, Ir.MT.PhD. Farida Rachmawati, ST.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2018

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PENILAIAN DESA DALAM PROGRAM DESA MAJU INHIL JAYA. Muh. Rasyid Ridha

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA DALAM PEMILIHAN TEMPAT KERJA MELALUI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PAKET INTERNET OPERATOR TELEKOMUNIKASI DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2016

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013:

STUDI PERBANDINGAN PRIORITAS PENANGANAN JALAN PROVINSI DI SUMATERA BARAT

ANALISA MANFAAT BIAYA MENGGUNAKAN PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN PRIORITAS PROYEK APBD PENANGANAN DRAINASE DI KOTA BANDUNG

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA

ALIKOTA YO GYAKARTYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2017

Analisa Manfaat Dan Biaya Rusunawa Jemundo, Sidoarjo

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Aplikasi Fuzzy Analytical Hierarchy Process Dalam Seleksi Karyawan (Studi Kasus: Pemilihan Staf Administrasi Di PT. XYZ)

Analytic Hierarchy Process

PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

III. METODE PENELITIAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK. Surmayanti, S.Kom, M.Kom

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 3, No. 2 : , September 2016

Freza Surya Asrina Strata Satu Sistem Informasi Universitas Dian Nuswantoro ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

PENERAPAN FUZZY ANALYTICAL NETWORK PROCESS DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMODELAN DECISION SUPPORT SYSTEM MANAJEMEN ASET IRIGASI BERBASIS SIG

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG

SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PADA SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming.

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

EVALUASI PERBANDINGAN URUTAN PRIORITAS USULAN PROYEK PEMELIHARAAN JALAN PROVINSI EKSISTING DENGAN METODA PEMBOBOTAN DI SULAWESI SELATAN.

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

Penentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN PEMBINAAN UMKM DI DINAS KUMKM DAN PERDAGANGAN PROVINSI DKI JAKARTA DENGAN METODE AHP DAN TOPSIS

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK)

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

SELEKSI PEMILIHAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS MENGGUNAKAN METODE AHP STUDI KASUS DINKES KABUPATEN BANTUL

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah

Sistem pendukung keputusan pemilihan program studi pada perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN pada SMA N 16 Semarang

Bab II Analytic Hierarchy Process

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. commit to user

Transkripsi:

PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN TABALONG Haris Fakhrozi 1, Putu Artama Wiguna 2, Anak Agung Gde Kartika 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Bidang Keahlian Manajeman Aset, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya Email: haris_fma@yahoo.co.id 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Email: artama@ce.its.ac.id 3 Dosen Jurusan Teknik Sipil, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Email: kartika@ce.its.ac.id ABSTRAK gedung sekolah dasar merupakan prasarana pendidikan dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Namun sesuai dengan karakteristiknya bangunan gedung selalu cenderung mengalami penurunan kondisi yang diindikasikan dengan terjadinya kerusakan pada fisik bangunan. Sehubungan dengan keterbatasan anggaran dan Kabupaten Tabalong memiliki gedung sekolah dasar negeri (SDN) yang banyak membutuhkan pemeliharaan, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan model penyusunan hirarki keputusan dan prioritas pemeliharaan bangunan gedung SDN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analytical Hierarchy Process (AHP). Penelitian dilakukan terhadap bangunan gedung SDN di Kecamatan Murung Pudak berjumlah 25 gedung dengan kondisi rusak ringan, rusak sedang dan rusak berat yang sumber pembiayaannya dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Tabalong. Data sekunder dikumpulkan melalui studi kepustakaan dan pengumpulan dokumen. Data primer didapat dari penyebaran kuisioner kepada 16 responden, yang terdiri dari 12 orang tim penyusun APBD Kabupaten Tabalong dan 4 orang instansi pendidikan. Hasil penelitian menunjukan kriteria yang digunakan untuk penentuan prioritas pemeliharaan bangunan gedung SDN adalah kriteria tingkat kerusakan bangunan, jumlah siswa, umur bangunan, lokasi bangunan dan angka partisipasi murni. Urutan prioritas pemeliharaan bangunan gedung SDN adalah SDN Masukau, SDN Kapar Hulu, SDN 2 Belimbing, SDN 1 Jaing Hilir, SDN 4 Belimbing Raya, SDN 2 Kapar, SDN 2 Sulingan, SDN Mabu un, SDN 1 Sulingan, SDN Pembataan, SDN 1 Kapar, SDN 4 Belimbing, SDN Kasiau Raya, SDN 2 Belimbing Raya, SDN 1 Belimbing Raya, SDN 1 Belimbing, SDN Maburai, SDN Kasiau, SDN Masukau Luar 2 Jaing Hilir, SDN 5 Belimbing, SDN 3 Belimbing Raya, SDN 2 Jaing Hilir, SDN 3 Belimbing, SDN 2 Pembataan dan SDN 3 Kapar. Kata kunci: AHP, Kabupaten Tabalong, pemeliharan bangunan gedung SDN, prioritas. PENDAHULUAN gedung sekolah mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pengembangan dan pertumbuhan pendidikan suatu wilayah dalam upaya mewujudkan pemerataan pembangunan pendidikan serta peningkatan kualitas dan pengembangan sumber daya manusia, dimana bangunan gedung sekolah digunakan sebagai prasarana pendidikan perlu dikelola pemeliharaannya dengan baik agar bangunan gedung tersebut berfungsi sebagaimana mestinya. Gedung SDN merupakan prasarana pendidikan yang sangat penting karena merupakan dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Namun sesuai dengan karakteristiknya bangunan gedung selalu cenderung mengalami penurunan kondisi yang diindikasikan dengan terjadinya kerusakan pada fisik bangunan. Untuk dapat memberikan pelayanan keamanan dan kenyamanan bagi penggunanya, bangunan gedung sekolah harus tetap dijaga dalam kondisi baik. Pemeliharaan bangunan gedung sekolah yang baik sangat diperlukan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi agar bangunan gedung sekolah tetap dalam kondisi baik sebagaimana mestinya dan untuk meningkatkan kondisi bangunan gedung sekolah dari ISBN 978-979-18342-1-6 kondisi rusak ringan, rusak sedang dan rusak berat menjadi kondisi baik serta laik fungsi. Pemeliharaan bangunan gedung sekolah harus direncanakan dengan sebaik mungkin, dengan mempertimbangkan besarnya biaya dan sumber daya yang diperlukan untuk pemeliharaan bangunan gedung sekolah. Sudah semestinya untuk menyikapi hal tersebut diperlukan suatu tindakan dan cara untuk dapat menjalankan program pemeliharaan bangunan gedung sekolah agar sesuai dan tepat sasarannya, sehingga dapat menunjang peningkatan kualitas dan pengembangan sumber daya manusia di daerah. Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten di propinsi Kalimantan Selatan memliki SDN sebanyak 229 buah terdiri dari 1.381 kelas dengan kondisi baik 601 ruang kelas, rusak ringan 430 ruang kelas, rusak sedang 116 ruang kelas dan rusak berat 234 ruang kelas. Dalam upaya mencerdaskan masyarakat Kabupaten Tabalong sehingga tidak ada diskriminasi untuk memperoleh akses dan fasilitas pendidikan maka sangat diperlukan faktor-faktor pendukung yang salah satunya adalah prasarana pendidikan yang baik. Sedangkan kendala keterbatasan dana yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Tabalong A-93

mengakibatkan kurang optimalnya pelaksanaan pemeliharaan bangunan gedung SDN. Mengingat dana yang terbatas sehingga tidak mencukupi untuk membiayai pemeliharaan semua bangunan gedung SDN dalam 1 (satu) tahun anggaran maka diperlukan penelitian untuk mengetahui kriteria dan metode yang digunakan dalam menentukan prioritas pemeliharaan bangunan gedung SDN di Kabupaten Tabalong. DASAR TEORI Gedung gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus [1]. gedung negara adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas yang menjadi/akan menjadi kekayaan milik negara dan diadakan dengan sumber pembiayaan yang berasal dari dana APBN, dan/atau APBD, dan/atau sumber pembiayaan lainnya, antara lain seperti: gedung kantor, gedung sekolah, gedung rumah sakit, gudang, dan rumah negara [2]. Pemeliharaan bangunan gedung adalah usaha mempertahankan kondisi bangunan gedung agar tetap berfungsi sebagaimana mestinya atau dalam usaha meningkatkan wujud bangunan, serta menjaga terhadap pengaruh yang merusak [2]. Intensistas kerusakan bangunan gedung, digolongkan atas tiga tingkat kerusakan, yaitu [2]: 1. Kerusakan Ringan adalah kerusakan terutama pada komponen non-struktural, seperti penutup atap, langit-langit, penutup lantai dan dinding pengisi. 2. Kerusakan Sedang adalah kerusakan pada sebagian komponen non struktural, dan atau komponen struktural seperti struktur atap, lantai, dll. 3. Kerusakan Berat adalah kerusakan pada sebagian besar komponen bangunan, baik struktural maupun non-struktural yang apabila setelah diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. Proses Hirarki Analitik Model Analycal Hierarchy Process (AHP) yang dikembangkan dapat memecahkan masalah yang kompleks dimana aspek atau kriteria yang diambil cukup banyak. Kompleksitas ini disebabkan oleh struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian persepsi mengambil keputusan serta ketidakpastian tersedianya data statistik yang akurat atau bahkan tidak ada sama sekali [3]. Proses Metode AHP Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP meliputi [3]: 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. 2. Membuat struktur hirarki yang diawali tujuan umum dilanjutkan dengan kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah. 3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap kriteria yang setingkat diatasnya. 4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgement seluruhnya sebanyak n x [(n- 1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. 5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi. 6. Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk setiap tingkatan hirarki. 7. Menghitung vektor eigen dari setiap matrik perbandingan berpasangan. 8. Memeriksa konsistensi hirarki, jika nilainya lebih dari 10 persen maka penilaian data judgement harus diperbaiki. Proses yang paling mudah adalah membandingkan dua hal dengan keakuratan perbandingan tersebut dapat dipertanggungjawabkan untuk menetapkan skala kuantitaf 1 sampai dengan 9 untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lainnya [3]. METODE Penelitian ini menggunakan metode AHP. Teknik sampling yang digunakan untuk menentukan responden adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Responden yang dipilih dengan pertimbangan memiliki informasi yang tepat terhadap maksud dan tujuan penelitian, memiliki pengetahuan, memahami permasalahan, serta berperan dalam penentuan prioritas pemeliharaan bangunan gedung sekolah dasar negeri di Kabupaten Tabalong. Responden yang dimaksud yaitu tim penyusun anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Kabupaten Tabalong dan pejabat yang terkait dengan institusi pendidikan berjumlah sebanyak 16 responden yang terdiri dari 12 orang tim penyusun APBD Kabupaten Tabalong dan 4 orang instansi pendidikan. Data primer dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuisioner. Data primer yang didapatkan adalah tingkatan pengaruh atau kepentingan kriteria yang ada. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah di Kabupaten Tablong yang terkait dengan penelitian. Data sekunder yang dikumpulkan berupa dokumentasi dan informasi gambaran umum wilayah, kependudukan, identitas SDN, jumlah siswa SDN, lokasi bangunan gedung SDN, umur bangunan sekolah, Angka Partisipasi Murni (APM) dan rencana anggaran biaya perbaikan bangunan gedung SDN. Penelitian dimulai dengan penyebaran kuisioner tahap I tujuannya adalah untuk mendapatkan kriteria yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan penentuan prioritas pemeliharaan bangunan gedung Sekolah Dasar Negeri sehingga diperoleh model penyusunan hirarki keputusan. Setelah para responden mengisi kuisioner tahap I, selanjutnya diadakan rapat untuk menentukan kriteria yang digunakan untuk A-94 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009

penentuan prioritas pemeliharaan bangunan gedung Sekolah Dasar Negeri. Selanjutnya penyebaran kuisioner tahap II terhadap responden yang sama pada penelitian tahap I yaitu untuk mengetahui tingkat kepentingan perbandingan antar kriteria secara berpasangan. Data sekunder dari masing-masing kriteria terlebih dahulu dijadikan skala, karena masing-masing nilai mempunyai satuan yang berbeda. Bilamana data memiliki satuan berbeda, maka satuannya dapat dihilangkan (menjadi sama) dengan cara transformasi menjadi data standar. Diagram alir penelitian seperti gambar 1. Gambar 1 : Diagram Alir Penelitian Penentuan peringkat prioritas pemeliharan bangunan gedung sekolah dasar adalah dengan menjumlahkan semua nilai kriteria yang didapat dari perkalian antara skala dari masing-masing kriteria dengan bobot kriteria itu sendiri untuk setiap bangunan gedung sekolah dasar penelitian. tersebut dikalikan dengan bobot tingkat kepentingan kriteria masing-masing kriteria yang telah diperoleh dan ditetapkan dari proses pembobotan tingkat kepentingan kriteria dan kemudian akan menghasilkan nilai. masing-masing kriteria ini dijumlahkan berdasarkan bangunan gedung sekolah dasar yang diteliti dan hasilnya disebut dengan jumlah nilai. Untuk menentukan peringkat (urutan prioritas) adalah ISBN 978-979-18342-1-6 dengan cara melihat jumlah nilai mulai dari yang terbesar sampai ke yang terkecil. Jumlah nilai terbesar merupakan peringkat teratas dan yang terkecil merupakan peringkat terakhir. HASIL DAN PEMBAHASAN Kriteria yang digunakan untuk penentuan prioritas pemeliharaan bangunan gedung sekolah dasar negeri di Kabupaten Tabalong, adalah: 1. Tingkat Kerusakan (TK) adalah besarnya anggaran biaya yang diperlukan untuk penanganan setiap bangunan gedung Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Tabalong. Semakin besar tingkat kerusakan semakin diprioritaskan penanganannya. 2. Jumlah Siswa (JS) adalah banyaknya siswa yang aktif belajar yang terdaftar pada masing-masing Sekolah Dasar Negeri. Semakin banyak jumlah siswa yang aktif belajar, semakin diprioritaskan untuk ditangani bangunan gedung sekolahnya. 3. Umur (UB) adalah jangka waktu bangunan dapat tetap memenuhi fungsi dan keandalan bangunan, sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Semakin tua umur bangunan semakin diprioritaskan untuk ditangani. 4. Lokasi (LB) adalah tempat dimana letak bangunan Sekolah Dasar Negeri yang akan ditangani. Semakin dekat tapal batas (wilayah perbatasan) kabupaten/propinsi lokasi sekolah Sekolah Dasar Negeri semakin diprioritaskan. 5. Angka Partisipasi Murni (APM) adalah perbandingan antara jumlah siswa sekolah dengan jumlah penduduk usia sekolah pada jenjang pendidikan sekolah dasar. Makin tinggi APM berarti makin banyak anak usia sekolah dasar yang bersekolah di suatu daerah. Semakin tinggi APM semakin diprioritaskan. Penyusunan Model Hirarki Analitik Model hirarki penentuan prioritas pemeliharaan bangunan gedung sekolah dasar negeri di Kabupaten Tabalong terdiri atas 3 level hirarki, yaitu : tujuan, kriteria dan alternatif. Model tersebut memuat beberapa penjelasan sebagai berikut: 1. Level 1 : Tujuan Tujuan pengambilan keputusan adalah keputusan penentuan prioritas pemeliharaan bangunan gedung Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Tabalong. Dalam kondisi rusak ringan, rusak sedang dan rusak berat yang sumber pembiayaannya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Tabalong 2. Level 2 : Kriteria Penyusunan kriteria dilakukan berdasarkan hasil keputusan rapat oleh pejabat pemerintah daerah Kabupaten Tabalong. Dengan hasil kriteria yang digunakan sebagai berikut : tingkat kerusakan, jumlah siswa, umur bangunan, lokasi bangunan gedung dan angka partisipasi murni (APM). 3. Level 3 : Alternatif bangunan gedung SDN. Alternatif bangunan gedung Sekolah Dasar Negeri yang akan dijadikan fokus penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong. Sekolah dasar negeri tersebut A-95

Kriteria sebanyak 25 (dua puluh lima) buah dengan kondisi rusak ringan, rusak sedang dan rusak berat. Gambar model hirarki penentuan prioritas pemeliharaan bangunan gedung SDN di Kabupaten Tabalong sepeti gambar 2. Level 1 Level 2 Urutan Prioritas Pemeliharaan Gedung Sekolah Dasar Negeri Di Kabupaten Tabalong Tingkat Kerusakan Jumlah Siswa Umur Lokasi Angka Pastisipasi Murni Bobot Bobot TK 1,752 5,250 UB 1,087 5,273 JS 1,400 5,251 APM 0,405 5,102 5,202 0,051 RI = 1,12 CR = 0,051/1,12 CR = 0,045 LB 0,586 5,136 CR = 0,045<0,1 Jumlah 26,012 Konsisten indeks konsistensi yang didapat adalah 0,045 lebih kecil dari 0,1 yang berarti bobot matrik untuk masing-masing krteria tersebut sudah layak. Data sekunder dari masing-masing kriteria dijadikan skala dengan cara standardize menggunakan MINITAB release 14 statistical software dengan range 1 sampai 5. Proses standardize dapat terlihat pada gambar 2, 3 dan 4. Level 3 Gambar 2 : Model Hirarki Penentuan Prioritas Pemeliharaan Gedung SDN Hasil Perhitungan Bobot Kriteria Tabel 1 : Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Kriteria TK UB JS APM LB TK 1 2 1 5 3 UB 1/2 1 1/2 3 3 JS 1 2 1 2 2 APM 1/5 1/3 1/2 1 1/2 LB 1/3 1/3 1/2 2 1 Jumlah 3,03 5,67 3,50 13,00 9,50 Gambar 2 : Proses pembukaan standardize Tabel 2 : Matriks Normalisasi Perbandingan Berpasangan Bobot Kriteria TK UB JS APM LB Jumlah (Jumlah/n) TK 0,330 0,353 0,286 0,385 0,316 1,669 0,334 UB 0,165 0,176 0,143 0,231 0,316 1,031 0,206 JS 0,330 0,353 0,286 0,154 0,211 1,333 0,267 APM 0,066 0,059 0,143 0,077 0,053 0,397 0,079 LB 0,110 0,059 0,143 0,154 0,105 0,571 0,114 Jumlah 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 5,000 1,000 Perkalian matriks per kriteria yaitu dengan mengalikan nilai matriks perbandingan berpasangan dengan bobot kriteria. 1 2 1 5 3 0,334 1,752 1/2 1 1/2 3 3 0,206 1,087 1 2 1 2 2 X 0,267 = 1,400 1/5 1/3 1/2 1 1/2 0,079 0,405 1/3 1/3 1/2 2 1 0,114 0,586 Gambar 3 : Input data pada Minitab Release 14 Kriteria (n = 5) A-96 Tabel 3 : Perhitungan Konsistensi (a) = Matrik x λ maks = CI = (b) = Jumlah λmaks - (a)/bobot (b)/n n/(n-1) CR = CI / RI Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009

(3,127), SDN 2 Sulingan (3,120), SDN Mabu un (3,118), SDN 1 Sulingan (3,049), SDN Pembataan (2,960), SDN 1 Kapar (2,945), SDN 4 Belimbing (2,932), SDN Kasiau Raya (2,931), SDN 2 Belimbing Raya (2,866), SDN 1 Belimbing Raya (2,815), SDN 1 Belimbing (2,654), SDN Maburai (2,494), SDN Kasiau (2,475), SDN Masukau Luar 2 Jaing Hilir (2,420), SDN 5 Belimbing (2,402), SDN 3 Belimbing Raya (2,364), SDN 2 Jaing Hilir (2,226), SDN 3 Belimbing (2,142), SDN 2 Pembataan (1,875), dan SDN 3 Kapar (1,175) Gambar 4 : Output pada Minitab Release 14 Hasil hasil perhitungan untuk skala perkriteria selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4. Hasil perhitungan untuk urutan prioritas dapat dilihat pada Tabel 5. KESIMPULAN 1. Kriteria penentuan urutan prioritas-prioritas pemeliharaan bangunan gedung Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Tabalong adalah : tingkat kerusakan (0,334), jumlah siswa (0,267), umur bangunan (0,296), lokasi bangunan (0,114) dan angka partisipasi murni (0,079). 2. Urutan prioritas pemeliharaan bangunan gedung Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Murung Kabupaten Tabalong adalah sebagai berikut : SDN Masukau (3,445), SDN Kapar Hulu (3,398), SDN 2 Belimbing (3,355), SDN 1 Jaing Hilir (3,168), SDN 4 Belimbing Raya (3,134), SDN 2 Kapar DAFTAR PUSTAKA [1] Pemerintah Republik Indonesia, 2002, Undang- Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002 tentang Gedung, Jakarta. [2] Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2002, Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 332/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Gedung Negara. Jakarta. [3] Saaty, T. L., 1993, Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, PT. Pustaka Binaan Presindo, Jakarta. [4] Departemen Pendidikan Nasional, 2002, Pengkajian 13 Indikator Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Jakarta. [5] Departemen Pendidikan Nasional, 2007, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), Jakarta. ISBN 978-979-18342-1-6 A-97

Tabel 4. PerSekolah Dasar Negeri di Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong Untuk Masing- Masing Kriteria No Nama Sekolah Jumlah Umur Lokasi APM Tingkat Kerusakan Siswa (Rp/m (orang) (tahun) (%) (km) ) 1 SDN 1 Belimbing 212 2,297 44 3,644 92,33 1,562 11 5,000 517.940,00 1,786 2 SDN 2 Belimbing 99 1,474 51 4,119 92,33 1,562 15 4,059 1.581.080,00 4,571 3 SDN 3 Belimbing 42 1,058 28 2,559 92,33 1,562 13 4,529 626.980,00 2,071 4 SDN 4 Belimbing 82 1,350 34 2,966 92,33 1,562 18 3,353 1.499.300,00 4,357 5 SDN 5 Belimbing 112 1,568 32 2,831 92,33 1,562 14 4,294 736.020,00 2,357 6 SDN 1 Belimbing Raya 174 2,020 25 2,356 91,18 1,000 12 4,765 1.172.180,00 3,500 7 SDN 2 Belimbing Raya 177 2,042 35 3,034 91,18 1,000 12 4,765 1.063.140,00 3,214 8 SDN 3 Belimbing Raya 202 2,224 34 2,966 91,18 1,000 16 3,824 572.460,00 1,929 9 SDN 4 Belimbing Raya 67 1,240 36 3,102 91,18 1,000 15 4,059 1.690.120,00 4,857 10 SDN 1 Jaing Hilir 102 1,495 50 4,051 98,55 4,600 12 4,765 1.008.620,00 3,071 11 SDN 2 Jaing Hilir 38 1,029 26 2,424 95,89 3,300 19 3,118 790.540,00 2,500 12 SDN 1 Kapar 180 2,064 61 4,797 96,60 3,647 12 4,765 490.680,00 1,714 13 SDN 2 Kapar 110 1,554 26 2,424 96,60 3,647 13 4,529 1.444.780,00 4,214 14 SDN 3 Kapar 66 1,233 10 1,339 96,60 3,647 13 4,529 218.080,00 1,000 15 SDN Kapar Hulu 98 1,466 33 2,898 96,60 3,647 11 5,000 1.608.340,00 4,643 16 SDN Kasiau 95 1,444 27 2,492 98,55 4,600 28 1,000 1.090.400,00 3,286 17 SDN Kasiau Raya 34 1,000 25 2,356 95,89 3,300 23 2,176 1.744.640,00 5,000 18 SDN Maburai 196 2,180 38 3,237 96,55 3,623 25 1,706 708.760,00 2,286 19 SDN Mabu'un 583 5,000 30 2,695 98,15 4,404 19 3,118 436.160,00 1,571 20 SDN Masukau 36 1,015 64 5,000 92,13 1,464 18 3,353 1.717.380,00 4,929 21 SDN Masukau Luar 46 1,087 27 2,492 92,13 1,464 19 3,118 1.144.920,00 3,429 22 SDN Pembataan 522 4,556 28 2,559 99,37 5,000 15 4,059 245.340,00 1,071 23 SDN 2 Pembataan 106 1,525 5 1,000 99,37 5,000 16 3,824 327.120,00 1,286 24 SDN 1 Sulingan 257 2,625 47 3,847 93,58 2,172 18 3,353 981.360,00 3,000 25 SDN 2 Sulingan 151 1,852 31 2,763 93,58 2,172 18 3,353 1.553.820,00 4,500 No Tabel 5. Urutan Prioritas Pemeliharaan Gedung Sekolah Dasar Negeri Nama Sekolah Jumlah Siswa Umur APM Lokasi Tingkat Kerusakan Jumlah Hasil Urutan Prioritas 0,267 0,206 0,079 0,114 0,334 Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil 1 SDN 1 Belimbing 2,297 0,612 3,644 0,751 1,562 0,124 5,000 0,571 1,786 0,596 2,654 16 2 SDN 2 Belimbing 1,474 0,393 4,119 0,849 1,562 0,124 4,059 0,463 4,571 1,526 3,355 3 3 SDN 3 Belimbing 1,058 0,282 2,559 0,528 1,562 0,124 4,529 0,517 2,071 0,691 2,142 23 4 SDN 4 Belimbing 1,350 0,360 2,966 0,611 1,562 0,124 3,353 0,383 4,357 1,454 2,932 12 5 SDN 5 Belimbing 1,568 0,418 2,831 0,584 1,562 0,124 4,294 0,490 2,357 0,787 2,402 20 6 SDN 1 Belimbing Raya 2,020 0,538 2,356 0,486 1,000 0,079 4,765 0,544 3,500 1,168 2,815 15 7 SDN 2 Belimbing Raya 2,042 0,544 3,034 0,625 1,000 0,079 4,765 0,544 3,214 1,073 2,866 14 8 SDN 3 Belimbing Raya 2,224 0,593 2,966 0,611 1,000 0,079 3,824 0,436 1,929 0,644 2,364 21 9 SDN 4 Belimbing Raya 1,240 0,331 3,102 0,639 1,000 0,079 4,059 0,463 4,857 1,621 3,134 5 10 SDN 1 Jaing Hilir 1,495 0,398 4,051 0,835 4,600 0,365 4,765 0,544 3,071 1,025 3,168 4 11 SDN 2 Jaing Hilir 1,029 0,274 2,424 0,500 3,300 0,262 3,118 0,356 2,500 0,834 2,226 22 12 SDN 1 Kapar 2,064 0,550 4,797 0,989 3,647 0,290 4,765 0,544 1,714 0,572 2,945 11 13 SDN 2 Kapar 1,554 0,414 2,424 0,500 3,647 0,290 4,529 0,517 4,214 1,406 3,127 6 14 SDN 3 Kapar 1,233 0,329 1,339 0,276 3,647 0,290 4,529 0,517 1,000 0,334 1,745 25 15 SDN Kapar Hulu 1,466 0,391 2,898 0,597 3,647 0,290 5,000 0,571 4,643 1,550 3,398 2 16 SDN Kasiau 1,444 0,385 2,492 0,514 4,600 0,365 1,000 0,114 3,286 1,097 2,475 18 17 SDN Kasiau Raya 1,000 0,267 2,356 0,486 3,300 0,262 2,176 0,248 5,000 1,669 2,931 13 18 SDN Maburai 2,180 0,581 3,237 0,667 3,623 0,288 1,706 0,195 2,286 0,763 2,494 17 19 SDN Mabu'un 5,000 1,333 2,695 0,556 4,404 0,350 3,118 0,356 1,571 0,524 3,118 8 20 SDN Masukau 1,015 0,271 5,000 1,031 1,464 0,116 3,353 0,383 4,929 1,645 3,445 1 21 SDN Masukau Luar 1,087 0,290 2,492 0,514 1,464 0,116 3,118 0,356 3,429 1,144 2,420 19 22 SDN Pembataan 4,556 1,214 2,559 0,528 5,000 0,397 4,059 0,463 1,071 0,357 2,960 10 23 SDN 2 Pembataan 1,525 0,406 1,000 0,206 5,000 0,397 3,824 0,436 1,286 0,429 1,875 24 24 SDN 1 Sulingan 2,625 0,700 3,847 0,793 2,172 0,173 3,353 0,383 3,000 1,001 3,049 9 25 SDN 2 Sulingan 1,852 0,494 2,763 0,570 2,172 0,173 3,353 0,383 4,500 1,502 3,120 7 A-98 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009