KRITERIA PROPER DOKUMEN LINGKUNGAN PROPER

dokumen-dokumen yang mirip
KRITERIA PROPER DOKUMEN LINGKUNGAN

KRITERIA PROPER DOKUMEN LINGKUNGAN

Kriteria PROPER Pengendalian Pencemaran Udara 2014

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tent

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

FORMAT PELAPORAN PEMANTAUAN EMISI DAN KONDISI DARURAT PENCEMARAN UDARA KEGIATAN DAN/ATAU USAHA MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

KRITERIA PROPER PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PENGUATAN KAPASITAS PROPER 2014 FORM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

PENILAIAN MANDIRI ASPEK PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

B. KRITERIA PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR Peringkat No. Aspek Biru Merah Hitam 1. Ketaatan terhadap izin.

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PENILAIAN MANDIRI. UDARA Disampaikan pada Acara: Sosialisasi Penilaian Mandiri PROPER 2014 Jakarta, Februari 2014

Petunjuk Teknis Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui PROPER

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NO. 19 TAHUN 2008

KRITERIA PROPER BIRU, MERAH, DAN HITAM

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 Tentang : Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak

PERINGKAT BIRU MERAH HITAM 1. Tidak Melaksanakan ketentuan. dalam : c. UKL UPL

KRITERIA PROPER PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Kualitas Udara

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang : Indeks Standar Pencemar Udara

Kriteria PROPER Pengendalian Pencemaran Air 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STANDAR KOMPETENSI PENANGGUNGJAWAB PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA. : Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran. Lingkungan

Pada Acara Pelatihan Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak Tempat Hotel Aston Rasuna Tanggal 18 Juni 2013

SELF ASSESSMENT PROPER

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAN EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK DI JAWA TIMUR

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA


KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 45/MENLH/10/1997 TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA LINGKUNGAN HIDUP

Persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 dicantumkan dalam izin Ortodonansi Gangguan.

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

DAMPAK PEMBANGUNAN PADA KUALITAS UDARA

Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 07 tahun 2007 Tanggal : 8 Mei 2007

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 169 TAHUN 2003

Keputusan Kepala Bapedal No. 205 Tahun 1996 Tentang : Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak

SOSIALISASI MEKANISME PENILAIAN MANDIRI PROPER SEKRETARIAT PROPER KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI

BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KEBIJAKAN PENYUSUNAN LAPORAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL) DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL)

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

G U B E R N U R JAMB I

Sistem Pelaporan Elektronik LINGKUNGAN HIDUP (SIMPEL)

Perancangan Sistem Penilaian pada Model Kematangan Pengelolaan Lingkungan Berdasarkan Kajian Metode Proper

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

LAPORAN HASIL UJI. Alamat : Kampung Salam, Darmaga, Kec. Cisalak Kab. Subang, West Java 04011

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PETERNAKAN SAPI DAN BABI

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188 / 336 / KPTS / 013 / 2007 TENTANG

LAMPIRAN LAPORAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPAEN SUKAMARA

LAMPIRAN LAPORAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPAEN SUKAMARA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KEDELAI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

MEKANISME UPDATING DAN PENGINPUTAN DATA DALAM SILH OLEH : SRI HIDAYAT,

EVALUASI MUATAN SUBSTANSI IZIN PEMBUANGAN DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH

PEDOMAN TEKNIS PENETAPAN BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAERAH

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

2017, No dan/atau Kegiatan Industri Semen; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hid

PETUNJUK TEKNIS STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN/KOTA

-1-- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI OLEOKIMIA DASAR

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 133 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU EMISI BAGI KEGIATAN INDUSTRI PUPUK MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN. TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN KUALITAS UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 133 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU EMISI BAGI KEGIATAN INDUSTRI PUPUK MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

TATA CARA PENILAIAN KETAATAN DAN PENILAIAN KINERJA LEBIH DARI KETAATAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BAUKSIT

SALINAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang :

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA

BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI INDUSTRI RAYON. Beban Emisi Maksimum 1 Carbon Disulfide Kg/ Ton Fiber 115.

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan manusia dan

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KRITERIA PENILAIAN PROPER

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDLAIAN PENCEMARAN UDARA

PETUNJUK TEKNIS STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN/KOTA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PETERNAKAN SAPI DAN BABI

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

Transkripsi:

KRITERIA PROPER DOKUMEN LINGKUNGAN PROPER 2014-2015

KRITERIA AMDAL No KRITERIA AMDAL 1. Dasar Peraturan : PP LH No. 27 Thn 2012 tentang Izin Lingkungan 2. Aspek Penilaian : Pelaksanaan Dokumen Lingkungan/Izin Lingkungan 3. Komponen Aspek Penilaian : Memiliki dokumen lingkungan/izin lingkungan Melaksanakan ketentuan dalam dokumen lingkungan/izin lingkungan: Luas area dan kapasitas Pengelolaan lingkungan terutama aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, dan Pengelolaan LB3 Melaporkan pelaksanaan dokumen lingkungan/izin lingkungan (terutama aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, dan Pengelolaan LB3)

PELAKSANAAN DOKUMEN LINGKUNGAN/IZIN LINGKUNGAN BIRU MERAH HITAM 1. Tidak melaksanakan ketentuan dalam dokumen lingkungan/izin lingkungan: a. Luasan area dan/atau kapasitas produksi tidak sesuai Dokumen Lingkungan/izin lingkungan b. Jika Pengelolaan lingkungan terutama aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, dan Pengelolaan LB3 tidak memiliki dasar ketentuan dalam AMDAL/UKL-UPL/RKL- RPL/Laporan pelaksanaan UKL-UPL. 2. Tidak melaporkan pelaksanaan dokumen lingkungan/izin lingkungan (terutama aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, dan Pengelolaan LB3). 1. Memiliki dokumen lingkungan/izin lingkungan; 2. Melaksanakan ketentuan dalam dokumen lingkungan/izin lingkungan: a. Luasan area dan kapasitas produksi masih sesuai Dokumen Lingkungan/Izin Lingkungan. b. Jika pengelolaan lingkungan terutama aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, dan Pengelolaan LB3 memiliki dasar ketentuan dalam AMDAL/UKL-UPL/RKL- RPL/Laporan pelaksanaan UKL-UPL 3. Melaporkan pelaksanaan dokumen lingkungan/izin lingkungan (terutama aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, dan Pengelolaan LB3) Tidak memiliki dokumen lingkungan

KRITERIA PROPER PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PROPER 2014-2015

KRITERIA PENILAIAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA KETAATAN TERHADAP SUMBER EMISI 1 KETAATAN TERHADAP PARAMETER KETAATAN TERHADAP JUMLAH DATA TIAP PARAMETER YANG DILAPORKAN KETAATAN TERHADAP PEMENUHAN BAKU MUTU KETAATAN TERHADAP KETENTUAN TEKNIS 2 3 4 5

KRITERIA KETAATAN TERHADAP SUMBER EMISI BIRU MERAH HITAM Memantau 100% seluruh cerobong emisi Memantau <100% seluruh cerobong emisi --- Catatan Industri Manufaktur Prasarana Jasa (MPJ) dan Agro Industri: 1. Sumber emisi dari proses non pembakaran dari unit produksi, pemantauan udara emisi dapat dilakukan secara bergantian 2. Cerobong dari sumber emisi dari kegiatan proses wajib dipantau Agroindustri 1. Pengering (dryer) di industri agro wajib dipantau 2. Tungku bakar indsutri sawit wajib pantau serta memenuhi BMUE Lampiran VB Kepmen LH Nomor 13 Tahun 1995 Sumber emisi tidak wajib pantau 1. Cerobong yang mengalirkan udara masuk, udara keluar dan kegiatan yang mengeluarkan uap air 2. Genset yang berkapasitas kurang dari <100 HP (76,5 KVA), beroperasi <1000 jam/tahun, yang digunakan untuk kegiatan darurat yang beroperasi kurang 200 jam/tahun dan yang digunakan untuk penggerak derek dan peralatan las 3. Cerobong gas buang pada laboratorium Untuk pengelola kawasan industri, wajib melakukan pemantauan udara ambien sesuai dokumen lingkungan/izin lingkungan

KRITERIA KETAATAN TERHADAP PARAMETER BIRU MERAH HITAM Memantau 100% parameter sesuai peraturan Memantau <100% parameter sesuai peraturan --- CATATAN 1. Industri yang tidak mempunyai BMUE spesifik, mengacu pada baku mutu AMDAL atau UKL-UPL 2. Bagi industri yang tidak mencantumkan BMUE dalam AMDAL atau UKL-UPL menggunakan baku mutu lampiran VB, Kepmen LH Nomor 13 Tahun 1995 3. Untuk Genset mengacu lampiran I huruf a Permen LH Nomor 13 Tahun 2009 4. Bagi emisi dari kegiatan proses pembakaran 25 MW atau satuan lain yang setara, wajib mengukur parameter kur parameter sulfur dioksida dan total partikulat jika kandungan sulfur dalam bahan bakar 0,5% berat. Khusus Untuk Industri Agro 1. Sumber emisi pengering (dryer) dan kamar asap pada industri karet, untuk yang pembakaran langsung parameter yang diukur SO2, NO2, Partikulat, NH3, sedangkan yang pembakaran tidak langsung parameter yang diukur hanya partikulat dan NH3 dengan baku mutu emisi mengacu pada Lampiran V huruf B Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1995 2. Sumber emisi pengering (dryer) pada industri selain industri karet, untuk yang pembakaran langsung parameter yang diukur: SO2, NO2, dan Partikulat, sedangkan yang pembakaran tidak langsung parameter yang diukur hanya partikulat dengan baku mutu emisi mengacu pada Lampiran V huruf B Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1995. 3. Kamar asap pada pengolahan ikan, parameter yang diukur SO2, NO2, dan Partikulat dengan BME mengacu pada Lampiran VB Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1995.

KRITERIA KETAATAN TERHADAP JUMLAH DATA PERPARAMETER YANG DILAPORKAN BIRU MERAH HITAM 1. Melaporkan Secara Periodik a. Melaporkan data pemantauan CEMS, setiap 3 bulan tersedia data 75% dari seluruh data pemantauan dengan pengukuran harian minimal 18 jam b. Melaporkan data pemantauan manual sesuai dengan peraturan yang berlaku 2. Melaporkan perhitungan beban pencemaran untuk yang diwajibkan dalam peraturan 1. Melaporkan Secara Periodik a. Melaporkan data pemantauan CEMS, setiap 3 bulan tersedia data <75% dari seluruh data pemantauan dengan pengukuran harian minimal 18 jam b. Tidak melaporkan data pemantauan manual sesuai dengan peraturan yang berlaku 2. Tidak melaporkan perhitungan beban pencemaran untuk yang diwajibkan dalam peraturan Melaporkan data palsu dan menyebabkan pencemaran lingkungan

KRITERIA KETAATAN TERHADAP PEMENUHAN BAKU MUTU BIRU MERAH HITAM 1. Pemenuhan Baku Mutu Konsentrasi a. Data hasil pemantauan CEMS memenuhi 95% ketaatan dari data ratarata harian yang dilaporkan dalam kurun waktu 3 bulan waktu operasi b. Pemantauan manual memenuhi baku mutu 100% tiap sumber emisi 2. Memenuhi beban pencemaran dalam peraturan. 1. Pemenuhan Baku Mutu Konsentrasi a. Data hasil pemantauan CEMS memenuhi <95% ketaatan dari data ratarata harian yang dilaporkan dalam kurun waktu 3 bulan waktu operasi b. Pemantauan manual memenuhi baku mutu 100% tiap sumber emisi 2. Tidak memenuhi beban pencemaran dalam peraturan. ---

KRITERIA KETAATAN TERHADAP KETENTUAN TEKNIS BIRU MERAH HITAM 1. Menaati semua persyaratan teknis cerobong 2. Bagi Industri Yang Wajib Memasang CEMS, peralatan CEMS beroperasi normal 3. Semua sumber emisi non fugitive emisi harus dibuang melalui cerobong 4. Menggunakan jasa laboratorium yang terakreditasi atau yang ditunjuk oleh gubernur. 5. Memenuhi sanksi administrasi sampai batas waktu yang ditentukan 6. Jika CEMS rusak wajib melaksanakan pemantauan manual kualitas emisi setiap 3 bulan sekali selama 1 tahun periode penilaian 1. Tidak menaati persyaratan teknis cerobong 2. Tidak memasang CEMS bagi industri yang wajib memasang CEMS Membuang emisi gas buang tidak melalui cerobong dan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan CATATAN CATATAN 1. Industri yang wajib memasang CEMS yaitu unit regenerator katalis, unit pentawaran sulfur, proses pembakaran dengan kapasitas >25 NW dan apabila kadungan sulfur > 2%, peleburan baja, pulp dan kertas, pupuk, semen dan karbon hitam 2. Sumber emisi yang mengukur lubang parameter partikulat wajib memenuhi kaidah 2D dan 8D 3. Cerobong unit genset dengan diameter cerobong < 10 cm tidak diwajibkan memiliki lubang sampling

CONTOH PENEMPATAN LUBANG SAMPLING

POSISI LUBANG SAMPLING & LANTAI KERJA Sebelum PERBAIKAN 2d 8d Setelah PERBAIKAN Diameter cerobong : 30 cm Jarak lubang sampling ke elbow bawah : 240 cm Jarak lubang sampling ke puncak : 95 cm

Posisi Lubang Sampling dan lantai keja