PEDOMAN UMUM PERUMUSAN STANDAR KOMPETENSI TEKNIS URUSAN PEMERINTAHAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PEDOMAN PERUMUSAN STANDAR KOMPETENSI TEKNIS PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA. No.364, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Standar. Kompetensi. Kerja. Nasional. Indonesia. Pencabutan.

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

- 2 - II. DESKRIPSI JENJANG KUALIFIKASI KKNIPDN JENJANG KUALIFIKASI URAIAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PEDOMAN PERUMUSAN STANDAR KOMPETENSI TEKNIS PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMOR : KEP.218/LATTAS/XII/2012

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan

STRUKTUR DAN FORMAT PENULISAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI)

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 4/ BNSP / VII / 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI

Darmawansyah, ST, M.Si /

MENTERI TENAGA KERJA DAN THANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 27 TAHUN No. 27, 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA, : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 98 ayat (7)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS NOMOR KEP.280/LATTAS/XI/2014

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 2/ BNSP/VIII/2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR KOMPETENSI KERJA ANALIS KEPEGAWAIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/SM.200/6/2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTER! KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia T

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI PAPUA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMORKEP.280 / LATTAS/ XI/2014

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

PEDOMAN PELAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN LSP KEPADA BNSP

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PERSYARATAN UMUM ASESOR LISENSI, LEAD ASESOR DAN FASILITATOR SISTEM MANAJEMEN MUTU LSP

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR TENTANG PELAKSANAAN FASILITASI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI PROVINSI JAWA TENGAH

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMOR : KEP.189/LATTAS/XII/2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara R

2016, No Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga P

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENDANAAN SISTEM PELATIHAN KERJA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 45/Permentan/OT.140/4/2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indon

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG

PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

BERITA NEGARA. No.1463, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pelatihan Kerja. Nasional. Daerah. Pedoman.

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP

2018, No pelatihan profesi, uji kompetensi dan sertifikasi profesi yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan; c. bahwa berdas

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENDANAAN SISTEM PELATIHAN KERJA

BAB I P E N D A H U L U A N

SKEMA SERTIFIKASI AHLI TEKNIK TEROWONGAN

=================================== Pengembangan Skema Sertifikasi Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)

SALINAN GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG

Indonesia Kompeten Pengembangan Program Sertifikasi Profesi Berbasis Kompetensi

LAMPIRAN II ORGANISASI LEMBAGA, UNIT SERTIFIKASI DAN KESEKRETARIATAN LEMBAGA

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8

PERATURAN MENTERI REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN UNIT SERTIFIKASI DAN PEMBERIAN LISENSI

MASA DEPAN DIKLATPIM TINGKAT III DAN IV PASCA DISAHKANNYA UU APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keteram

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN UJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

2 Rancangan Peraturan Menteri di Kementerian Ketenagakerjaan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Ne

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR :PER.21/MEN/X/2007. TENTANG

BUPATI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Badan Nasional Sertifikasi Profesi =================================== PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP PEDOMAN BNSP 304

OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 2 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN MONITORING DAN EVALUASI JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 186); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 36

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA MAKASSAR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

SKEMA SERTIFIKASI AHLI TEKNIK JALAN

2 Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangk

2016, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lem

-2- Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah terdiri atas pembinaan dan pengawasan umum serta pembinaan dan pengawasan te

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

Lampiran-Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor : Tanggal : PEDOMAN UMUM PERUMUSAN STANDAR KOMPETENSI TEKNIS URUSAN PEMERINTAHAN I. PENDAHULUAN A. UMUM Dalam rangka menjamin penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berjalan sesuai dengan kebijakan nasional, maka Presiden melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dibantu oleh Menteri negara yang bertanggung jawab atas urusan tertentu dalam. Konsekuensi Menteri sebagai pembantu Presiden adalah kewajiban Menteri atas nama Presiden untuk melakukan pembinaan dan pengawasan agar penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berjalan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Agar tercipta sinergi antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Kementerian/Lembaga Pemerintah Non-Kementerian berkewajiban membuat norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) untuk dijadikan pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan urusan yang diserahkan ke daerah dan menjadi pedoman bagi Kementerian/Lembaga Pemerintah Non-Kementerian untuk melakukan pembinaan dan pengawasan. Presiden melimpahkan kewenangan kepada Menteri Dalam Negeri sebagai koordinator pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah Non-Kementerian terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Kementerian/Lembaga Pemerintah Non-Kementerian melakukan pembinaan dan pengawasan yang bersifat teknis, sedangkan Kementerian Dalam Negeri melaksanakan pembinaan dan pengawasan yang bersifat umum. Pembinaan yang bersifat umum berdasarkan Pasal 374 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah meliputi: (a) Pembagian Urusan Pemerintahan; (b) Kelembagaan Daerah; (c) Kepegawaian pada Perangkat Daerah; (d) Keuangan Daerah; (e) Pembangunan Daerah; (f) Pelayanan Publik di Daerah; (g) Kerjasama Daerah; (h) Kebijakan Daerah; (i) Kepala Daerah dan DPRD; dan (j) Bentuk pembinaan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam rangka pembinaan kepegawaian pada perangkat daerah dan sekaligus untuk memastikan para pemangku jabatan pimpinan perangkat daerah, jabatan administrator dan jabatan pengawas di lingkungan daerah mempunyai pengetahuan, sikap dan keterampilan yang memadai dalam memangku tugas-tugas, pasal 233 ayat (4) mengamanatkan agar Menteri Dalam Negeri menetapkan kompetensi sebagai persyaratan bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara yang akan menduduki jabatan pimpinan perangkat daerah, jabatan administrator dibawah kepala perangkat daerah dan jabatan

- 2 - pengawas. Sedangkan untuk memastikan penguasaan kompetensi teknis yang sesuai dengan bidang urusan yang didesentralisasikan kepada Daerah, maka Pasal 233 ayat (3) mengamanatkan agar Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non- Kementerian menetapkan kompetensi teknis masing-masing setelah dikoordinasikan dengan Menteri Dalam Negeri. Pengaturan dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah tersebut bertujuan untuk membangun sistem pengembangan kompetensi yang terstandar, adil, transparan dan terintegrasi antara norma, standar, pedoman dan kriteria (NSPK) urusan dengan kualifikasi pegawai Aparatur Sipil Negara sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dalam pengembangan aparatur penyelenggara Pemerintahan Daerah secara sinergis antara berbagai pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sehingga tercipta dukungan personel yang memadai baik dalam jumlah maupun standar kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan Daerah. Dengan cara tersebut, Pemerintah Daerah akan mempunyai birokrasi karir yang kuat dan memadai dalam aspek jumlah dan kompetensinya. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pedoman Pengembangan Sistem Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa pengembangan kompetensi aparatur dilakukan dalam suatu sistem yang saling berkaitan, dengan komponen-komponen sebagai berikut: 1. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Pemerintahan Dalam Negeri, yang selanjutnya disingkat KKNIPDN, merupakan kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan, bidang pendidikan dan pelatihan, dan pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah, yang disusun berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. 2. Standar Kompetensi Kerja Khusus Aparatur Pemerintahan Dalam Negeri, yang selanjutnya disingkat SK3APDN adalah rumusan kemampuan kerja aparatur yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap perilaku yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan syarat jabatan secara profesional di bidang urusan dalam negeri yang ditetapkan oleh Menteri. SK3APDN dinyatakan dalam bentuk pernyataan hasil di tempat kerja dengan mendefinisikan pengetahuan, keterampilan dan/atau sikap kerja dan penerapan yang dibutuhkan untuk semua pekerjaan pada bidang, sub bidang dan sub-sub bidang urusan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten dan Kota.

- 3-3. Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi, untuk memenuhi kesenjangan penguasaan kompetensi oleh para aparatur. Diklat ini menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan standar yang ditetapkan dan persyaratan kerja di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah. 4. Uji Kompetensi dan Sertifikasi berbasis kompetensi, untuk memastikan penguasaan kompetensi yang hasilnya menjadi dasar pemberian sertifikat kompetensi kerja. Proses ini disebut sertifikasi kompetensi kerja, yang merupakan proses pemberian sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan objektif melalui uji kompetensi dan atau verifikasi sesuai dengan SK3APDN, SKKNI dan/atau standar internasional. Dari keempat komponen sistem di atas, maka SK3APDN merupakan titik tolak implementasi sistem berbasis kompetensi, sehingga perlu disusun pedoman umum perumusan standar kompetensi teknis urusan. B. MAKSUD DAN TUJUAN Pedoman perumusan standar kompetensi teknis urusan ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap komponen Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah dalam merumuskan SK3APDN sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Tujuan pedoman ini untuk memperoleh kesamaan pemahaman dan keterpaduan tindakan dalam menetapkan standar kompetensi teknis urusan bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah. C. RUANG LINGKUP Pedoman perumusan standar kompetensi teknis urusan ini meliputi: 1. Prinsip-prinsip penyusunan standar kompetensi teknis urusan ; 2. Metode perumusan standar kompetensi teknis urusan ; 3. penyusun standar kompetensi teknis urusan ; 4. Perencanaan penyusunan standar kompetensi teknis urusan ; 5. Prosedur penyusunan standar kompetensi teknis urusan. D. PENGERTIAN 1. Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.

- 4-2. Jabatan Kepala Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Kepala adalah jabatan tertinggi pada perangkat daerah yang bertanggung jawab memimpin perangkat daerah. 3. Jabatan Administrator yang selanjutnya disebut Administrator adalah jabatan pada perangkat daerah yang bertugas membantu Kepala dalam memimpin pelaksanaan seluruh kegiatan berkaitan dengan pelayanan publik serta administrasi dan pembangunan. 4. Jabatan Pengawas adalah jabatan pada perangkat daerah yang bertugas membantu Administrator dalam mengendalikan pelaksanaan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pelaksana berkaitan dengan pelayanan publik serta administrasi dan pembangunan. 5. Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang Aparatur Sipil Negara berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap prilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sesuai dengan standar yang ditetapkan. 6. Kompetensi Teknis adalah kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang mutlak diperlukan dalam melaksanakan tugas-tugas jabatannya. 7. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat SKKNI, adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 8. Standar Kompetensi Standar Kompetensi Teknis Urusan Pemerintahan yang selanjutnya disingkat SKTUP adalah standar kompetensi teknis bagi Aparatur Sipil Negara berupa rumusan kemampuan kerja Aparatur Sipil Negara pada Kementerian Dalam Negeri dan perangkat daerah yang menjadi ukuran/kriteria kemampuan kerja mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap perilaku yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan syarat jabatan secara professional di bidang urusan dalam negeri yang ditetapkan oleh Menteri atau Kepala Lembaga Pemerintah Non-Kementerian setelah dikoordinasikan dengan Menteri. 9. Sertifikasi kompetensi kerja adalah proses pemberian sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan objektif melalui uji kompetensi dan atau verifikasi sesuai dengan SKTUP, SKKNI dan/atau standar internasional. 10. Sertifikasi Kompetensi Kerja Perangkat Daerah adalah proses penilaian dan penetapan atas jenis dan tingkat kompetensi yang dikuasai oleh Aparatur Sipil Negara yang menduduki jabatan pimpinan tinggi, administrator dan pengawas pada perangkat daerah berdasarkan hasil uji kompetensi dengan mengacu kepada standar kompetensi kerja yang ditetapkan.

- 5-11. Uji Kompetensi adalah proses penilaian aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, melalui pengumpulan bukti yang relevan untuk menentukan seseorang kompeten atau belum kompeten pada suatu unit kompetensi atau kualifikasi tertentu berdasarkan skema sertifikasi yang ditetapkan. 12. Sertifikat Kompetensi Kerja Perangkat Daerah adalah bukti tertulis yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Penyelenggaraan Pemerintahan Dalam Negeri atau yang disebut atau pejabat yang ditetapkan oleh Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang menerangkan bahwa seseorang telah menguasai kompetensi kerja pada jenis dan jabatan tertentu sesuai dengan standar yang ditetapkan. 13. Peta jabatan penyelenggara urusan adalah bentangan seluruh jabatan baik struktural maupun fungsional, sebagai gambaran menyeluruh bagi jabatan yang ada dalam unit organisasi atau dalam instansi perangkat daerah yang melaksanakan urusan. 14. Lembaga Sertifikasi Penyelenggaraan Pemerintahan Dalam Negeri yang selanjutnya disingkat LSP Pemdagri adalah lembaga pelaksana sertifikasi kompetensi yang ditetapkan oleh Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian setelah mendapatkan lisensi dari lembaga yang berwenang atau mendapatkan saling pengakuan dari lembaga sertifikasi lainnya. 15. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan dalam negeri. 16. Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan dalam negeri. II. an SKTUP an SKTUP dilaksanakan dengan mengintegrasikan pendekatan penyusunan standar kompetensi berbasis fungsi berdasarkan Regional Model Competency Standard (RMCS) dan pendekatan penyusunan standar kompetensi berbasis jabatan berdasarkan pendekatan Model Ocupation Standar (MOS). Integrasi kedua metode tersebut dilakukan dalam rangka memastikan semua fungsi dalam penyelenggaraan di daerah dapat teridentifikasi secara tepat sehingga dapat disusun peta jabatan dan pemaketan unit kompetensi yang sesuai dengan fungsi masingmasing penyelenggara daerah. A. Prinsip-Prinsip Penyusunan SKTUP Penyusunan SKTUP diarahkan pada tersedianya standar kompetensi kerja untuk bidang, sub bidang dan sub-sub bidang urusan yang memenuhi prinsip: 1. Relevan dalam arti sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan ; 2. Valid dalam arti mengacu kepada acuan dan/atau pembanding yang sah;

- 6-3. Aseptabel dalam arti dapat diterima oleh para pemangku kepentingan; 4. Fleksibel dalam arti dapat diterapkan dan memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan; 5. Mampu telusur dalam arti dapat dibandingkan dan/atau dilakukan kesetaraan dengan standar kompetensi lain, baik secara nasional maupun internasional. B. Metode an SKTUP SKTUP disusun dengan mengintegrasikan metode Regional Model Competency Standard (RMCS) dan Model Ocupation Standar (MOS). Penggunaan metode RMCS dilakukan pada saat menyusun unit-unit kompetensi berdasarkan urusan dan sub-sub urusan dan fungsi-fungsi dukungan manajemen daerah. Kemudian unitunit kompetensi ini dipaketkan dalam jabatan-jabatan ASN dengan menggunakan pendekatan MOS. Unit-unit kompetensi disusun berdasarkan peta fungsi kerja dari urusan dan fungsi-fungsi dukungan manajemen. Berdasarkan peta fungsi tersebut, ditentukan fungsi dasar sebagai unit-unit kompetensi dari masing-masing urusan dan dukungan manajemen. Selanjutnya dari masing-masing unit kompetensi diuraikan ke dalam langkah-langkah kerja (elemen kompetensi) beserta uraian hasil kerja (kriteria unjuk kerja). Dalam setiap unit kompetensi juga ditetapkan ruang lingkup yang menggambarkan batasan dimana unit tersebut digunakan/diterapkan. Selain itu untuk mendukung keberhasilan setiap langkah kerja pada ruang lingkupnya perlu dicantumkan pengetahuan kerja, keterampilan kerja, dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam setiap unit kompetensinya. Penyusunan SKTUP dapat dilakukan dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut: 1. Riset dan/atau penyusunan standar baru. Metode ini dilaksanakan dengan cara melakukan kajian terhadap berbagai ketentuan dan tatacara pelaksanaan tugas dan fungsi bidang, sub bidang dan sub-sub bidang urusan guna menemukan unit-unit kompetensi berupa pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan yang kemudian dirumuskan ke dalam rancangan Standar Kompetensi Kerja. 2. Adaptasi standar kompetensi yang ada. Metode ini dilaksanakan dengan cara mengambil dan menyesuaikan bagian-bagian standar dari standar internasional, standar nasional atau standar khusus lainnya yang sudah ada sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan bidang, sub bidang dan sub-sub bidang urusan. 3. Adopsi standar kompetensi yang ada. Metode ini dilaksanakan dengan cara mengambil dokumen normatif standar yang sudah ada baik standar nasional, internasional maupun standar khusus lainnya yang sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan bidang, sub bidang dan sub-sub bidang urusan, baik mengambil

- 7 - seluruhnya maupun dengan penyesuaian berbagai aspek teknisnya. Metode ini dapat dibagi dalam dua model, yakni: a. Adopsi identik yaitu mengambil semua substansi teknis, struktur dan kata-kata yang sama persis dari standar kompetensi yang sudah ada untuk menjadi SKTUP; b. Adopsi modifikasi yaitu melakukan penyesuaian substansi teknis, struktur dan kata-kata dari standar yang ada, dengan tetap mempertahankan substansi dan struktur standar yang ada untuk jaminan transparansi dan ketelusuran. C. Penyusun SKTUP Penyusun SKTUP, terdiri dari: 1. Komisi Standardisasi Kompetensi: a. Dibentuk oleh Menteri Dalam Negeri; b. Komisi standarisasi dapat melibatkan unsur kementerian/lembaga pemerintah Non-Kementerian lain sesuai dengan kebutuhan. 2. SKTUP: a. perumus berasal dari: 1) Ahli Substansi: yaitu Pejabat Struktural, Pejabat Fungsional Tertentu dan pakar/unsur perguruan tinggi yang kompeten dibidang urusan yang disusun standarnya. 2) Ahli Standar yang mempunyai kualifikasi sebagai Standar Kompetensi; b. perumus dibentuk dengan Keputuan Menteri Dalam Negeri dengan susunan dan keanggotaan sesuai dengan kebutuhan. 3. Verifikasi SKTUP: a. verifikasi beranggotakan Ahli Verifikasi Standar Kompetensi yang mempunyai kualifikasi sebagai Verifikator Standar Kompetensi; b. verifikasi dibentuk oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah Non-Kementerian dengan susunan dan keanggotaan sesuai dengan kebutuhan. D. Perencanaan Penyusunan SKTUP Inisiasi Penyusunan SKTUP dilakukan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia atau komponen Kementerian Dalam Negeri berdasarkan kebutuhan penyelenggaraan, dengan memperhatikan perintah peraturan perundang-undangan, usulan dari penyelenggara, rekomendasi dan/atau permintaan perbaikan berdasarkan hasil kaji ulang SKTUP.

- 8 - Rencana penyusunan SKTUP dituangkan dalam dokumen rencana perumusan standar kompetensi aparatur dalam negeri. E. Prosedur Penyusunan SKTUP Proses perumusan SKTUP, dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut: 1. Pemetaan fungsi kerja dan penyusunan peta kompetensi urusan. a. Identifikasi fungsi-fungsi pekerjaan yang harus dilaksanakan perangkat daerah berdasarkan kebijakan penyelenggaraan urusan yang diserahkan kepada daerah otonom, dengan ketentuan: 1) Pemetaan dilaksanakan berdasarkan pembagian urusan yang diatur dalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah, peraturan teknis yang terkait dengan urusan tersebut serta dengan melihat tugas-tugas lain yang relevan dan dianggap menentukan keberhasilan pelaksanaan urusan oleh perangkat daerah. 2) Pemetaan harus dilakukan hingga fungsi-fungsi organisasi terkecil, dan mencakup tugas-tugas yang akan dilaksanakan oleh jabatan struktural dan jabatan fungsional, baik fungsional tertentu maupun jabatan fungsional umum. 3) Pemetaan fungsi kerja dilaksanakan dengan menggunakan metode analisis fungsi kerja berdasarkan RMCS yang dioperasionalisasikan melalui teknik analisis tulang ikan (fish-bone analysis) sebagaimana tercantum dalam lampiran 2 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini. b. Susun peta fungsi kerja Urusan Pemerintahan untuk mengidentifikasi fungsi kerja perangkat daerah, sub fungsi perangkat daerah dan Sub Fungsi kerja lain yang mendukung keberhasilan penyelenggaraan urusan. Penyusunan peta fungsi kerja perangkat daerah ini, dilaksanakan dengan cara menuangkan fungsifungsi kerja urusan sebagaimana angka 1 ke dalam tabel inventarisasi peta fungsi urusan sebagaimana tercantum dalam lampiran 3 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini. c. Identifikasi unit-unit kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan urusan serta unit-unit kompetensi pendudukung yang dibutuhkan. Identifikasi ini dilakukan dengan menuangkan peta fungsi kerja urusan ke dalam tabel identifikasi unit kompetensi urusan sebagaimana tercantum dalam lampiran 4 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini. d. Menyusun peta kompetensi urusan dan megembangkan elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja dari setiap unit kompetensi tersebut. Elemen kompetensi ditetapkan berdasarkan proses sesuai urutan

- 9 - kegiatan dalam pelaksanaan suatu unit kompetensi. Selanjutnya setiap elemen kompetensi ditetapkan kriteria unjuk kerja berupa kegiatan yang harus diselesaikan untuk memeragakan hasil kerja dari setiap elemen kompetensi. Penyusunan peta kompetensi, elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja setiap unit kompetensi tersebut menggunakan tabel peta kompetensi, elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja sebagaimana tercantum dalam lampiran 5 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini. 2. Memformulasikan Unit SKTUP Lengkapi setiap unit kompetensi, elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja dengan seluruh bagian dan struktur standar kompetensi yang meliputi: a. Kode Unit Kompetensi; b. Judul Unit Kompetensi; c. Uraian Unit Kompetensi; d. Ruang Lingkup Penggunaan; e. Panduan Penilaian; f. Elemen Kompetensi; dan g. Kriteria Unjuk Kerja. an SKTUP dituangkan dalam formulir perumusan rancangan unit SKTUP sebagaimana tercantum dalam lampiran 6 Surat Edaran ini. 3. Penyusunan peta jabatan, tugas-tugas masing-masing jabatan dan pemaketan unit SKTUP urusan daerah. Penyusunan peta jabatan dilakukan dengan mengelompokkan sub-sub urusan dan tugas-tugas yang dilaksanakan oleh perangkat daerah kedalam jabatan-jabatan perangkat daerah berdasarkan tipologi perangkat daerah, dengan kriteria sebagai berikut: a. Type A, terdiri dari 1 (satu) orang Kepala Perangkat Daerah dengan jabatan tinggi pratama, 4 (empat) jabatan administrator, dan 2 (dua) jabatan pengawas di bawah administrator serta jabatan fungsional tertentu dan jabatan pelaksana sesuai dengan kebutuhan; b. Type B, terdiri dari 1 (satu) orang Kepala Perangkat Daerah dengan jabatan pimpinan tinggi pratama, 2 (dua) jabatan administrator, dan 3 (tiga) jabatan pengawas di bawah administrator serta jabatan fungsional tertentu dan jabatan pelaksana sesuai dengan kebutuhan; c. Type C, terdiri dari 1 (satu) Kepala Perangkat Daerah dengan jabatan administrator, 4 (empat) jabatan pengawas serta jabatan fungsional tertentu dan jabatan pelaksana sesuai dengan kebutuhan; Pemaketan unit-unit kompetensi teknis ke dalam jabatanjabatan ASN dilakukan dengan membagi unit-unit kompetensi tersebut ke dalam katagori kompetensi umum, inti, dan pilihan, dengan kriteria sebagai berikut:

- 10 - a. Kompetensi Umum, adalah kompetensi yang wajib dimiliki oleh semua pegawai ASN yang melaksanakan urusan yang sama pada suatu unit organisasi/instansi/unit kerja. b. Kompetensi Inti, adalah kompetensi yang wajib dimiliki oleh pegawai ASN sesuai dengan sub bidang urusan atau masing-masing fungsi pekerjaan/jabatannya pada suatu unit organisasi/instansi/unit. c. Kompetensi Pilihan yang diperlukan untuk menambah kemampuan pegawai ASN dalam melaksanakan pekerjaan yang berasal dari sub urusan atau suatu fungsi pekerjaan lainnya. Penyusunan peta jabatan dan pemaketan unit SKTUP dilaksanakan dengan menggunakan tabel sebagaimana tercantum dalam lampiran 7 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini. 4. Penulisan dokumen rancangan SKTUP. Penulisan dokumen rancangan SKTUP dilakukan dengan mengintegrasikan semua rancangan unit kompetensi, serta jabatan dan pemaketan unit-unit kompetensi kedalam satu dokumen Rancangan Standar Kompetensi Kerja Khusus Aparatur Pemerintahan Dalam Negeri (RSKTUP). RSKTUP terdiri dari 3 (tiga) bagian, yaitu: a. Bab I Pendahuluan, berisi uraian tentang: 1) Latar Belakang; 2) Tujuan; 3) Pengertian-pengertian; 4) Penggunaan dan Manfaat SKTUP; 5) Dasar Hukum. b. Bab II, berisi uraian tentang: 1) Kodifikasi urusan ; 2) Peta kualifikasi penyelenggara pemerintah daerah dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI); 3) Peta jabatan dan pemaketan unit kompetensi teknis urusan daerah; 4) Unit-unit kompetensi. c. Bab III Penutup d. Lampiran, berupa SK Komisi Standardisasi Kompetensi, SK Standar Kompetensi dan SK Verifikator Standar Kompetensi. 5. Verifikasi dan pembahasan RSKTUP RSKTUP yang telah disusun tersebut, selanjutnya dilakukan verifikasi dan pembahasan dengan tahapan sebagai berikut: a. Laksanakan Pra Konvensi pembahasan RSKTUP, untuk menelaah kesesuaian RSKTUP dengan standar dan regulasi yang berlaku dalam penyelenggaraan

- 11 - daerah serta manajemen Aparatur Sipil Negara dan sekaligus memvalidasi kesesuaian penulisan format unit kompetensi. Pembahasan RSKTUP dalam pra konvensi melibatkan perangkat daerah, organisasi kemasyarakatan yang terkait, Kementerian/Lembaga yang membidangi pembinaan aparatur dan Kementerian Dalam Negeri. Pembahasan pra konvensi dilaksanakan sesuai kebutuhan sampai dengan RSKTUP dianggap layak menjadi bahan konvensi. Laksanakan konvensi untuk membakukan RSKTUP menjadi SKTUP. Konvensi RSKTUP melibatkan tim perumus yang menyusun dan verifikator, perwakilan Perangkat Daerah, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian/Lembaga terkait, Kementerian yang membidangi pembinaan aparatur, asosiasi profesi serta pemangku kepentingan lainnya. Apabila diperlukan, pelaksanaan konvensi dapat melibatkan unsur lain seperti praktisi, akademisi, atau pihak lain yang terkait dengan bidang substansi yang dibahas. Forum konvensi menghasilkan RSKTUP yang baku dan disetujui oleh seluruh pemangku kepentingan untuk ditetapkan menjadi SKTUP. b. Laksanakan verifikasi dan finalisasi RSKTUP berdasarkan masukan dan saran dari forum konvensi. Kegiatan ini dilaksanakan oleh tim perumus standar guna: 1) memastikan semua perubahan telah dilakukan sesuai persyaratan; 2) mengedit kembali RSKTUP final, yang meliputi tata bahasa dan tulisan tanpa mengubah substansi, yang meliputi: a. Kesesuaian antara spesifikasi yang tertulis dengan masukan pemangku kepentingan; b. Konsistensi dan kejelasan bahasa agar tidak memberi makna ganda; c. Kesesuaian sistematika urutan elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja; d. Kelengkapan aspek teknis dan normatif dalam unit kompetensi; dan e. Kesempurnaan dokumen untuk pengesahan. Hasil verifikasi merupakan RSKTUP final dan diajukan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Kepala Biro Hukum Sekretariat Jenderal Kementerian Dalam Negeri, untuk mendapatkan persetujuan. 6. Penetapan SKTUP RSKTUP yang telah mendapat paraf koordinasi dari Biro Hukum dan terkait lainnya sesuai ketentuan yang berlaku ditetapkan menjadi SKTUP oleh Menteri Dalam Negeri. 7. Kaji Ulang SKTUP

- 12 - a. Kaji ulang SKTUP dilaksanakan dalam rangka memelihara validitas dan reliabilitas SKTUP yang telah diterapkan, yang meliputi aspek kesesuaiannya dengan: 1) perubahan kebijakan penyelenggaraan urusan daerah; 2) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; 3) perubahan cara kerja; dan 4) perubahan lingkungan kerja dan persyaratan kerja. b. Kaji ulang SKTUP dilakukan atas dasar hasil monitoring, evaluasi dan/atau usulan pemangku kepentingan. c. Kaji ulang SKTUP juga dapat dilakukan dalam bentuk harmonisasi dengan standar kompetensi lain, baik di dalam maupun di luar negeri. d. Kaji ulang SKTUP dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. e. Kaji ulang SKTUP dilaksanakan oleh Komisi Standardisasi Kompetensi. f. Hasil kaji ulang SKTUP digunakan untuk keperluan perubahan SKTUP. 8. Harmonisasi SKTUP Harmonisasi SKTUP dilakukan apabila ada kebutuhan untuk pengakuan kompetensi antar lembaga pemerintah atau dengan pihak luar negeri. Harmonisasi ini bisa dilakukan melalui model penyetaraan sertifikasi dan notifikasi. 9. Penggunaan SKTUP a. SKTUP yang telah ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri digunakan sebagai dasar untuk: 1) pelaksanaan Analisis jabatan atau analisis organisasi perangkat daerah yang melaksanakan urusan daerah; 2) penyusunan standar kompetensi jabatan perangkat daerah, 3) pengembangan program pengembangan kompetensi, 4) penyelenggaraan uji kompetensi dan sertifikasi, 5) pengembangan standar operasional prosedur penyelenggaraan urusan di daerah; serta 6) penentuan kelas jabatan/grading jabatan perangkat daerah. b. Pemanfaatan SKTUP sebagaimana butir a diatas, dilaksanakan berdasarkan ketentuan perundangundangan. III. SERTIFIKASI KOMPETENSI TEKNIS APARATUR SIPIL NEGARA Untuk memastikan penguasaan kompetensi para penyelenggara daerah, perlu dilaksanakan sertifikasi kompetensi

- 13 - penyelenggara daerah sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan. Tujuan sertifikasi kompetensi penyelenggara daerah ini adalah untuk memastikan bahwa Negara hadir untuk melayani seluruh lapisan masyarakat dengan dukungan aparat yang kompeten. Sedangkan manfaat dari sertifikasi kompetensi ini adalah: 1. Meyakinkan masyarakat sebagai pemilik kekuasaan tertinggi bahwa penyelenggaraan bidang dan sub bidang urusan telah dilaksanakan oleh sumber daya manusia Aparatur yang kompeten. 2. Membantu proses pengembangan aparatur berbasis kompetensi sehingga dapat meningkatkan efisiensi sistem kepegawaian menuju efisiensi nasional. 3. Memastikan dan meningkatkan efisiensi, produktivitas dan kinerja instansi pemerintah di daerah. 4. Membantu memastikan tercapainya efisiensi pengembangan program pengembangan kompetensi aparatur dengan memastikan tercapainya hasil program pengembangan kompetensi secara profesional. 5. Membantu Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Lemdiklat) dalam sistem penilaian (assessment) baik formatif, sumatif, dan holistik yang dapat memastikan pemeliharaan kompetensi peserta diklat. Untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi penyelenggara daerah ini, perlu ditetapkan skema sertifikasi sebagai dasar untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi bidang dalam negeri yang ditetapkan dengan menggunakan standar kompetensi, aturan khusus dan prosedur yang sama, berdasarkan kebutuhan penyelenggaraan urusan di daerah. Skema sertifikasi kompetensi disusun dalam bentuk skema sertifkasi okupasi/jabatan secara nasional yang terintegrasi antara kebijakan penyelenggaraan urusan dengan pengelolaan Aparatur Sipil Negara. Skema sertifikasi ini disusun berdasarkan peta jabatan dan pemaketan unit kompetensi dalam Peraturan Menteri/Kepala Lembaga Non-Kementerian, berupa: a. Skema sertifikasi Kepala Perangkat Daerah; b. Skema sertifikasi Administrator; c. Skema sertifikasi Pengawas, dan d. Skema sertifikasi. Skema sertifikasi dirumuskan dengan struktur sebagai berikut:

- 14 - a. Justifikasi; tuliskan landasan hukum atau latar belakang perlunya sertifikasi kompetensi pada bidang dan sub sub bidang urusan yang disusun skema sertifikasinya. b. Tujuan; uraikan tujuan ditetapkannya skema sertifikasi kompetensi bidang dan sub sub bidang urusan ; c. Ruang Lingkup; jelaskan bidang dan sub sub bidang urusan yang ditetapkan skema sertifikasi kompetensinya; d. Organisasi Pengusul, jelaskan unit kerja atau komisi yang mengusulkan skema sertifikasi kompetensi; e. Level kualifikasi; jelaskan tentang standar kompetensi yang digunakan, paket-paket unit kompetensi yang harus dikuasai agar memenuhi syarat memperoleh sertifikat kompetensi, serta tingkatan sertifikasi kompetensi tersebut dalam jenjang KKNIPDN. f. Permohonan sertifikasi; jelaskan proses mendapatkan sertifikat kompetensi, persyaratan dasar peserta uji kompetensi, metode penilaian (assessment), dan Standar Kompetensi yang digunakan. g. Keputusan sertifikasi, jelaskan tatacara pengambilan keputusan sertifikasi berdasarkan informasi yang diperoleh selama asesment; h. Program surveillance; jelaskan program pemantauan yang dilakukan untuk pemenuhan profesi yang disertifikasi dengan persyaratan skema sertifikasi yang relevan. i. Sertifikasi ulang; tetapkan Persyaratan sertifikasi ulang beserta frekuensi dan cakupannya, sesuai dengan persyaratan kompetensi dan dokumen relevan lain untuk menjamin bahwa profesi yang disertifikasi selalu memenuhi sertifikasi yang mutakhir. j. Penggunaan sertifikat, jelaskan tentang jabatan kerja yang sesuai bagi pemegang sertifikat kompetensi, ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi serta kode etik yang harus dipatuhi oleh pemegang sertifikat kompetensi. Skema sertifikasi ditetapkan dengan Keputusan Menteri/Kepala Lembaga Non-Kementerian dan ditandatangani oleh pejabat eselon I yang ditunjuk sesuai ketentuan perundang-undangan. Skema sertifikasi yang sudah ditetapkan tersebut, menjadi dasar bagi Lembaga Sertifikasi Kompetensi yang dibentuk oleh kementerian/lpnk, Lembaga Sertifikasi Penyelenggaraan Pemerintahan Dalam Negeri (LSP-Pemdagri) dan Lembaga Sertifikasi Penyelenggara Pemerintahan Daerah (LSP-Pemda) Cabang Provinsi untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi penyelenggara daerah. IV. INSTRUMEN PERUMUSAN SKTUP

- 15-1. Dokumen rencana perumusan SKTUP I. Identitas Program an Program an Tulis nama kegiatan yang terkait dengan rencana Standar Kompetensi perumusan standar kompetensi teknis Bidang Tuliskan Nama Urusan Pemerintahan sesuai dengan pembagian urusan menurut lampiran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Sektor Tuliskan Nama-nama Sub-Urusan Pemerintahan sesuai dengan pembagian urusan menurut lampiran Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Sub Sektor Tuliskan Nama-nama Sub-sub Urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi dan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menurut lampiran Undangundang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Tuliskan nama anggota tim, sesuai dengan Surat Keputusan Pembentukan Waktu Tuliskan lama waktu yang diperkirakan untuk menyelesaikan pekerjaan II. Ketentuan sistem dan Kebijakan terkait dengan an Standar Kompetensi a. Instansi Pengusul : Tuliskan nama Unit kerja yang mendapatkan tugas merumuskan Rencana Standar Kompetensi Teknis Urusan Pemerintah Daerah (RSKTUPD) b. Dasar Hukum : Tuliskan ketentuan-ketentuan yang terkait dengan pelaksanaan urusan yang disusun Standar Kompetensi Teknisnya (UU, PP, Perpres, Kepres, Permen) III. Proses an Standar Kompetensi No Proses Kegiatan 1. Pendelegasian Tugas 2. Perencanaan Program Penanggung Jawab Keluaran Pimpinan SK Komisi Standardisasi Kompetensi SK Standar SK Verifikasi Standar Ketua Program an Jadwal (bulan) 1 2 3 4 dst

- 16-3. Pertemuan : menyusun perencanaan Penulisan Standar 4. Identifikasi Acuan Normatif dan lingkup perumusan standar 5. Pemetaan fungsi kerja urusan 4. Penyusunan peta kompetensi urusan Ketua 5. Survey lapangan 6. Pengembangan Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja 7. Penulisan Rancangan Unit Kompetensi 8. Penyusunan Peta Jabatan dan Pemaketan Unit Kompetensi an kegiatan dan jadwal Daftar acuan normatif yang terkait dengan urusan yang disusun RSKTUP Peta Fungsi Pekerjaan urusan Daftar Unit Kompetensi Laporan survey tentang kesesuaian daftar unit kompetensi dengan kebutuhan penyelenggaraan urusan Tabel pengembangan Unit Kompetensi berupa judul Unit kompetensi, elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja Rancangan Unitunit Kompetensi Peta Jabatan dan Paket Unit Kompetensi yang harus dikuasai

- 17-9. Klarifikasi dan Pembahasan Peta Jabatan dan Pemaketan Unit Kompetensi 10. an Rancangan 1 RSKTUP 11. Pembahasan Rancangan 1 RSKTUP 12. Verifikasi 1 RSKTUP 13. Tindakan Perbaikan 1 RSKTUP dan Pemangku Kepentingan Verifikator 14 Pra-Konvensi 15 Perbaikan hasil Pra-Konvensi 16 Verifikasi hasil Perbaikan Verifikator 17 Konvensi 18 Perbaikan dan pengintegrasian RSKTUP sesuai hasil Konvensi IV. Finalisasi Standar Kompetensi No Kegiatan 1. Peta Jabatan dan Paket Unit Kompetensi yang harus dikuasai Bahan RSKTUP1 RSKTUP1 Penyuntingan: RSKTUP diperiksa dan dilaksanakan pengeditan untuk memastikan perubahan-perubahan yang relevan telah dilaksanakan dan hasil akhir telah memenuhi semua persyaratan Isu-isu yang masih ada dipertimbangkan dan dijadikan masukan Rancangan final dipaparkan dan disampaikan kepada pimpinan Proses perumusan dievaluasi dan dilaksanakan pengkajian untuk mengidentifikasi perubahan maupun perbaikan Hasil verifikasi RSKTUP1 Hasil verifikasi RSKTUP1 RSKTUP1 dan Usulan Perbaikan Hasil perbaikan RSKTUP1 RSKTUP2 RSKTUP2 dan Usulan Perbaikan RSKTUP Penanggung jawab Jadwal

- 18 - Proses Kegiatan 1. Pengajuan RSKTUP kepada Biro Hukum untuk mendapat paraf koordinasi 2. Pengajuan RSKTUPD kepada Mendagri untuk penandatanganan 2 Verifikasi/Validasi Akhir:. Proses Format Prinsip-prinsip an Standar: a. Transparan dan keterbukaan b. Konsensus dan tidak memihak c. Efektif dan Relevan d. Koheren e. Mempertimbangkan dimensi pengembangan V. Penetapan Standar Kompetensi No Penang- Keluaran gung Jawab Verifikator Paraf koordinasi RSKTUP SKTUP Jadwal (bulan) 1 2 3 4 dst 2. Instrumen Analisis Fungsi Kerja Urusan Pemerintahan Daerah melalui teknis analisis tulang ikan (fish-bone analysis) Sub Urusan Pemerintahan4 Sub Urusan Pemerintahan2 Kewenangan Daerah Provinsi 1 Kewenangan Daerah Provinsi 1 Kewenangan Daerah Provinsi 3 Kewenangan Daerah Provinsi 2 Kewenangan Daerah Provinsi 3 Kewenangan Daerah Provinsi 2 Kewenangan 2: Kab./ Kota Kewenangan 1: Daerah Provinsi Kewenangan 1: Kab./ Kota Kewenangan 2: Kab./ Kota Kewenangan 1: Daerah Provinsi Kewenangan 1: Kab./ Kota Urusan Pemerintahan Kewenangan 1: Daerah Provinsi Kewenangan 1: Kab./ Kota Kewenangan 1: Daerah Provinsi Kewenangan 1: Kab./ Kota Kewenangan 1: Daerah Provinsi Kewenangan 1: Daerah Provinsi Kewenangan 1: Kab./ Kota Sub Urusan Pemerintahan3 Sub Urusan Pemerintahan1

- 19 - Keterangan : a. Urusan dituliskan berdasarkan nama-nama urusan sesuai dengan lampiran Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. b. Sub urusan /fungsi kunci dituliskan berdasarkan nama-nama sub urusan pada setiap urusan sebagaimana lampiran Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. c. Kewenangan/fungsi utama ditulis berdasarkan fungsi-fungsi urusan yang menjadi kewenangan Provinsi dan Kabupatan/Kota, berdasarkan lampiran Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, serta ketentuan-ketentuan pelaksanaan urusan yang terkait. 3. Tabel inventarisasi Peta Fungsi Urusan Pemerintahan Tabel Inventarisasi Peta Fungsi Urusan Pemerintahan: (tuliskan nama urusan Pemerintahan, sebagai fungsi organisasi) Sub Urusan Sub Fungsi Kerja Pemerintahan Perangkat Daerah (Fungsi Kunci) (Fungsi Dasar) Tuliskan nama-nama sub urusan Kewenangan Pemda sebagai Fungsi Kerja Perangkat Daerah (Fungsi Utama) Sub Fungsi Kerja lain yang mendukung (Fungsi Dasar) 1 2 3 4 Tuliskan kewenangan Daerah Provinsi dan atau kewenangan daerah Kabupaten/Kota Sub urusan 1 Sub urusan 2 Dan seterusnya Kewenangan 1 Kewenangan 2 Kewenangan 1 Kewenangan 2 Tuliskan pekerjaanpekerjaan yang harus dilakukan dalam rangka melaksanakan kewenangan daerah (melaksanakan fungsi kerja Perangkat Daerah) Tugas 1 Tugas 2 Tugas 3 Tugas 4 Tugas 1 Tugas 2 Tugas 3 Tugas 4 Tuliskan pekerjaanpekerjaan lain yang relevan untuk mendukung pelaksanaan kewenangan daerah (melaksanakan fungsi kerja Perangkat Tugas yang mendukung 1 Tugas yang mendukung 2 Tugas yang mendukung 1 Tugas yang mendukung 2

- 20-4. Tabel Peta kompetensi Sub Urusan Kode Sub No Pemerintahan Urusan Judul Unit Kompetensi 1 2 3 4 Tuliskan kembali sub urusan Tuliskan dua huruf inisial sampai yang paling sulit. 1. Sub urusan 1 2. Sub urusan 2 3. Sub urusan 3. Dua huruf Inisial Sub urusan 1 Dua huruf Inisial Sub urusan 2 Dua huruf Inisial Sub urusan 3 Tuliskan hasil identifikasi kolom 3 dan 4 dari tabel inventarisasi peta fungsi urusan (tabel 3) secara berurutan dari pekerjaan yang paling mudah Tugas 1 Tugas 2 Tugas 3 Tugas 4 Tugas yang mendukung 1 Tugas yang mendukung 2 Tugas 1 Tugas 2 Tugas 3 Tugas yang mendukung 1 Tugas yang mendukung 2 Tugas 1 Tugas 2 Tugas 3 Tugas yang mendukung 1 Tugas yang mendukung 2 5. Tabel Pengembangan Unit Kompetensi, elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja Judul Unit Kompetensi Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja 1 2 3 Tuliskan judul Unit Kompetensi Unit Kompetensi 1 Tuliskan langkah-langkah (proses) pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai urutan kegiatan dalam pelaksanaan suatu unit kompetensi. Langkah kerja 1 KUK 1 KUK 2. Langkah kerja 2 KUK 1 KUK 2. Tuliskan kegiatan yang harus diselesaikan untuk memeragakan hasil kerja dari setiap elemen kompetensi.

- 21 - Unit Kompetensi 2 Unit Kompetensi 3 Langkah kerja 3 KUK 1 KUK 2. Langkah kerja 1 KUK 1 KUK 2. Langkah kerja 2 KUK 1 KUK 2. Langkah kerja 3 KUK 1 KUK 2. Langkah kerja 1 KUK 1 KUK 2. Langkah kerja 2 KUK 1 KUK 2. Langkah kerja 3 KUK 1 KUK 2. 6. Formulir an Unit Kompetensi Teknis Kode Unit Judul Unit Deskripsi Unit Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja 1. Elemen Kompetensi 1 1.1 KUK 1 1.2 KUK 2 1.3 KUK 3 2. Elemen Kompetensi 2 2.1 KUK 1 2.2 KUK 2 2.3 KUK 3 3. Elemen Kompetensi 3 3.1 KUK 1 3.2 KUK 2 3.3 KUK 3 Batasan variabel (range of variable)atau ruang lingkup pengunaan unit kompetensi Panduan Penilaian (evidence guide)

- 22 - Tata Cara an Rancangan Unit Kompetensi Teknis a. Kode Unit Kompetensi, sebagai nomor spesifik untuk memudahkan kemampuan telusur setiap unit SKT. Kode unit kompetensi ini diambil dari lampiran Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Kode unit kompetensi ditulis dengan format sebagai berikut: X X X. X X 0 0. 0 0 0. 0 0 ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) Kode unit tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut: 1) Tiga huruf pertama(1), sebagai inisial Bidang Urusan Pemerintahan; 2) Dua huruf kedua (2), sebagai inisial Sub-Bidang Urusan Pemerintahan; 3) Dua angka ketiga (3), sebagai inisial kelompok unit kompetensi dengan rincian: a) Kompetensi umum dengan kode 01; b) Kompetensi inti, dengan kode 02; dan c) Kompetensi pilihan dengan kode 03. 4) Tiga angka keempat (4), sebagai nomor urut unit kompetensi. Nomor urut unit kompetensi ini, dimulai dari 001, 002, 004 dan seterusnya. Nomor urut unit kompetensi ini disusun dari angka yang paling rendah ke angka yang lebih tinggi. Hal tersebut untuk menggambarkan bahwa tingkat kesulitan jenis pekerjaan pada unit kompetensi yang paling sederhana tanggung jawabnya ke jenis pekerjaan yang lebih besar tanggung jawabnya, atau dari pekerjaan yang paling mudah ke jenis pekerjaan yang lebih kompleks. 5) Dua angka kelima (5), menunjukkan versi unit kompetensi dari sejak dirumuskan dan perbaikan-perbaikannya. b. Judul Unit kompetensi, merupakan fungsi dasar untuk menghasilkan satu output/pelayanan dari suatu sub bidang yang menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi atau daerah Kabupaten/Kota. Judul unit kompetensi harus menggunakan kalimat aktif yang diawali dengan kata kerja aktif yang terukur. c. Deskripsi unit merupakan penjelasan singkat isi dari judul unit kompetensi yang mendeskripsikan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan yang dipersyaratkan dalam standar kompetensi. d. Elemen kompetensi merupakan bagian dari unit kompetensi yang menguraikan langkah-langkah yang harus dikerjakan untuk mencapai unit kompetensi tersebut. Elemen kompetensi ini ditulis dengan kalimat aktif. Jumlah elemen kompetensi untuk setiap unit kompetensi diusahakan terdiri dari 2 (dua) sampai 5 (lima) elemen kompetensi. Kandungan dari keseluruhan elemen kompetensi pada setiap unit kompetensi sebaiknya mencerminkan unsur merencanakan, menyiapkan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan. e. Kriteria Unjuk Kerja (KUK) merupakan bentuk pernyataan yang menggambarkan kegiatan yang harus dikerjakan untuk

- 23 - memeragakan hasil kerja/proses kerja pada setiap elemen kompetensi. KUK harus memenuhi unsur-unsur: 1) mampu telusur terhadap regulasi teknis dan atau instruksi kerja dalam SOP organisasi pengguna; 2) dirumuskan dalam bentuk kalimat pasif yang mencerminkan aktivitas yang dapat menggambarkan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja; 3) pemilihan kosakata dalam menulis KUK harus memperhatikan keterukuran aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja, sesuai dengan tingkat kesulitan pelaksanaan tugas pada tingkatan/urutan unit kompetensi; dan 4) istilah dan/atau frase yang berkaitan dengan persyaratan pengetahuan, keterampilan dan/atau sikap diidentifikasi dengan huruf cetak miring. f. Batasan Variabel (range of variable) atau ruang lingkup pengunaan unit kompetensi menjelaskan ruang lingkup dan situasi dan kondisi penerapan kriteria unjuk kerja, yang menjelaskan hal-hal sebagai berikut: 1) konteks variabel untuk mendukung atau menambah kejelasan tentang isi dari sejumlah elemen unit kompetensi pada satu unit kompetensi tertentu, dan kondisi lainnya yang diperlukan dalam melaksanakan tugas. Konteks variabel diidentifikasi dari KUK yang bercetak miring; 2) perlengkapan yang diperlukan untuk melaksanakan unit kompetensi, seperti peralatan, bahan atau fasilitas dan materi yang digunakan sesuai dengan persyaratan yang harus dipenuhi; 3) tugas yang harus dilakukan untuk memenuhi persyaratan unit kompetensi; dan 4) peraturan-peraturan yang terkait sebagai dasar atau acuan dalam melaksanakan tugas untuk memenuhi persyaratan kompetensi. g. Panduan Penilaian, digunakan untuk membantu penilai dalam melakukan penilaian/pengujian pada unit kompetensi, meliputi: 1) hal-hal yang diperlukan dalam penilaian, antara lain: prosedur, alat, bahan dan tempat penilaian serta unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya sebagai persyaratan awal yang diperlukan dalam melanjutkan penguasaan unit kompetensi yang sedang dinilai serta keterkaitannya dengan unit kompetensi lain; 2) kondisi pengujian, sebagai suatu kondisi yang berpengaruh atas pelaksanaan pengujian kompetensi kerja, dimana, apa, bagaimana dan lingkup penilaian yang harus dilakukan. 3) Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan untuk mendukung tercapainya kriteria unjuk kerja pada unit kompetensi tertentu; 4) aspek kritis merupakan kondisi yang harus dimiliki seseorang untuk mendukung tercapainya kriteria unjuk kerja pada unit kompetensi tertentu. 7. Penyusunan peta jabatan, tugas-tugas masing-masing jabatan dan pemaketan unit kompetensi teknis urusan daerah. Penyusunan peta jabatan, tugas-tugas masing-masing jabatan dan pemaketan unit kompetensi teknis urusan daerah

- 24 - dilaksanakan sesuai dengan tipelogi perangkat daerah sebagai berikut: a. Peta Jabatan Perangkat Daerah Tipe A: No Nama Jabatan Kepala Perangkat Daerah Administrator 1 (Tuliskan nama-nama sub urusan yang menjadi tanggung jawabnya) Administrator 2 (Tuliskan nama-nama sub urusan yang menjadi tanggung jawabnya) Tugas Tuliskan tugas-tugas yang harus dilaksanakan Tuliskan tugas-tugas yang harus dilaksanakan berdasarkan sub urusan yang menjadi tanggung jawabnya Tuliskan tugas-tugas yang harus dilaksanakan berdasarkan sub urusan yang menjadi tanggung jawabnya Judul Kompetensi Umum Inti Pilihan Tuliskan unit kompetensi yang dibutuhka n pejabat ini untuk melaksanakan urusan Tuliskan unit kompetensi yang dibutuhkan oleh semua tingkatan jabatan perangkat daerah untuk melaksanakan urusan Tuliskan unit kompetensi yang mendukung keberhasilan pejabat ini untuk melaksanakan urusan

- 25 - Administrator 3 (Tuliskan nama-nama sub urusan yang menjadi tanggung jawabnya) urusan 1A urusan 1B urusan 2A urusan 2B urusan 3A urusan 3B urusan 1A.1 urusan 1A.2 urusan 1B.1 urusan 1B.2 urusan 2A.1 urusan 2A.2 urusan 2B.1 urusan 2B.2 urusan 3A.1 urusan 3A.2 urusan 3B.1 urusan 3B.2 Tuliskan tugas-tugas yang harus dilaksanakan berdasarkan sub urusan yang menjadi tanggung jawabnya

- 26 - b. Peta Jabatan Perangkat Daerah Type B: No Nama Jabatan Kepala Perangkat Daerah Administrator sub urusan 1 dan 2 Administrator sub urusan 3 dan 4 urusan 1A dan 1B urusan 2A dan 2 B urusan 3A dan 3 B urusan 3B urusan 1A.1 urusan 1A.2 urusan 1B.1 urusan 1B.2 urusan 2A.1 urusan 2A.2 urusan 2B.1 Tugas Tuliskan tugas-tugas yang harus dilaksanakan Judul Kompetensi Umum Inti Pilihan Tuliskan Tuliskan Tuliskan unit unit unit kompetensi kompetensi kompetensi yang yang yang mendukung dibutuhkan dibutuhkan keberhasilan oleh semua pejabat ini pejabat ini tingkatan untuk untuk jabatan melaksanakan melaksana- perangkat urusan kan urusan daerah untuk melaksanakan urusan

- 27 - urusan 2B.2 urusan 3A.1 urusan 3A.2 urusan 3B.1 urusan 3B.2 c. Peta Jabatan Perangkat Daerah Tipe C No Nama Jabatan Kepala Perangkat Daerah urusan 1 urusan 2 urusan 3 urusan 4 sub urusan 1A sub urusan 1B sub urusan 2A sub urusan 2B sub urusan 3A sub urusan 3B Tugas Tuliskan tugas-tugas yang harus dilaksanakan Judul Kompetensi Umum Inti Pilihan Tuliskan Tuliskan Tuliskan unit unit unit kompetensi kompetensi kompetensi yang yang yang mendukung dibutuhkan dibutuhkan keberhasilan oleh semua pejabat ini pejabat ini tingkatan untuk untuk jabatan melaksanakan melaksana- perangkat urusan kan urusan daerah untuk melaksanakan urusan MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA TJAHJO KUMOLO