PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK:

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tanya Jawab Tentang Paten

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

L E M B A R A N - N E G A R A R E P U B L I K I N D O N E S I A

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENCATATAN PENGALIHAN PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENCATATAN PENGALIHAN PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PATEN. Disusun oleh : Dr. Henny Medyawati, SKom,MM. Sumber: UU NO. 14 tahun 2001, tentang Paten,2010, New Merah Putih, Yogyakarta

MAKALAH HAK PATEN. Nama Kelompok: 1. Chaniffatul Maghfirroh 2. Melan Apriliani 3. Siswo Hadi Purnomo 4. Tri Cahyono. Kelas: 2 TI-B

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENCATATAN PENGALIHAN PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN. baik secara kuantitas maupun kualitas untuk. bagi inventor dan pemegang paten karena dapat. baik nasional maupun internasional sehingga perlu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENCATATAN PENGALIHAN PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PATENTABILITAS. Disampaikan pada FUNDAMENTAL PATENT DRAFTING WORKSHOP. UNIVERSITAS PGRI SEMARANG Oktober 2016

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN SINGKAT PANITIA KHUSUS (PANSUS) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PATEN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Hak Atas Kekayaan Intelektual. Business Law Universitas Pembangunan Jaya Semester Gasal 2014


PENDAFTARAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Rudy Susatyo. Yogyakarta, 8 Agustus Oleh

Operasional Pendafataran Paten, Merek dan Hak Cipta. Sofyan Arief Konsultan HKI RI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGERTIAN, REGULASI DAN KETENTUAN PENGAJUAN PATEN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Dr. Tb. Maulana Kusuma Web: Gunadarma University

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1991 TENTANG TATA CARA PERMINTAAN PATEN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Operasional Pendafataran Paten, Merek dan Hak Cipta

TUGAS MATA KULIAH HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. (Intelectual Property Rights Law)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENCATATAN PENGALIHAN PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1991 TENTANG TATA CARA PERMINTAAN PATEN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5541) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pem

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

Paten Pengertian Paten Prosedur Permohonan Dan Pendaftaran Paten

Formulir Permohonan Paten

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PATEN OLEH PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. penelitian dan pengembangan (Research and Development). Tidak setiap orang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

Formulir Permohonan Paten

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121/Permentan/OT.140/11/2013 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPs) dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Desain Industri;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RUU Paten Disampaikan pada acara Sosialisasi Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 PENJELASAN ATAS TENTANG DESAIN INDUSTRI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000

LATAR BELAKANG DAN POKOK-POKOK PERUBAHAN UU NO 13 TAHUN 2016 TENTANG PATEN

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG HAK PATEN. oleh Afif Masduqi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 PENJELASAN ATAS TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 MEREK

TENTANG SYARAT DAN TATACARA PERMOHONAN DAN PEMBERIAN HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN MENTERI PERTANIAN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN

LAPORAN SINGKAT PANITIA KHUSUS (PANSUS) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PATEN

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 242, Tam

Penelitian Inovatif Berpotensi Paten (PIPP)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MEREK. Umum. 1. Apakah merek itu?

MAKALAH HAK DESAIN INDUSTRI

BAB V IZIN PENDAFTARAN MEREK

KELEMAHAN HUKUM DALAM UNDANG-UNDANG NO.32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA. LETAK SIRKUIT TERPADU Rr. Aline Gratika Nugrahani*).

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2004 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENGALIHAN PERLINDUNGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN

PATEN. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Apakah Paten itu?

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.02/2015 TENTANG

21/06/2017 REGIM KI DIBAWAH KEMENKUMHAM MEREK CONTOH PRODUK HAK CIPTA DESAIN INDUSTRI

PNBP Paten Berdasarkan PP No. 45 Tahun 2016

2018, No Peraturan Menteri Pertanian Nomor 06/PERMENTAN/ OT.140/2/2012 tentang Pedoman Kerja Sama Penelitian dan Pengembangan Pertanian, perlu

NOMOR 13 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PATEN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

(a) pembajakan merajalela akibatnya kreativitas menurun;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2007 TENTANG INDIKASI-GEOGRAFIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

Transkripsi:

Paten PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK: Paten Nur Hidayat. Jur. Tek. Industri Pertanian, Fak. Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya Email : nhidayat@ub.ac.id 1. PENDAHULUAN - Pengantar - Tujuan - Definisi 2. LINGKUNG PATEN 2.1 Invensi yang dapat diberi paten 2.2 Subyek dan Pemegang paten 3. PERMOHONAN PATEN 4. PENGUMUMAN DAN PEMERIKSAAN SUBSTANTIF MODUL 1. PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Keberadaan suatu produk apalagi menunjukkan tingkat penjualan yang tinggi maka seringkali diikuti oleh produk lain yang sejenis. Produk ini menjadi lebih murah karena produsen tidakmelakukan riset untuk menghasilkan produk. Biaya riset nol dan tidakperlu menggaji tenaga riset yang cukup mahal. Kondisi ini seringkali menjadikan perusahaan pertama kali menjadi bangkrut atau kalah bersaing jika tidak mampu menunjukkan kelebihannya. Sebagai contoh bakpia pathuk dulu hanya ada satu yang dibuat di jalan patuk Yogyakarta. Sang produsen menggunakan nomor rumahnya sebagai merk dagangnya. Setelah produk ini sukses dan menjadi ikon kota Yogyakarta maka bermunculanlah produk-produk sejenis dengan merk nomor ada yang dua atau tiga digit sehingga di Jogja dikenal banyak sekali produk bakpia pathuk. Masyarakat luar Yogayakarta seringkali bingung memilih mana yang asli. Oleh sebab itu kesadaran memdaftarkan paten produk ataupun merk dagang menjadi penting untuk mencegah pemalsuan dan peniruan. Saat ini pemerintah telah menerbitkan perundangundangan tentang paten yaitu UU no 14 tahun 2001. 10 Namun demikian, para pemilik paten harus menyadari dan mengetahui berapa lama paten tersebut didaftarkan? Dan apakah akan diperpanjang ataukah tidak terhadap paten yang telah didaftarkan. Kealpaan mendaftarkan paten akan menyebabkan orang lain boleh menggunakan patennya tanpa harus membayar royalty. Banyak produk Negara kita yang pernah dipatenkan di Negara lain atau sebaliknya yang dapat menjadikan pertentangan warga Negara.

Gambar 1. Produk pangan tanpa merk apalagi paten yang rentan peniruan ataupun dipatenkan orang lain. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Instruksional Umum (TIU) Setelah menguasai materi dalam modul ini mahasiswa akan mempunyai kesadaran untuk mendaftarkan atau mengajak masyarakat mendaftarkan paten atas karyanya sehingga mampu mencegah terjadinya penjiplakan atas karya seseorang. 1.2.1 Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Penguasaan materi dalam modul ini, yang dirancang sebagai landasan dasar Karakteristik dan Tantangan Pengembangan Produk, akan dapat Menjelaskan manfaat paten Menjelaskan tantangan dalam pengurusan paten Menjelaskan tahapan proses pengajuan paten 1.3 Definisi Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. (UU 14 tahun 2001, pasal. 1, ayat. 1) Invensi adalah ide Inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses. (UU 14 tahun 2001, pasal. 1, ayat. 2) Page 2 of 11

Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan Invensi. (UU 14 tahun 2001, pasal. 1, ayat. 3) Pemohon adalah pihak yang mengajukan Permohonan Paten (UU 14 tahun 2001, pasal. 1, ayat. 4). Pemegang Paten adalah Inventor sebagai pemilik Paten atau pihak yang menerima hak tersebut dari pemilik Paten atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut, yang terdaftar dalam Daftar Umum Paten (UU 14 tahun 2001, pasal. 1, ayat. 6) 2. LINGKUNG PATEN 2.1 Invensi yang dapat diberi paten Paten diberikan untuk Invensi yang baru dan mengandung langkah inventif serta dapat diterapkan dalam industri. Suatu Invensi mengandung langkah inventif jika Invensi tersebut bagi seseorang yang mempunyai keahlian tertentu di bidang teknik merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya. Penilaian bahwa suatu Invensi merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya harus dilakukan dengan memperhatikan keahlian yang ada pada saat Permohonan diajukan atau yang telah ada pada saat diajukan permohonan pertama dalam hal Permohonan itu diajukan dengan Hak Prioritas (UU 14/2001 pasal 2) Invensi sering disalah-artikan dengan inovasi. Walaupun definisi inovasi bervariasi dalam susunan kalimatnya, namun pada prinsipnya semuanya menekankan pada proses untuk pengembangan dan eksploitasi aspek-aspek dari pengetahuan baru hingga dapat digunakan dalam praktek. Inovasi yang berasal dari kata Latin innovare yang berarti untuk membuat sesuatu yang baru, dapat didefinisikan sebagai suatu proses untuk merubah kesempatan menjadi ide-ide baru dan menjadikannya dapat digunakan dalam praktek secara luas. Dari definisi ini dapat dipertegas bahwa inovasi lebih dari sekedar mendapatkan ideide bagus, namun merupakan proses untuk mengembangkan ide-ide tersebut menjadi penggunaan dalam praktek. Invensi pada hakekatnya hanya merupakan langkah awal dalam suatu proses panjang untuk membawa suatu ide bagus menjadi penggunaan yang luas dan efektif. Sebagai contoh, pembersih vakum (vacuum cleaner) ditemukan oleh orang yang bernama J. Murray Spengler, namun semua orang tahu bahwa nama W.H. Hoover-lah yang identik dengan vacuum cleaner, padahal ia tidak tahu sama sekali mengenai vacuum cleaner, namun Hoover memiliki suatu ide yang bagus tentang cara memasarkan dan menjual vacuum cleaner. Page 3 of 11

Demikian juga dengan nasib inventor mesin jahit yang pertama kali di dunia yang bernama Elias Howe. Isaac Singer telah mencuri patennya dan berhasil mengembangkan bisnis mesin jahit penemuan Howe tersebut. Walaupun akhirnya Singer dipaksa untuk membayar royalti ke Howe untuk semua mesin jahit yang dibuatnya, namun nama yang dianggap oleh kebanyakan orang menyatu dengan mesin jahit adalah Singer dan bukan Howe. Thomas Alva Edison yang merupakan salah satu inventor sekaligus inovator sukses dari AS. Selama hidupnya Thomas Edison memiliki 1368 paten yang terdaftar baik di AS maupun luar AS. Produk-produk terkenal yang dihasilkannya misalnya bohlam, 35 mm film bioskop dan kursi listrik. Edison faham betul bahwa tantangan sebenarnya dalam inovasi bukan pada invensinya (mendapatkan ideide bagus), namun lebih ke upaya-upaya bagaimana membuat invensi-invensi tersebut berhasil secara teknis maupun komersial. Ia sangat piawai betul dalam menerapkan suatu proses inovasi dengan menyeimbangkan dan memobilisasi antara dorongan teknologi (technology push) dengan tarikan permintaan (demand pull). Paten tidak diberikan untuk Invensi (pasal 7 UU No 14/2001) tentang: a. proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau pelaksanaannya bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, ketertiban umum, atau kesusilaan. b. metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan yang diterapkan terhadap manusia dan/atau hewan c. teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika d. semua makhluk hidup, kecuali jasad renik dan proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan, kecuali proses non-biologis atau proses mikrobiologis 2.2. Subyek dan Hak Pemegang Paten Yang berhak memperoleh Paten adalah Inventor atau yang menerima lebih lanjut hak Inventor yang bersangkutan. Jika suatu Invensi dihasilkan oleh beberapa orang secara bersama-sama, hak atas Invensi tersebut dimiliki secara bersamasama oleh para inventor yang bersangkutan. Kecuali terbukti lain, yang dianggap sebagai Inventor adalah seorang atau beberapa orang yang untuk pertama kali dinyatakan sebagai Inventor dalam Permohonan (pasal 10, 11 dan 12 UU No 14/2001) Pemegang Paten memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan Paten yang dimilikinya dan melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya (pasal 16 ayat 1 UU no 14/2001): a. dalam hal Paten-produk: membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi Paten; b. dalam hal Paten-proses: menggunakan proses produksi yang diberi Paten untuk membuat barang dan tindakan lainnya sebagaimana dimaksud dalam huruf a Page 4 of 11

Pada tahap Gambar 3. Invensi alat penggiling daging (http://mochammadriyanto.blogspot.com/2011/03/suritech.html) 3. Permohonan Paten Berdasarkan pasal 20, 21 dan 22 UU no 14/2001, paten diberikan atas dasar Permohonan. Setiap Permohonan hanya dapat diajukan untuk satu Invensi atau beberapa Invensi yang merupakan satu kesatuan Invensi. Permohonan diajukan dengan membayar biaya kepada Direktorat Jenderal (pasal 23 UU no 14/2001): a. Apabila Permohonan diajukan oleh Pemohon yang bukan Inventor, Permohonan tersebut harus disertai pernyataan yang dilengkapi bukti yang cukup bahwa ia berhak atas Invensi yang bersangkutan b. Inventor dapat meneliti surat Permohonan yang diajukan oleh Pemohon yang bukan Inventor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan atas biayanya sendiri dapat meminta salinan dokumen Permohonan tersebut. Page 5 of 11

Gambar 4. Contoh tariff biaya permohonan paten (http://www.dgip.go.id) Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat Jenderal (pasal 24 UU no 14/2001) yang memuat: a. tanggal, bulan, dan tahun Permohonan b. alamat lengkap dan alamat jelas Pemohon c. nama lengkap dan kewarganegaraan Inventor d. nama dan alamat lengkap Kuasa apabila Permohonan diajukan melalui Kuasa e. surat kuasa khusus, dalam hal Permohonan diajukan oleh Kuasa f. pernyataan permohonan untuk dapat diberi Paten g. judul Invensi h. klaim yang terkandung dalam Invensi i. deskripsi tentang Invensi, yang secara lengkap memuat keterangan tentang cara melaksanakan Invensi j. gambar yang disebutkan dalam deskripsi yang diperlukan k. untuk memperjelas Invensi; dan l. abstrak Invensi Permohonan dapat diubah dari Paten menjadi Paten Sederhana atau sebaliknya oleh Pemohon dengan tetap memperhatikan ketentuan dalam Undang-undang ini (pasal 37 UU no 14/2001). Page 6 of 11

Gambar 5. Prosedur pengajuan paten (http://www.dgip.go.id/paten/prosedurpermohonan-paten) Page 7 of 11

Gambar 6. Contoh Blanko permohonan paten (http://www.dgip.go.id) 4. Pengumuman dan pemeriksaaan substantif Direktorat Jenderal mengumumkan Permohonan yang telah memenuhi ketentuan (Pasal 42 UU no 14/2001). Pengumuman dilakukan: a. dalam hal Paten, segera setelah 18 (delapan belas) bulan sejak Tanggal Penerimaan atau segera setelah 18 (delapan belas) bulan sejak tanggal prioritas apabila Permohonan diajukan dengan Hak Prioritas b. dalam hal Paten Sederhana, segera setelah 3 (tiga) bulan sejak Tanggal Penerimaan Pengumuman dilakukan dengan (pasal 43 UU no 14/2001) menempatkannya dalam Berita Resmi Paten yang diterbitkan secara berkala oleh Direktorat Jenderal; dan/atau menempatkannya pada sarana khusus yang disediakan oleh Direktorat Jenderal yang dengan mudah serta jelas dapat dilihat oleh masyarakat Pengumuman dilaksanakan selama (Pasal 44 UU no 14/2001) 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal diumumkannya Permohonan Paten. 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal diumumkannya Permohonan Paten Sederhana. Pengumuman dilakukan dengan mencantumkan (Pasal 44 UU no 14/2001) nama Page 8 of 11

dan kewarganegaraan Inventor, nama dan alamat lengkap Pemohon dan Kuasa apabila Permohonan diajukan melalui Kuasa, judul Invensi, Tanggal Penerimaan; dalam hal Permohonan diajukan dengan Hak Prioritas, tanggal prioritas, nomor, dan negara tempat Permohonan yang pertama kali diajukan, abstrak, klasifikasi Invensi, gambar (jika ada), nomor pengumuman dan nomor Permohonan. Setelah berkonsultasi dengan instansi Pemerintah yang tugas dan wewenangnya berkaitan dengan pertahanan dan keamanan Negara, apabila diperlukan, Direktorat Jenderal dengan persetujuan Menteri dapat menetapkan untuk tidak mengumumkan Permohonan apabila menurut pertimbangannya, pengumuman Invensi tersebut diperkirakan akan dapat mengganggu atau bertentangan dengan kepentingan pertahanan keamanan Negara (pasal 46 UU no 14/2001). Permohonan pemeriksaan substantif diajukan secara tertulis kepada Direktorat Jenderal dengan dikenai biaya (pasal 48 ayat 1 UU no 14/2001). Permohonan pemeriksaan substantif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) diajukan paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan terhitung sejak Tanggal Penerimaan (pasal 49 ayat 1 UU no 14/2001). Apabila permohonan pemeriksaan substantif tidak diajukan dalam batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau biaya untuk itu tidak dibayar, Permohonan dianggap ditarik kembali (pasal 49 ayat 2 UU no 14/2001). Untuk keperluan pemeriksaan substantif, Direktorat Jenderal dapat meminta bantuan ahli dan/atau menggunakan fasilitas yang diperlukan dari instansi Pemerintah terkait atau Pemeriksa Paten dari kantor Paten negara lain (pasal 50 ayat 1 uu no 14/2001).. Page 9 of 11

Gambar 7. Contoh formulir pemeriknsaan substantive (http://www.dgip.go.id) Direktorat Jenderal berkewajiban memberikan keputusan untuk menyetujui atau menolak Permohonan (Pasal 54 UU no 14/2001): Paten, paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya surat permohonan pemeriksaan substantif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 atau terhitung sejak berakhirnya jangka waktu pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) apabila permohonan pemeriksaan itu diajukan sebelum berakhirnya jangka waktu pengumuman tersebut. Paten Sederhana, paling lama 24 (dua puluh empat) bulan sejak Tanggal Penerimaan. Page 10 of 11

REFERENSI Subroto, M.A. 2008. INVENSI VS INOVASI. http://kekayaanintelektual.blogspot.com/2008/07/invensi-vs-inovasi.html Diakses tanggal 26 Juni 2012. Ulrich, K.T. dan Steven D.P. 2001. Perancangan dan Pengembangan Produk. Penerbit Salemba Teknika. Jakarta. Undang-undang No 14 Tahun 2001 tentang Paten. PROPAGASI A. Pertanyaan (Evaluasi mandiri) 1. Apa yang dimaksud dengan paten? 2. Bagaimana tatacara pengajuan paten? 3. Apa manfaat pengajuan paten? 4. Apa beda invasi dan inovasi? 5. Dapatkah paten ditolak? Apa penyebabnya? Page 11 of 11