BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. muncul pula tingkat kecanduan yang berbeda-beda dan bentuk implementasi

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok telah menjadi budaya di berbagai bangsa di

cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa. Remaja (adolescence) dalam bahasa inggris,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara sadar untuk melukai dirinya sendiri, karena dengan merokok, berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

BAB I PENDAHULUAN. dimana-mana, baik instansi pemerintah, tempat umum, seperti ; pasar, rumah

BAB I PENDAHULUAN. baik orang dewasa, remaja, bahkan anak anak. Peningkatan konsumsi rokok

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Global Adult Tobacco survey (GATS) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Merokok masih menjadi kebiasaan banyak orang baik di negara. tinggi. Jumlah perokok di Indonesia sudah pada taraf yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sintia Dewi,2013

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rista Mardian,2013

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil dari non-perokok yang terpapar asap rokok. Hampir 80% dari lebih 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

Bab 1 PENDAHULUAN. Rokok adalah salah satu permasalahan kesehatan terbesar yang dialami

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh gelar sarjana (Sugiyono, 2013). Skripsi adalah muara dari semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

PENDAHULUAN Latar Belakang Masa remaja adalah periode waktu yang membentang dari masa pubertas ke awal usia 20-an. Individu mengalami perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. kandung kemih, pankreas atau ginjal. Unsur-unsur yang terdapat didalam rokok

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kebiasan merokok adalah pemandangan yang tidak. asing lagi untuk kita lihat. Menurut laporan WHO (2002),

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB 1 PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. utama kanker di dunia. Survei dari WHO 8,2 juta orang meninggal kerena

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Fawzani dan Triratnawati (2005), masalah rokok juga menjadi persoalan

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

Diajukan Oleh: AYU ANGGARWATI F

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan analisis data dari Centers of Disease Control and

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring,

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. kini. Jika ditanya mengapa orang merokok, masing-masing pasti memiliki. anak muda, remaja yang melakukan kebiasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

Analisis Proporsi Perokok Tingkat SMK di Kota Semarang

WIJI LESTARI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa, dalam segi fisik, kognitif, sosial ataupun emosional. Masa remaja dibagi menjadi 3 subfase, yaitu; masa remaja awal (11-14 tahun), masa remaja pertengahan (15-17 tahun) dan masa remaja akhir (18-20 tahun). Batasan karakteristik masa ini sulit ditentukan, salah satu tandanya adalah tampaknya pertumbuhan seks sekunder pada umur 11-12 tahun, dan berhenti ketika pertumbuhan tubuh pada usia 18-20 tahun (Wong, 2008). Perubahan yang terjadi pada remaja yang cukup banyak, akan memicu terjadinya stres pada remaja. Selain itu, ada juga tekanan dari teman sebaya serta banyaknya keterlibatan orang dewasa dan mengandung risiko kesehatan remaja. Beberapa risiko kesehatan tersebut antara lain adalah tindakan mencoba hubungan seksual, menggunakan obat-obatan, alkohol dan rokok, serta adanya tekanan untuk melakukan aktivitas fisik yang potensial membahayakan (Wong, 2008). Menurut penelitian Komalasari (2000), ada beberapa alasan seorang remaja memiliki perilaku merokok. Secara umum, menurut Lewin (dalam Komalasari, 2000), perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu, yang berarti bahwa perilaku merokok, selain disebabkan oleh faktor diri seseorang, juga disebabkan karena faktor lingkungan. Salah satu aspek perkembangan psikososial remaja adalah berupaya menemukan jati diri. Namun, bila upaya tersebut tidak berjalan sesuai dengan harapan masyarakat, maka sebagian remaja akan 1

2 melakukan perilaku merokok sebagai kompensasi. Menurut Brigham (dalam Komalasari, 2000), perilaku merokok bagi remaja merupakan perilaku simbolis, yaitu, simbol dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan, dan daya tarik terhadap lawan jenis. Kondisi yang paling banyak menyebabkan perilaku merokok pada remaja adalah ketika remaja mengalami stres dan ketika berkumpul dengan teman sebaya. Kondisi stress akan memicu perilaku merokok dengan tujuan memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan. Menurut Byrne dan Mazanov (dalam Ham, 2007), tingginya tingkat stres berhubungan dengan perilaku merokok remaja. Oleh karena itu, disarankan bahwa pencegahan merokok dan intervensi untuk berhenti merokok seharusnya juga mencakup manajemen stres. Ketika remaja berkumpul dengan teman sebaya, perilaku merokok merupakan upaya untuk dapat diterima di lingkungannya. Menurut Brigham (dalam Komalasari, 2000), remaja tidak mau disebut dengan sebutan pengecut. Merokok bagi remaja juga merupakan sebuah simbol kejantanan. Berdasarkan data WHO, diketahui bahwa dari jumlah perokok yang ada di dunia, sebanyak 30% adalah remaja. Meskipun telah didokumentasikan bahwa rokok berhubungan dengan penyakit pernafasan dan penyakit kardiovaskuler pada usia pertengahan, setiap hari sekitar 4.000 anak di Amerika berusia 12-17 tahun mencoba merokok untuk pertama kalinya (Pillitteri, 2010). Menurut data Riset Kesehatan Dasar atau RISKESDAS (2013), untuk perokok remaja berumur 15-19 tahun, prevalensinya 18,3% dan perokok anak berumur 10-14 tahun, prevalensinya 1,4%. Prevalensi perokok pada anak sekolah usia 13-15 tahun

3 Global Youth Tobacco Survey atau GYTS (2009) adalah 30, 4% anak sekolah pernah merokok (laki-laki : 57,8% dan perempuan : 6,4%). Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 (SDKI), untuk remaja dengan usia 15-19 tahun, sebanyak 8,9% perokok wanita dan sebanyak 74,4% perokok laki-laki. Seseorang yang telah memiliki kebiasaan merokok sejak usia yang lebih muda akan cenderung memiliki risiko kematian yang lebih besar. Berhenti merokok lebih awal, akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan seseorang (CDC, 2006). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang mulai berhenti merokok dan konsisten pada saat berusia 30 tahun, kemungkinan penyakit akan menurun dan kematian dapat dicegah (Doll, et al., 1990). Banyak perokok memiliki keinginan untuk berhenti merokok, namun beberapa di antaranya mengalami kesulitan dalam proses berhenti merokok tersebut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sekitar 70% perokok ingin berhenti merokok, namun hanya sekitar 3% yang berhasil (Syafiie, 2009). Menurut Helman (dalam Ardini, 2012), keberhasilan berhenti merokok karena kesadaran diri sebanyak 76%, karena sakit sebanyak 16% dan karena tuntutan profesi sebanyak 8%. Menurut hasil penelitian Syafiie (2009), motivasi berhenti merokok berasal dari beberapa sumber, misalnya perubahan cara pandang seseorang dari sebuah agama menjadi pemaknaan, atau dari sebuah tekanan sakit fisik dengan risiko kematian apabila seseorang tidak menghentikan perilaku merokoknya. Menurut Nanguzgambo (2008), beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk berhenti merokok adalah : kondisi sakit, saran tenaga kesehatan, saran dari

4 keluarga, pengaruh media, takut terhadap serangan jantung dan kanker paru, peduli terhadap kesehatan anak, merasa terbebani dengan perilaku merokok, dipandang rendah oleh masyarakat, jari menjadi kekuningan dan karena kondisi hamil. Menurut penelitian Turner dan Mermelstein (2004), ada 2 alasan yang menyebabkan remaja ingin berhenti merokok, yaitu alasan ekstrinsik (menghemat uang; keinginan dari orangtua, pasangan dan teman-teman; adanya hukuman jika merokok; dan kesulitan dalam mendapatkan rokok) dan alasan intrinsik (khawatir terhadap kesehatan, ingin berprestasi di bidang olahraga, tidak menyukai bau rokok yang melekat di badan, adanya noda di gigi dan jari, tidak suka disebut sebagai perokok, tidak mendapatkan kenikmatan merokok seperti yang dipikirkan, merokok membuat badan merasa sakit dan tidak menyukai dirinya sendiri saat merokok). Selain itu, dalam penelitian tersebut ada alasan lain yang tidak disebutkan. Keberhasilan dalam proses berhenti merokok tergantung dari penyebab merokok, lamanya menjadi perokok, banyaknya rokok yang dihisap, dan kuatnya gejolak yang dialami. Bukan merupakan hal yang mudah ketika seseorang ingin berhenti merokok, terutama apabila seseorang tersebut termasuk perokok berat dengan lama dan dosis yang tinggi, sehingga perlu usaha yang lebih keras untuk berhenti merokok (Syafiie, 2009). Peningkatan kesadaran, baik pengetahuan maupun pemahaman, perubahan persepsi, pertimbangan keuntungan berhenti merokok dan kerugian merokok merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran diri sebelum dapat berhenti merokok (Syafiie, 2009). Keuntungan yang dapat

5 dirasakan oleh seseorang yang berhenti merokok antara lain: jarang terkena penyakit atau sembuh dari penyakit, tidak mudah mengantuk, aktivitas sehari-hari menjadi teratur, hilangnya perasaan kecewa dalam diri dan meningkatnya prestasi. Hasil wawancara dengan beberapa siswa di SMA N 1 Cawas pada tanggal 11 Maret 2014 dan tanggal 08 April 2014, mendapatkan data masih ada siswa perokok di SMA ini dan beberapa dari perokok tersebut telah berusaha mengurangi konsumsi rokok setiap harinya. Salah satu siswa merupakan siswa tidak merokok, 2 siswa merupakan remaja yang telah berhasil melakukan perubahan perilaku merokok menjadi tidak merokok, dan 1 siswa masih menjadi perokok aktif. Kedua siswa yang telah berhasil melakukan perubahan perilaku merokok, mereka mengatakan bahwa mereka berhenti merokok karena kemauan diri sendiri dan dari dukungan teman dekat. Mengingat semakin mudanya usia remaja yang mencoba merokok pertama kali serta begitu banyaknya alasan remaja untuk mencoba merokok, penting dilakukan sebuah penelitian tentang pengalaman perubahan perilaku berhenti merokok, dengan harapan setelah diketahui informasi dari penelitian ini, bermanfaat untuk mengurangi remaja yang memiliki perilaku merokok. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian studi fenomenologi tentang pengalaman perubahan perilaku berhenti merokok, tahap action dan maintenance berdasarkan Transtheoritical Theory pada remaja.

6 B. Rumusan Masalah Semakin meningkatnya prevalensi perokok pada remaja, dan sulitnya perokok untuk dapat berhenti merokok, namun ada perokok yang berhasil berhenti merokok, didapatkan masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimanakah pengalaman perubahan perilaku berhenti merokok tahap tahapan action dan maintenance berdasarkan Transtheoritical Theory pada remaja di SMA N 1 Cawas? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui pengalaman perubahan perilaku berhenti merokok tahap action dan maintenance berdasarkan Transtheoritical Theory pada remaja di SMA N 1 Cawas. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui karakteristik perilaku merokok pada siswa di SMA N 1 Cawas. b. Mendeskripsikan tahapan action yang dilalui remaja saat melakukan upaya perubahan perilaku berhenti merokok. c. Mendeskripsikan upaya yang dilakukan remaja untuk menjaga kelanggengan perilaku berhenti merokok atau tahap maintenance.

7 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang manfaat berhenti merokok terhadap kesehatan. b. Memberikan penguatan tentang pentingnya menjaga kelanggengan perilaku tidak merokok pada remaja serta memberikan apresiasi kepada remaja, sehingga dapat meningkatkan motivasi untuk tetap menjaga kelanggengan perilaku tersebut. 2. Manfaat ilmiah Memberikan bahan untuk pengembangan pendekatan remaja dengan perilaku merokok untuk mengubah perilaku menjadi tidak merokok. E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai studi fenomenologi tentang pengalaman perubahan perilaku merokok pada remaja, menurut pengetahuan peneliti, belum pernah dilakukan oleh peneliti lain. Namun, ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan merokok, perubahan perilaku dan remaja yang pernah diteliti, antara lain : 1. Rini, tahun 2010, dengan judul Pengaruh Pemberian Informasi akan Bahaya Rokok oleh Institusi Pendidikan Formal (Sekolah) terhadap Perilaku Merokok Anak Usia Sekolah di Kota Yogyakarta, dengan menggunakan jenis penelitian deskripsi analitik (non-eksperimental) dengan rancangan potong-lintang. Jumlah subjek 2.154 siwa SMP dan SMA di Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut adalah tidak terdapat korelasi yang signifikan antara pemberian

8 informasi akan bahaya rokok dengan pola perilaku merokok siswa. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan ini adalah perilaku merokok anak usia sekolah. Perbedaannya pada jenis penelitian, yaitu penelitian tersebut menggunakan jenis kuantitatif (non-eksperimental), sedangkan pada penelitian ini menggunakan jenis kualitatif (studi fenomenologi). 2. Prabandini, tahun 2010, dengan judul Perubahan Perilaku Merokok Remaja Sekolah Menengah Pertama dan Sederajat di Kota Semarang. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 2 di 12 SMP dan sederajat di Kota Semarang yang telah mengikuti penyuluhan mengenai kawasan tanpa rokok (KTR) dan bahaya merokok oleh Dinas Kesehatan Semarang. Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian adalah tidak ada perbedaan, baik dari pengetahuan, sikap, keyakinan normatif maupun kehendak mengenai perilaku merokok. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan ini adalah perubahan perilaku merokok remaja dan jenis penelitian kualitatif. Perbedaannya pada umur remaja, dalam penelitian tersebut menggunakan sampel remaja sekolah menengah pertama, sedangkan pada penelitian ini akan menggunakan remaja sekolah menengah atas. 3. Ham dan Lee, tahun 2007 dengan judul Use of the Transtheoritical Model to Predict Stage of Smoking Cessation in Korean Adolescents. Pengambilan data dilakukan dengan cross-sectional pada 300 siswa putra di SMK teknik di wilayah metropolitan di Korea. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program berhenti merokok yang dikembangkan dengan Transtheoritical Model dapat

9 membantu remaja dalam kemajuan tingkatan berhenti merokok, sehingga menjadi penting untuk memasukkan informasi yang digunakan untuk membantu menghentikan perilaku merokok. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan ini adalah berhenti merokok dan remaja. Perbedaannya pada jenis penelitian, yaitu penelitian tersebut menggunakan metode kuantitatif dengan pengambilan data cross-sectional, sedangkan penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara. 4. Lizam, tahun 2009 dengan judul Meningkatkan Sikap Positif terhadap Perilaku Tidak Merokok dan Kecenderungan untuk Berhenti Merokok melalui Pelatihan Kecerdasan Emosional pada Siswa SMA di Kabupaten Aceh Barat Daya-NAD. Penelitian dilakukan dengan quasi experimental dengan rancangan dan pre-test dan post test dengan control design. Besarnya sampel adalah 43 untuk kelompok intervensi dan 41 untuk kelompok kontrol. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan melalui pelatihan kecerdasan emosional ternyata mampu meningkatkan sikap positif terhadap perilaku tidak merokok dan kecenderungan untuk berhenti merokok pada remaja. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan ini adalah perilaku tidak merokok. Perbedaannya pada jenis penelitian, penelitian tersebut menggunakan quasi experimental, sedangkan penelitian yang dilakukan ini menggunakan studi fenomenologi. Penelitian yang dilakukan ini mengangkat sesuatu yang baru yang dikembangkan dari penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan ini lebih menggali pengalaman remaja dalam perubahan perilaku merokok. Penelitian

10 terdahulu telah banyak menggali perilaku merokok pada remaja mulai dari motivasi merokok, faktor yang mempengaruhi perilaku merokok dan berbagai intervensi yang dapat dilakukan untuk perubahan perilaku merokok. Dengan adanya penelitian ini, akan didapat informasi baru tentang perubahan perilaku merokok pada remaja, mulai dari motivasi remaja dalam perubahan perilaku, tahapan yang dilalui dalam upaya perubahan perilaku merokok serta upaya yang dilakukan remaja untuk menjaga kelanggengan perubahan perilaku perokok. Dengan demikian, informasi tersebut dapat digunakan untuk pendekatan pada remaja perokok untuk dapat melakukan perubahan perilaku dari merokok menjadi tidak merokok dan cara mempertahankan untuk tetap tidak merokok.