PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/1/PBI/2013 TENTANG LEMBAGA PENGELOLA INFORMASI PERKREDITAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/1/PBI/2013 TENTANG LEMBAGA PENGELOLA INFORMASI PERKREDITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /POJK.03/2017 TENTANG PELAPORAN DAN PERMINTAAN INFORMASI DEBITUR MELALUI

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Ke

No Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan SLIK diperlukan pengaturan mengenai pelaporan dan permintaan informasi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/23/PBI/2004 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB I. KETENTUAN UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 9 /PBI/2012 TENTANG UJI KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) BANK PERKREDITAN RAKYAT

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/15/PBI/2016 TENTANG PENYELENGGARA JASA PENGOLAHAN UANG RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/1/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/25 /PBI/2003 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) GUBERNUR BANK INDONESIA,

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 1. Perluasan akses kepesertaan yang tidak terbatas pada Bank Umum Saat ini kepesertaan SKNBI terbatas pada Bank Umum sehingga transfer dana melalui

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Sistem Informasi Debitur. Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/ Januari 2005 MDC

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 1 /PBI/2011 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PELAPORAN DAN PERMINTAAN INFORMASI DEBITUR MELALUI SISTEM LAYANAN INFORMASI KEUANGAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No.15/ 49 /DPKL Jakarta, 5 Desember S U R A T E D A R A N. Perihal : Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan.

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 T

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2 / 6 /PBI/2000 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /SEOJK.03/2017

- 1 - Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di tempat.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

CONTOH STRUKTUR KEPEMILIKAN SAHAM DAN DOKUMEN PERIZINAN LPIP

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/3/PBI/2013 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

No Restrukturisasi Perbankan, Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan tentang Penanganan Permasalahan Solvabilitas Bank Sistemik, Peraturan Lembaga

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 T

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/20/PBI/2006 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10/POJK.05/2014 TENTANG PENILAIAN TINGKAT RISIKO LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/10/PADG/2017 TENTANG GERBANG PEMBAYARAN NASIONAL (NATIONAL PAYMENT GATEWAY)

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN TENTANG PENGELOLAAN, PENATAUSAHAAN, SERTA PENCATATAN ASET DAN KEWAJIBAN D

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8/POJK.03/2014 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No f. bahwa sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan di sektor perbankan dari Ban

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

- 1 - SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 20 /PBI/2009 TENTANG TINDAK LANJUT PENANGANAN TERHADAP BANK PERKREDITAN RAKYAT DALAM STATUS PENGAWASAN KHUSUS

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 2/PLPS/2005 TENTANG LIKUIDASI BANK DEWAN KOMISIONER LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 6 /PBI/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Yth. Direksi/Pengurus Pelaku Usaha Jasa Keuangan, baik yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional maupun secara syariah,

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGAWASAN PT PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dala

-2- II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pemeriksaan oleh Otoritas Jasa Keuangan dapat dilakukan di luar jam kerja. Huruf a Yang dimaksud deng

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 56 /POJK.03/2016 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/47/PBI/2005 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867); 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jas

No. 15/23/DASP Jakarta, 27 Juni S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK DAN BADAN USAHA BERBADAN HUKUM INDONESIA BUKAN BANK

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/20.. TENTANG LAPORAN TAHUNAN EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMINAN

Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan BPR dan BPRS

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 27 /PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/1/PBI/2009 TENTANG BANK UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMINAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 3/PLPS/2005 TENTANG PENYELESAIAN BANK GAGAL YANG TIDAK BERDAMPAK SISTEMIK

-2- dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun Penyelesaian Bank selain Bank Sistemik oleh Lembaga Penjamin Simpanan pada dasarnya bertujuan untuk memin

Transkripsi:

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/1/PBI/2013 TENTANG LEMBAGA PENGELOLA INFORMASI PERKREDITAN I. UMUM Sesuai dengan Undang-Undang tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia berwenang untuk mengatur dan mengembangkan penyelenggaraan sistem informasi antar bank yang dapat diperluas dengan menyertakan lembaga lain di bidang keuangan. Selama ini Bank Indonesia menghimpun, mengolah, mengelola, dan mendistribusikan Informasi Perkreditan yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Debitur, untuk mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan penyediaan dana kepada masyarakat oleh Lembaga Keuangan. Dalam perkembangannya, kebutuhan Lembaga Keuangan untuk mengelola risiko dengan lebih baik, meminimalkan adverse selection serta moral hazard dalam Penyediaan Dana, meningkatkan akses Penyediaan Dana kepada masyarakat melalui percepatan proses akuisisi Penyediaan Dana, dan menerapkan risk-based pricing dan reputational collateral, menuntut perlunya pengembangan pengelolaan data perkreditan yang lebih andal, komprehensif, dan terintegrasi dengan ragam produk dan layanan Informasi Perkreditan yang lebih mutakhir dan bernilai tambah. Disamping itu, lompatan kemajuan teknologi informasi dan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya Informasi Perkreditan, mendorong perlunya peningkatan kualitas pengelolaan Informasi Perkreditan. Selain...

- 2 - Selain hal tersebut, meningkatnya peran Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dan perbankan untuk menciptakan stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan, perlu didukung dengan pemenuhan terhadap kebutuhan data yang lebih komprehensif yang bersumber dari Lembaga Keuangan dan non Lembaga Keuangan. Dengan demikian, perlu diwujudkan suatu pengelolaan Informasi Perkreditan secara lebih komprehensif dan terkelola dengan baik yang dilakukan oleh Bank Indonesia dan LPIP dengan persetujuan Bank Indonesia, dalam suatu ekosistem Sistem Informasi Perkreditan Nasional (SIPNAS). Keberadaan LPIP diharapkan dapat menjadi infrastruktur sistem keuangan yang akan mendorong terciptanya stabilitas sistem keuangan. Di sisi lain, keberadaan LPIP dimaksudkan pula untuk mendukung kegiatan usaha yang dilakukan non Lembaga Keuangan, terutama berkaitan dengan pemenuhan kewajiban keuangan dari Nasabah non Lembaga Keuangan. Pada akhirnya, keberadaan SIPNAS diharapkan dapat mendukung upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Selanjutnya, dengan mempertimbangkan peran strategis LPIP dalam SIPNAS, maka pengelolaan Informasi Perkreditan oleh LPIP perlu didukung dengan upaya-upaya, sebagai berikut: a. pengelolaan Informasi Perkreditan dilakukan oleh pihak yang memiliki integritas, keahlian dan kemampuan baik dari sisi keuangan dan teknis, untuk mendukung kontinuitas kegiatan usaha; dan b. perlu dilakukan pengawasan yang efektif terhadap pengelolaan Informasi Perkreditan serta integritas Informasi Perkreditan, untuk meyakini operasional LPIP dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan...

- 3 - peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sesuai dengan tujuan keberadaan LPIP. Sehubungan dengan hal tersebut, Bank Indonesia perlu mengatur kelembagaan dan operasional LPIP ini dalam Peraturan Bank Indonesia. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Huruf a LPIP dengan kegiatan usaha kategori ritel (consumer) mengelola serta memberikan Informasi Perkreditan mengenai Debitur atau Nasabah perseorangan. Huruf b LPIP dengan kegiatan usaha kategori komersial (commercial) mengelola serta memberikan Informasi Perkreditan mengenai Debitur atau Nasabah badan. Huruf c LPIP dengan kegiatan usaha kategori UMKM mengelola serta memberikan Informasi Perkreditan mengenai Debitur atau Nasabah UMKM. Pertimbangan Bank Indonesia dalam meminta LPIP untuk menghasilkan Informasi Perkreditan berdasarkan kategori tertentu, misalnya dalam rangka meningkatkan akses pembiayaan...

- 4 - pembiayaan khususnya kepada UMKM, Bank Indonesia memandang perlu adanya LPIP yang mengkhususkan kegiatan usahanya pada kategori UMKM. Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Yang dimaksud dengan kepemilikan berdasarkan keterkaitan antar pemegang saham didasarkan pada antara lain: a. hubungan kepemilikan; dan/atau b. adanya kerjasama atau tindakan yang sejalan untuk mencapai tujuan bersama dalam mengendalikan LPIP (acting in concert) dengan atau tanpa perjanjian tertulis sehingga secara bersama-sama mempunyai hak opsi atau hak lainnya untuk memiliki saham LPIP. Ayat (4) Pasal 9 Pasal 10...

- 5 - Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Yang dimaksud dengan tenaga ahli/konsultan adalah perorangan yang memiliki pengetahuan teknis tertentu dengan standar kualifikasi keahlian yang memadai. Ayat (4) Pasal 14 Huruf a Yang dimaksud dengan kualifikasi keahlian adalah pemenuhan persyaratan suatu keahlian di bidang tertentu yang didapatkan dari pendidikan dan pengalaman kerja. Huruf b Huruf c Pasal 15...

- 6 - Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Huruf a Huruf b Huruf c Mengingat calon pemegang saham LPIP adalah badan hukum maka pihak yang diwawancara adalah salah satu anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris dari badan hukum tersebut. Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22...

- 7 - Huruf a Huruf b Huruf c Dalam melakukan penilaian terhadap sistem teknologi informasi, Bank Indonesia dapat melakukan pemeriksaan atau pengecekan secara langsung ke kantor LPIP, dan dapat menugaskan pihak ketiga untuk melakukan pemeriksaan atau pengecekan tersebut. Huruf d Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Yang dimaksud dengan ketentuan perundang-undangan yang...

- 8 - yang berlaku antara lain adalah Undang-undang tentang Perseroan Terbatas. Ayat (4) Ayat (5) Ayat (6) Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36 Peraturan Bank Indonesia mengenai pelaporan Data Kredit antara...

- 9 - antara lain adalah Peraturan Bank Indonesia tentang Sistem Informasi Debitur. Pasal 37 Huruf a Tujuan dilakukannya kerjasama dalam ayat ini adalah untuk memperkaya sumber data LPIP, yang dilakukan dengan perjanjian kerjasama antara LPIP dengan pemilik data dimaksud. Yang dimaksud dengan Data Kredit dalam ayat ini adalah data yang dimintakan LPIP dari Lembaga Keuangan secara langsung dan bukan merupakan data yang berasal dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1). Data tersebut antara lain mengenai data jumlah tanggungan keluarga. Pengaturan ayat ini dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan duplikasi perolehan Data Kredit oleh LPIP yang bersumber dari Bank Indonesia dan/atau Lembaga Keuangan, sehingga kualitas data debitur untuk mendukung penyediaan Informasi Perkreditan dari LPIP tetap terjaga. Huruf b Yang dimaksud dengan non Lembaga Keuangan misalnya lembaga utilitas publik (antara lain perusahaan listrik, perusahaan air minum, perusahaan telekomunikasi), perusahaan jasa penagih utang, dan lembaga lainnya. Yang...

- 10 - Yang dimaksud dengan Data Lainnya antara lain data tagihan listrik, data pembayaran telepon, dan data pembayaran tagihan air. Yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku antara lain Undang-Undang mengenai perlindungan konsumen dan mengenai keterbukaan informasi publik. Pasal 38 Pasal 39 Permintaan data oleh Bank Indonesia dapat dilakukan sewaktu-waktu dan/atau secara berkala sesuai kebutuhan. Pasal 40 Yang dimaksud dengan Nasabah adalah pelanggan dari non Lembaga Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat_(1) huruf b. Pasal 41 Pasal 42 Huruf a Contoh mengubah data adalah sebagai berikut: Data kualitas kredit milik Debitur A yang diterima oleh LPIP dari Bank Indonesia adalah 2 (Dalam Perhatian...

- 11 - Perhatian Khusus), diubah oleh LPIP menjadi 1 (Lancar). Huruf b Yang dimaksud dengan memindahkan antara lain kegiatan mentransfer Data Kredit dan/atau Data Lainnya dengan menggunakan teknologi informasi. Ayat (4) Ayat (5) Huruf a Yang dimaksud dengan pihak yang ditunjuk untuk melakukan penyelesaian kewajiban antara lain: Tim Likuidasi bagi Lembaga Keuangan yang dicabut izin usahanya. Huruf b Pasal 43 Pasal 44 Yang dimaksud dengan menggunakan jasa pihak lain antara lain penggunaan pihak eksternal Bank Indonesia untuk melaksanakan pengujian keandalan sistem dan keamanan pengelolaan data, pelayanan helpdesk, atau pelayanan pengaduan Debitur atau Nasabah....

- 12 - Pasal 45 Yang dimaksud dengan informasi standar adalah Informasi Perkreditan yang memuat paling kurang: a. identitas Debitur; b. identitas pengurus bagi Debitur badan usaha; c. fasilitas Penyediaan Dana; d. agunan dan/atau penjamin; e. laporan keuangan; f. identitas kreditur; g. daftar log pengguna Informasi Debitur; dan h. informasi mengenai komplain terhadap Informasi Debitur yang masih berjalan. Termasuk dalam informasi yang mempunyai nilai tambah antara lain informasi berupa credit scoring, fraud alert, customer profiling, monitoring and evaluation. Pasal 46 Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e...

- 13 - Huruf e Yang dimaksud dengan dinyatakan rahasia berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan antara lain data simpanan masyarakat yang ada di Lembaga Keuangan. Pasal 47 Pasal 48 Pasal 49 Pasal 50 Perolehan Informasi Perkreditan oleh Lembaga Keuangan, non Lembaga Keuangan, dan LPIP lain dilakukan berdasarkan kesepakatan dengan LPIP. Pasal 51 Tata cara yang dipersyaratkan oleh LPIP antara lain memuat ketentuan mengenai mitigasi risiko misalnya memastikan bahwa Debitur atau Nasabah yang meminta Informasi Perkreditan adalah Debitur atau Nasabah yang sebenarnya disertai dengan dokumen pendukung. Pasal 52 Yang dimaksud dengan pihak lain antara lain penegak hukum dan instansi publik dalam rangka pelaksanaan tugas. Yang dimaksud dengan dalam rangka melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan antara lain: a. melaksanakan...

- 14 - a. melaksanakan proses penyelidikan, penyidikan, atau pembuktian oleh aparat penegak hukum; dan b. melaksanakan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Pasal 53 Yang dimaksud dengan mengadministrasikan adalah melakukan penatausahaan atas setiap permintaan Informasi Perkreditan baik yang dimintakan secara tertulis, lisan, atau melalui sarana elektronik. Penatausahaan tersebut dapat menggunakan sarana teknologi informasi. Pasal 54 Huruf a Huruf b Huruf c Yang dimaksud dengan pemenuhan peraturan perundangundangan yang berlaku antara lain dalam rangka melaksanakan ketentuan yang mewajibkan penyamaan kualitas terhadap satu Debitur atau satu proyek yang sama. Pasal 55 Pasal 56 Pasal 57 Pasal 58...

- 15 - Pasal 58 Pasal 59 Pasal 60 Pasal 61 Pasal 62 Yang dimaksud dengan mengadministrasikan adalah melakukan penatausahaan atas setiap pengaduan baik yang dimintakan secara tertulis, lisan atau menggunakan sarana elektronik. Penatausahaan tersebut dapat menggunakan sarana teknologi informasi. Pasal 63 Pengawasan secara langsung merupakan pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia melalui pemeriksaan terhadap operasional LPIP. Pengawasan secara tidak langsung merupakan pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia melalui analisis laporan yang disampaikan oleh LPIP, dokumen, data, dan/atau informasi lainnya. Pasal 64 Pasal 65...

- 16 - Pasal 65 Yang dimaksud dengan governance terhadap pengelolaan antara lain mencakup pemenuhan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 66 Pasal 67 Pasal 68 Laporan bulanan periode Januari 2013 wajib disampaikan paling lambat pada tanggal 7 Februari 2013. Contoh terlambat menyampaikan laporan bulanan: Laporan bulanan periode Januari 2013, disampaikan pada periode tanggal 8 Februari 2013 sampai dengan 28_Februari 2013. Ayat (4) Contoh tidak menyampaikan laporan bulanan: Laporan bulanan periode Januari 2013, disampaikan setelah tanggal 28 Februari 2013. Pasal 69...

- 17 - Pasal 69 Penyampaian laporan semesteran tidak menghilangkan kewajiban LPIP untuk menyampaikan laporan lainnya dalam periode tersebut. Contoh penyampaian laporan semesteran: Laporan semesteran periode semester I tahun 2013 wajib disampaikan paling lambat tanggal 31 Juli 2013. Contoh terlambat menyampaikan laporan semesteran: Laporan semesteran periode semester I tahun 2013 disampaikan pada periode tanggal 1 Agustus 2013 sampai dengan 31 Agustus 2013. Ayat (4) Contoh tidak menyampaikan laporan semesteran: Laporan semesteran periode semester I tahun 2013, disampaikan setelah tanggal 31 Agustus 2013. Pasal 70 Yang dimaksud laporan tahunan adalah laporan lengkap mengenai kinerja LPIP dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. Penyampaian laporan tahunan tidak menghilangkan kewajiban LPIP untuk menyampaikan laporan lainnya dalam periode tersebut. Ayat (4)...

- 18 - Ayat (4) Contoh terlambat menyampaikan laporan tahunan: Laporan tahunan periode tahun 2013 disampaikan pada periode tanggal 1 Juni 2014 sampai dengan 30 Juni 2014. Ayat (5) Contoh tidak menyampaikan laporan tahunan: Laporan tahunan periode tahun 2013, disampaikan setelah tanggal 30 Juni 2014. Pasal 71 Penyampaian rencana bisnis tahunan tidak menghilangkan kewajiban LPIP untuk menyampaikan laporan lainnya dalam periode tersebut. Contoh terlambat menyampaikan rencana bisnis tahunan: Rencana bisnis tahunan periode tahun 2014 disampaikan pada periode tanggal 1 Desember 2013 sampai dengan 31_Desember 2013. Ayat (4) Contoh tidak menyampaikan rencana bisnis tahunan: Rencana bisnis tahunan periode tahun 2014 disampaikan setelah tanggal 31 Desember 2013. Pasal 72 Huruf a Risalah Rapat Umum Pemegang Saham paling kurang memuat keputusan yang menyetujui pembubaran...

- 19 - pembubaran Perseroan Terbatas dan memerintahkan kepada Direksi untuk menyelesaikan kewajiban LPIP. Huruf b Huruf c Yang termasuk dalam rencana penyelesaian seluruh kewajiban (action plan) antara lain penyelesaian pengaduan nasabah, rencana pengalihan Data Kredit dan/atau Data Lainnya kepada Bank Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk oleh Bank Indonesia, rencana pemusnahan data, pembayaran kewajiban kepada pihak lain, pembayaran gaji terhutang, pembayaran biaya kantor, pajak terhutang dan biaya-biaya lain yang relevan. Huruf d Huruf e Pasal 73 Pasal 74 Pasal 75 Pasal 76 Laporan bulanan periode Januari 2013 yang seharusnya diterima...

- 20 - diterima oleh Bank Indonesia paling lama hari Kamis tanggal 7_Februari 2013, namun baru disampaikan pada Kamis tanggal 14 Februari 2013. Atas keterlambatan tersebut, LPIP dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp100.000,00 x 5 hari kerja atau sebesar Rp500.000,00. Laporan bulanan periode Januari 2013 yang seharusnya diterima oleh Bank Indonesia paling lama hari Kamis tanggal 7_Februari 2013, namun sampai dengan tanggal 28_Februari 2013 belum disampaikan oleh LPIP. Atas pelanggaran tersebut, LPIP dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp5.000.000,00. Pasal 77 Laporan semesteran periode semester I 2013 yang seharusnya diterima oleh Bank Indonesia paling lama hari Rabu tanggal 31_Juli_2013, namun baru disampaikan pada hari Senin tanggal 5_Agustus 2013. Atas keterlambatan tersebut, LPIP dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp1.000.000,00 x 3 hari kerja atau sebesar Rp3.000.000,00. Laporan semesteran periode semester I 2013 yang seharusnya diterima oleh Bank Indonesia paling lama hari Rabu tanggal 31_Juli_2013, namun sampai dengan tanggal 31_Agustus_2013 belum disampaikan oleh LPIP. Atas pelanggaran tersebut, LPIP dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000.000,00. Pasal 78...

- 21 - Pasal 78 Laporan tahunan periode tahun 2013 yang seharusnya diterima oleh Bank Indonesia paling lama hari Sabtu tanggal 31_Mei_2014, namun baru disampaikan pada hari Rabu tanggal 4_Juni 2014. Atas keterlambatan tersebut, LPIP dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp1.000.000,00 x 3 hari kerja atau sebesar Rp3.000.000,00. Rencana bisnis tahunan periode tahun 2014 yang seharusnya disampaikan oleh LPIP kepada Bank Indonesia paling lama hari Sabtu tanggal 30 November 2013, namun baru disampaikan pada hari Rabu tanggal 4_Desember_2013. Atas keterlambatan tersebut, LPIP dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp1.000.000,00 x 3 hari kerja atau sebesar Rp3.000.000,00. Laporan tahunan periode tahun 2013 yang seharusnya diterima oleh Bank Indonesia paling lama hari Sabtu tanggal 31_Mei_2014, namun sampai dengan tanggal 30_Juni 2014 belum disampaikan oleh LPIP. Atas pelanggaran tersebut, LPIP dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000.000,00. Rencana bisnis tahunan periode tahun 2014 yang seharusnya diterima oleh Bank Indonesia paling lama hari Sabtu tanggal 30_November 2013, namun sampai dengan tanggal 31_Desember 2013 belum disampaikan oleh LPIP. Atas pelanggaran tersebut, LPIP dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000.000,00. Pasal 79...

- 22 - Pasal 79 Pasal 80 Pasal 81 Berdasarkan pengawasan yang dilakukan Bank Indonesia, LPIP diketahui menyebabkan ketidakakuratan Informasi Perkreditan milik 10 (sepuluh) Debitur atau Nasabah. Atas pelanggaran tersebut, LPIP dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp250.000,00 x 10 atau sebesar Rp2.500.000,00. Berdasarkan pengawasan yang dilakukan Bank Indonesia, LPIP diketahui menggunakan metode scoring yang tidak tepat sehingga menyebabkan ketidakakuratan Informasi Perkreditan seluruh Debitur atau Nasabah yang tercatat dalam database LPIP, yaitu 50.000.000 Debitur. Atas pelanggaran tersebut, LPIP dikenakan sanksi kewajiban membayar dengan jumlah paling besar, yaitu Rp100.000.000,00. Pasal 82 Huruf a Huruf b...

Pasal 83 Pasal 84 Pasal 85 Pasal 86 Ayat (4) Ayat (5) Huruf b - 23 - Yang dimaksud dengan menyebabkan kerugian bagi masyarakat luas dan/atau kepentingan negara misalnya: 1. LPIP menggunakan scoring model yang tidak tepat sehingga credit scoring yang dihasilkan oleh LPIP menyesatkan dan membahayakan stabilitas sistem keuangan; 2. LPIP mengalihkan Data Kredit dan/atau Data Lainnya kepada pihak lain yang berpotensi menimbulkan gangguan ekonomi, sosial, politik, dan keamanan nasional. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5402

- 24 -