PENDAHULUAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

dokumen-dokumen yang mirip
KERANGKA KONSEPTUAL. 11. Mata uang...

LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 23 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI

KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

-1- KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN

DAFTAR ISI I. KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH... 1 KOMPONEN UTAMA KEBIJAKAN AKUNTANSI... 1 II. KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN...

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN KEBIJAKAN AKUNTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN (Menurut PP No 71 Tahun 2010 ttg SAP)

KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG

DAFTAR ISI. Kesinambungan Entitas

KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN

KEBIJAKAN PELAPORAN KEUANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN II STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS KAS MENUJU AKRUAL

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN KERANGKA KONSEPTUAL STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

BERITA NEGARA. No.677, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Akuntansi. Pelaporan. Kebijakan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

2017, No Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 4.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI I. KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 18 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

LAMPIRAN II PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2005 TANGGAL 13 JUNI 2005 KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 88 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2018

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2014

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15B TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS

Prinsip Dasar dan Gambaran Umum Akuntansi Pemerintahan. Ridwan Chairudin

PERATURAN GUBERNUR BENGKULU NOMOR : 25 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PROVINSI BENGKULU

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN BUPATI NATUNA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Menurut Coso dalam Hartadi (1999: 92) pengendalian intern

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013

PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

- 1 - PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur. Tahun 2000 yang mengatur Pokok-pokok Pengelolaan dan

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

2. TELAAH TEORITIS 2.1 Laporan Keuangan Pemerintah Laporan keuangan pemerintah disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA DAERAH KOTA BIMA WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK

LAMPIRAN I.01 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2010 TANGGAL

B U P A T I K U N I N G A N

L A P O R A N K E U A N G A N T A H U N BAB

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA NOMOR 33 TAHUN 2015 T E N T A N G KEBIJAKAN AKUNTANSI

A.4.2. KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN

BUPATI BUNGO PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengindikasikan cara berpikir, bersikap dan bertindak, serta menarik kesimpulan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.05/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN

BUPATI KEPULAUAN SULA

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.10 TAHUN 2010 T E N T A N G KEBIJAKAN AKUNTANSI BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepercayaan atau perbuataan seseorang. Dari pengertian di atas

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

B E R I T A D A E R A H N US A TENGGARA BARAT

BAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

draft BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 87 TAHUN 2016 TENTANG SISTIM PROSEDUR AKUNTANSI PENDAPATAN DAERAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 sebagai pengganti Peraturan

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

GAMBARAN UMUM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

-1- CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

Transkripsi:

LAMPIRAN I PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PENDAHULUAN KEBIJAKAN AKUNTANSI A. TUJUAN Kebijakan Akuntansi merupakan pedoman penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah untuk tujuan umum (general purpose financial statement) yang dapat memenuhi kepentingan sebagian besar pengguna Laporan Keuangan (stakeholders) dalam rangka meningkatkan keterbandingan Laporan Keuangan terhadap anggaran, antar periode maupun antar entitas. B. TUJUAN LAPORAN KEUANGAN Tujuan umum Laporan Keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan perubahan Ekuitas suatu Entitas Pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya dan untuk menunjukkan akuntabilitas Entitas Pelaporan atas sumber daya yang dikelola. Informasi yang disajikan dalam Laporan Keuangan diantaranya adalah informasi mengenai: 1. posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan Ekuitas Pemerintah Daerah dan perubahannya; 2. sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi; 3. ketaatan realisasi terhadap anggaran yang ditetapkan; 4. cara Entitas Pelaporan mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya; 5. potensi Pemerintah Daerah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan; 6. evaluasi kemampuan Entitas Pelaporan dalam mendanai aktivitasnya; dan 7. indikasi sumber daya yang telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan anggaran.

- 2 - C. RUANG LINGKUP Kebijakan Akuntansi menjelaskan dasar Pengakuan, Pengukuran, dan Pelaporan atas unsur dalam Laporan Keuangan, meliputi penjelasan mengenai: 1. prinsip penyusunan dan penyajian pelaporan keuangan; dan 2. definisi, Pengakuan, Pengukuran, dan pelaporan komponen Laporan Keuangan. Dikecualikan dari Kebijakan Akuntansi yang ditetapkan dalam Peraturan Walikota ini yakni penyusunan Laporan Keuangan untuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)/Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) yang diatur dalam Peraturan Walikota tersendiri. D. PIHAK YANG WAJIB MENYUSUN LAPORAN KEUANGAN 1. Entitas Pelaporan SKPKD merupakan Entitas Pelaporan yang menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah berupa Laporan Keuangan konsolidasi dari Laporan Keuangan SKPD dan Laporan Keuangan PPKD. 2. Entitas Akuntansi Entitas Akuntansi yaitu SKPD dan PPKD. E. JENIS LAPORAN KEUANGAN 1 (satu) set Laporan Keuangan terdiri atas: 1. Laporan Pelaksanaan Anggaran(budgetary report), berupa: a. LRA; dan b. LPSAL. 2. Laporan Finansial (financial report), berupa: a. LO; b. LPE; c. Neraca; d. LAK; dan e. CaLK. 1 (satu) set Laporan Keuangan tersebut merupakan lembar muka (on the face) Laporan Keuangan, kecuali CaLK. Entitas Pelaporan maupun Entitas Akuntansi menyusun Laporan Keuangan tersebut, kecuali LPSAL dan LAK, hanya disusun oleh Entitas Pelaporan. Setiap unsur Laporan Keuangan tersebut akan dijelaskan lebih lanjut dalam Lampiran II sampai dengan Lampiran VIII Peraturan Walikota ini.

- 3 - F. PENGAKUAN Pengakuan diwujudkan dalam pencatatan jumlah uang terhadap pos Laporan Keuangan yang terpengaruh oleh kejadian atau peristiwa terkait. Kriteria minimum yang perlu dipenuhi oleh suatu kejadian atau peristiwa untuk diakui sebagai transaksi, yaitu: 1. terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan kejadian atau peristiwa tersebut akan mengalir ke luar dari atau masuk ke dalam Entitas Pelaporan yang bersangkutan; dan 2. kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur atau dapat diestimasi dengan andal. G. PENGUKURAN Dalam Pengukuran khusus untuk penerimaan atau pengeluaran yang dilakukan sekaligus di muka, digunakan revenue/expense approach. H. PENGUNGKAPAN PENUH (FULL DISCLOSURE) Laporan Keuangan harus menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna secara lengkap. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna Laporan Keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face) Laporan Keuangan atau CaLK. I. KOREKSI Koreksi adalah tindakan pembetulan secara akuntansi agar akun/pos yang tersaji dalam Laporan Keuangan entitas menjadi sesuai dengan yang seharusnya. J. PRINSIP AKUNTANSI 1. Basis Akuntansi Basis Akuntansi yang digunakan adalah Basis Akrual. Sedangkan LRA mengikuti basis yang digunakan pada proses penganggaran.

- 4-2. Periodisitas Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan Entitas Pelaporan perlu dibagi menjadi Periode Pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan dibandingkan serta ditentukannya posisi sumber daya yang dimiliki. Periode utama yang digunakan sebagai Periode Pelaporan adalah 1 (satu) tahun anggaran, namun dapat pula digunakan periode yang lebih pendek dari 1 (satu) tahun anggaran bila diperlukan. Oleh karena itu, meskipun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah diterbitkan dalam periode 1 (satu) tahun, Laporan Keuangan interim dapat diterbitkan untuk periode 1 (satu) bulan, triwulan atau semester. 3. Nilai Historis Nilai historis yaitu nilai sumber daya yang diserahkan atau kewajiban yang timbul untuk memperoleh Aset atau jasa. Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain karena lebih obyektif dan dapat diverifikasi. Dalam hal tidak terdapat nilai historis, dapat digunakan nilai wajar Aset atau kewajiban terkait. 4. Substansi Mengungguli Bentuk Formal Suatu transaksi akan dilaporkan berdasarkan dampak ekonomisnya dibanding kondisi formalnya. Seperti transaksi belanja barang yang ternyata digunakan untuk membeli barang modal, maka Aset yang diperoleh akan dibukukan sebagai aset tetap. Kondisi transaksi tersebut secara formal adalah belanja barang tetapi substansinya adalah dicatat sebagai aset tetap. 5. Konsistensi Perlakuan Akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa dari periode ke periode oleh suatu Entitas Pelaporan (prinsip konsistensi internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu metode Akuntansi ke metode Akuntansi yang lain. Metode Akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru mampu memberikan informasi yang lebih baik dibanding metode yang lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode ini diungkapkan dalam CaLK.

- 5-6. Realisasi Bagi pemerintah, pendapatan Basis Kas yang tersedia yang telah diotorisasikan melalui anggaran pemerintah suatu periode Akuntansi akan digunakan untuk membayar utang dan Belanja dalam periode tersebut. Mengingat LRA masih merupakan laporan yang wajib disusun, maka pendapatan atau belanja Basis Kas diakui setelah diotorisasi melalui anggaran dan telah menambah atau mengurangi kas. 7. Wajar Dalam rangka penyajian Laporan Keuangan secara wajar, faktor pertimbangan sehat diperlukan bagi penyusun Laporan Keuangan ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidakpastian seperti itu diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan Laporan Keuangan. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga Aset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah agar Laporan Keuangan menjadi tetap netral dan andal. K. ASUMSI DASAR 1. Kemandirian Entitas Asumsi kemandirian entitas, berarti bahwa: a. setiap unit organisasi dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan Laporan Keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antar unit instansi pemerintah dalam pelaporan keuangan. b. adanya kewenangan entitas untuk menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan tanggung jawab penuh. c. Entitas bertanggung jawab atas pengelolaan Aset dan sumber daya di luar neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya, termasuk atas kehilangan atau kerusakan Aset dan sumber daya dimaksud, utang-piutang yang terjadi akibat keputusan entitas, serta terlaksana atau tidak terlaksananya program yang telah ditetapkan.

- 6-2. Kesinambungan Entitas Laporan Keuangan disusun dengan asumsi bahwa Entitas Pelaporan akan berlanjut keberadaannya dan tidak direncanakan akan dilikuidasi dalam jangka pendek. 3. Keterukuran Dalam Satuan Uang Laporan Keuangan Entitas Pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang agar dapat dilakukan analisis dan pengukuran dalam Akuntansi. L. KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN 1. Relevan Laporan Keuangan disebut relevan jika informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu. Dengan demikian, informasi Laporan Keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Informasi yang relevan memenuhi karakterisitik: a. Memiliki Manfaat Umpan Balik (feedback value) Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu. b. Memiliki Manfaat Prediktif (predictive value) Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini. c. Tepat Waktu Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan. d. Lengkap Informasi Akuntansi Keuangan pemerintah disajikan secara lengkap dan jelas, mencakup semua informasi Akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dengan memperhatikan kendala yang ada.

- 7-2. Andal Informasi yang andal memenuhi karakteristik: a. Penyajian Jujur Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. b. Dapat Diverifikasi (verifiability) Informasi yang disajikan dalam Laporan Keuangan dapat diuji, dan jika pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh. c. Netralitas Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu. 3. Dapat Dibandingkan Laporan Keuangan dapat dibandingkan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan jika suatu entitas menerapkan Kebijakan Akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan Kebijakan Akuntansi yang sama. 4. Dapat Dipahami Laporan Keuangan harus dapat dipahami oleh pengguna yang memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi Entitas Pelaporan dan memiliki kemauan untuk mempelajari informasi yang dimaksud. M. KENDALA INFORMASI Kendala informasi Akuntansi dan Laporan Keuangan merupakan setiap keadaan yang tidak memungkinkan terwujudnya kondisi yang ideal dalam mewujudkan informasi Akuntansi dan Laporan Keuangan yang relevan dan andal, meliputi: 1. Materialitas Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar Laporan Keuangan.

- 8-2. Pertimbangan Biaya dan Manfaat Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya. Oleh karena itu, Laporan Keuangan pemerintah tidak semestinya menyajikan segala informasi yang manfaatnya lebih kecil dari biaya penyusunannya. 3. Keseimbangan Antar Karakteristik Kualitatif Keseimbangan antar karakteristik kualitatif merupakan masalah pertimbangan profesional untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan normatif yang diharapkan dipenuhi oleh Laporan Keuangan pemerintah. N. PENERBITAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan dianggap sudah diterbitkan jika sudah diserahkan ke Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk diaudit. O. KONVERSI Jika dalam proses penganggaran dan pelaporan keuangan masih terdapat perbedaan akun yang digunakan, maka untuk keperluan penyusunan Laporan Keuangan perlu melakukan konversi atas akun pelaksanaan anggaran yang berbeda dengan yang digunakan dalam BAS sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Walikota tentang Sistem Akuntansi Pemerintahan. WALIKOTA TANGERANG SELATAN, ttd AIRIN RACHMI DIANY