Berpaling Ketika Senang, Berputus Asa Ketika Susah

dokumen-dokumen yang mirip
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

KAYA TAPI ZUHUD. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. (Dosen PKn dan Hukum FIS UNY)

Al-Wadud Yang Maha Mencintai Hamba-Hamba-Nya Yang Shaleh

??????????????????????????????????????????????? :????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

yuslimu-islaman. Bukti ketundukan kepada Allah SWT itu harus dinyatakan dengan syahadat sebagai sebuah pengakuan dalam diri secara sadar akan

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.1 Nabi Adam AS.

Jika kamu mengikuti kebanyakan manusia di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. [Q.S. 6 : 116]

Kematian Lebih Baik Bagi Seorang Mukmin

Mengimani Kehendak Allah

S U R G A. Diterjemahkan dari: Where do I Start oleh Bint. Mhahmood Islam4Kids.com. Alih Bahasa: Ummu Abdullah

lagi. Allah tidak akan mengampuni pelakunya dan Allah pasti akan

SIKAP MUSLIM MENGHADAPI MUSIBAH. Ust. H. Ahmad Yani, MA. Kondisi Manusia Menghadapi Musibah

???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

Sengsara membawa Nikmat (Buah dari Kesabaran) Oleh: Estu Miyarso

Meraih Kebahagiaan Hakiki dengan Syukur, Sabar, dan Istighfar

Bahaya Zina dan Sebab Pengantarnya

FATWA-FATWA LEMBAGA TETAP UNTUK RISET ILMIAH DAN FATWA, KERAJAAN SAUDI ARABIA :

BAB IV ANALISIS RISIKO KUFUR NIKMAT

Dosa-Dosa Yahudi di Sepanjang Sejarah

= DAILY MOTIVATION SKILL = disampaikan oleh

BAB 2 ISLAM DAN SYARIAH ISLAM OLEH : SUNARYO,SE, C.MM. Islam dan Syariah Islam - Sunaryo, SE, C.MM

Kisah Kaum 'Aad. Khutbah Pertama:

TALIM MADANI #12 IMAN KEPADA ALLAH (PERBEDAAN MALAIKAT DAN MANUSIA)

Al-Matiin, Yang Maha Kokoh

E٤٢ J٣٣ W F : :

Chapter 1 Yuk, Kenalan Sama Syukur!

Bab 1 Hakikat Puasa. Kewajiban Puasa Ramadhan Kewajiban puasa Ramadhan disebutkan oleh Allah Swt di dalam irman-nya:

Menerima dan Mengamalkan Kebenaran

Motivasi Agar Istiqomah

Mengusir Asap? Allah Yang Meniupkan Angin dan Menurunkan Hujan

Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

Nama : Irma wati Kelas : XI IPA 2 Matpel : Pend. Agama Islam

"SABAR ANUGERAH TERINDAH"

Penyakit Lupa dan Lalai

Tegakkan Shalat Dengan Berjamaah

3 Wasiat Agung Rasulullah

?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

KESABARAN DI BULAN KEMULIAAN. Oleh: A.B.E. Miyarso

Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang bukan urusan kami (tidak ada contohnya) maka (amalan tersebut) tertolak (Riwayat Muslim)

Tuduhan Bahwa Berpegang Terhadap Agama Penyebab Kemunduran Kaum Muslimin

" Katakanlah : Itu dari (kesalahan) kalian sendiri" [Ali Imran : 165]

Khutbah Jum'at. Memaafkan Sesama Sebelum Ramadhan Tiba. Bersama Dakwah 1

Khutbah Jum'at. Taubat. Bersama Dakwah 1

Menjauhi Dosa Sihir dan Cara Terleas dari Pengaruhnya


Surat Untuk Kaum Muslimin

Doakan Orang Lain, Malaikat Mendoakanmu

Khutbah Jum'at. Hukum & Bahaya Minuman Keras. Bersama Dakwah 1

Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan

MENGIKUTI HAWA NAFSU

Melanggengkan Ketaatan Pasca Ramadhan

BAB IV PERILAK TERPUJI

Kewajiban berdakwah. Dalil Kewajiban Dakwah

?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

Beramal Untuk Bekal Hari Pembalasan

Sucikan Diri Benahi Hati

A. PENGERTIAN Kalimat tayyibah artinya adalah perkataan atau lafadz yang baik, yang berisi pengagungan Allah SWT. B. JENIS 1. Takbir Allahu Akbar,

Ebooks. ا ا ا ل ال

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan

Mensyukuri Nikmat Al Quran

Memahami Takdir Secara Adil

Luasnya Rahmat (kasih sayang) Allah Subhanahu wa Ta ala

*** Tunaikanlah Amanah

Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada (Al-Hajj: 46).

Mengapa Kita Harus Berdakwah? [ Indonesia Indonesian

Bertakwa Kepada Allah dalam Kehidupan Bertetangga

Hujan, Nikmat Yang Dikufuri

KISI KISI SOAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS UTS GENAP KELAS VII (TUJUH) (untuk memperkaya wawasan WAJIB BACA BUKU PAKET)

OLAH RAGA DALAM PANDANGAN ULAMA. Abdullah Al-Baatil

Islam Adalah Agama Wahyu

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

Disebarluaskan melalui: Maktabah Raudhah Al-Muhibbin

ALASAN MEREKA YANG ENGGAN BERJILBAB

Kaidah Memahami Tauhid

Takwa dan Keutamaannya

Seribu Satu Sebab Kematian Manusia

Mendidik Anak dengan Teladan Shaleh

Diary 1. Ujian Perhiasan Kehidupan

Mengenal Allah SWT Tuhan Semesta Alam

EFEK KESEHARIAN TAKWA


!!" #$ % &' &()*+&, -./ +0 &'!1 2 &3/" 4./" 56 * % &' &()*+&, " "# $ %! #78*5 9: ;<*% =7" >1?@*5 0 ;A " 4! : B C*5 0 D % *=75E& 2 >1?@* "/ 4!

Memacu Diri Agar Istiqomah Beribadah

Mentadabburi Nama Allah Ar-Razzaq

Disebarluaskan melalui: website: Januari, TIDAK untuk tujuan KOMERSIL

SEBAB SEBAB KELAPANGAN HATI

Metode Bijak Memperbaiki Aib

JIKA WAKTU TERSIA-SIAKAN..

"Ada kisah yang sangat menarik dan mengandung banyak pelajaran dari kepulangan ust. Abu Anshar," cerita ust. Hamdani kepada saya.

Hidayah Adalah Karunia Ilahi

WtÜ TÄÅtwç. TÄÅtwçËá _ áàm PHK BUKAN AKHIR DARI SEGALANYA

: :

: :

TATA URUTAN AMALAN. taklid buta yang hanya mengandalkan tradisi para leluhur tanpa diiringi

10 Cara Sukses dalam Islam

Disebarluaskan melalui: website: TIDAK untuk tujuan KMERSIL

Ramadhan dan Taubat Kepada Allah

Apakah zuhud itu sebenarnya?

Transkripsi:

Bab 1 Berpaling Ketika Senang, Berputus Asa Ketika Susah Allah Swt menggambarkan keadaan manusia dalam menghadapi realitas kehidupan bernama senang dan susah di dalam firman-nya berikut ini. Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia dan membelakang dengan sikap Senang-Susah It s Okay ~ 1 ~

yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa. (QS. Al-Israa [17]: 83) Keadaan manusia menurut ayat itu ialah berpaling ketika senang dan berputus asa ketika susah. Siapakah mereka itu, para pembaca? Dan apa yang dimaksud dengan berpaling ketika senang dan berputus asa ketika susah? Di dalam Tafsir Al-Qurthubi dinyatakan bahwa itu adalah keadaan orang-orang yang tidak beriman kepada Alquran. Sifat mereka ketika diberi kesenangan adalah berpaling. Yang dimaksudkan berpaling di ayat itu ialah tidak mau memikirkan ayat-ayat Allah, mengingkari nikmat-nikmat-nya, dan juga tidak mau melaksanakan hak-hak Allah. Sedangkan kalau mendapat kesusahan, mereka berputus asa karena tidak percaya kepada anugerah Allah Swt. Sementara di dalam Tafsir Ibnu Katsir ditandaskan bahwa ayat itu menggambarkan kekurangan manusia dalam dua keadaan, senang dan susah. Ketika diberi nikmat yang bermacam-macam, manusia tidak mau taat dan beribadah kepada Allah serta menjauh dari- Nya. Sedangkan apabila ditimpa kesusahan, manusia berputus asa. Yakni tak ada harapan lagi untuk kembali memperoleh kebaikan setelah datangnya kesusahan. Pembaca, keadaan manusia seperti digambarkan oleh ayat tadi bisa dilihat di masyarakat saat ini. Orang-orang yang maksiat ketika senang dan berputus asa tatkala susah itu dapat kita temui di masyarakat. Meskipun orang-orangnya ternyata mengaku telah ~ 2 ~ Achmad Sjamsudin

beriman kepada Allah, tapi perbuatannya sama sekali tidak mencerminkan seorang mukmin. Coba kita lihat pemandangan orang-orang yang mengaku beriman itu. Bagaimana perilakunya? Apakah yang dia lakukan pada saat diberi kehidupan yang serba ada, cukup, atau glamor? Benarkah dia seorang mukmin? Kalau iya, mengapa kok masih maksiat? Di manakah imannya ketika dia pergi ke diskotik, menikmati tarian telanjang, berzina, mabuk, mencuri, dan korupsi? Di manakah imannya? Di manakah kemukminannya? Sungguh memprihatinkan sekali melihat keadaan manusia yang berpaling dari Allah itu ada di depan mata. Mereka berpaling dari taat kepada Allah yang memberi nikmat. Duit banyak yang mereka terima dari Allah dipakai bersenang-senang dalam arti melanggar larangan Allah: zina, mabuk, korupsi, mengumbar aurat, dan lain-lain. Demikian pula ketika susah. Banyak orang yang mengaku mukmin tidak shalat, putus asa, menjauh dari Allah yang katanya diimani, dan bahkan sampai bunuh diri. Contoh sederhana yang mungkin masih kita lakukan. Ketika suatu saat keinginan yang kita mintakan kepada Allah belum tercapai, kadang kita malas untuk tetap shalat tahajud seperti pada waktu pertama kalinya. Pada saat alarm handphone sudah berbunyi tepat pukul 02.00 WIB, sempat terlintas di hati seakan-akan sudah tidak butuh berdoa. Sebab, keinginannya merasa tidak terpenuhi. Masya Allah. Semoga kita tidak memiliki lintasan pikiran seperti itu. Astaghfirullahaladzim. Senang-Susah It s Okay ~ 3 ~

Janganlah Allah didatangi hanya karena kita mempunyai keinginan! Keadaan yang sudah saya gambarkan di atas sepertinya sudah melekat pada diri manusia. Ketika dalam keadaan susah, dia memohon pertolongan kepada Allah. Begitu sudah keluar dari kesusahannya, dia lupa seakan tidak pernah minta tolong. Dan apabila suatu ketika ditimpa kesusahan lagi, dia berputus asa. Kita sangat prihatin melihat keadaan orang-orang beriman yang memakai nikmat Allah untuk berzina, mabuk, korupsi, ataupun mengumbar aurat. Kita pun prihatin sekali menyaksikan banyak orang mukmin yang menggunakan musibah sebagai alasan untuk tidak shalat, putus asa, dan bahkan sampai bunuh diri. Mengapa kita harus prihatin, para pembaca? Ya, karena yang namanya iman yang benar itu harus mengandung tiga unsur sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah saw. Dari Ali bin Abi Thalib berkata, Rasulullah saw bersabda: Iman itu adalah pengakuan dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan dikerjakan dengan anggota badan. (HR. Ibnu Majah) Orang-orang yang masih berbuat maksiat ketika diuji Allah dengan kesenangan dan kesusahan, berarti imannya belum benar. Sebab, perbuatannya bertentangan dengan pengakuan dan ucapannya. Mereka belum membuktikan pengakuan dan ucapannya dengan perbuatan-perbuatan yang baik. Ibaratnya, iman mereka hanya di bibir saja (lip service). KH Zainuddin MZ juga pernah mengumpamakan bahwa imannya orang-orang yang masih suka maksiat ~ 4 ~ Achmad Sjamsudin

itu ditaruh di dalam laci. Dipakai pada saat di rumah saja. Begitu keluar rumah, imannya tidak dibawa ke mana pun ia pergi. Kalau saja imannya selalu dibawa serta, insya Allah seseorang tidak akan berbuat maksiat. Seandainya ketika senang iman selalu ikut serta, maka dia tidak akan mengumbar pandangan, membuka aurat, mabuk-mabukan, berzina, ataupun korupsi. Demikian juga, apabila iman selalu dibawa serta pada waktu susah, maka seseorang tidak bakal meninggalkan shalat, putus asa, maupun bunuh diri. Dengan demikian, keadaan manusia yang berpaling ketika senang dan berputus asa ketika susah itu memang berkaitan dengan keimanan. Al-Qurthubi dan Ibnu Katsir tadi sudah menyebutkan itu adalah keadaan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah Swt. Bahkan, Tafsir Jalalain lebih tegas lagi bahwa itu memang keadaan orang-orang kafir. Demikian pula, keadaan orang-orang zaman sekarang. Keadaan memprihatinkan itu pun karena keimanan yang tidak benar. Iman kepada Allah ialah mengakui bahwa Dialah yang menciptakan makhluk, memiliki mereka, menghidupkan dan mematikan mereka, memberi manfaat dan mudharat kepada mereka, mengabulkan doa mereka ketika dalam bahaya, berkuasa atas mereka, serta memberi dan menolak mereka. Iman kepada Allah berarti meyakini bahwa menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah Swt sebagaimana dinyatakan di dalam firman-nya,... Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. (QS. Al-A raaf [7]: 54) Senang-Susah It s Okay ~ 5 ~

Keyakinan semacam itu disebut tauhid rububiyah. Dan termasuk tauhid rububiyah juga adalah iman kepada qadarnya Allah Swt. Yaitu percaya bahwa semua yang terjadi atas pengetahuan (ilm), kehendak (iradah), dan kekuasaan (qudrah) Allah Swt. Dengan ungkapan lain, tauhid rububiyah ialah pengakuan bahwa Allahlah pelaku mutlak di alam ini. Dari pengertian tauhid rububiyah itu, konsekuensinya adalah percaya bahwa senang dan susah itu berasal dari Allah dan merupakan ujian dari-nya. Nah, orangorang yang berpaling ketika senang dan berputus asa ketika susah, imannya sudah tidak sesuai dengan tauhid rububiyah tadi. Keadaannya seperti itu, karena dia salah dalam memandang senang dan susah. Dia meyakini senang-susah bukan dari Allah dan juga bukan merupakan ujian. Manusia menganggap kesenangan yang diraihnya karena ilmunya semata, sehingga dia berbuat semau gue. Begitu pula, dia menganggap kesusahan yang sedang menimpanya adalah kesalahannya, sehingga dia meratapi terus-menerus sampai akhirnya berputus asa. Seakan-akan di dalam senang dan susahnya tidak ada Allah. Dia tidak menggunakan iman di dalam memandang senang dan susah. Maka itu, keadaan manusia yang berpaling ketika senang dan berputus asa ketika susah tersebut bisa diubah dengan orientasi akidah yang benar tentang senang-susah atau nikmat-musibah. Ya, pemahaman keliru mengenai senang-susah itu harus diubah. ~ 6 ~ Achmad Sjamsudin

Bab 2 Meletakkan Fondasi Akidah Ujian Ujian Hanya Musibah? Gambaran orientasi akidah yang salah mengenai nikmat dan musibah pernah saya temukan ketika saya memberikan pengajian karyawan di sebuah pusat perbelanjaan di Surabaya, Mei 2011. Pada kesempatan itu, saya mengajukan dua pertanyaan yang berbeda. Pertanyaan pertama saya berikan kepada Sales Promotion Boy (SPB) yang duduk di depan saya. Mas, bagaimana Anda melihat semua yang sekarang diterima oleh Briptu Norman Kamaru? Itu nikmat, Pak! Senang-Susah It s Okay ~ 7 ~

Lalu, bagaimana Anda memandang nikmat itu? tanya saya sekali lagi. Cowok ganteng itu diam. Dia tidak bisa memberikan jawaban. Lalu, saya kembali melontarkan pertanyaan kedua. Kali ini, saya berikan kepada salah seorang Sales Promotion Girl (SPG) yang juga duduk di depan saya. Mbak, Anda pernah kena musibah? Ya, jawab SPG itu menganggukkan kepala. Bagaimana Anda memaknai musibah yang pernah menimpa diri Anda itu? timpal saya lagi. Ya, saya menganggapnya sebagai ujian! jawabnya mantap. Itulah gambaran kita selama ini terhadap nikmat dan musibah. Tatkala diminta untuk menilai nikmat kepintaran, popularitas, maupun jabatan, kita tidak bisa memberikan pandangan bahwa itu adalah ujian dari Allah. Kita menganggap seakan-akan nikmat itu bukan suatu ujian! Demikian pula, ketika diminta untuk memaknai musibah, kita pasti akan memandang musibah tersebut sebagai ujian dari Allah Swt. Tidak salah apabila kita berpandangan seperti itu. Sebab, pandangan itu memang sudah kita terima secara turun-temurun. Musibah atau yang tidak enak-enak itu pasti akan diyakini sebagai ujian. Nikmat dan Musibah Berasal dari Allah ~ 8 ~ Achmad Sjamsudin

Pembaca, ketahuilah bahwa Islam telah memberikan pandangan yang benar tentang nikmat dan musibah. Marilah kita perhatikan dua firman Allah berikut ini. Dua firman Allah yang bakal membuat kita semua terkesima. Pertama, firman Allah yang terdapat di dalam QS. An-Naml (27) ayat 40. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab: Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia. Kedua, firman Allah yang terdapat di dalam QS. Al- Baqarah (2) ayat 155. Senang-Susah It s Okay ~ 9 ~

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Dari dua firman Allah tersebut, kita mendapatkan pelajaran tauhid yang amat penting. Pelajaran tauhid yang dimaksud ialah keyakinan yang kuat bahwa nikmat dan musibah itu hakikatnya berasal dari Allah Swt. Nikmat berasal dari Allah ditunjukkan oleh QS. An-Naml (27): 40, yaitu ungkapan Nabi Sulaiman AS di dalam ayat, Ini termasuk karunia Tuhanku. Sedangkan musibah hakikatnya dari Allah bisa ditangkap dari QS. Al-Baqarah (2): 155. Bagaimana keyakinan bahwa nikmat dan musibah hakikatnya dari Allah itu bisa dijelaskan? Seperti ini penjelasannya. Iman kepada Allah itu kan mengakui bahwa Dialah yang menciptakan makhluk, memiliki mereka, menghidupkan dan mematikan mereka, memberi manfaat dan mudharat kepada mereka, mengabulkan doa mereka ketika dalam bahaya, berkuasa atas mereka, serta memberi dan menolak mereka. ~ 10 ~ Achmad Sjamsudin