BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter di Amerika Serikat, menjadikan negara Indonesia juga

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN UMUM BOS KETERKAITAN DENGAN RNCANA KERJA & ANGGARAN SEKOLAH (RKAS)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan

B ab I P endahuluan BAB I PENDAHULUAN

Pembiayaan Pendidikan Perspektif PP 48 Tahun 2008 dengan Perpres 87 Tahun Bahan Kajian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tolak ukur suatu pemerintahan yang berkembang,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS). Penyusunan APBS seharusnya. dilakukan dalam waktu singkat sekitar satu bulan sebelum tahun

BAB I PENDAHULUAN. dasar sekaligus kekayaan suatu bangsa, sedangkan sumber-sumber modal dan

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu hal

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN TENTANG EVALUASI PELAKSANAAN BOS TINGKAT SDN DI KABUPATEN BANJAR KERJASAMA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 5 WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu pekerjaan atau perencanaan. Mentri dalam Negeri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian Pendidikan merupakan hak setiap warga negara (UUD 1945 Pasal 29)

KOMPILASI POIN-POIN PENTING ATURAN TENTANG PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Studi tentang..., Aris Roosnila Dewi, FISIP UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin sekolah tapi terbentur dengan biaya. Anak-anak banyak yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti

Tahun), sampai saat ini pemerintah masih dihadapkan pada berbagai

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk

DORONGAN BELAJAR SISWA PASCA PEMBERIAN BOS TESIS

BAB I PENDAHULUAN. menuju pemerintahan daerah yang demokratis dan pembangunan yang

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, agar kelak nantinya berguna bagi dirinya dan masyarakat umumnya. Pendidikan

BAB IV MANAJEMEN KEUANGAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI SMK SYAFI I AKROM PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Bertaraf Internasional sejak tahun pelajaran 2008/2009 (4 tahun)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat menuntut setiap negara untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyebabnya adalah faktor ekonomi keluarga. tanpa dukungan dana yang cukup. Menurut Peraturan Pemerintah No 48, tahun

PERTEMUAN WALI KELAS DENGAN ORANG TUA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kunci dalam peningkatan taraf hidup sebuah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan. sumber daya manusia. Karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan

Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat cepat pada

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

TATA CARA PENERIMAAN MAHASISWA ASUH UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PONDOK SOSIAL KALIJUDAN PADA DINAS SOSIAL KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memenuhi amanat Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

BAB IV ANALISIS DATA STRATEGI KEPALA MADRASAH DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN. A. Pengelolaan Keuangan di MTs Miftahul Ulum Pangkalan Balai

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMANFAATAN DANA SUKARELA DI SMP N 8 MALANG. Usulan Penelitian untuk Sarjana S-2. Program Studi Magister MKPP

WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

BAB I PENDAHULUAN. Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara berusia 7-15 tahun. Sekolah) yang menyediakan bantuan bagi Sekolah dengan tujuan

I. PENDAHULUAN. aparatur pemerintah dan kalangan-kalangan yang memiliki akses kekuasaan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dikatakan sebagai sebuah kebutuhan bagi setiap orang,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resvan Friandi, 2013

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS

STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN APA, BAGAIMANA, DAN MENGAPA

BUPATI KEPULAUAN YAPEN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 19

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 98 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI GUNUNG MAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DI KABUPATEN GUNUNG MAS

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan nama ( BOS ). Menurut Duha (2015:3) Program Bantuan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KEBIJAKAN PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) Tahun Kementerian Pendidikan Nasional Jakarta, 2011

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis.

PETUNJUK TEKNIS LOMBA TATA KELOLA BOS TINGKAT SMP

BAB I PENDAHULUAN. yang setiap tahun selalu berkembang. Perkembangan kurikulum ini dianggap

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan sekolah adalah salah satu bangunan atau ruang di sekolah,

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. mencetak generasi bangsa yang harus diprioritaskan. Namun masih terdapat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

I. PENDAHULUAN. Amandemen 2001) Pasal 31 ayat (1) menyatakan bahwa setiap warga negara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH. Permendikbud No 17 Tahun 2017

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP dan BUPATI CILACAP MEMUTUSKAN :

BAB I PENDAHULUAN. persoalan-persoalan tersebut di atas,melalui pembaharuan dalam sistim pendidikan

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR : 12 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PENGGANTI KOMITE

BAB I PENDAHULUAN. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan

BAB V P E N U T U P. 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang (Mardiasmo, 2009). untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat,

TUGAS a. MEMBERIKAN PERTIMBANGAN DALAM PENENTUAN DAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN TERKAIT:

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PROGRAM RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN WALIKOTA BLITAR,

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pendidikan. globalisasi adalah kondisi sumber daya manusia ( SDM ) masih relatif rendah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin pesat

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH (RKAS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia telah diatur di dalam Undang-Undang Dasar

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis moneter di Amerika Serikat, menjadikan negara Indonesia juga terkena dampaknya. Perusahaan-perusahaan besar di Negara Asia termasuk Indonesia yang bekerja sama dengan negara Amerika banyak yang gulung tikar, sehingga terjadi pemutusan hubungan kerja besar-besaran. Kemiskinan di Indonesia meningkat, program pemerintahan wajib belajar sembilan tahun tidak berhasil. Meningkatnya anak usia sekolah tidak mampu bersekolah (drop out/ putus sekolah) karena orang tua tidak mampu membiayai sekolah. Meningkatnya jumlah anjal (anak jalanan) dan banyaknya anak-anak usia sekolah (dibawah umur) menjadi pekerja karena membantu menambah penghasilan keluarga. Untuk mengatasi meningkatnya jumlah anak usia tidak sekolah, atau pendidikan wajib belajar sembilan tahun, pemerintah menetapkan kebijakan pendidikan dibidang pembiayaan atau dana pendidikan dengan SPP gratis, melalui dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) sebagai program kompensasi pengurangan BBM (PKPS-BBM). Program pemerintah yang bertujuan memberikan kemudahan bagi anak-anak yang tidak mampu untuk menikmati pendidikan secara gratis sampai dengan tingkat SMP/sederajat. Di tengah. besarnya kesulitan yang dialami masyarakat akibat kenaikan harga BBM. Langkah tersebut khususnya berupa pemberian dana kompensasi pendidikan dalam bentuk Bantuan Operasional Sekolah( BOS) yang penyalurannya langsung ditujukan ke sekolah-sekolah. Kebijakan BOS ditetapkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasonal Republik Indonesia No 37 Tahun 2010 tentang petunjuk teknis penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tahun

anggaran 2011 disebutkan (a) bahwa wajib belajar bertujuan memberikan pendidikan bagi warga negara Indonesia untuk dapat mengembangkan potensi dirinya agar dapat hidup mandiri dalam masyarakat dan melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, (b) untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar sembilan tahun yang bermutu, pemerintah mengalokasikan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tahun anggaran 2011. Dalam rangka melaksanakan ketentuan Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional pasal 34 ayat (2) Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan pada ayat (3) menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat, pada ayat (4) disebutkan sangat jelas bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Konsekuensi dari amanat Undang-Undang tersebut pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP) serta satuan pendidikan lain yang sederajat. Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional perlu menetapkan PP No 47 tahun 2008, Bab VI tentang penjaminan wajib belajar bahwa : (1) Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya program wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, (2) Warga negara Indonsia yang berusia enam tahun dapat mengikuti program wajib belajar apabila daya tampung satuan pendidikan masih memungkinkan,(3) Warga negara Indonesia yang berusia diatas 15 tahun (lima

belas) tahun dan belum lulus pendidikan dasar dapat menyelesaikan pendidikannya sampai lulus atas biaya Pemerintah dan/atau Pemerintah daerah, (4) Warga negara Indonesia usia wajib belajar yang orang tua walinya tidak mampu membiayai pendidikan Pemerintah dan/atau pemerintah daerah wajib memberikan bantuan biaya pendidikan sesuai peraturan perundang-undangan. Harapan Pemerintah dengan menurunkan kebijakan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) tidak sebagus yang diharapkan. Kebijakan Pemerintah tentang sekolah gratis, menimbulkan persoalan baru di lapangan antara lain, pencairan dana BOS yang telambat, dana yang diterimakan dengan proposal yang diajukan tidak seimbang. Proposal yang diajukan SMP Negeri 8 sesuai dengan RAKS sejumlah 1081siswa sebesar Rp.81.075.000,00 setiap bulan sedangkan dana yang diterima dari dana BOS sebesar Rp.51.888.000,00 setiap bulan, bantuan BOSDA (BOS Daerah) sebesar Rp.10.810.000,00 sehingga jumlah anggaran seluruhnya sebesar Rp.62.698.000,00. Dana yang dianggarkan di RAKS dengan dana yang diterima sekolah terdapat kekurangan sebesar Rp.18.377.000,00 setiap bulan. Dampak dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang tidak memenuhi kebutuhan operasional sekolah melalui kebijakan kepala sekolah beberapa program sekolah dihapus di antaranya program peningkatan mutu guru dan siswa di antaranya membatasi pengiriman jumlah guru mengikuti workshop, seminar, diklat pengembangan profesional karena keterbatasan dana. Mengurangi jumlah loka karya yang di programkan sekolah menjelang awal semester sebagai persiapan kegiatan proses pembelajaran semester gasal atau semester genap. Mengurangi frekuensi bimbingan belajar dalam satu semester termasuk mengurangi kegiatan pengembangan diri siswa terutama kegiatan test IQ dan

kegiatan ESQ serta kegiatan ekstrakurikuler. Untuk menyesuaikan anggaran yang terbatas pengurangan jumlah cabang ekstrakurikuler dari 17 cabang menjadi 12 cabang ekstrakurikuler, mengurangi jumlah pelatih dan jumlah frekuensi latihan sehingga terjadi ketidakseimbangan antara jumlah pelatih dan peserta ekstrakurikuler. Kondisi seperti ini akan menurunkan prestasi pengembangan diri, hal ini sama artinya tidak menyukseskan Peraturan Mendiknas No. 24 tahun 2006 diantaranya bahwa satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah yang kemudian dipopulerkan dengan KTSP. Didalam KTSP, struktur kurikulum dikembangkan mencapai tiga komponen, yaitu: Matapelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri. Komponen pengembangan diri merupakan komponen yang relatif baru dan berlaku untuk dikembangkan pada semua jenjang pendidikan. Adapun tujuan pengembangan diri adalah membekali siswa tidak hanya keilmuan tetapi juga mandiri dengan harapan nantinya siswa dapat membuka usaha secara mandiri atau menciptakan lapangan kerja sendiri. Berdasarkan PPRI No. 48 tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan pasal 49 ayat (1) Masyarakat di luar penyelenggara dan satuan pendidikan yang didirikan masyarakat serta peserta didik atau orang tua/walinya dapat memberikan sumbangan pendidikan secara sukarela dan sama sekali tidak mengikat satuan pendidikan, (2) Sumbangan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat satu dilakukan dan dipertanggung jawabkan secara transparan kepada pemangku satuan pendidikan. PPRI No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan Bab IX standar pembiayaan ayat tiga, bahwa biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik (masyarakat) untuk bisa mengikuti proses

pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 37 tahun 2010 bahwa BOS tidak menghalangi peserta didik, orang tua yang mampu atau walinya memberikan sumbangan sukarela yang tidak mengikat kepada sekolah. Sumbangan sukarela dari orang tua siswa harus bersifat ikhlas, tidak terikat waktu dan tidak ditetapkan jumlahnya serta tidak adanya intimidasi bagi yang tidak menyumbang. Berdasarkan kebijakan tersebut kepala sekolah mengeluarkan kebijakan tentang sumbangan sukarela dari wali murid atau orangtua peserta didik dan masyarakat yang akan dimanfaatkan untuk tujuan menunjang dana BOSNAS mendanai program sekolah yang tidak didanai oleh dana BOSNAS dan BOSDA dalam meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi di SMP Negeri 8 Malang. B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Program apakah yang ditentukan dalam implementasi kebijakan pemerintah dalam pemanfaatan dana sukarela di SMP Negeri 8 Malang? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi implementasi kebijakan pemerintah dalam pemanfaatan dana sukarela di SMP Negeri 8 Malang? 3. Bagaimanakah implementasi kebijakan pemerintah dalam pemanfaatan dana sukarela di SMP Negeri 8 Malang?

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendiskripsikan program yang ditentukan dalam kebijakan pemerintah dalam mendukung tujuan utama penelitian 2. Mendiskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan pemerintah dalam pemanfaatan dana sukarela di SMP N 8 Malang. 3. Mendiskripsikan sejauh mana pengaruh implementasi kebijakan pemerintah dalam pemanfaatan dana sukarela di SMP N 8 Malang. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat (kontribusi) pemikiran yang ilmiah tentang implementasi kebijakan pemerintah dalam pemanfaatan dana sukarela di SMP Negeri 8 Malang sebagai berikut : 1. Kepala Sekolah Sebagai bahan dasar pertimbangan dalam penentuan kebijakan mengenai sumber atau pembiayaan program sekolah. 2. Tim penyusun RAKS Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program-program kebijakan menganai sumber dana atau pembiayaan. 3. Bendahara Sebagai bahan pertimbangan dalam menganggarkan setiap program sekolah yang sudah ditentukan dalam RAKS.

4. Kurikulum Sebagai bahan dasar pertimbangan dalam memecahkan masalah yang terkait dengan faktor-faktor implementasi kebijakan pemerintah dalam pemanfaatan dana sukarela. 5. Komite sekolah Sebagai bahan pertimbangan sosialisasi program sekolah dalam hal penggalian sumber dana sekolah. 6. Pengembangan Ilmu Pengetahuan Penggalian sumber dana sukarela dari masyarakat untuk membiayai program sekolah di luar tanggungan dana BOSNAS dan BOSDA.. E. Batasan Istilah Agar tidak menimbulkan salah pengertian atau penafsiran, istilah- istilah yang perlu dijelaskan sebagai berikut ini: 1. Kebijakan adalah serangkaian pilihan yang kurang lebih berhubungan (termasuk keputusan tidak berbuat) yang dibuat oleh badan-badan atau kantor-kantor pemerintah. Oleh karena itu suatu kebijakan memuat 3 (tiga) elemen yaitu (1) identifikasi tujuan yang akan dicapai, (2) taktik atau strategi dari berbagai langkah dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan, (3) penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata dari taktik atau strategi, ( William Dunn, 1995). 2. Implementasi kebijakan merupakan rangkaian proses penerjemahan dari kebijakan yang direspon berupa aksi/tindakan para pelaku kebijakan secara konsisten dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran yang telah

digariskan oleh kebijakan itu sendiri (Tangkilisan, 2000: 2) dalam Agus Krisno Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan tujuan implementasi kebijakan adalah untuk menetapkan arah agar tujuan kebijakan dapat direalisasikan sebagai hasil kegiatan organisasi (Wibawa, 1990) dalam Agus Krisno 3. Dana yang diperoleh dari masyarakat atau wali murid yang bersifat tidak mengikat baik waktu maupun jumlah dana ini bersifat sukarela,sumbangan suka rela harus bersifat ikhlas, tidak terikat waktu dan tidak ditetapkan jumlahnya serta tidak ada intimidasi bagi yang tidak menyumbang sehingga perolehan dana ini dalam waktu tiap bulan jumlah yang terkumpul bervariasi (Permendiknas No 37 Th 2010).