KEBIJAKAN UMUM KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN PENYEDIAAN ALOKASI ANGGARAN PENANGGULANGAN BENCANA DALAM oleh: Drs. Horas Maurits Panjaitan, MEc.Dev (Kasubdit Anggaran Daerah Wilayah II, DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH) Jakarta, 13 Oktober 20141 KEUANGAN DAEARAH (PP No 58/2005) AZAZ UMUM : 1. Disusun sesuai Urusan yang menjadi Kewenangan Daerah. 2. Ber pada RKPD dalam rangka Mewujudkan Pelayanan Kepada Masyarakat. 3. Merupakan fungsi otorisasi perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. 4. Harus ditetapkan dengan PERDA. semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang KEBIJAKAN PENGANGGARAN BELANJA UNTUK KEBUTUHAN TANGGAP DARURAT BENCANA (Pasal 162 ayat (8) diubah dan ayat (8a), (8b) dan (8c) ditambah) Permendagri 21 Tahun 2011 Belanja untuk kebutuhan tanggap darurat bencana dilakukan dengan pembebanan langsung pada Belanja Tidak Terduga. Penggunaannya hanya untuk pencarian dan penyelamatan korban bencana, pertolongan darurat, evakuasi korban bencana, kebutuhan air bersih dan sanitasi, pangan, sandang, pelayanan kesehatan dan penampungan serta tempat hunian sementara. KEBUTUHAN TANGGAP DARURAT BENCANA Ka./ Ka.BPBD TUJUAN PENGGUNAAN dituangkan disampaikan RKB selaku Setelah pernyataan tanggap darurat bencana oleh Kepala Daerah, Kepala yang melaksanakan fungsi penanggulangan bencana mengajukan Rencana Kebutuhan Belanja (RKB) tanggap darurat bencana kepada selaku. 1
selaku Melakukan pencairan RKB Dana BTT ditransfer ke rekening Bendahara Pengeluaran mencairkan dana dan diserahkan kepada kepala yang melaksanakan fungsi penanggulangan bencana, paling lambat 1 (satu) hari kerja terhitung sejak diterimanya RKB; BENDAHARA PENGELUARAN /BPBD SPM-TU UANG SP2D- TU KUASA BANK Pencairannya dengan mekanisme TU dan diserahkan kepada bendahara pengeluaran yang melaksanakan fungsi penanggulangan bencana. Dicatat pada BKU tersendiri oleh Bendahara Pengeluaran pada yang melaksanakan fungsi penanggulangan bencana; Contoh format BKU : BPBD PEMERINTAH PROV/KAB/KOTA BUKU KAS UMUM BENDAHARA PENGELUARAN Ka. / Ka.BPBD menyampaikan Laporan Penggunaan No Tanggal Uraian 1 2 Kode Rekening Penerimaan Pengeluaran Saldo BUKTI SPJ SP TJB Kas di Bendahara Pengeluaran Rp - (Terbilang: - Rupiah) terdiri dari: a. Tunai Rp. - b. Saldo Bank Rp. - c. Surat Berharga Rp. - Mengetahui Pengguna Anggaran., Tanggal. Bendahara Pengeluaran Kepala yang melaksanakan fungsi penanggulangan bencana bertanggungjawab secara fisik dan keuangan; dan Pertanggungjawabannya disampaikan oleh kepala yang melaksanakan fungsi penanggulangan bencana kepada dengan melampirkan buk- buk pengeluaran yang sah dan lengkap atau surat pernyataan tanggungjawab belanja. 2
PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGGARAN KUA RPJPD PPAS NOTA KESEPAKATAN PIMPINAN DPRD DGN KDH Diacu Dibahas bersama DPRD RPJPN 20 tahun 20 tahun Diperhatikan RPJMD RPJMN Renstra Renstra dijabarkan dijabarkan K/L Diserasikan dg 1 tahun 1 tahun Musrenbang Renja RKPD RKP Renja diacu K/L diacu 1 tahun 1 tahun 1 tahun TAPD SEKDA RKA- Formulasi anggarannya berdasarkan prestasi kerja dilakukan berdasarkan capaian kinerja, indikator kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal BELANJA TIDAK TERDUGA UNTUK PASCA BENCANA RKA- RKA- Dibahas bersama Di verifikasi bersama Di setujui KDH PerKDH g Pergeseran Anggaran BTT - > Keadaan Darurat/ Bencana Alam RKA- PERDA dievaluasi PEDOMAN PENYUSUNAN RKA- TAPD RAPERDA KUA = Kebijakan Umum PPAS = Prioritas pagu anggaran sementara TAPD = Tim Anggaran Pemerintah Daerah RKA- = Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah Dibahas dan disetujui oleh DPRD Di usulkan dalam Perda g Perubahan TA berkenaan PerKDH g Perubahan Penjabaran TA berkenaan P- Di tampung dalam LRA PROVINSI TA 2014 RATA- RATA = 36.20 RASIO TERHADAP BELANJA DAERAH 0 100 200 300 400 500 600 RATA- RATA = 1.13% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% Nanggroe Aceh Darussalam 71.00 Sumatera Utara 7.50 Nanggroe Aceh Darussalam 0.5% Sumatera Barat 18.42 Sumatera Utara 0.1% 10.00 Sumatera Barat 0.5% Riau Riau 0.1% Kepulauan Riau 3.00 Kepulauan Riau 0.1% Jambi 2.00 Jambi 0.1% Bengkulu 10.91 Bengkulu 0.6% Sumatera Selatan 33.90 Sumatera Selatan 0.5% Bangka Belitung 4.62 Bangka Belitung 0.2% Lampung 6.02 Lampung 0.1% DKI Jakarta 78.64 DKI Jakarta 0.1% 113.48 0.5% Banten 5.00 Banten 0.1% Jawa Tengah 30.00 Jawa Tengah 0.2% DI Yogyakarta 10.00 DI Yogyakarta 0.3% Jawa Timur 64.05 Jawa Timur 0.4% Kalimantan Barat 5.00 Kalimantan Barat 0.1% Kalimantan Tengah 1.66 Kalimantan Tengah 0.1% Kalimantan Selatan 10.00 Kalimantan Selatan 0.2% Kalimantan Timur 20.00 Kalimantan Timur 0.1% 527.89 27.8% Sulawesi Barat 2.50 Sulawesi Barat 0.2% Sulawesi Utara 10.00 Sulawesi Utara 0.4% Gorontalo 6.38 Gorontalo 0.5% Sulawesi Tengah 5.00 Sulawesi Tengah 0.2% Sulawesi Selatan 15.00 Sulawesi Selatan 0.3% Sulawesi Tenggara 20.00 Sulawesi Tenggara 0.9% Bali 22.40 Bali 0.5% Nusa Tenggara Barat 9.00 Nusa Tenggara Barat 0.3% Nusa Tenggara Timur 17.50 Nusa Tenggara Timur 0.6% Maluku 17.50 Maluku 0.9% Maluku Utara 2.50 Maluku Utara 0.2% Papua 50.10 Papua 0.4% Papua Barat 20.00 Papua Barat 0.3% PROVINSI, KABUPATEN/KOTA TA 2014 RATA- RATA = 83.88 0 100 200 300 400 500 600 Nanggroe Aceh Darussalam 116.80 Sumatera Utara 87.60 Sumatera Barat 77.50 Riau 29.34 Kepulauan Riau 14.40 Jambi 45.60 Bengkulu 27.13 Sumatera Selatan 98.51 Bangka Belitung 16.64 Lampung 25.04 DKI Jakarta 78.64 435.75 Banten 41.86 Jawa Tengah 161.90 DI Yogyakarta 41.09 Jawa Timur 209.71 Kalimantan Barat 34.33 Kalimantan Tengah 23.11 Kalimantan Selatan 37.29 Kalimantan Timur 58.61 551.89 Sulawesi Barat 12.24 Sulawesi Utara 33.78 Gorontalo 11.23 Sulawesi Tengah 25.65 Sulawesi Selatan 75.39 Sulawesi Tenggara 42.77 Bali 41.65 Nusa Tenggara Barat 46.26 Nusa Tenggara Timur 79.86 Maluku 63.08 Maluku Utara 22.41 Papua 150.24 Papua Barat 34.46 RASIO TERHADAP BELANJA DAERAH RATA- RATA = 0.4% 0% 1% 1% 2% 2% 3% 3% 4% 4% 5% 5% Nanggroe Aceh Darussalam 0.3% Sumatera Utara 0.2% Sumatera Barat 0.4% Riau 0.1% Kepulauan Riau 0.1% Jambi 0.3% Bengkulu 0.3% Sumatera Selatan 0.3% Bangka Belitung 0.2% Lampung 0.1% DKI Jakarta 0.1% 0.5% Banten 0.2% Jawa Tengah 0.3% DI Yogyakarta 0.4% Jawa Timur 0.3% Kalimantan Barat 0.2% Kalimantan Tengah 0.1% Kalimantan Selatan 0.2% Kalimantan Timur 0.1% 4.7% Sulawesi Barat 0.2% Sulawesi Utara 0.3% Gorontalo 0.2% Sulawesi Tengah 0.2% Sulawesi Selatan 0.3% Sulawesi Tenggara 0.4% Bali 0.2% Nusa Tenggara Barat 0.4% Nusa Tenggara Timur 0.5% Maluku 0.7% Maluku Utara 0.3% Papua 0.4% Papua Barat 0.2% 3
3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 0 1,744.02 1,672.82 1,166.07 1,076.90 577.95 595.92 TREN BELANJA TIDAK TERDUGA TA 2010-2014 2,618.04 1,726.42 891.62 2,789.28 1,142.60 2,878.33 1,646.68 1,647.36 1,230.97 2010 2011 2012 2013 2014 PROVINSI, KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN/KOTA 0.60% 0.50% 0.40% 0.30% 0.20% 0.10% 0.00% 0.51% 0.39% 0.35% RASIO TERHADAP BELANJA DAERAH 0.47% 0.33% 0.28% 0.51% 0.42% 0.39% 0.54% 0.38% 0.31% 0.48% 0.28% 2010 2011 2012 2013 2014 0.34% PROVINSI, KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN/KOTA KESIMPULAN DAN SARAN Kementerian Dalam Negeri setiap tahun menerbitkan Permendagri tentang Pedoman Penyusunan yang menghimbau kepada Daerah agar menyediakan alokasi anggaran penanggulangan bencana dalam melalui dana BTT. Dana BTT dalam, dianggarkan pada Pos, dapat dijadikan sebagai dana siap pakai untuk kebutuhan tanggap darurat bencana. Untuk kebutuhan pasca bencana alam, juga dapat dilakukan melalui dana BTT dalam, namun penggunaannya harus melalui pergeseran anggaran dari BTT ke program/kegiatan masing-masing sesuai dengan tugas dan fungsinya. LANJUTAN LANJUTAN Sesuai agenda terkait pengurangan Risiko Bencana, maka diharapkan Pemerintah Daerah dapat menganggarkan alokasi dana BTT dalam, dengan penghitungan yang rasional dan memperhatikan adanya kebutuhan tanggap darurat dan potensi terjadinya bencana tertentu memi sistem perencanaan dan penganggaran daerah serta mengacu pada Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana diubah dengan permendagri Nomor 21 Tahun 2011. Penggunaan dana untuk bencana harus dibedakan berdasarkan tahap penanggulangan bencana, yaitu: pra bencana, tanggap darurat dan pasca bencana. Untuk pra bencana dapat disediakan melalui perencanaan anggaran secara normal dari, sedangkan untuk tanggap darurat dapat dilakukan melalui BTT yang telah tersedia dalam. Dalam hal pemerintah daerah tidak cukup menyediakan dana untuk bencana yang bersumber dari BTT, pemerintah daerah dapat menyediakannya melalui: a. Menggunakan dana dari hasil penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran berjalan; dan/atau b. Memanfaatkan uang kas yang tersedia. 4
5