Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA)

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh:

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Optimalisasi Kinerja Badan Usaha Milik Daerah Penyelenggara SPAM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN SUMBER MATA AIR DALAM KAWASAN HUTAN

Air minum adalah yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Forum Air Jakarta Dorong Peta Jalan Penyelamatan Air Baku

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/PRT/M/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terus menerus dengan melakukan perbaikan-perbaikan serta

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Di era otonomi daerah ini, pembangunan daerah berperan sebagai bagian. bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

2 merupakan kegiatan utama dalam penggunaan sumber daya air; c. bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya da

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam terutama dari

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. satu Balai yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

BADAN PENINGKATAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P E R U M A H A N R A K YAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

INFRASTRUKTUR AIR MINUM BERKELANJUTAN

A. Pemanfaatan Air Sungai Citarum oleh Perusahaan Daerah Air Minum Tirta. Raharja Kabupaten Bandung Berdasarkan Hukum Positif di Indonesia

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Pentingnya Pemaduserasian Pola Pengelolaan Sumber Daya Air

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

PENURUNAN AIR TAK BEREKENING (Non Revenue Water) Ir. BUDI SUTJAHJO MT Anggota BPP SPAM

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

: Penyerahan air, air minum dalam kemasan, PPN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pemberian pelayanan publik pada dasarnya dapat dibiayai melalui

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

d. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Investasi Pemerintah Daerah,

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT REGIONAL PASIGALA SEBAGAI ANTISIPASI DEGRADASI KETERSEDIAAN AIR PERMUKAAN DI KOTA PALU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

Air Bersih Tak Kunjung Tiba, Pelanggan Menangis, PDAM Angkat Tangan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 21/PMK.011/2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL TAHUN 2015 JUDUL:

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu bentuk sektor publik yang merupakan bagian dari perekonomian

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri.

KAJIAN ALTERNATIF PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA PERIKANAN DESA PAMOTAN KECAMATAN DAMPIT KABUPATEN MALANG

4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PRT/M/2015 TENTANG

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR TENTANG PELAYANAN AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PDAM Tirtawening Kota Bandung Sumber :Pambdg.co.id (di akses pada tanggal 21 Agustus 2015)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Ali Masduqi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup. Dalam. memenuhi kebutuhan dasar bagi manusia, lingkungan di sekitar kita,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Implementasi kebijakan..., Nursantiyah, FISIP UI, 2009

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki luas wilayah

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

KAJIAN KAPASITAS KABUPATEN SEMARANG DALAM MELAKUKAN PINJAMAN (STUDI KASUS : PEMDA DAN PDAM KABUPATEN SEMARANG) TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Analisis Perhitungan..., Nurhasanah, Fakultas Ekonomi 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berbagai macam kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu,

RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RISPAM) KOTA BALIKPAPAN

BAB I PENDAHULUAN. diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo. Undang-Undang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DANA PERIMBANGAN DAN PINJAMAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. sebagai badan hukum. Jika perseroan terbatas menjalankan fungsi privat dalam kegiatan

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI LEBAK,

Transkripsi:

Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA) Oleh : Benny Gunawan Ardiansyah, Peneliti Badan Kebijakan Fiskal 1. Pendahuluan Pasal 33 Undang- undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. Pasal 3 UU 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (SDA) juga menyebutkan bahwa SDA dikelola secara menyeluruh, terpadu dan berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan SDA yang berkelanjutan untuk sebesar- besar kemakmuran rakyat. Pengaturan SDA harus dilakukan secara bijaksana dan diolah secara seimbang antara pasokan dan kebutuhan. Sehingga dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pokok disamping kebutuhan strategis. Penyediaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat merupakan tugas negara (pemerintah) yang selaras dengan Millenium Development Goals (MDG). Salah satu sasaran MDG adalah dengan menetapkan pencapaian sasaran tahun 2015 berupa pengurangan proporsi jumlah penduduk yang kesulitan memperoleh akses terhadap air minum aman dan sanitasi yang memadai. Pemerintah Indonesia telah bertindak untuk memastikan kelestarian lingkungan hidup dengan target mengurangi setengah dari jumlah orang yang tidak memiliki akses air minum yang sehat pada tahun 2015. Dengan demikian, pada tahun tersebut seharusnya sebanyak 68,87% masyarakat Indonesia telah mendapatkan akses air yang aman untuk diminum. Akan tetapi, sampai dengan saat ini pencapaian baru mencapai 55%. Salah satu permasalahan pokok yang dihadapi oleh pemerintah dalam melaksanakan pengelolaan SDA adalah adanya keterbatasan dana. Kebutuhan dana tersebut adalah dalam rangka pembiayaan: pertama, pengembangan SDA untuk menyediakan air baku dalam memenuhi permintaan berbagai pihak (domestik, industri, pertanian, pembangkit energi dan lingkungan); kedua, kegiatan operasi dan pemeliharaan prasarana SDA dan sumber- sumber air; ketiga, kegiatan konservasi tanah dan air; dan keempat, komponen lain dari biaya pengelolaan SDA. Dalam peraturan perundangan yaitu Undang- undang Nomor 7 tahun 2004 tentang SDA 1

dan Peraturan Pemerintah nomor 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan SDA mengatur bahwa sumber dana untuk setiap jenis pembiayaan pengelolaannya dapat berupa anggaran pemerintah, anggaran swasta dan/atau hasil penerimaan biaya jasa pengelolaan SDA. Untuk itu, Pemerintah Indonesia melibatkan pihak ketiga dalam memenuhi kebutuhan air minum yang sehat, yaitu perusahaan yang ditugaskan untuk mengelola SDA selain bertujuan untuk mengejar keuntungan. Perusahaan pengelola SDA tersebut dapat memungut Biaya Pengelolaan SDA (BPSDA), yaitu biaya yang dibutuhkan untuk melakukan pengelolaan sumber daya air agar dapat didayagunakan secara berkelanjutan. Hasil pungutan BPSDA sepenuhnya dikembalikan untuk pengelolaan SDA. Hal ini berbeda dengan pajak air permukaan yang umumnya menjadi penerimaan umum kas daerah dan penggunaannya merupakan wewenang pemerintah daerah. BPSDA merupakan sumber penghasilan bagi perusahaan sehingga menjadi obyek pajak, baik itu berupa obyek pajak penghasilan (PPh) maupun obyek pajak pertambahan nilai (PPN). Berdasarkan ketentuan pasal 4 ayat (1) huruf e UU PPN nomor 42 tahun 2009, maka BPSDA termasuk dalam penyerahan yang terutang PPN mengingat bahwa terdapat penyerahan barang yang tidak termasuk kriteria penyerahan air bersih oleh perusahaan air minum. Sedangklan atas penjualan air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air Minum termasuk dalam Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis sehingga atas impor dan penyerahannya dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 jo Nomor 43 Tahun 2002 jo Nomor 46 Tahun 2003 jo Nomor 7 Tahun 2007 jo Nomor 31 Tahun 2007). Pemberian tax exemption (pembebasan PPN) akan mengakibatkan masalah ketika mekanismenya tidak berjalan yang berarti bahwa pajak output dibebaskan sementara pajak input tidak dapat dikreditkan. 2. Proses Bisnis Penyediaan Air Bersih Perusahaan Umum Jasa Tirta didirikan berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1970 jo Nomor 7 Tahun 2010. Perum ini berkewajiban untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam pengusahaan SDA wilayah sungai dan pengelolaan SDA di wilayah kerja masing- masing. Untuk itu, Perum Jasa Tirta diberi kewenangan memungut, 2

menerima dan menggunakan biaya jasa pengelolaan SDA untuk membiayai seluruh pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) PP Nomor 7/2010. Dalam pengelolaan SDA, skema umum yang digunakan adalah sebagai berikut : Gambar 1 Skema Penyediaan Air Bersih SDA Hulu Hilir Konsumen Akhir Pada dasarnya, perusahaan yang berada di bagian hulu, memiliki beberapa peranan, yaitu memberikan pelayanan dan penjaminan ketersediaan air; mengoperasikan dan memelihara prasarana SDA; mengoperasikan jaringan irigasi pada daerah irigas; serta memelihara sumber air. Oleh karena itu, mengingat banyaknya tugas yang merupakan fungsi pemerintah maka sebagian besar berbentuk Badan Usaha Milik Negara/BUMN (badan usaha yang sebagian atau seluruh kepemilikannya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia). Beberapa BUMN dapat pula berupa perusahaan nirlaba yang bertujuan untuk menyediakan barang atau jasa bagi masyarakat dan tidak menjadikan keuntungan (profit) sebagai tujuan utama. 3. Perkembangan Penyediaan Air Minum di Indonesia Dari total penduduk Indonesia yang diperkirakan mencapai 239 juta jiwa, kurang lebih baru 131 juta jiwa (55 persen) penduduk yang dapat terlayani air minum perpipaan yang diselenggarakan sekitar 333 PDAM. Dari jumlah tersebut, sebagian besar, 107 juta jiwa (45 persen) adalah mereka yang tinggal di perkotaan, sedangkan sisanya, 24 juta jiwa (10 persen), tinggal di pedesaan. Bagi penduduk yang belum terlayani air minum perpipaan, mereka memenuhi kebutuhannya dari mata air, sumur dalam, sumur dangkal, penampungan air hujan, dan penjaja air (water vendor) yang tidak terjamin kualitasnya. Ironisnya, masyarakat miskin yang belum terlayani sistem perpipaan harus membeli air dengan harga yang lebih mahal. 3

Selain masalah jangkauan pelayanan, persoalan penyediaan air minum di Indonesia juga menghadapi masalah kualitas pelayanan. Pada umumnya, air yang diterima masyarakat belum memenuhi standar kualitas air minum. Selain itu, tingkat konsumsi air minum pun masih rendah, yakni kurang lebih baru mencapai 14 m 3 per bulan per rumahtangga. Sementara itu tingkat kehilangan air penyelenggaraan air minum pun sangat tinggi, yakni mencapai 40 persen pada 2002 dan 37 persen pada 2004. Sejak tahun 1970, pemerintah sudah meluncurkan berbagai kebijakan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pengadaan air minum ini. Selain di bidang biaya dan permodalan, pemerintah juga pernah melansir bantuan air minum yang besarnya 60 liter per hari untuk setiap orang dengan cakupan 60 persen penduduk. Tahun 1997, ketika krisis ekonomi melanda Indonesia, kualitas dan kuantitas penyediaan air minum pun terkena imbasnya. Dapat dikatakan, pembangunan air minum mengalami stagnasi. 4. Kinerja Perusahaan Hulu Ketentuan pasal 3 UU Nomor 7 Tahun 2004 menyebutkan bahwa SDA dikelola secara menyeluruh, terpadu dan berwawasan lingkungan hidup. Pengelolaan SDA dilakukan oleh institusi yang diberi wewenang untuk melaksanakannya sesuai dengan ketentuan pasal 1 ayat 26. Sementara itu, Peraturan Pemerintah nomor 42 tahun 2008 Pasal 115-116 menyebutkan bahwa pembiayaan pengelolaan SDA (termasuk biaya operasi dan pemeliharaan) ditetapkan berdasarkan kebutuhan nyata pengelolaannya. Definisi kebutuhan nyata adalah dana yang dibutuhkan hanya untuk membiayai pengelolaan SDA agar pelaksanaannya dapat dilakukan secara wajar untuk menjamin kesinambungan fungsinya. Sumber dana untuk pembiayaan pengelolaan SDA dapat berasal dari anggaran pemerintah, anggaran swasta dan/atau hasil penerimaan biaya jasa pengelolaan yang dipungut terhadap penggunaan/pengusahaan SDA. Pendapatan usaha jenis ini sebagian besar berasal dari penjualan listrik (antara 55% s.d 70%) dan sisanya berasal dari penjualan air baku. Pada umumnya perusahaan yang bergerak di sektor hulu seperti ini menanggung misi menjaga barang publik, dalam hal ini melakukan perlindungan dan pemeliharaan SDA. Oleh karena itu, pendapatan operasional hanya mampu menutupi 20%- 30% dari seluruh biaya operasi dan pemeliharaan maksimal yang diperlukan untuk mengoptimalkan pelayanan dan 4

pelestarian fungsi prasarana dan sarana infrastruktur pengelolaan SDA. Jika hanya mengandalkan penghasilan semi komersial (penjualan air baku) maka dipastikan akan merugi, sehingga umumnya perusahaan sangat mengandalkan penghasilan komersial (penjualan energi). Berdasarkan hasil analisis laporan keuangan diketahui bahwa keuntungan yang diperoleh dari hasil pendapatan jasa dikurangi beban- beban yang diperkenankan dalam menghitung BPSDA berada di kisaran 20% yang menunjukkan tingginya tingkat profit margin seharusnya sangat cukup tinggi. 5. Kinerja Perusahaan Hilir Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai salah satu wujud Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merupakan salah satu sumber penerimaan dari sebuah pemerintahan daerah. PDAM adalah sebuah perwujudan dari peran pemerintah daerah dalam pembangunan ekonomi daerah. Akan tetapi, kinerja PDAM umumnya termasuk buruk yang berakibat pada buruknya pelayanan publik di Indonesia. Beberapa riset yang dilakukan Pusat Studi Kawasan dan Center of Population and Policy Studies Universitas Gadjah Mada pada tahun 2001 di beberapa daerah di Indonesia berhasil mengidentifikasikan budaya negatif dalam pelayanan publik di Indonesia, seperti mendahulukan kepentingan pribadi, golongan atau kelompok, adanya perilaku malas dalam mengambil inisiatif, selalu menunggu perintah atasan, acuh terhadap keluhan masyarakat dan lamban dalam memberikan pelayanan (Tarigan, 2003). Kondisi tingkat layanan PDAM seluruh Indonesia dewasa ini sangat memprihatinkan. Tingkat penyambungan air minum rata- rata nasional baru 29 persen, jauh lebih kesil dibandingkan dengan tingkat layanan listrik sudah mencapai 64 persen dan telekomunikasi yang telah mencapai 50 persen. Untuk itu diharapkan agar PDAM dapat menekan kebocoran fisik dan manajemen kurang dari 5 persen tiap tahunnya dari kondisi sekarang yang masih mencapai 20 persen. Kapasitas terpasang PDAM seluruh Indonesia dewasa ini mencapai 137 meter kubik per detik termasuk 45 persen di kota, 10 persen di desa, dan 24 persen nasional. Untuk jangka panjang PDAM difokuskan pada penambahan sambungan baru dan merestrukturisasi utang pokok Rp 1,4 triliun dan denda/bunga Rp 3,1 triliun. 5

Dewasa ini, hanya 22,82 persen dari 333 PDAM yang berada dalam kondisi keuangan sehat. Di antara 206 PDAM yang memiliki utang, 178 di antaranya tidak lancar membayar utang tersebut, dengan jumlah tunggakan mencapai Rp 4,4 triliun. Kondisi itu diperparah dengan masih tingginya rata- rata angka kebocoran PDAM, yakni sebesar 34,04 persen. Lemahnya kondisi PDAM saat ini juga disebabkan masih tingginya biaya produksi dibandingkan tarif air minum yang dijual kepada masyarakat. Dewasa ini, tercatat 47,6 persen PDAM menetapkan tarif lebih rendah dibandingkan biaya produksi air minumnya, rasio karyawan per pelanggan tinggi, efisiensi penagihan yang rendah, dan masih adanya pembayaran kepada pemerintah daerah walaupun PDAM tersebut dalam kondisi merugi. Salah satu permasalahan yang dihadapi PDAM dalam upaya peningkatan kinerja adalah masalah utang. Permasalahan PDAM ini diduga berawal dari rendahnya tarif air minum PDAM. Hasil studi ke berbagai PDAM juga menunjukkan bahwa masalah tarif ini memang cukup pelik. Hampir disejumlah daerah, air dijadikan komoditas politis, akibatnya setiap manajemen PDAM mengajukan usulan kenaikan tarif, selalu mendapat respon yang negative dari DPRD. Kondisi ini mengakibatkan PDAM mengalami kesulitan dalam operasionalnya. Untuk itu banyak PDAM yang menutupi kekurangan biaya operasional dengan melakukan pinjaman sehingga menimbulkan utang. 6. Rekomendasi Pengenaan PPN pada perusahaan penyediaan air bersih, baik perusahaan di hulu maupun di hilir, akan memperparah perkembangan penyediaan air minum di Indonesia. Sementara itu, pencanangan target sepertinya akan selalu mencapai kegagalan. Praktek saat ini, yaitu perusahaan hulu tidak mengenakan PPN atas penyerahan jasa kepada perusahaan hilir, mendapatkan koreksi dari otoritas pajak. Jika perusahaan hulu akan mengenakan PPN terhadap transaksi tersebut, maka hal ini dipastikan akan mengganggu ekulibrium pada sektor ini. Perusahaan hilir akan menanggung beban PPN masukan dan akan memperburuk kinerja sebagian besar perusahaan air minum yang sudah berada pada titik kritis. Oleh karena itu, direkomendasikan agar membebaskan pengenaan PPN pada seluruh alur produksi penyediaan air bersih. 6