PENGATURAN TINDAK PIDANA CYBERSTALKING DALAM UU NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (UU ITE)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGATURAN CYBER BULLYING

PENGATURAN TINDAK PIDANA CYBER PROSTITUTION DALAM UU NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (UU ITE)

SANKSI PIDANA SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN HUMAN TRAFFICKING DI DUNIA MAYA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INFORMASI PRIBADI TERKAIT PRIVACY RIGHT

KENDALA DALAM PENANGGULANGAN CYBERCRIME SEBAGAI SUATU TINDAK PIDANA KHUSUS

TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PROSTITUSI SECARA ONLINE BERDASARKAN PERSPEKTIF CYBER CRIME

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling

Pembahasan : 1. Cyberlaw 2. Ruang Lingkup Cyberlaw 3. Pengaturan Cybercrimes dalam UU ITE

MODEL PENGATURAN INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

INFORMATION SYSTEM AND SOCIAL ETHICS

BAB I PENDAHULUAN. melakukan hubungan melalui jaringan internet 1. dampak perkembangan internet adalah cybercrime; bahkan pembajakan

[ Cybercrime ] Presentasi Kelompok VI Mata Kuliah Etika Profesi STMIK El-Rahma Yogyakarta

Keywords: Phishing, Legal Confusion, Criminalization, Legal Reform

KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN PIDANA MELALUI MEDIA ELEKTRONIK BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

Oleh: R.Caesalino Wahyu Putra IGN.Parikesit Widiatedja Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ARTIS SEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA CYBERBULLYING PADA MEDIA SOSIAL INSTAGRAM DI INDONESIA

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum. Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Universitas Kristen Satya Wacana

Cybercrime merupakan bentuk-bentuk kejahatan yang timbul karena pemanfaatan teknologi internet. cybercrime dapat didefinisikan sebagai perbuatan

BAB III PENUTUP. Setelah melakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh. guna menjawab permasalahan yang diteliti, maka pada bab ini

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM UPAYA PENANGGULANGAN CYBERCRIME (CRIMINAL LAW POLICY IN PREVENTING CYBERCRIME)

JURNAL ILMIAH TINJAUAN TENTANG CYBER CRIME YANG DIATUR DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.

PANANGGULANGAN KEJAHATAN MAYANTARA (CYBER CRIME) DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA (STUDI DI DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL KEPOLISIAN DAERAH SUMATERA UTARA)

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP CYBERBULLYING TAHUN 2016 TENTANG ITE

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. informasi dapat diakses kapan saja dan dimana saja, sehingga penyebaran. informasi dapat berjalan cepat dan tidak mengenal jarak.

KAJIAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI JUAL-BELI ONLINE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap undang-undang yang dibuat oleh pembuat undangundang

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PRIVASI KONSUMEN DALAM BERTRANSAKSI ONLINE

BAB I PENDAHULUAN. melalui kebijakan hukum pidana tidak merupakan satu-satunya cara yang. sebagai salah satu dari sarana kontrol masyarakat (sosial).

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin

BAB I PENDAHULUAN. sadar bahwa mereka selalu mengandalkan komputer disetiap pekerjaan serta tugastugas

Keamanan Sistem Informasi

Seminar Nasional IT Ethics, Regulation & Cyber Law III

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DIKAITKAN DENGAN KEBEBASAN BEREKSPRESI

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA)

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 3/30/2014 nts/epk/ti-uajm 2

KRIMINALISASI TERHADAP PERBUATAN SPAMMING MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TETANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya internet yang dapat

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum penulis menguraikan hasil penelitian dan pembahasan, dan untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN. mengubah perilaku mayarakat dan peradaban manusia secara global. Di

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKTIFITAS PERJUDIAN ONLINE DI INDONESIA SERTA PENGAWASAN DAN PENERAPAN SANKSI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang penting bagi sebuah kemajuan bangsa.seiring dengan

Benyamin Yasolala Zebua ( )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI JARINGAN INTERNET MELALUI UU NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG ITE

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BUKTI ELEKTRONIK CLOSED CIRCUIT TELEVISION (CCTV) DALAM SISTEM PEMBUKTIAN PIDANA DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum

Cyber Crime. Ade Sarah H., M.Kom

CYBERCRIME & CYBERLAW

Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN

CYBER LAW & CYBER CRIME

PENEGAKAN HUKUM KEJAHATAN DUNIA MAYA (CYBERCRIME) YANG DILAKUKAN ANAK DI BAWAH UMUR

Widaningsih 1 Abstrak

MELINDUNGI PENGGUNA INTERNET DENGAN UU ITE

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UniversitasMercuBuanaYogyakarta ProgramStudi: TeknikInformatika TUGAS KOMPUTER MASYARAKAT

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN YANG MENGHILANGKAN NYAWA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP BALITA SEBAGAI KORBAN PERDAGANGAN ORANG DI TINJAU DARI ASPEK VIKTIMOLOGI

PENANGANAN KONTEN NEGATIF BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PENGERTIAN CYBER CRIME

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik dalam bentuk hardware dan software. Dengan adanya sarana

JURNAL ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menempuh Sidang Ujian Sarjana dan meraih gelar Sarjana Hukum

Indonesia termasuk negara yang tertinggal dalam hal pengaturan undang-undang ite. UU yang mengatur ITE di Indonesia dikenal denga

BAB I PENDAHULUAN. moderen demi menunjang dan mempermudah kehidupannya.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bab 2 Etika, Privasi

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DI INDONESIA

oleh perdagangan secara konvensional. 1

PENGECUALIAN LARANGAN ABORSI BAGI KORBAN PERKOSAAN SEBAGAI JAMINAN HAK-HAK REPRODUKSI

TINDAK PIDANA MUTILASI DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

BAB III PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tindak pidana melalui media cyber dan teknologi telekomunikasi, Penulis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian luhur bangsa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha

Hotel Melia Purosani-Yogyakarta

CAKRAWALA HUKUM Perjalanan Panjang Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Oleh : Redaksi

TANGGUNG JAWAB DISTRIBUTOR DALAM CACAT PRODUK PADA TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI FACEBOOK

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN KEJAHATAN CYBER CRIME DI INDONESIA. Oleh : Dheny Wahyudi 1. Abstract

PUSANEV_BPHN SISTEMATIKA. Latar Belakang. Rumusan Masalah. UU terkait Persandian. Tujuan Kegunaan. Ruang Lingkup

Carding KELOMPOK 4: Pengertian Cyber crime

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dengan Internet dalam segala bidang seperti e-banking, e-commerce, e-government,eeducation

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM TRANSAKSI ONLINE DI BALI

PRINSIP-PRINSIP HUKUM REGULASI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB II PENGATURAN KEJAHATAN INTERNET DALAM BEBERAPA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. Teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN. ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) tahun 1945

RechtsVinding Online. serta penawaran dan pembayaran bisa dilakukan melalui online. Emas dipilih untuk investasi dengan tujuan untuk

BAB III PENUTUP. Berdasarkan pembahasan diatas Pembuktian Cyber Crime Dalam. di dunia maya adalah : oleh terdakwa.

Definisi Cybercrime. Disusun untuk memenuhi tugas ke I, MK. Kejahatan Komputer (Dosen Pengampu : Yudi Prayudi, S.Si, M.Kom)

BAB VII. Cyberlaw : Hukum dan Keamanan

PENANGGULANGAN ABORTUS PROVOCATUS CRIMINALIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

PERANAN PEMERINTAH DALAM PENEGAKAN HUKUM PELANGGARAN INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DI INDONESIA

Transkripsi:

1 PENGATURAN TINDAK PIDANA CYBERSTALKING DALAM UU NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (UU ITE) Siska Windu Natalia I Dewa Gede Atmadja Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana Abstrak Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa pengaruh yang besar bagi kehidupan manusia, baik dalam sisi positif maupun negatif. Salah satu pengaruh negatifnya adalah meningkatnya kejahatan yang menggunakan komputer dan internet, yang disebut cyber crime. Salah satu cyber crime yang cukup meresahkan dan sedang berkembang saat ini adalah kejahatan yang terkait kebebasan privasi seseorang yakni cyberstalking. Cyberstalking ini terdiri dari tindakan mengganggu dan mengancam, tetapi dalam UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Teknologi Informasi (UU ITE) hanya diatur perbuatan mengancam (threatening) saja. Sedangkan tindakan mengganggu (harassing) masih belum diatur secara jelas. Kata Kunci: cyberstalking, mengancam, menggangu, UU ITE. Abstract The development of science and technology especially computer and internet has brought a major effect to the life of human being, either in the positive side or in the negative side. The one of negative effect was increased crimes that used computer and internet, that called cyber crime. The most disturbing cyber crime which is still developing rapidly is the crime that related to the privacy of a human being, called cyberstalking. This kind of cyberstalking consists of harassing and threatening, but in the Act Number 11 of 2008 on Information and Electronic Transaction only regulates the act of threatening, while harassing hasn t been clearly codified. Keywords: cyberstalking, harassing, threatening, Act Number 11 of 2008 on Information and Electronic Transaction. I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menjadi realita dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya di Negara-negara maju saja namun juga melanda Negara-negara berkembang salah satunya Indonesia 1. Salah satu hasil perkembangan IPTEK yang paling 1 Budi Suhariyanto, 2012, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime) : Urgensi Pengaturan dan Celah Hukumnya, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, hal. 1.

2 besar pengaruhnya adalah perkembangan teknologi informasi yang berawal dari diciptakannya perangkat yang dinamakan komputer pada tahun 1950-an 2. Kemudian dalam perkembangannya komputer telah memunculkan internet. Pemanfaatan internet yang berkembang secara pesat, selain menempatkan teknologi informasi sebagai media baru, juga melahirkan kemudahan aktivitas komunikasi dan interaksi antar manusia. Pada awalnya pemanfaatan internet digunakan untuk mempermudah kehidupan manusia seperti: e-commerce (aktivitas transaksi perdangangan melalui internet), e-banking (aktivitas perbankan melalui internet), e-government (aktivitas pelayanan pemerintahan melalui internet), dan e-learning (aktivitas pembelajaran melalui internet). Namun keberadaan internet yang mempermudah kehidupan manusia tersebut ternyata juga memiliki dampak negatif yakni dapat menjadi sarana untuk melakukan kejahatan, yang disebut cyber crime. Tindak pidana atau kejahatan mayantara adalah sisi buruk yang amat berpengaruh terhadap kehidupan modern dari masyarakat informasi akibat kemajuan teknologi informasi yang tanpa batas 3. Perkembangan internet ini bukan saja menciptakan kejahatan-kejahatan baru yang sebelumnya belum dikenal oleh masyarakat, tetapi juga kejahatan yang memang sebelumnya sudah dikenal masyarakat namun menjadi lebih canggih karena pelaksanaannya dilakukan dengan menggunakan sarana Internet. Salah satunya yang berkembang adalah kejahatan terhadap privasi yakni cyberstalking. B. Tujuan 1. Untuk mengetahui bagaimana karakter dari tindak pidana cyberstalking 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan cyberstalking dalam UU ITE dan perbandingannya dengan negara lain. C. Metode Metode dalam penulisan karya ilmiah ini adalah menggunakan metode normatif dengan menganalisis peraturan perundang-undangan yang ada dan berbagai literatur terkait masalah cyberstalking. 2 Sutan Remy Syahdeini, 2009, Kejahatan dan Tindak Pidana Komputer, PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, hal.1. 3 Teguh Sulistia dan Aria Zurnetti, 2011, Hukum Pidana: Horizon Baru Pasca Reformasi, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, hal. 128.

3 II. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakter tindak pidana cyberstalking Dewasa ini teknologi telah menjadi bagian dari kehidupan manusia sejak diciptakannya komputer tahun 1950-an dak kemudian disusul dengan internet. Dengan munculnya internet muncul jenis dunia yang baru yang sebelumnya tidak pernah dikenal oleh manusia yaitu dunia yang disebut virtual world atau dunia maya. Disebut dunia maya karena dunia tersebut tidak seperti dunia dimana kita hidup sekarang ini dan melakukan kegiatan. Dunia di mana kita sekarang hidup bersifat physical (fisik), sedangkan virtual world atau dunia maya bersifat non physical (non fisik) 4. Virtual world ini juga sering disebut pula cyberspace (ruang siber). Dunia maya atau cyber space merupakan dunia yang tanpa batas atau batas-batasannya tidak dapat terlihat dengan jelas. Karena sifatnya yang border less atau tanpa batas tersebut tersebut maka dunia maya kerap kali tidak memberikan perlindungan privasi kepada penggunanya. Hal ini yang kemudian membuat cyber crime berkembang dengan cepat sejalan dengan perkembangan teknologi salah satunya adalah cyber crime yang menyangkut kejahatan terhadap privasi. Kejahatan terhadap privasi yang dilakukan di dunia maya ini disebut cyberstalking. Menurut Black's Law Dictionary 7th edition,"cyberstalking" adalah: the act of threatening, harassing, or annoying someone through multiple e-mail messages, as through the internet, esp with the intent of placing the recipient in fear that an illegal act or an injury will be inflicted on the recipient or a member of the recipient's family or household. Dari rumusan di atas, maka unsur-unsur utama dari "cyberstalking" adalah: 1) Tindakan mengancam, melecehkan, atau mengganggu seseorang; 2) Melalui internet; 3) Dengan maksud membuat korban takut akan tindakan ilegal atau luka. Namun seperti halnya dengan kejahatan-kejahatan komputer pada umumnya, maka definisi cyberstalking belum ada yang sudah diterima secara universal. Stalking sendiri memiliki arti : 4 Sutan Remy Syahdeini, op.cit, hal. 2.

4 harass somebody persistently: to harass somebody criminally by persistent, inappropriate, and unwanted attention, e.g. by constantly following, telephoning, e-mailing, or writing to him or her. Apabila stalking itu dilakukan dengan menggunakan internet maka perbuatan stalking tersebut disebut cyberstalking. Cyberstalking juga sering disebut cyberharassement. Pelaku kejahatan cyberstalking disebut cyberstalker. Perbuatan stalking pada umumnya menyangkut perbuatan harassing (menggangu) dan threatening (mengancam) yang dilakukan oleh seseorang secara berulang-ulang atau terus menerus. Gangguan atau harassment melalui internet dapat dilaksanakan antara lain dalam bentuk pengiriman email yang bersifat abusive, yaitu kata-kata yang menyerang dengan kasar, berisi ancaman (bersifat threatening) atau berisi kata-kata cabul (obscene) yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain. Bahkan dengan berkembangnya situs jejaring sosial seperti facebook dan twitter hal semacam ini juga dilakukan melalui situs jejaring sosial tersebut. 2. Pengaturan cyberstalking dalam UU ITE dan Perbandingannya dengan Negara Lain Dalam UU ITE, cyberstalking dapat dikategorikan sebagai perbuatan yang dilarang yang dimuat dalam pasal 27 ayat (4) UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) : Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman. Kebanyakan hukum negara-negara di dunia yang mengatur mengenai stalking mensyaratkan bahwa sutau perbuatan baru disebut sebagai kejahatan stalking apabila pelaku melakukan ancaman terhadap korban. Hal ini yang nampaknya juga diatur dalam UU ITE. Sementara tindakan harassment atau menggangu belum diatur dalam UU ITE tersebut, padahal suatu tindakan cyberstalking yang bersifat harassment dapat menjadi langkah awal dari sebuah tindak pidana lainnya, misalnya kasus penculikan anak di bawah umur oleh orang yang baru dikenalnya melalui facebook. Pelaku pasti telah lama membuntuti calon korbannya melalui jejaring sosial dan itu merupakan salah satu dari

5 tindakan cyberstalking. Sehingga dengan alasan tersebut maka sangat perlu pengaturan lebih lengkap dan lebih tegas mengenai tindak pidana cyberstalking ini. Cyberstalking telah menjadi kejahatan baru dalam dunia teknologi informasi dan merupakan masalah serius yang makin berkembang. Di Amerika Serikat, pada tahun 1990 California adalah Negara bagian yang pertama memiliki hukum tentang stalking. Undangundang tersebut dibuat sebagai hasil dari terjadinya pembunuhan terhadap aktris Rebecca Schaeffer oleh Roberr Bardo pada tahun 1989. Kemudian New York mengundangkan Penal code 240.25 pada tahun 1992 yang telah diubah pada tahun 1994. Kemudian Negara-negara bagian di Australia juga mengundangkan undang-undang mengenai stalking pada tahun 1998. Dan Indonesia baru mengatur tentang stalking dalam UU ITE namun hanya masih terbatas pada tindakan pengancamannya semata. III. KESIMPULAN Cyber stalking di Indonesia diatur dalam Pasal 27 UU ITE, namun dari dua tindakan yang termasuk cyberstalking yakni harassing dan threatening, UU ITE hanya memuat unsur harassing padahal tindakan harassment juga kerap kali terjadi dan menjadi langkah awal tindak pidana lain. Walaupun sampai pada tahun 2012 belum ada kasus cyberstalking yang dilaporkan kepada pihak kepolisian, namun tindak pidana ini bukan berarti tidak cukup mengancam para pengguna internet khususnya para remaja. Dengan berkembangnya situs jejaring sosial maka hal tersebut akan memudahkan pelaku cyberstalking melakukan tindakannya. Cyberstalking juga sering kali menjadi langkah awal dari suatu tindak pidana lainnya misalnya kita lihat tentang kasus penculikan atau membawa lari anak di bawah umur yang berawal dari perkenalan di facebook. Sehingga dengan alasan tersebut maka sangat perlu pengaturan lebih lengkap dan lebih tegas mengenai tindak pidana cyberstalking ini. IV. DAFTAR PUSTAKA Suhariyanto, Budi, 2012, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime): Urgensi Pengaturan dan Celah Hukumnya, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta. Syahdeini, Sutan Remi, 2009, Kejahatan dan Tindak Pidana Komputer, PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta. Sulistia, Teguh dan Aria Zurnetti, 2011, Hukum Pidana: Horizon Baru Pasca Reformasi, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.