PEMBELAJARAN TEKNIK PUZZLE HURUF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA ANAK DISLEKSIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain

PENGGUNAAN METODE ANALISIS GLASS TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK DISLEKSIA VERBAL DI SDN TEBEL DAN SDN SRUNI I GEDANGAN SIDOARJO

BERBAGAI MACAM KESULITAN BELAJAR YANG DAPAT DIKETAHUI SEJAK AWAL

DISERTASI. diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia.

BEST PRACTICE MENDAMPINGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 4, NO 3, Edisi Oktober 2012 (ISSN : )

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK DISLEKSIA UNTUK MENGURANGI KESULITAN BELAJAR MEMBACA PERMULAAN

METODE PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKESULITAN BELAJAR SPESIFIK TIPE DISLEKSIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk Pendidikan anak

MENGENALI TANDA-TANDA DISLEKSIA PADA ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan sebuah proses yang kompleks, dimana setiap aspek

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS. Dengan membaca, wawasan pengetahuan dan kecerdasan seseorang semakin bertambah luas.

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting, tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang pasal 28 ayat 2 bahwa setiap anak berhak atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya

TEORI DAN METODE PENGAJARAN PADA ANAK DYSLEXIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAHASA INDONESIA. Membaca untuk Menulis. Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resha Aprylet, 2013

2016 PENGARUH MED IA PUZZLE KERETA API D ALAM MENYAMBUNGKAN SUKU KATA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK D OWN SYND ROM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EFEKTIVITAS TEKNIK JARIKUBACA DALAM MENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA KATA BAGI ANAK DISLEKSIA. Oleh :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB II KAJIAN TEORI. baik dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. 1. kemampuan ini dunia akan tertutup dan terbatas hanya pada apa yang ada di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terpadu (integrated learning) yang menggunakan tema untuk mengaitkan

BAB I PENDAHULUAN. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap orangtua menginginkan yang terbaik

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari learning disability. Learning

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN KARTU BERGAMBAR SISWA KELAS SATU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

METODE PERMAINAN ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERHITUNG PADA ANAK DISKALKULIA

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan ia unggul atas makhluk-makhluk lain di muka bumi. Bahasa

PERAN GURU DALAM MEMBIMBING SISWA DISLEKSIA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SD NEGERI 3 KRANGGANHARJO TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki tingkat intelektual yang berbeda. Menurut Eddy,

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Program Sarjana S -1 Studi PG Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS III - SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang beralamat di Jl. Rajekwesi 59-A Perak Bojonegoro. Di SLB-B Putra

Perkembangan Sepanjang Hayat

Merayakan Ulangtahun Sebagai Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak (Tanggal, Bulan, Tahun) Lisza Megasari, S.Pd

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang

KESULITAN BELAJAR SPESIFIK

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GAMBARAN TINGKAT IQ TERHADAP KEMAJUAN TERAPI ANAK AUTISME DI SLB BIMA KOTA PADANG TAHUN 2011 OLEH NOVERY HARIZAL BP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara dan menulis. Tek (tulisan) berfungsi sebagai

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut. Hal ini tertera didalam Undang-Undang

di sekolah maupun di luar sekolah. Anak yang mengalami gangguan belajar biasanya akan

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

CHEPY CAHYADI, 2015 SISTEM PAKAR DIAGNOSA GANGGUAN BELAJAR KHUSUS (LEARNING DISABILITY ) PADA ANAK DENGAN METODE DEMPSTER-SHAFER (DS)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Semua individu berhak mendapatkan pendidikan. Hal tersebut sesuai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. DEFINISI MURID TUNA CAKAP BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Waktu yang dihabiskan anak-anak di sekolah saat ini cukup besar, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB I PENDAHULUAN Desi Nurdianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. orang, selain kemampuan menulis dan berhitung. 1. terpisahkan. Kemampuan ini telah diajarkan sejak usia dini kepada anak, terutama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizki Panji Ramadana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tenaga profesional untuk menanganinya (Mangunsong,2009:3). Adapun pengertian tentang peserta didik berkebutuhan khusus menurut

PENERAPAN PENDEKATAN PENGALAMAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berperan penting bagi manusia adalah pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986, pemerintah telah merintis

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang disebabkan penyakit, kecelakaan, atau sebab lain yang tidak

DYSLEXIA. Kuliah 4 Oleh: Adriatik Ivanti, M.Psi. the SEN series

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anngi Euis Siti Sa'adah, 2013

Berdasarkan masalah yang timbul di atas kurangnya media pembelajaran bagi anak disleksia dan diskalkulia, saya berinisiatif untuk membuat game yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pedologi. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder Kesulitan Belajar. Yenny, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Bab 1 Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik

KEMAHIRAN MENYIMAK DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA ARAB. Muh. Jabir

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan Hawa sebagai pendamping bagi Adam. Artinya, manusia saling

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) ruang lingkup penelitian, dan (5)

Transkripsi:

PEMBELAJARAN TEKNIK PUZZLE HURUF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA ANAK DISLEKSIA Isnaeni Pratiwi 1, Freyda Dwi Hapsari², Catur Budi Argo³ Universitas PGRI Yogyakarta Isnaenipratiwichacha@gmail.com 1, Freydadh@yahoo.co.id²,Cbudiargo@gmail.com³ Abstrak Anak-anak di sekolah pada umumnya memiliki karakteristik individu yang berbeda, baik dari segi fisik, mental, intelektual, ataupun sosial-emosional. Ada siswa yang menempuh kegiatan belajranya dengan lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru mengalami berbagai kesulitan belajar. Beberapa anak mengalami gangguan membaca. Yang disebut dengan disleksia yaitu hilangnya kemampuan membaca. Kondisi tersebut bukan berbentuk ketidakmampuan fisik melainkan mengarah pada otak yang berfungsi sebagai pengolah dan pemroses informasi. Hal tersebut tidak bisa dibiarkan begitu saja, guru dan orang tua harus berusaha mencari jalan keluar untuk mengatasi kesulitan dalam belajar. Gejala disleksia, yaitu, ragu-ragu dan lambat dalam berbicara, kesulitan memilih kata yang tepat untuk menyampaikan maksud yang diucapkan, kesalahan mengeja yang dilakukan terus-menerus, membaca kata demi kata secara lamban dan intonasi naik turun, membalikkan huruf, kata, dan angka yang mirip, kesulitan dalam menulis. Penyebab disleksia diantaranya mengalami masalah mengingat perkataan, masalah penyusunan yang sistematis, masalah ingatan jangka pendek, dan masalah pemahaman sintaksis (tata bahasa). Di antara sekian banyak penyebab, faktor utamanya adalah otak. Alternatif penyembuhan disleksia, antara lain anak distimuasi di bagian otak dengan sejumlah pembelajaran membaca. Dengan menggunakan teknik Puzzle huruf pembelajaran membaca dan menulis diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan membaca pada anak disleksia. Kata kunci: disleksia, membaca, puzzle huruf. 139

I. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap warganya tanpa terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam kemampuan (difabel) seperti yang tertuang pada UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Namun sayangnya sistem pendidikan di Indonesia belum mengakomodasi keberagaman, sehingga menyebabkan munculnya segmentasi lembaga pendidikan yang berdasar pada perbedaan agama, etnis, dan bahkan perbedaan kemampuan baik fisik maupun mental yang dimiliki oleh siswa. Jelas segmentasi lembaga pendidikan ini telah menghambat para siswa untuk dapat belajar menghormati realitas keberagaman dalam masyarakat. Martin (2009:4) Kesulitan belajar atau learning disabillity (LD) adalah suatu kelainan yang membuat individu yang bersangkutan sulit untuk melakukan kegiatan belajar secara efektif. Kesulitan belajar didefenisikan sebagai kelambatan atau penyimpangan dalam bidang akademik dasar, (seperti berhitung, membaca, menulis), serta gangguan berbicara dan bahasa. Anak kesulitan belajar berhitung disebut dengan diskalkulia, anak dengan kesulitan menulis disebut dengan disgrafia dan kesulitan belajar membaca juga bisa disebut dengan disleksia. Para orang tua sering beranggapan bahwa anak-anak usia sekolah yang belum bisa membaca dan menulis merupakan ukuran ketidakmampuan mereka. Anak yang sudah bersekolah dan belum lancar membaca dianggap bodoh atau tertinggal. Bisa saja terjadi anak itu menderita disleksia. Terkadang orang tua memilih untuk tidak menyekolahkan anaknya karena memang dianggap tidak mampu mengikuti pelajaran. Kemampuan membaca pada anak normal, sudah muncul sejak usia enam atau tujuh tahun, namun anak disleksia tidak mampu untuk melakukan itu. Bahkan sampai usia dewasa mereka masih mengalami gangguan keduanya. Seperti misalnya kata mama diucapkan menjadi mana. Disleksia ditandai dengan adanya kesulitan membaca pada anak maupun dewasa yang seharusnya menunjukkan kemampuan dan motivasi untuk membaca secara benar dan lancar. Motivasi yang tinggi merupakan unsur yang sangat penting yang harus dimiliki anak-anak penderita disleksia untuk mengatasi kesulitan yang 140

dihadapinya. Oleh karena itu, para orang tua dan guru harus sangat berhati-hati dalam membimbing anak penderita disleksia. Anak-anak ini umumnya memiliki kepercayaan diri dan motivasinya mudah hilang. Sehingga, kritikan tajam dan tindakan terlalu menekan harus dihindari. Hal tersebut dapat membuat anak makin tidak percaya diri, kehilangan motivasi, dan akhirnya justru tidak mau belajar dan tidak mau berusaha menghadapi kesulitannya. Para orang tua dan guru harus senantiasa memberikan motivasi kepada anak-anak penyandang disleksia agar mereka tidak putus asa dan selalu memiliki motivasi yang tinggi untuk terus mau belajar. Agar anak memiliki motivasi belajar maka pembelajaran harus menggunakan teknik pembelajaran yang menarik, salah satu diantaranya melalui Puzzle huruf. Puzzlemerupakan media yang menarik dengan warna dan bentuk yang menarik sehingga dapat menarik perhatian anak untuk mengikuti pelajaran. Selain itu media Puzzle hurufdiharapkan dapat merangsang daya ingat anak untuk meningkatkan kemampuan mengenal huruf. II. PEMBAHASAN Membaca Menurut Taringan (2008:7) Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi pesan yang tersurat dan tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik. Menurut Subini (2012:53) Membaca merupakan dasar utama untuk memperoleh kemampuan belajar di berbagai bidang. Melalui membaca seseorang dapat membuka cakrawala dunia, mengetahui apa yang sebelumnya tidak diketahui. Oleh karena itu, wajar jika orang tua merasa khawatir ketika anaknya mengalami kesulitan dalam hal membaca. Berbeda dengan menulis dan menghitung. Membaca merupakan suatu proses yang kompleks dengan melibatkan kedua belahan otak. Menggunakan mata dan pikiran sekaligus untuk mengerti apa maksud dari setiap huruf yang telah dibaca. Kesulitan belajar membaca, menulis, dan mengeja tanpa gangguan sensorik perifer, intelegensi rendah, lingkungan yang kurang menunjang, masalah emosional primer atau kurang motivasi inilah yang dinamakan disleksia. Seseorang yang 141

mengalami kesulitan membaca akan kesulitan untuk memaknai simbol, huruf, angka, melalui persepsi visual dan auditoris. Hal ini tentu akan memberi pengaruh saat anak membaca pemahaman. Disleksia Menurut Mulyadi (2008:103) Istilah disleksia berasal dari bahasa yunani, yaitu dys yang berarti sulit dalam dan lex (berasal dari legein, yang artinya berbicara ). Menderita disleksia berarti menderita kesulitan yang berhubungan dengan kata atau simbol-simbol tulis atau kesulitan membaca. Ada namanama lain yang menunjukkan kesulitan membaca yaitu corrective readers dan remedial readers (Hallahan, Kauffiman, & Lyod, 1958), sedangkan menurut Learner, (1981), kesulitan belajar membaca yang berat sering disebut alekia (alexia). Istilah dileksia banyak digunakan dalam dunia kedokteran dan dikaitkan dengan adanya gangguan fungsi neurofisiologis. Bryan dan Bryan seperti dikutip oleh Marcer (1979) mendefinisikan disleksia sebagai suatu sindroma kesuliatan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, mengintregasikan komponen-komponen kata dan kalimat dan dalam belajar segala sesuatu yang berkenaan dengan waktu, arah dan masa. Dari berbagai pendapat tersebut disimpulkan, bahwa disleksia merupakan kesulitan membaca, mengeja, menulis dan kesu;itan dalam mengartikan atau mengenali struktur kata yang memberikan efek terhadap proses belajar atau gangguan belajar. Menurut Subini (2012:53) Gejala dari disleksia adalah kemampuan membaca anak berada di bawah kemampuan yang seharusnya dengan mempertimbangkan tingkat intelegensi, usia, dan pendidikannya. Sebenarnya, gangguan ini bukan dari ketidakmampuan secara fisik, seperti karena ada masalah dengan penglihatan, tetapi mengarah pada bagaimana otak mengolah dan memproses informasi yang sedang dibaca anak. Disleksia merupakan salah satu ganguan perkembangan fungsi otak yang terjadi sepanjang rentang hidup. Disleksia dianggap suatu efek yang disebabkan karena gangguan dalam asosiasi daya ingat (memori) dan pemrosesan sentral yang disebut kesulitan membaca primer. Untuk dapat membaca secara otomatis anak harus melalui pendidikan dan intelegensi yang normal tanpa adanya gangguan sensoris. Biasanya kesulitan ini baru terdeteksi setelah anak memasuki dunia sekolah untuk beberapa waktu. Kesuliatan membaca bisa timbul pada anak-anak yang mempunyai kecerdasan tinggi ataupun di bawah rata-rata. Oleh karena 142

itu, kesulitan belajar jenis ini tidak tergantung pada tingkat intelegensinya. Banyak faktor yang menyebabkan seorang anak memiliki gangguan seperti ini. Adapun ciri-ciri anak yang mengalami disleksia menurut Subini (2012:54) adalah sebagai berikut: (1) Inakurasi dalam membaca, seperti membaca lambat kata demi kata jika dibandingkan dengan anak seusianya, intonasi suara turun naik tidak teratur, (2) Tidak dapat mengucapkan irama kata-kata secara benar dan proporsional, (3) Sering terbalik dalam mengenali huruf dan kata, misalnya antara kuda dengan daku, palu dengan lupa, huruf b dengan d, p dengan q, (4) Kacau terhadap yang sedikit perbedaannya, misalnya bau dengan buah, batu dengan buta, rusa dengan lusa, dan lain-lain, (5) Sering mengulangi dan menebak kata-kata atau frasa, (6) Kesulitan dalam memahami apa yang dibaca, dalam arti anak tidak mengerti isi cerita/teks yang dibacanya, (7) Kesulitan dalam mengurutkan huruf-huruf dalam kata, (8) Sulit menyuarakan fonem (satuan bunyi) dan memadukannya menjadi sebuah kata, (9) Sulit mengeja secara benar. Bahkan mungkin anak-anak mengeja suatu kata dengan bermacammacam ucapan, (10) Membaca satu kata dengan benar di satu halaman, tapi salah di halaman lainnya, (11) Sering terbalik dalam menuliskan atau mengucapkan kata. Misal, kucing duduk di atas kursi menjadi kursi duduk diatas kucing, (12) Rancu dengan kata-kata yang singkat, misalnya ke, dari, dan, jadi, (13) Lupa meletakkan titik dan tanda baca lainnya. Menurut Subini (2012: 55) disleksia diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Disleksia Diseidetis atau Visual Disleksia ini disebabkan oleh adanya gangguan fungsi otak pada bagian belakang yang dapat menimbulkan gangguan persepsi visual dan memori visual. Contohnya adalah anak kesulitan dalam membaca atau menulis huruf yang bentuknya mirip sehingga sering terbalik, misalnya: huruf m dan w, u dan n, dan sebagainya. 2. Disleksia Verbal atau Linguistik Ditandai dengan kesukaran dalam diskriminasi atau persepsi auditoris sehingga anak kesulitan dalam mengeja dan menemukan kata atau kalimat. 3. Disleksia Auditoris Terjadi akibat gangguan dalam koneksi visual-auditif, sehingga membaca terganggu atau lambat. Dalam hal ini, bahasa verbal dan persepsi visualnya baik. 143

Dengan mencermati uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa aspek visual sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca anak. Oleh karena itu diperlukan media berbasis visual untuk menunjang efektifitas pembelajaran. Stimulasi Visual Media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar lebih efektif, visual ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (image) itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi. Teknik Pembelajaran Puzzle Huruf Menurut Sanjaya (2010) teknik pembelajaran adalah suatu cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Dalam hal ini teknik adalah cara guru mengajarkan kepada siswa tentang tentang keterampilan membaca melalui Puzzle huruf. Menurut Patmonodewo (dalam jurnal Genesa: 2013) kata Puzzle berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media Puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang. Sedangkan menurut Dina Indriana (dalam jurnal Genesa: 2013) Puzzleadalah sebuah permainan untuk menyatukan peacahan keping untuk membentuk sebuah gambar atau tulisan yang telah ditentukan. Media Puzzle dapat digunakan untuk mengajarkan pengenalan huruf kepada anak. Puzzle yaitu suatu media berwarna warni yang bisa dibongkar pasang bisa berupa huruf, angka, binatang dan lain-lain yang dapat merangsang imajinasi. Tidak hanya itu Puzzle juga memiliki keunggulan seperti: mudah diperoleh, tidak beresiko, cepat dikenal anak, memiliki warna yang bervariasi, serta memiliki gambar-gambar yang menarik bagi anak. Alasan memilih Puzzle karna Puzzle merupakan media yang menarik dengan warna dan bentuk yang menarik sehingga dapat menarik perhatian anak untuk mengikuti pelajaran. Selain itu media Puzzle diharapkan dapat merangsang daya ingat anak untuk meningkatkan kemampuan mengenal huruf. Dengan teknik Puzzle huruf, anak akan diajarkan membaca dan menulis tidak hanya berdasarkan apa yang didengarkan lalu diucapkan kembali, tetapi juga memanfaatkan kemampuan memori visual/penglihatan. Teknik ini 144

dilakukan untuk memungkinkan terjadinya asosiasi antara pendengaran, penglihatan, dan sentuhan sehingga mempermudah otak bekerja mengingat kembali huruf-huruf. III. KESIMPULAN Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang paling penting. Melalui membaca orang dapat mengetahui dan mempelajari berbagai hal. Disleksia adalah kemampuan membaca anak berada di bawah kemampuan yang seharusnya dengan mempertimbangkan tingkat intelegensi, usia, dan pendidikannya. Gangguan ini bukan dari ketidakmampuan secara fisik, seperti karena ada masalah dengan penglihatan, tetapi mengarah pada bagaimana otak mengolah dan memproses informasi yang sedang dibaca anak. Guru harus memberikan motivasi dan merancang pembelajaran yang menarik dan menyenangkan agar anak tidak putus asa dalam belajar membaca. Salah satu upaya menciptakan pembelajaran yang menarik adalah dengan menggunakan teknik Puzzle huruf. Dengan teknik Puzzle huruf diharapkan dapat memberikan motivasi kepada anak untuk belajar membaca sehingga keterampilan membacanya dapat meningkat. DAFTAR PUSTAKA Fajar, Kawuran, dkk. 2012. Pengaruh Stimulasi Visual Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pada Anak Disleksia. (Online). Vol. 1, No. 1, (diakses 18 Oktober 2015). Genesa, Vernand, dkk. 2013. Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Vocal Melalui Media Puzzle Bagi Anak Kesulitan Belajar Kelas II di SDN 18 Koto Luar. (Online). Vol. 2, No. 3, (http://ejournal.unp. ac.id/index.php/jupekhu, diakses 17 Oktober 2015). Henry, Guntur, Tarigan. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Martini, Jamaris. 2009. Kesulitan Belajar Perspektif, Asessmen dan Penanggulangnnya. Jakarta: Yayasan Pemanas Murni. Mulyadi. 2008. Diaknosis Kesulitan Belajar & Bimbingan terhadap Kesulitan Belajar Khusus. Yogyakarta: Nuha Litera. Nini, Subini. 2012. Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak. Jogjakarta: Javalitera. Ozila, Sandriani, dkk. 2013. Efektivitas Teknik Jarikubaca Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Kata Bagi Anak Disleksia. Vol. 2, No. 3, 145

(http://ejournal.unp.ac.id/index.php/j upekhu, diakses 17 Oktober 2015). Soeisniwati, Lidwina. 2012. Disleksia Berpengaruh Pada Kemampuan Membaca dan Menulis. (Online). Vol. 4, No. 3, (diakses 18 Oktober 2015). Wina, Sanjaya. 2010. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group 146