TaxSys PRIMA MANDIRI

dokumen-dokumen yang mirip
MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

PAJAK PENGHASILAN UMUM. Amanita Novi Yushita, M.Si

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

Penghasilan dari usaha di luar profesi dokter *) Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

Kelompok 3. Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

Penghitungan PPh Akhir Tahun

MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam Siti Resmi (2009:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara

PAJAK PENGHASILAN. Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, MAB

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

DASAR HUKUM. UU No 17 TAHUN 2000 Tentang PERUBAHAN KETIGA ATAS UU NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

PAJAK PENGHASILAN. Pembagian Subjek Pajak. Subjek Pajak Dalam Negeri Subjek Pajak Luar Negeri SIAPA SUBJEK PAJAK?

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA

RUGI LABA BIAYA FISKAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Pemahaman akan pengertian pajak merupakan hal penting untuk dapat

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi

PAJAK PENGHASILAN. Tujuan Instruksional :

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

PAJAK PENGHASILAN. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. rakyat ke kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

KONSEP PENDAPATAN DALAM PAJAK

BIAYA YG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO WP DALAM NEGERI WP BUT PASAL 9

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB I BENDAHARA DAN KEWAJIBAN PAJAKNYA

Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal

Penghasilan yang tidak termasuk sebagai objek pajak dan tidak dikenakan Pajak penghasilan, diatur dalam Psl 4 ayat (3) UU No. 36 Tahun 2008, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Rochmat Soemitro (Mardiasmo 2011:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

Konsep Dasar Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan dan BUT

BADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal

Pajak Penghasilan (PPh) Umum

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB II URAIAN TEORITIS

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

PAJAK PAJAK DEPARTEMEN IKK - IPB

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG PAJAK PENGHASILAN BAB I KETENTUAN UMUM

PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP ORANG PRIBADI SEDERHANA (FORMULIR 1770 S DAN LAMPIRANNYA) (Sesuai PER-34/PJ./2009 dan PER-66/PJ.

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

KOMPILASI RANCANGAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN (PPh)

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak. SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi. Tahun Pajak 2014 PJ.091/KUP/S/006/

PAJAK PENGHASILAN. Undang-Undang No. 36 Tahun 2008

Perpustakaan LAFAI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Pengertian Pajak Penghasilan. 2) Subjek Pajak Penghasilan. Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008, yaitu.

SURAT SETORAN PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SSP. 25 April STIE Widya Praja Tanah Grogot

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 57/PUU-XII/2014 Penghitungan Pajak Penghasilan

Sistem/Cara Pemungutan Pajak ada 3, yaitu:

PAJAK PENGHASILAN. Oleh Emmawati, S.Pd

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi koperasi yang terdapat dalam Peraturan Undang-Undang. Koperasi No.25Tahun 1992 yang berbunyi:

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/2012

BAB III PAJAK PENGHASILAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue)

Transkripsi:

TaxSys PRIMA MANDIRI

Outline Subjek Pajak Objek Pajak Pembukuan - Pencatatan Penghitungan Pajak Penggabungan penghasilan Keluarga Perhitungan Angsuran PPh Pasal 25 SPT PPh OP Orang Pribadi Pengusaha Tertentu Page 2

Dasar Hukum Page 3

Page 4 SUBJEK PAJAK

PPh dikenakan terhadap.? (Pasal 1 UU PPh) Subjek Pajak Penghasilan Diterima/Diperoleh dalam Tahun Pajak Page 5

Subjek Pajak Pasal 2 (1) UU PPh Orang Pribadi Warisan yang yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak Subjek Pajak Orang Pribadi Badan Bentuk Usaha Tetap Subjek Pajak Badan Page 6

Subjek Pajak Pasal 2 ayat (2) UU PPh Subjek Pajak Dalam Negeri (SPDN) Subjek Pajak Luar Negeri (SPLN) Page 7

SPDN Vs SPLN SPDN Bertempat tinggal atau berada di Ina > 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan SPLN OP atau Badan yang tidak memenuhi kriteria SPDN Dalam suatu tahun pajak berada di Ina & mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia PER-43/2011 tgl 28 Des 2011 Page 8

Subjek Pajak = Wajib Pajak??? Subjek Pajak Objek Pajak Wajib Pajak Page 9

Wajib Pajak Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang telah memenuhi kewajiban subjektif dan objektif. ( Penjelasan UU PPh Pasal 2 ayat (2)) Page 10

Perbedaan WP DN dan WP LN WP DN Dikenai PPh dari penghasilan di Ina dan dari luar Ina WP LN Dikenai PPh dari penghasilan dari Ina Dikenai berdasarkan penghasilan neto Dikenai berdasarkan penghasilan bruto Dikenai tarif umum Dikenai tarif pajak sepadan Wajib menyampaikan SPT Tidak wajib menyampaikan SPT Page 11

Warisan yang belum terbagi Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak: Warisan yang belum terbagi yang ditinggalkan oleh pribadi sebagai SPDN Dianggap sebagai SPDN mengikuti status pewaris Menggantikan kewajiban ahli waris yang berhak Bila warisan sudah dibagi, kewajiban perpajakannya beralih kepada ahli waris Page 12

Tidak Termasuk Subjek Pajak OP (PMK 15/PMK.03/2010) Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja dan bertempat tinggal bersamasama mereka Bukan WNI Di Indonesia tidak menerima/memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya Negara ybs memberikan perlakuan timbal balik Pejabat perwakilan organisasi internasional Bukan WNI Tidak menjalankan usaha, kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia Page 13

MULAI DAN BERAKHIRNYA KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI ORANG PRIBADI MULAI: SAAT DILAHIRKAN BERADA ATAU BERNIAT TINGGAL DI INDONESIA BERAKHIR: SAAT MENINGGAL DUNIA MENINGGALKAN INDONESIA UNTUK SELAMA- LAMANYA Page 14

MULAI DAN BERAKHIRNYA KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF BADAN SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI MULAI: SAAT MENJALANKAN USAHA BERAKHIR: SAAT TIDAK LAGI MENJALANKAN USAHA Page 15

MULAI DAN BERAKHIRNYA KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI ORANG PRIBADI/BADAN MULAI: - SAAT MENERIMA/MEMPEROLEH PENGHASILAN DI INDONESIA - MELAKUKAN KEGIATAN MELALUI BUT BERAKHIR: - SAAT TIDAK LAGI MENERIMA/MEMPEROLEH PENGHASILAN DI INDONESIA - TIDAK MELAKUKAN KEGIATAN MELALUI BUT Page 16

KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF WARISAN YANG BELUM TERBAGI MULAI: SAAT TIMBULNYA WARISAN BERAKHIR: SAAT WARISAN SELESAI DIBAGI Page 17

Page 18 OBJEK PAJAK

OBJEK PAJAK Pasal 4 ayat (1) P E N G H A S I L A N DENGAN NAMA DAN DALAM BENTUK APAPUN Page 19

SUMBER PENGHASILAN BAGI WP OP 1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja seperti gaji, honorarium; 2. Penghasilan dari pekerjaan bebas ; penghasilan dari praktek dokter, notaris, aktuaris, akuntan, pengacara, dan sebagainya; 3. Penghasilan dari usaha dan kegiatan; 4. Penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupun harta tak gerak, seperti bunga, dividen, royalti, sewa, dan keuntungan penjualan harta atau hak yang tidak dipergunakan untuk usaha; 5. Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang dan hadiah. Page 20

Klasifikasi Penghasilan Penghasilan 1. Dikenai Tarif Umum Ps. 17 2. Dikenai PPh Bersifat Final 3. Dikecualikan dari Objek Pajak Page 21

Page 22 Dikenai Tarif Umum Pasal 17

Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (1) Penggantian /imbalan berkenaan dgn pekerjaan/jasa yg diterima/diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, /imbalan dlm bentuk lainnya, kec. ditentukan lain dlm UU ini Hadiah dari pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan Laba usaha Page 23 Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta

Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (2) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian utang Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian SHU Koperasi, kecuali dividen yang dibayarkan kepada Orang Pribadi Royalti atau imbalan atas penggunaan hak Page 24

Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (3) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala Keuntungan karena pembebasan hutang kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan PP Keuntungan selisih kurs mata uang asing Page 25

Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (4) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva Premi asuransi Iuran yang diterima/diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak Page 26

Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (5) Penghasilan dari usaha berbasis syariah (PP No 25 th 2009) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam UU KUP Surplus Bank Indonesia Page 27

Page 28 Dikenai Pajak Bersifat Final

Konsekuensi Pengenaan PPh Final biaya-biaya terkait tidak dapat menjadi pengurang pajak yang dibayar tidak dapat dikreditkan penghasilan tidak dihitung kembali pada saat penghitungan pajak akhir tahun Page 29

Penghasilan Dikenai Pajak Bersifat Final (1) No Jenis Penghasilan Tarif DPP Peraturan 1 Bunga deposito, tabungan, & diskonto SBI 20% Jumlah Bruto PP 131/2000 2 Hadiah Undian 25% Jumlah Bruto PP 132/2000 3 Bunga simpanan Koperasi 0% (s.d Rp 240.000) 10% (> Rp 240.000) Jumlah Bruto PP 15/2009 4 Bunga Obligasi Bunga Obligasi 15% (WP DN dan BUT) 20%/tarif P3B (WP LN) diskonto dari Obligasi dengan kupon 15% (WP DN dan BUT) 20%/tarif P3B (WP LN) diskonto dari Obligasi tanpa bunga 15% (WP DN dan BUT) 20%/tarif P3B (WP LN) jumlah bruto bunga selisih lebih harga jual/nilai nominal di atas harga perolehan (bunga) selisih lebih harga jual /nilai nominal di atas harga perolehan / PP16/2009 Page 30 bunga dan/atau diskonto dari Obligasi yang diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan 0% 2009 2010 5% 2011 2013 15% 2014

Penghasilan Dikenai Pajak Bersifat Final (2) No Page 31 Jenis Penghasilan 5 Penjualan Saham di Bursa Efek 6 Pengalihan Tanah dan atau bangunan bagi OP/yayasan dan organisasi sejenisyang usaha pokoknya melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan 7 Persewaan Tanah atau Bangunan Tarif DPP Peraturan 0,1% Jumlah Bruto PP 14/1997 0,5% tambahan untuk saham pendiri Jumlah Bruto 5% Jumlah Bruto nilai pengalihan atau NJOP mana yang lebih tinggi PP 71/2008 10% Jumlah Bruto PP 5/ 2002 8 Jasa Konstruksi Pelaksana 2% (kualifikasi us. kecil) Pelaksana 4% (tidak memiliki kualifikasi usaha) Pelaksana 3% (untuk selain a dan b) Perencana/Pengawas 4% (memiliki kualifikasi usaha) Perencana/Pengawas 6% (tidak memiliki kualifikasi usaha) 9 Dividen yang diterima oleh OP 10% Jumlah yang diterima PP40/2009 jo PP 51/2008 PP Nomor 19 tahun 2009

Page 32 Dikecualikan dari Objek Pajak (Pasal 4 ayat 3)

Dikecualikan dari Objek Pajak (1) bantuan atau sumbangan, termasuk zakat (PP 18 Tahun 2009) harta hibahan, diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, pendidikan dan sosial termasuk yayasan, koperasi dan OP yang mejalankan usaha mikro dan kecil warisan Page 33 harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal

Dikecualikan dari Objek Pajak (2) Penggantian/imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan, kecuali yang diberikan oleh bukan WP, WP yang dikenakan pajak secara Final, dan WP yang menggunakan norma pembayaran perusahaan asuransi kepada OP: asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa dividen /bagian laba yang diterima /diperoleh PT sebagai WPDN, koperasi, BUMN, atau BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat: Dari R/E Page 34 PT/BUMN/BUMD, kepemilikan saham paling rendah 25%

Dikecualikan dari Objek Pajak (3) iuran yang diterima/diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif Page 35

Dikecualikan dari Objek Pajak (4) beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK 154/PMK.03/2009) sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu (PMK-247/PMk.03/2008) Page 36

Page 37 PEMBUKUAN-PENCATATAN

Pembukuan menurut UU Pajak (Pasal 28 UU KUP) Siapa? WP OP (kegiatan usaha/ pekerjaan bebas) WP Badan Pengecualian (Tetap Wajib Pencatatan) WP OP Norma (peredaran < Rp 4,8 M) WP OP tidak melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas Page 38

Karakteristik Pembukuan menurut UU Pajak (Pasal 28 UU KUP) 1 Itikad baik dan mencerminkan keadaan sebenarnya 2 Di Indonesia, huruf latin, angka Arab, mata uang Rupiah, bahasa Indonesia 3 Stelsel Akrual atau Stelsel Kas 4 Catatan atas: harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya 5 Wajib disimpan selama 10 tahun di Indonesia Page 39 6 Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, kecuali peraturan perpajakan menentukan lain

PENGGUNAAN NORMA PENGHITUNGAN Pasal 14 ayat (2), (3) dan (4) Norma Penghitungan Penghasilan Neto HANYA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI SYARAT * Peredaran bruto dalam satu tahun kurang dari Rp 4.800.000.000,00 * Memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari Tahun Pajak ybs. Apabila tidak memberitahukan, dianggap memilih Pembukuan * Wajib menyelenggarakan Pencatatan Page 40

PERBANDINGAN Kelebihan memakai pencatatan (norma penghitungan) Sederhana dalam penghitungan Sederhana dalam pengadministrasian catatan Tidak perlu menguasai akuntansi Kerugian : Dianggap selalu untung dan tidak mungkin rugi Mempunyai risiko tarif norma lebih tinggi daripada penghitungan normal PETUNJUK PELAKSANAAN PENCATATAN BAGI WP OP : PERDIRJEN NO: PER 4/PJ/2009 Page 41

TARIF NORMA Norma Penghitungan Penghasilan Neto dikelompokkan menurut wilayah sebagai berikut : 10 (sepuluh) ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, dan Pontianak; ibukota propinsi lainnya; daerah lainnya. Kep.Dirjen Pajak No.536/PJ/2000 Page 42

Page 43 PENGHITUNGAN PAJAK

Page 44 Menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP)

PENGHASILAN KENA PAJAK (PKP) Pasal 16 ayat (1), (2), (3) dan (4) PhKP BAGI WP DALAM NEGERI (yg menyelenggarakan Pembukuan PENGHASILAN DIKURANGI DENGAN BIAYA YANG DIPERKENANKAN, KOMPENSASI KERUGIAN, PTKP PhKP BAGI WP DALAM NEGERI YG DIHITUNG DGN NORMA DIHITUNG DENGAN NORMA PENGHITUNGAN DARI PEREDARAN BRUTO, PTKP Page 45

PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) s/d 31 Desember 2012 No Besaran Keterangan 1 Rp 15,840,000 Untuk diri WP OP 2 Rp 1,320,000 Tambahan untuk WP yang kawin 3 Rp 15,840,000 Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami 4 Rp 1,320,000 Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak untuk 3 orang Penetapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak Warisan yang belum terbagi tidak mendapat PTKP Sauami istri yang hidup terpisah diperlakukan seperti WP Tidak Kawin Page 46

PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) Mulai 1 Januari 2013 No Besaran Keterangan 1 Rp 24,300,000 Untuk diri WP OP 2 Rp 2,025,000 Tambahan untuk WP yang kawin 3 Rp 24,300,000 Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami 4 Rp 2,025,000 Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak untuk 3 orang Penetapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak Warisan yang belum terbagi tidak mendapat PTKP Sauami istri yang hidup terpisah diperlakukan seperti WP Tidak Kawin Page 47

Page 48

PhKP bagi WPOP PEMBUKUAN Contoh : Penghasilan Bruto Rp300.000.000 -/- Biaya2 (3M) Rp255.000.000 Laba Usaha Rp 45.000.000 -/- Kompens Kerugian Rp 2.000.000 -/- PTKP (TK/0) Rp 24.300.000 Penghasilan Kena pajak Rp 18.700.000 Page 49

PhKP bagi WPOP Norma Contoh : Penghasilan Bruto dokter di Jkt Rp 100.000.000 Norma Penghitungan Penghasilan Neto dokter d Jkt 45 % Penghasilan Neto : 45% x Rp 100.000.000 = Rp 45.000.000 -/- PTKP (TK/0) Rp 24.300.000 PhKP Rp 20.700.000 Page 50

Page 51 Menghitung PPh Terutang

Penghasilan Kena Pajak (dibulatkan ke bawah dalam ribuan Rupiah penuh) X Tarif PPh = PPh Terutang (ditambah dengan Pengembalian PPh Pasal 24 yang telah dikreditkan) Page 52

TARIF PAJAK WP ORANG PRIBADI LAPISAN PKP TARIF PAJAK - s/d Rp 50 juta 5% Rp 50 juta s/d Rp 250 juta 15% DIATAS Rp 250 juta s/d Rp 500 juta 25% DIATAS Rp 500 juta dikenakan 30% Page 53

Contoh penghitungan Contoh penghitungan pajak terutang untuk Wajib Pajak orang pribadi: Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp600.000.000,00. Pajak Penghasilan terutang: 5% x Rp50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00 15% x Rp200.000.000,00 = Rp 30.000.000,00 25% x Rp250.000.000,00 = Rp 62.500.000,00 30% x Rp100.000.000,00 = Rp 30.000.000,00 Rp 125.000.000,00 Page 54

Page 55 Menghitung PPh Kurang/Lebih bayar

PPh Terutang Kredit Pajak + PPh yang dibayar sendiri PPh Kurang/Lebih Bayar - = Page 56

Kredit Pajak Pembayaran pajak yang telah dilakukan selama periode Januari s.d. Desember (Termasuk PPh yang ditanggung Pemerintah) Pengurang PPh terutang PPh yg dipotong/ dipungut pihak lain (PPh Psl. 21/22/23/24) PPh yg dibayar/ diangsur sendiri (PPh Psl. 25) Page 57

PPh Pemotongan/Pemungutan - Witholding Tax - PPh (tdk bersifat final) yang dipotong/ dipungut pihak ketiga, dan merupakan pembayaran pajak dimuka. PPh Psl. 21 PPh Psl. 22 PPh Psl. 23 PPh Psl. 24 dikreditkan berdasarkan bukti pemotongan pajak, (bukan PPh Final) Page 58

PPh Pasal 21 Kredit PPh Pasal 21 adalah jumlah PPh yang telah dipotong oleh pemotong pajak PPh 21 dalam tahun pajak ybs, baik thd WP sendiri maupun istri WP yang bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja, dan anak/anak angkat yang belum dewasa; Jumlah PPh 21 yang dikreditkan diambil dari Bukti Potong PPh 21, Formulir 1721-A1 atau 1721-A2, tidak termasuk PPh 21 yang bersifat final dan PPh 21 dari anak/anak angkat yang belum dewasa yang memperoleh penghasilan dari pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan usaha orang yang mempunyai hubungan istimewa; Page 59

PPh Pasal 21 Bukti pemotongan PPh Psl. 21 Form. 1721 A1 Pegawai Swasta (Non PNS) Form. 1721 A2 PNS, ABRI, & Pensiunannya Bukti Potong PPh Psl. 21/26 Pegawai Tdk. Tetap yang menerima penghasilan Page 60

PPh Pasal 22 Kredit Pajak PPh Pasal 22 adalah jumlah yang telah dipungut dalam Tahun Pajak yang bersangkutan oleh : a. Bank devisa dan Ditjen Bea Cukai, atas impor barang; b. Ditjen anggaran, Bendaharawan Pemerintah atas pembelian barang; c. Badan usaha yang bergerak di industri semen, kertas, baja, otomotif, yang ditunjuk oleh kepala KPP atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri; d. Pertamina, atas penjualan hasil produksi berupa premium, solar, pelumas, minyak tanah, dan gas LPG kepada pembeli yang bukan sebagi penyalur/aden/dealer; e. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan atas pembelian bahanbahan dari pedagang pengumpul. Page 61 BUKTI POTONG PPH Ps. 22 ATAU SSP

PPh Pasal 23 Pajak atas penghasilan berupa dividen, bunga, royalty, dan imbalan jasa-jasa tertentu; PPh Pasal 23 merupakan pembayaran pajak dimuka yang pada umum nya dapat dikreditkan pada SPT Tahunan oleh WP yang menerima penghasilan/wp yang dipotong pajak (kecuali atas PPh yang bersifat final); WP akan menerima Bukti Pemotongan setiap kali dilakukan pemotongan PPh Pasal 23 oleh pihak pemotong pajak Page 62 BUKTI POTONG PPH Ps. 23

PPh Pasal 24 Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri boleh dikreditkan terhadap pajak yang terutang berdasarkan Undang-undang PPh dalam tahun pajak yang sama Besarnya kredit pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan Undang-undang PPh Pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang di Indonesia hanyalah pajak yang langsung dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Page 63

PPh Pasal 24 Pilih yang terkecil antara: Pajak yang dipotong di luar negeri; atau Max.Kedit Pajak Luar Negeri (MKPLN) MKPLN = Pengh. LN PKP X PPh Terutang Page 64

PPh Yang Dibayar Sendiri PPh Pasal 25 (angsuran bulanan pembayaran pajak yang dilaporkan sebagai SPT Masa); PPh Pasal 25 ayat 7 (angsuran bulanan khusus pengusaha tertentu); STP PPh Pasal 25 (hanya atas pokok pajak). Page 65

Surat Tagihan Pajak (STP) PPh Pasal 25 Pokok Pajak.. Sanksi Admin. 2.000.000 80.000 Dapat dikreditkan Jumlah 2.080.000 Tdk dpt Dikreditkan maupun dibiayakan Page 66

Page 67 ANGSURAN PPh PASAL 25

ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN Pasal 25 ayat (1) BESAR ANGSURAN PPh PASAL 25 SETIAP BULAN PPh TERUTANG MENURUT SPT TAHUNAN PPh THN PAJAK YG LALU DIKURANGI PPh YANG DIPOTONG ATAU DIPUNGUT : PPh PSL 21 PPh PSL 22 PPh PSL 23 DIBAGI PPh YANG TERUTANG ATAU DIBAYAR DI LUAR NEGERI YANG BOLEH DIKREDITKAN (PPh PSL 24) 12 (DUA BELAS) ATAU BANYAKNYA BULAN Page 68 68 DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK

Cara Umum Menghitung PPh Pasal 25 Contoh ; Pajak Penghasilan yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun 2009 Rp50.000.000,00 dikurangi : a. Pajak Penghasilan yang dipotong pemberi Kerja (Pasal 21) Rp 15.000.000,00 b. Pajak Penghasilan yang dipungut oleh pihak lain (Pasal 22) Rp 10.000.000,00 c. Pajak Penghasilan yang dipotong oleh pihak lain (Pasal 23) Rp 2.500.000,00 d. Kredit Pajak Penghasilan luar negeri (Pasal 24) Rp 7.500.000,00 (+) Jumlah kredit pajak Rp35.000.000,00 (-) Selisih Rp15.000.000,00 Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri setiap bulan untuk tahun 2010 adalah sebesar Rp1.250.000,00 (Rp15.000.000,00 dibagi 12). Page 69

ANGSURAN BULANAN UNTUK BULAN SEBELUM BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh Pasal 25 ayat (2) SAMA BESARNYA DENGAN : - Angsuran pajak untuk bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu CONTOH : - SPT TAHUNAN PPh 2010 DISAMPAIKAN MARET 2011 ANGSURAN PPh DESEMBER 2010 Rp 1.000.000,00. BESARNYA ANGSURAN UNTUK BULAN JANUARI 2011 DAN PEBRUARI 2011 SEBESAR Rp 1.000.000,00 Page 70 Puspenpa 2000 70

Bayar dan Lapor PPh Pasal 25 Pembayaran angsuran PPh Pasal 25 dilakukan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak. Misalnya untuk masa Juni, pembayaran angsuran PPh Pasal 25 harus dilakukan paling lambat tanggal 15 bulan Juli; Pelaporan dilakukan paling lambat pada tanggal 20 setelah dilakukan pembayaran; Page 71

Bayar dan Lapor PPh Pasal 25 Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran dan pelaporan bertepatan dengan hari libur termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, maka pembayaran dan pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. Pembayaran pajak harus dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan Surat Setoran Pajak. SSP berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapatkan validasi. Page 72

Bayar dan Lapor PPh Pasal 25 Wajib Pajak yang melakukan pembayaran PPh Pasal 25 pada tempat pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan SSP nya telah mendapat validasi dengan NTPN, maka Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 25 dianggap telah disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan tanggal validasi yang tercantum pada SSP; Wajib Pajak dengan jumlah angsuran PPh Pasal 25 Nihil atau angsuran PPh Pasal 25 dalam bentuk satuan mata uang selain rupiah atau yang melakukan pembayaran tidak secara on-line dan tidak mendapat validasi dengan NTPN, tetap harus menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 25 sesuai dengan ketentuan yang berlaku; SSP PPh Pasal 25 juga berfungsi sebagai SPT Masa PPh Pasal 25; Page 73

SPT PPh OP SPT PPh OP Page 74

Setor dan Lapor SPT Masa (PPh Ps. 25) Setor : Tgl 15 bln berikutnya Lapor : Tgl 20 bln berikutnya SPT Tahunan Setor : Akhir Maret thn berikutnya Lapor : Akhir Maret thn berikutnya Page 75

Format 1770 SS Yang mempunyai penghasilan dari satu pemberi kerja dan tidak lebih dari 60 juta. Tidak punya penghasilan lain kec bunga bank/koperasi 1770 S 1770 Yang mempunyai penghasilan dari satu/lebih pemberi kerja Penghasilan DN lainnya Penghasilan yang dikenakan PPh Final/Bersifat Final Dari usaha/pekerjaan bebas penghasilan dari satu/lebih pemberi kerja Penghasilan yang dikenakan PPh Final/Bersifat Final Penghasilan Lain Page 76

Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu ( WPOP PT )

Adalah.. Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha di bidang perdagangan grosir dan atau eceran barang-barang konsumsi melalui tempat usaha/ gerai (outlet) yang tersebar di beberapa lokasi, tidak termasuk perdagangan kendaraan bermotor dan restoran Page 78

Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP bagi setiap tempat usaha/ gerai (outlet) di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi: tempat usaha/ gerai (outlet) tersebut (KPP lokasi) & di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak (KPP domisili) juga berlaku dalam hal tempat usaha/ gerai (outlet) dan tempat tinggal Wajib Pajak yang bersangkutan berada dalam wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak yang sama. Page 79

Kewajiban cont d wajib menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan dengan melampirkan daftar jumlah penghasilan dan pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25 dari masing-masing tempat usaha/ gerai (outlet) kepada Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar (KPP domisili). Page 80

Besarnya Angsuran PPh Pasal 25 sebesar 0,75 % (Nol koma tujuh puluh lima persen) dari jumlah peredaran bruto berdasarkan pembukuan atau pencatatan setiap bulan, yang dibayarkan atas nama dan Nomor Pokok Wajib Pajak masing-masing tempat usaha/ gerai (outlet). Page 81

Angsuran PPh Psl 25 merupakan: Kredit Pajak atas Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan WP OP Pengusaha Tertentu tidak melakukan usaha sebagai pedagang pengecer di tempat tinggalnya TIDAK WAJIB menyampaikan SPt Masa PPh Pasal 25 di Kantor pelayanan Pajak yg wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Page 82

WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU Pasal 25 ayat(7) UU PPh jo PMK-255/PMK.03/2008 jo. Per Dirjen No. Per-32/PJ/2010 WP OP MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PEDAGANG PENGECER => OP YG MELAKUKAN PENJUALAN ECERAN/GROSIR DAN ATAU PENYERAHAN JASA MEMPUNYAI 1(satu) ATAU LEBIH TEMPAT USAHA (GERAI); WAJIB MENDAFTARKAN DIRI UNTUK MEMPEROLEH NPWP DI SETIAP TEMPAT USAHA: KPP DOMISILI (MELIPUTI TEMPAT TINGGAL WP) DAN, KPP LOKASI (MELIPUTI TEMPAT USAHA/GERAI; TIAP GERAI WAJIB MENDAFTARKAN NPWP) ANGSURAN PPh PASAL 25 SEBESAR 0,75 % DARI JML PEREDARAN BRUTO TIAP BULAN; DIBAYAR ATAS NAMA DAN NPWP MASING MASING TEMPAT USAHA Page 83 dilunasi paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dilaporkan ke KPP Lokasi paling lambat tanggal 20

Contoh Pak Agus mempunyai beberapa gerai penjualan pakaian dengan omzet tahun 2009 sbb: Tanah Abang Blok A: Rp. 2 milyar Tanah Abang Blok F: Rp. 1 milyar ITC Permata Hijau Rp. 400 juta Blok Mall : Rp. 1,3 milyar Selain itu juga memperoleh penghasilan sehubungan penjualan tanah dengan harga jual Rp. 500 juta dan bunga deposito Rp. 4 juta serta warisan dari orang tua sebesar Rp.5 Milyar Berapa setoran bulanan PPh Pasal 25 Pak Agus dan bagaimana harus melaporkannya dalam SPT Tahunan Page 84

Angsuran PPh Pasal 25 WP OP Pengusaha Tertentu merupakan Kredit Pajak pada Tahun Pajak Bersangkutan JIKA Pembayaran Angsuran WP, SSP-nya sudah divalidasi dg NTPN oleh Bank Persepsi /Kantor Pos JIKA Pembayaran Angsuran WP, SSP-nya tidak divalidasi oleh Bank Persepsi /Kantor Pos DIANGGAP TELAH LAPOR Wajib Lapor SPt Masa PPh Psl. 25 max tgl 20 bln berikutnya Page 85 Pembayaran PPh Pasal 25 lewat tgl tgl 15 tapi belum melewati tgl 20 bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak Pembayaran PPh Pasal 25 lewat tgl 15 melewati tgl 20 bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak dikenai SANKSI BUNGA DIKENAI SANKSI BUNGA & DENDA

PPh 25 WP OPPT menerima penghasilan lain yang dikenakan PPh yang bersifat tidak final Sebesar perbandingan antara penghasilan lain neto dengan total penghasilan neto dikalikan besar angsuran yang terutang berdasarkan SPT Tahunan tahun sebelumnya Page 86

Penghitungan besarnya angsuran PPh Pasal 25 jika mempunyai penghasilan lain Uraian Perdagangan Penghasilan Lain Jumlah Peredaran Bruto 600.000.000 200.000.000 800.000.000 HPP dan Biaya lain (500.000.000) (120.000.000) (620.000.000) Penghasilan Neto 100.000.000 80.000.000 180.000.000 PTKP (K/2) (16.800.000) Peng Kena Pajak 163.200.000 PPh Terutang (tarif Ps. 17 UU PPh) 27.050.000 Kredit PPh' PPh Kurang Bayar (12.000.000) 15.050.000 Besar Angsuran (1/12 x 15.050.000) Besar Angsuran untuk penghasilan Lain (80.000.000 / 180.000.000) x 1.254.167 1.254.167 557.408 Page 87

Page 88 Q & A

Page 89 PENGURANG PENGHASILAN BRUTO

Page 90 BIAYA YANG DIPERBOLEHKAN MENJADI PENGURANG PENGHASILAN BRUTO

Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (1) 1. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain: a. biaya pembelian bahan; b. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang; c. bunga, sewa, dan royalti; d. biaya perjalanan; e. biaya pengolahan limbah; f. premi asuransi; g. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; h. biaya administrasi; dan i. pajak kecuali Pajak Penghasilan; Page 91

Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (2) 2. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A 3. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan; 4. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan Page 92

Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (3) 5. kerugian selisih kurs mata uang asing; 6. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia; 7. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan Page 93

Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (4) 8. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:» telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;» Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan» telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;» syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k; yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; Page 94

Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (5) 9. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; 10. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; 11. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; Page 95

Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (6) 12. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan 13. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah. 14. Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan biayabiaya di atas didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun Page 96

Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (7) 15. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, yang sifatnya : a. penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai ; b. penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu; c. pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya, seperti pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja, pakaian seragam petugas keamanan (Satpam), antar jemput karyawan serta penginapan untuk awak kapal dan yang sejenisnya; yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK 83/PMK.03/2009) Page 97

Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (8) 16. harta hibahan, bantuan, sumbangan yang diterima oleh ; a. keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, b. badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, c. orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; sepanjang ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan; Dan bagi yang menerima dianggap sebagai Objek PPh Page 98

Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (9) 17. Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan berdasarkan ketentuan Pasal 9 ayat (8) UU PPN kecuali : a. WP tidak dapat membuktikan bahwa PM tersebut telah dibayar; b. PM berkenaan dengan pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan dalam menghitung PhKP sdd Pasal 9 ayat (1) UU PPh. PP 138 Tahun 2000 Page 99

PPh Orang Pribadi BIAYA YANG TIDAK DIPERBOLEHKAN MENJADI PENGURANG PENGHASILAN BRUTO Page 100

Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (1) 1. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi; 2. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota; Page 101

Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (2) 3. pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali: cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang; cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial; cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan; cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan; cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri, yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; Page 102

Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (3) 4. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan; 5. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; 6. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan; Page 103

Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (4) 7. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia 8. Pajak Penghasilan Page 104

Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (5) 9. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya; 10. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham; 11. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundangundangan di bidang perpajakan. Page 105

Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (6) 12.Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak; 13.Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang dikenakan PPh Final; 14.Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan bagi WP yang menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Norma Penghitungan Khusus; Page 106

PENGURANG YANG TERKAIT DENGAN PEKERJAAN 1. Biaya Jabatan yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sebesar 5% dari penghasilan bruto sebagaimana dimaksud PMK 250/PMK.03/2008, dengan jumlah maksimum yang diperkenakan sejumlah Rp 6.000.000 setahun atau Rp 500.000 sebulan Page 107

PENGURANG YANG TERKAIT DENGAN PEKERJAAN 2. Biaya Pensiun yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara uang pensiun sebesar 5% dari penghasilan bruto berupa uang pensiun dengan jumlah maksimum yang diperkenankan sejumlah Rp 2.400.000 setahun atau Rp 200.000 sebulan Page 108

PENGURANG YANG TERKAIT DENGAN PEKERJAAN 3. Iuran pensiun/jaminan Hari Tua, yaitu iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan penyelenggara Tabungan Hari Tua atau jaminan Hari Tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan Page 109

Page 110 PENGGABUNGAN PENGHASILAN KELUARGA

KELUARGA MERUPAKAN SATU KESATUAN EKONOMIS PENGHASILAN ISTRI PENGHASILAN ANAK YANG BELUM DEWASA PENGHASILAN KEPALA KELUARGA Page 111

PENGHASILAN ATAU KERUGIAN BAGI WANITA KAWIN Pasal 8 ayat (1) PENGHASILAN ATAU KERUGIAN BAGI WANITA YANG TELAH KAWIN DIANGGAP SEBAGAI PENGHASILAN ATAU KERUGIAN SUAMINYA KECUALI PENGHASILAN ISTRI DIPEROLEH DARI SATU PEMBERI KERJA: 1. PENGHASILAN TSB SEMATA-MATA DITERIMA ATAU DIPEROLEH DARI SATU PEMBERI KERJA YG TELAH DIPOTONG PPh PASAL 21, DAN 2. PEKERJAAN TSB TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN USAHA ATAU PEKERJAAN BEBAS SUAMI ATAU ANGGOTA KELUARGA LAINNYA Page 112

CONTOH PENGHASILAN KELUARGA TN Yono MEMPEROLEH PENGHASILAN Rp 200JT MEMPUNYAI ISTRI Ny. Yono SBG KARYAWAN SWASTA DGN PENGHASILAN SEBESAR Rp 25JT PENGHASILAN Ny. Yono TDK DIGABUNG DGN PENGHASILAN TN Yono DAN DIANGGAP FINAL JIKA : -. PENGH. TSB DIPEROLEH DARI SATU PEMBERI KERJA YANG TELAH DIPOTONG PPh 21 -. PEKERJAAN TSB TDK ADA HUB. DGN USAHA/PEKERJAAN BEBAS SUAMI/ANGGOTA KELUARGA LAIN Ny.A. BILA Ny. Yono, SELAIN MENJADI PEGAWAI JUGA MEMPUNYAI USAHA BUTIK DGN PENGHASILAN SEBESAR Rp 100JT, MAKA SELURUH PENGH. Ny. Yono SEBESAR Rp 125JT (25JT + 100JT) DIGABUNGKAN DGN PENGH. TN Yono. DGN DEMIKIAN TOTAL PENGHASILAN KELUARGA Yono YG DIKENAKAN PPh SEBESAR Rp 325JT ((POTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN ISTRI DAPAT DIKREDITKAN (TIDAK BERSIFAT FINAL) DLM SPT TAHUNAN PPh )) Page 113

JENIS PENGHASILAN DAN SPT: NO SUAMI ISTRI Ph Yg Masuk Dlm Penghitungan PKP Pada Akhir Tahun SPT 1 Pegawai Pegawai Suami 1770S/SS 2 Pegawai Wiraswasta Suami + Istri 1770 3 Wiraswasta Pegawai Suami 1770 4 Pegawai Pegawai & Wiraswasta Suami + Istri 1770 5 - Pegawai ------ 1770S/SS 6 - Pegawai & Wiraswasta Istri 1770 Page 114

SUAMI-ISTRI DIKENAKAN PAJAK SECARA TERPISAH Pasal 8 ayat (2) dan (3) HIDUP BERPISAH PENGHITUNGAN PKP DAN PENGENAAN PAJAK DILAKUKAN SENDIRI- SENDIRI MENGADAKAN PERJANJIAN PEMISAHAN HARTA DAN PENGHASILAN SECARA TERTULIS PENGHITUNGAN PAJAKNYA BERDASAR - Penghasilan Neto suami isteri digabung - Besar pajak yg harus dilunasi oleh masing-masing suami-isteri, sebanding dgn Penghasilan Neto Page 115

PENGHASILAN ANAK YANG BELUM DEWASA (DI BAWAH 18 THN DAN BELUM MENIKAH) Pasal 8 ayat (4) DIGABUNG DENGAN PENGHASILAN ORANG TUA NYA Page 116