BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat. Masyarakat berasal dari sejumlah individu yang berdiam di suatu tempat tertentu dengan sistem nilai (value system) tertentu pula, mengatur pola-pola interaksi antar anggota masyarakat. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Koentjaraningrat (2009: 118) yang menyatakan bahwa Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Istilah masyarakat sering kali dikaitkan dengan konsep budaya, meskipun sesungguhnya keduanya memiliki perbedaan yang jelas. Berkenaan dengan keterkaitan antara konsep masyarakat dengan konsep budaya Dayakisni Tri (2008: 9) menyatakan bahwa: Masyarakat adalah sebuah institusi sosial yang memiliki karakteristik struktur sosial yang jelas, tersusun atas anggota-anggota, diorganisir oleh administrator (pemerintah), dan diatur oleh sekelompok peraturan atau sistem tertentu. Dalam suatu masyarakat, mereka menampilkan suatu gaya hidup tertentu yang kemudian dipahami sebagai budaya. Oleh karena itu, term masyarakat dianggap sangat dekat dengan term budaya. Konsep masyarakat tidak dapat dipisahkan dengan konsep budaya, terlebih pada masyarakat multikultural yang memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat dengan masyarakat yang multikultural. Masyarakat adat dan sejumlah keanekaragamannya merupakan salah satu kekayaan yang
dimiliki oleh Bangsa Indonesia. Kekayaan multikultural ini merupakan modal sosial yang sangat berharga untuk membangun bangsa. Bangsa Indonesia sampai pada saat ini masih mempertahankan adat istiadat dan tradisi asli leluhurnya. Masyarakat adat itu sendiri adalah masyarakat yang masih menjaga dan melestarikan adat dan kebudayaan asli daerahnya serta mengembangkan ciri-ciri khas hukum adat. Namun secara definitive Masyarakat itu adalah sekelompk mausia yang menjalani kehidupan terintegrasi dengan kebudayaan sebagai alat. (E. Hiller dalam Ranidar Darwis, 2008 : 100) Ter Haar dalam Ranidar Darwis (2008 : 102) mendefinisikan masyarakat hukum adat sebagai berikut: Masyarakat hukum adat adalah kesatuan manusia yang teratur, menetap di suatu daerah tertentu, mempunyai penguasa-penguasa, dan mempunyai kekayaan yang berwujud ataupun tidak berwujud dimana para anggota kesatuan masing-masing mengalami kehidupan dalam masyarakat sebagai hal yang wajar menurut kodrat alam dan tidak seorang pun diantara para anggota itu mempunyai pikiran atau kecenderungan untuk membubarkan ikatan yang telah tumbuh atau meninggalkannya dalam arti melepaskan diri dari ikatan untuk selamalamanya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang disebut dengan masyarakat adat adalah masyarakat yang hidup teratur, menetap di suatu daerah tertentu, memiliki ketua adat atau pemimpin serta mempunyai kekayaan baik kekayaan yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Kekayaan masyarakat adat yang berwujud tersebut dapat berupa prasasti, benda-benda pusaka, mesin-mesin, perabot, gedung-gedung, dan lain sebagainya, sedangkan kekayaan masyarakat adat yang tidak berwujud salah satunya adalah adanya tradisi adat yang ada dan dilestarikan dalam suatu kelompok masyarakat. Dalam masyarakat adat ini, mempunyai pandangan bahwasanya tradisi dari cara-cara mereka jaga dan lestarikan merupakan sesuatu yang sangat baik dan benar sehingga tradisi tersebut selalu dipelihara dan dilestarikan sampai ke generasi selanjutnya.
Dalam setiap tradisi yang dilestarikan masyarakat adat mempunyai tujuan dan fungsi tertentu, dimana masing-masing tradisi yang dilestarikan di suatu masyarakat adat yang satu dengan yang lainnya pasti mempunyai perbedaan. Salah satu tujuan dari tradisi adat yang dilestarikan ialah adanya harmonisasi antara kehidupan yang nyata dengan kehidupan yang ada di alam ghaib, melestarikan adat kebiasaan turun temurun, serta sebagai bentuk ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Upacara adat merupakan kekayaan tidak berwujud yang dimiliki oleh masyarakat adat. Upacara merupakan bentuk kegiatan manusia dalam hidup bermasyarakat yang didorong oleh hasrat untuk memperoleh ketentraman batin untuk mencari keselamatan. Bentuk upacara yang bertalian dengan adat atau kehidupan beragama, mencerminkan sistem kepercayaan alam pikiran serta pandangan hidup masyarakatnya. Di Pesisir Pantai Utara, Kabupaten Indramayu, di sepanjang lajur sebelah kanan jalan by pass dari arah Jakarta ke Cirebon, terdapat sebuah jalan kecil yang bila ditelusuri menuju ke lokasi pemukiman sebuah masyarakat adat yang menamakan dirinya Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu. Orang luar sering juga menyebutnya dengan istilah Dayak Losarang, atau Dayak Indramayu. Masyarakat adat ini bermukim di Kampung Segandu, Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu. Tradisi yang terus dijaga dan dipelihara oleh masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu diantaranya adalah upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum yang diadakan setiap malam Jum at Kliwon setiap bulannya. Laku Kungkum adalah ritual yang dilakukan dengan cara berendam di sungai sebatas leher sejak pukul 24:00 WIB sampai dengan pagi hari, kemudian dilanjutkan dengan ritual Laku Pepe, yaitu berjemur di bawah terik matahari hingga siang hari. Seluruh ritual ini dilakukan atas dasar keinginan dan kemampuan tanpa adanya paksaan. Selain untuk melesterikan adat kebiasaan turun temurun, upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum juga dimaksudkan sebagai ritual untuk menyatukan diri dengan alam, pengabdian
pada keluarga, membiasakan hidup jujur, serta untuk melatih kesabaran pada masyarakat adat tersebut. Oleh karena itu, upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum ini terus dijaga dan dilestarikan secara turun temurun oleh setiap generasi yang ada di masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu sebagai bentuk untuk menyatukan diri dengan alam, pengabdian pada keluarga, hidup jujur, serta melatih kesabaran. Selain itu juga, untuk terus melestarikan kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu, Kampung Segandu, Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu. Berangkat dari pemaparan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian mengenai tradisi adat yang ada dan dilestarikan pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu. Hal tersebut dilatarbelakangi pula oleh suatu keyakinan bahwa tradisi yang ada dan dilestarikan dalam masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu merupakan kebiasaan atau cara-cara yang sesuai dengan keyakinan adat istiadat leluhur Pulau Jawa, khsuusnya Jawa Indramayu. Oleh karena itu, penulis mengambil judul Kajian Terhadap Upacara Adat Laku Pepe dan Laku Kungkum sebagai Pelaksanaan Kewajiban Adat (Studi Deskriptif terhadap Masyarakat Adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu) B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, penulis dapat mengidentifikasi beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu asal mula pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum yang masih dipertahankan dan dilestarikan oleh masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu hingga saat ini. Proses pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum yang dianggap memiliki nilainilai penting bagi masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.
Dengan demikian, yang menjadi fokus penelitian ini adalah Mengapa upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu dianggap sebagai bentuk pelaksanaan kewajiban adat? Untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian ini, maka pokok permasalahan tersebut dijabarkan menjadi rumusan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana posisi eksistensi masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu? 2. Bagaimana proses pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu? 3. Nilai-nilai apa saja yang terkandung pada upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu? 4. Bagaimana bentuk dan proses yang menunjukkan ketaatan masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu dalam upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum? 5. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu dalam mewarisi dan memelihara upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum? 6. Bagaimana kontribusi upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum dalam membangun warga negara yang baik? 7. Bagaimana upaya dari pemerintah setempat dalam memajukan kebudayaan daerah setempat dalam memajukan kebudayaan daerah terkait pelestarian upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum? C. Tujuan Penelitian Tujuan merupakan hal utama yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan. Dengan tujuan, maka tindakan akan terarahkan secara fokus, begitupun dalam penelitian ini memiliki tujuan.
1. Tujuan Secara Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengungkapkan dan menggambarkan mengenai upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum sebagai pelaksanaan kewajiban adat masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu. 2. Tujuan Secara Khusus Selain tujuan umum, penelitian ini juga memiliki tujuan khusus untuk mengungkapkan dan menggambarkan hal-hal berikut: a. Posisi eksistensi masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu. b. Proses pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu. c. Nilai yang terkandung dalam upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu. d. Bentuk dan proses ketaatan masyarakat adat terhadap upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum. e. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu dalam memelihara upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum. f. Kontribusi upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum dalam membangun warga negara yang baik. g. Upaya yang dilakukan pemerintah setempat dalam memajukan kebudayaan daerah terkait peelstarian upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Memberikan wawasan keilmuan bagi penulis khusunya melatih diri dalam menyusun karya ilmiah yang benar dan mampu memberikan sumbangan konsep-konsep baru, baik secara langsung maupun tidak langsung yang dapat menunjang terhadap pewarisan nila-nilai budaya. b. Hasil penelitian ini merupakan sumbangan terhadap ilmu pendidikan, khususnya dala, membangun nilai-nilai positif eksistensi adat istiadat bagi pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan kemasyarakatan (civic community) serta dapat hidup sesuai dengan kebudayaan dan mengembangkan kebudayaan untuk kehidupan yang lebih baik. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dorongan berupa saran kepada masyarakat adat untuk memberdayakan dirinya sesuai dengan perkembangan zaman. b. Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan dalam upaya pelestarian dan pembinaan nilai- nilai budaya masyarakat adat. Selain itu juga, untuk menjadi bahan masukan bagi pemerintahan atau pemegang keputusan sebagai pengembang pariwisata dapat dilihat dari banyaknya pengunjung luar daerah yang dating untuk menyaksikan jalannya upacara adat tersebut. c. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi bagi peneliti lain. E. Penjelasan Istilah Menurut Surakhmad (Arikunto, Suharsimi, 1998: 60) menyatakan bahwa asumsi atau anggapan dasar adalah sebuah titik tolak yang kebenarannya diterima oleh penyelidik. Berdasarkan pendapat tersebut, asumsi atau anggapan dasar dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Koentjaraningrat, 1990: 146).
2. Adat berarti kebiasaan, yaitu perilaku masyarakat yang selalu terjadi berulang kali (Ranidar Darwis, 2008: 3). 3. Masyarakat adat merupakan kesatuan manusia yang teratur, menetap di suatu daerah tertentu, mempunyai penguasa- penguasa dan mempunyai kekayaan yang berwujud ataupun tidak berwujud, dimana para anggota kesatuan masing- masing mengalami kehidupan dalam masyarakat sebagai hal yang wajar menurut kodrat alam dan tidak seorangpun diantara para anggota itu mempunyai pikiran atau kecenderungan untuk membubarkan ikatan yang telah tumbuh itu atau meninggalkannya dalam arti melepaskan diri dari ikatan itu untuk selama- lamanya (Teer Haar, dalam Muhammad, 2002:21). 4. Nilai merupakan sesuatu yang abstrak, yang dijadikan pedoman pedoman serta prinsip- prinsip umum dalam bertindak dan bertingkahlaku (Theodorson, dalam Felly, 1994:101). 5. Budaya merupakan keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhannya dari hasil budi dan karyanya itu (Koentraningrat, 1994: 9). 6. Nilai budaya merupakan konsepsi- konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal- hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup (Koentraningrat, 1994: 25). 7. Kebudayaan berarti segenap perwujudan dan keseluruhan hasil pikiran (logika), kemauan (etika), serta perasaan (estetika) manusia dalam rangka perkembangan kepribadian manusia, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa (Daoed Joesoef, dalam Burhanuddin Salam, 1996: 116). 8. Tradisi merupakan adat kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan dalam masyarakat atau suatu penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik (Depdiknas, 2001 : 1208). 9. Laku Pepe adalah melakukan ritual dengan cara menjemur diri dibawah terik sinar matahari.
10. Laku kungkum pelaksanaan ritual dengan cara berendam di dalam air (sampai sebatas leher). F. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sugiyono (2010: 9) mendefinisikan penelitian kualitatif adalah pendekatan yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Secara umum, penelitian deskriptif mempunyai cirri-ciri yaitu memusatkan penelitian pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang yaitu masalah aktual dan data-data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis. Dengan demikian, penelitian ini berusaha untuk memperoleh gambaran yang nyata mengenai upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Observasi (Pengamatan), yaitu suatu pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto, 2002 : 133). Dengan melakukan observasi peneliti dapat memperoleh suatu gambaran yang lebih jelas tentang masalah yang sedang diteliti dan dapat memberikan deskripsi mengenai gambaran umum tentang objek yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi pengamatan peneliti adalah tradisi masyarakat adat yaitu pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum sebagai pelaksanaan kewajiban adat. 2. Wawancara (Interview), merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab yang dilakukan oleh dua pihak yaitu
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dengan informan atau yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada tokoh adat, tokoh masyarakat, aparat desa, dan masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu. Desa Krimun Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu. 3. Studi dokumentasi, yaitu cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis. Studi dokumentasi dilakuakn dengan mengumpulkan, menganalisis dokumen- dokumen, catatan- catatan penting dengan tujuan untuk membantu memecahkan permasalahan dalam penelitian. Studi dokumenter dengan mengumpulkan dokumentasi dokumentasi atau arsip-arsip. 4. Studi literatur, yaitu penelitian dilakukan melalui kepustakaan, mengmpulkan data- data dan keterangan melalui buku buku dan bahan lainnya yang ada hubungannya dengan masalah- masalah yang diteliti. Studi literatur ini dilakukan dengan mengumpulkan data melalui bukubuku yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.
MATRIKS HASIL PENELITIAN KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN (Studi Deskriptif di Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu) No Rumusan Masalah Metode Penelitian Hasil Penelitian dan Pembahasan Kesimpulan Saran 1 Bagaimana posisi Metode 1. Objek dalam penelitian ini adalah Kesimpulan: Saran eksistensi penelitian masyarakat adat Suku Dayak Hindu a. Masyarakat adat Suku a. Bagi pemerintah setempat, masyarakat adat yang Budha Bumi Segandu Indramayu, Dayak Hindu Budha Bumi perlu melakukan pendekatan Suku Dayak Hindu digunakan berada dalam kawasan pemerintahan Segandu Indramayu tidak yang intensif, untuk bisa Budha Bumi dalam desa Krimun, Kecamatan Losarang, memiliki KTP, hal ini membuka wawasan dan Segandu penelitian ini Kabupaten Indramayu. Akan tetapi, disebabkan karena agar pikiran masyarakat adat Indramayu? adalah metode meskipun secara demografi berada mereka tidak terdaftar tersebut akan pentingnya 2 Bagaimana proses deskkriptif, dalam kawasan pemerintahan Desa sebagai warga negara, memiliki identitas diri yang pelaksanaan pendekatan Krimun, Kecamatan Losarang, sehingga mereka terbebas berupa KTP, sebagai bukti upacara adat Laku kualitatif, Kabupaten Indramayu, namun secara dari pemerintahan, dalam identitas diri yang resmi Pepe dan Laku dengan teknik administrated masyarakat adat ini artian mereka bebas untuk sehingga bisa bergabung dan Kungkum pada pengumpulan tidak tercatat. Kondisi ini terjadi tidak mendukung terlibat dalam pemerintahan. masyarakat adat data berupa karena masyarakat adat ini tidak pemerintahan, contohnya b. Bagi masyarakat adat Suku Suku Dayak Hindu observasi memiliki KTP. Alasan masyarakat dalam hal pemilihan Dayak Hindu Budha Bumi Budha Bumi (pengamatan, adat tidak memiliki KTP diantaranya umum, karena mereka Segandu Indramayu, agar Segandu wawancara karena masyarakat adat ini tidak ikut beranggapan hidup ini turut berpartisipasi dalam
Indramayu? (interview), serta dalam pemerintahan, dalam harus didasarii oleh rassa program-program pemerintah. 3 Nilai-nilai apa saja studi artian masyarakat adat ini selalu keadilan. Salah satunya dengan adanya yang terkandung dokumentasi, golput pada setiap kali diadakannya b. Masyarakat adat ini kepemilikan KTP, karena hal pada upacara adat serta studi pemilihan umum atau pemilihan mengadakan ritual ini akan memberikan Laku Pepe dan literatur. kepala daerah. Selain itu juga karena menyembah Sang pencipta keuntungan bagi mereka Laku Kungkum dalam pembuatan KTP, harus diisi dan penguasa alam dengan sendiri. Contohnya dalam hal pada masyarakat format agama, dan mengenakan foto, dua cara, yaitu Laku Pepe mendapatkan pelayanan adat Suku Dayak sedangkan masyarakat adat ini tidak dan Laku Kungkum. kesehatan yang diberikan oleh Hindu Budha Bumi mempunyai agama, hanya menganut c. Upacara dat Laku Pepe pemerintah setempat. Segandu kepercayaan, dan hanya mengenakan dan Laku Kungkum, nilai c. Dalam melaksanakan upacara Indramayu? celana tanpa baju. yang terkandung di dat Laku Kungkum, 4 Bagaimana bentuk 2. Masyarakat adat Suku Dayak Hindu dalamnya yaitu untuk sebaiknya menggunakan air dan proses yang Budha Bumi Segandu Indramayu ini membangun rasa yang bersih, agar terhindar menunjukkan memiliki upacara adat yang kebersamaan, persatuan, dari penyakit yang terrdapat ketaatan masyarakat dinamakan Laku Pepe dan Laku melatih kesabaran, dalam air kotor. Selain itu adat Suku Dayak Kungkum yang dilaksanaan pada menerima apa adanya atau juga, masyarakat adat ini Hindu Budha Bumi Jum at Kliwon pada setiap bulannya. ikhlas, dapat membaur hendaknya dalam Segandu Indramayu Laku Pepe dilaksanakan pada siang dengan alam, serta membersihkan badan, akan dalam pelaksanaan hari sambil berjemur dibawah terik bermakna pula guna lebih baik jika batinnya pun upacara adat Laku matahari, sedangkan Laku Kungkum meminta keselamatan turut dibersihkan dengan cara Pepe dan Laku dilaksanakan pada dini hari sambil kepada Sang pencipta dan shalat. Kungkum? beremdam di parit berisi air. tujuan penguasa alam. d. Kepada masyarakat adat, agar
5 Bagaimana upaya diadakannya upacara adat ini adalah d. Upacara dat Laku Pepe lebih taat lagi dalam setiap yang dilakukan oleh untuk melatih kesabaran, meminta dan Laku Kungkum hanya pelaksanaan upacara adat masyarakat adat keselamatan, serta membersihkan diikuti oleh masyarakat Laku Pepe dan Laku Suku Dayak Hindu diri dari kotoran-kotoran yang adat yang bersedia untuk Kungkum, agar tercipta Budha Bumi menempel pada tubuh. melaksanakan upacara suasana kehidupan yang lebih Segandu Indramayu 3. Nilai yang tekandung dalam upacara tersebut, tidak ada paksaan baik lagi. dalam mewarisi dan adat ini adalah membangun rasa dari pihak manapun. e. Hendaknya masyarakat adat memelihara upacara kebersamaan, persatuan, melatih e. Setiap pelaksanaan dapat menjaga dan dat Laku Pepe dan kesabaran, menerima apa adanya upacara adat, selalu melestarikan nilai-nilai luhur Laku Kungkum? atau ikhlas, dapat membaur dengan melibatkan anak-anak yang terkandung dalam 6 Bagaimana alam. dengan tujuan agar anak- budaya masyarakat tersebut. kontribusi upacara 4. Pelaksanaan upacara adat ini, hanya anak dapat mewarisi dan f. Bagi pemerintah setempat, adat Laku Pepe dan dilakukan oleh masyarakat adat terus melestarikan upacara hendaknya lebih Laku Kungkum berjenis kelamin laki-laki. dalam adat iini. memperhatikan keberadaan dalam membangun melaksanakan upacara adat ini, f. Pelaksanaan upacara adat budaya yang ada pada warga negara yang masyarakat sangat taat, tidak ada Laku Pepe dan Laku masyarakat adat Suku Dayak baik? paksaan dari pihak manapun, Kungkum mengandung Hindu Budha Bumi Segandu, 7 Bagaimana upaya semuanya karena kesadaran dari nilai-nilai luhur, yaitu agar budaya yang telah ada dari pemerintah masing-masing individu. diantaranya untuk dapat dikembangkan sebagai setempat dalam 5. Keberadaan upacara adat ini sangat membangun rasa fungsi ekonomi yang memajukan dijaga kelestariannya, sehingga kebersamaan, persatuan, memanfaatkan kesempatan ini kebudayaan daerah dalam setiap pelaksanaan upacara melatih kesabaran, dengan cara berjualan di area
terkait pelestarian adat, selalu melibatkan anak-anak menerima apa adanya atau pelaksanaan upacara adat, upacara dat Laku walau hanya melihat pada saat ikhlas, serta dapat dengan menjual souvenir- Pepe dan Laku upacara adat berlangsung. membaur dengan alam. souvenir khas masyarakat Kungkum? 6. efek positif dalam pelaksanaan Dengan adanya nilai luhur adat tersebut. upacara adat tersebut dapat menjaga tersebt, maka dapat g. Diharapkan ada peneliti lain kelestarian alam, hidup rukun memberikan efek positif yang dapat mengkaji lebih dengan sesame, dan terbangunnya bagi kehidupan dalam berkenaan dengan gotong royong, serta terbangunnya bermasyarakat di wilayah pelaksanaan Upacara adat rasa persaudaraan yang semakin erat. masyarakat adat yang Laku Pepe dan Laku 7. Sejauh ini tidak ada upaya yang kemudian akan Kungkum di masyarakat adat dilakukan oleh pemerintah setempat menghasilkan warga Suku Dayak Hindu Budha untuk menjaga budaya yang ada negara yang baik. Bumi Segandu Indramayu. dalam masyarakat adat ini. Namun, g. Belum da upaya dari meskipun tidak adanya upaya untuk pemerintah setempat melestarikan kebudayaan dari dalam melestarikan serta pemerintah, masyarakat adat tersebut memajukan kebudayaan tetap berusaha keras untuk yang ada pada masyarakat memajukan dan melestarikan adat. kebudayaan yang telah ada.
G. Lokasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Menurut Sukardi (2003: 53), bahwa yang dimaksud dengan lokasi penelitian atau tempat penelitian tidak lain adalah tempat dimana proses studi yang dilakukan untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian berlangsung. Adapun lokasi penelitian ini terletak di RT 13 RW 03, Desa Krimun, Kecamatan Losarang, atau 300 m dari jalur utama Pantura Indramayu. Sedangkan sampel penelitiannya adalah masyarakat adat Suku Dayak Hindu- Budha Bumi Segandu Indarmayu. 2. Sampel Penelitian Nasution (1992: 32), mengemukakan bahwa sampel penelitian adalah sumber penelitian yang dapat memberikan informasi, dipilih secara purposive dan bertalian dengan tujuan tertentu. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.