EduSains Volume 1 Nomor 2 ISSN PENGEMBANGAN RPP BERBASIS INKUIRI DENGAN PENERAPAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki

BAB I PENDAHULUAN. ilmuwan untuk melakukan proses penyelidikan ilmiah, atau doing science (Hodson,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing. arah (ceramah reflektif) dan sistem dua arah (penemuan terbimbing).

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. potensi dalam diri siswa itu sendiri. Menurut Sardiman (1994), aktivitas adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan semua keterampilan yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. siswa sebagai pengalaman yang bermakna. Keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gina Gusliana, 2014

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Siklus belajar 5E (The 5E Learning Cycle Model) (Science Curriculum Improvement Study), suatu program pengembangan

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agung Firmansyah, 2013

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

I. PENDAHULUAN. Umumnya proses pembelajaran di SMP cenderung masih berpusat pada guru

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X IPA 1 SMA NEGERI 1 MARABAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

PENGEMBANGAN TES KETERAMPILAN PROSES SAINS MATERI FLUIDA STATIS KELAS X SMA/MA

I. PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa alam dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep fisika.

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol 02 No 01 Tahun 2013, 20-25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adelia Alfama Zamista, 2015

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pendidikan yang diterapkan di negara ini.

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan model pembelajaran yang

KETERAMPILAN CALON GURU BIOLOGI MERANCANG PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 BIOLOGY TEACHER CANDICATE SKILLS IN DESIGN LEARNING CURRICULUM 2013

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011):

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rahmat Rizal, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu

UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

MODEL PEMBELAJARAN INSTRUCTION, DOING, DAN EVALUATING (MPIDE) DENGAN MODUL SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

II._TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

BAB I PENDAHULUAN. kesimpulan (Hohenberg, 2010). Langkah-langkah metode ilmiah ini dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI IPA MAN SUMENEP

I. PENDAHULUAN. agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pembelajaran : SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman mengajar, permasalahan seperti siswa jarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains (KPS) dibutuhkan untuk menggunakan dan memahami

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

EVALUASI KESIAPAN GURU FISIKA SMA DALAM KEGIATAN LABORATORIUM DI KOTA MATARAM

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang berlaku di jenjang sekolah menengah adalah kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum sains dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menjadi

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum 2013 dimana pembelajaran ini dikemas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada awalnya, kemampuan dasar yang dikembangkan untuk anak didik

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu peristiwa yang diamati yang kemudian diuji kebenarannya

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Slavin (Nur, 2002) bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP / MTs Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : VIII / 1

BAB I PENDAHULUAN. melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas, 2006). Pembelajaran IPA tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Literasi sains didefinisikan oleh The National Science Education Standards

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. apa yang sedang dipelajarinya dalam proses pembelajaran. LKS juga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hermansyah, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS TERPADU DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMAN 2 PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

II. KERANGKA TEORITIS. dalam aktivitas belajar yang menentukan tingkat keberhasilan pemahaman

BAB I PENDAHULUAN Etty Twelve Tenth, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. saling berkaitan. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi (hubungan timbal

Elok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Tlp: , Abstrak

BIOLOGY EDUCATION FACULTY OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION UNIVERSITY OF RIAU

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

PEMBELAJARAN KIMIA MELALUI MODEL PEMECAHAN MASALAH DAN INKUIRI TERBIMBING DITINJAU DARI KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) DASAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP

Belajar =? Behaviorism (Pavlov, dkk ): belajar adalah proses perolehan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

PENERAPAN SEVEN JUMP METHOD (SJM) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA. Sabar Nurohman. Abstrak

PENERAPAN PENDEKATAN DEMONSTRASI INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN DASAR PROSES SAINS SISWA

5. Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari hari.

Mengoptimalkan Lerning Cycle untuk Meningkatkan Pemahaman dan Pengaplikasian Konsep dalam Pembelajarn Fisika

PENGARUH PROSEDUR SIKLUS BELAJAR 5E TERHADAP HASIL BELAJAR PADA POKOK BAHASAN FLUIDA STATIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

Transkripsi:

PENGEMBANGAN RPP BERBASIS INKUIRI DENGAN PENERAPAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DEVELOPMENT OF INQUIRY-BASED LESSON PLANS WITH SCIENCE PROCESS SKILLS APPLICATION IN PHYSICS LEARNING Suhartono Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri, Palangkaraya e-mail : suhartono_plk@yahoo.com ABSTRAK Makalah ini membahas pengembangan kurikulum IPA dan Fisika yang lebih fleksibel di sekolah dengan menekankan pengajaran inkuiri secara sempurna, sehingga bagi guru fisika diharapkan dapat membuat rencana pelaksaan pembelajaran (RPP) berbasis inkuiri yang menerapkan keterampilan proses sains pada tujuan pembelajarannya dalam menjabarkan indikator dari kompetensi dasar materi Fisika, maka dari itu diperlukan format standar RPP berbasis inkuiri bagi guru atau calon guru yang akan terlibat langsung dalam pengajaran IPA dan Fisika baik di SMP/MTs dan SMA/MA. Pengembangan Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) berbasis inkuiri menekankan keterampilan proses sains yang diterapkan oleh para guru. Maka guru perlu memiliki kompetensi berinkuiri dalam proses pengajarannya, agar diharapkan mampu memperbaiki sebagian besar bentuk pengajaran fisika dan petunjuk percobaan yang prosesnya masih bersifat verifikatif, dan masih diajarkan di SMP/MTs dan SMA/MA Kata kunci: keterampilan proses sains, Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP), inkuiri, verifikatif ABSTRACT This paper discusses the development of science and physics curriculum more flexible in school by emphasizing teaching inquiry perfectly, so the physics teacher is expected to make the implementation of the learning plan (RPP) that implement inquiry-based science process skills in the learning goals in describing indicators of basic competencies matter physics, and therefore required a standard format of inquiry-based lesson plans for teachers or teachers candidates who will be directly involved in the teaching of science and physics both in SMP/MTs and SMA/MA. Development of Learning Implementation Plan (RPP) emphasizes inquiry-based science process skills applied by the teachers. So teachers need to have a competency inquiry in the teaching process, that is expected to fix teaching of physics most forms and instructions that is still experimental verification process, and still is taught in SMP / MTs and SMA / MA

Keywords: science process skills, lesson plans (RPP), inquiry, verification I. PENDAHULUAN Potensi bangsa indonesia yang belum dimaksimalkan dalam riset pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang seharusnya sudah dimulai sejak tingkatan sekolah dasar, salah satu penyebabnya adalah proses pengajaran IPA dan Fisika yang masih berfokus pada produk dan bukan proses pada pembelajarannya. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 dan 23 Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006 di standar kompetensi dan kompetensi dasar pada latar belakang, tujuan, dan Standar Kompetensi Lulusan di tingkat SMP/MTs maupun SMA/MA pada mata pelajaran IPA dan Fisika terdapat penekanan sangat penting kepada proses penemuan atau inkuiri yang menekankan pada keterampilan proses sains dimana sebenarnya ini harus benar-benar diterapkan pada sebagian besar proses pembelajarannya. Dewasa ini sebagian besar proses pembelajaran di sekolah-sekolah SMP/MTs dan SMA/MA mulai dikembangkan bentuk pengajaran seperti model kooperatif, berbasis masalah atau jenis lainnya dimana inkuiri bisa menjadi bagian dari model pembelajarannya tetapi bukan pembelajaran inkuiri secara menyeluruh dari awal hingga akhir pembelajaran. Sebenarnya hal ini dilakukan bukan karena alasan tidak bisanya guru menekankan pengajarannya menggunakan inkuiri melainkan saat guru menerima pendidikan yang ada, masih terbatas pengetahuan dan informasi bagaimana pengajaran inkuiri tersebut dilaksanakan, karena selama pendidikan proses pembelajarannya mereka sebagian besar tidak mengalami pembelajaran inkuiri itu sendiri, serta kendala internal kurikulum disekolah yang tidak memungkinkan untuk melakukan pembelajaran inkuiri disebabkan keterbatasan waktu dalam mengajarkan seluruh konsep fisika yang sudah ditetapkan sekolah, berdasarkan target ketuntasan materi yang harus dicapai. Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya pengembangan kurikulum yang lebih fleksibel di sekolah dan menekankan pengajaran inkuiri secara sempurna, sehingga bagi guru fisika diharapkan dapat membuat rencana pelaksaan pembelajaran (RPP) berbasis inkuiri yang menerapkan keterampilan proses pada tujuan pembelajarannya dalam menjabarkan indikator dari kompetensi dasar materi Fisika, maka dari itu diperlukan format standar RPP berbasis inkuiri bagi guru atau calon guru yang akan terlibat langsung dalam pengajaran IPA dan Fisika di SMP/MTs dan SMA/MA. II. TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 memuat tujuan dan standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seperti: 1. Untuk tingkat SMP/MTs : - Melakukan pengamatan dengan peralatan yang sesuai, melaksanakan percobaan sesuai prosedur, mencatat hasil pengamatan dan pengukuran dalam tabel dan grafik yang sesuai, membuat kesimpulan dan mengkomunikasikannya secara lisan dan tertulis sesuai dengan bukti yang diperoleh. 2. Untuk tingkat SMA/MA: - Melakukan percobaan, antara lain merumuskan masalah, mengajukan

dan menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. - Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik, kekekalan energi, impuls, dan momentum Dari hal kompetensi lulusan agak bertolak belakang dengan sebagian besar bentuk pengajaran fisika dan petunjuk percobaan yang masih bersifat verifikatif dengan petunjuk model resep dan bukan inkuiri yang diajarkan di SMP/MTs dan SMA/MA, Sedangkan bila melihat di latar belakang standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan jelas menyatakan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SMP/MTs dan di SMA/MA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah [1]. Kegiatan pembelajaran fisika yang bersifat verifikasi ini, menurut Heuvelen dan juga McDermott tidak banyak membantu dalam mengembangkan kemampuan berpikir. Lebih lanjut McDermott menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran yang mestinya dilakukan adalah kegiatan inkuiri seperti yang dilakukan oleh ilmuwan ketika mengungkap gejala alam. Menurut Lawson, kegiatan inkuiri memungkinkan siswa untuk: (1) mengeksplorasi gejala dan merumuskan masalah, (2) membuat hipotesis, (3) mendesain dan melaksanakan cara pengujian hipotesis, (4) mengorganisasikan dan menganalisis data, (5) menarik kesimpulan dan mengkomunikasikannya [2]. B. PENGAJARAN INKUIRI Bentuk siklus inkuiri [3] terdiri dari (1) observasi (observation); (2) bertanya (questioning); (3) mengajukan dugaan (hypothesis); (4) pengumpulan data (data gathering); (5) penyimpulan (conclusion) adalah sebagai berikut:

Observing Draw conclusions Questioning Data analysis Inquiry process Gathering Information Hypothesis Gambar 1. Siklus Inkuiri Kegiatan pengajaran inkuiri sangat menekankan pada keterampilan proses sains pada semua tahapannya. Menurut Esler [4] keterampilan proses sains dikelompokan seperti pada tabel dibawah ini: Tabel 1. Keterampilan Proses Sains Keterampilan Proses Dasar Keterampilan Proses Terpadu Merumuskan hipotesis (formulating hypothesis) Mengamati (observasi) Menyatakan variable (naming variable) Mengelompokkan (klasifikasi) Mengontrol variable (controlling variables) Melakukan pengukuran Mendefinisikan operasional (operational (measuring) definition) Berkomunikasi (communicating) Melakukan Eksperimen(experimenting) Menarik kesimpulan (inferring) Menginterpretasi data (data interpreting) Meramalkan (prediksi) Menyelidiki (investigating) Mengaplikasikan konsep (applying concepts) Penekanan penting bagi guru saat memberikan pola pengajaran inkuiri yaitu bahwa guru bertanggung jawab bagi pembentuk karakter sikap mental siswa sebagai ilmuwan, dan mengarahkan siswa dengan pertanyaan-pertayaan untuk menempatkan mereka benar-benar pada posisi ilmuwan saat melakukan penyelidikan. III. RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS INKUIRI Langkah awal untuk mempermudah dan memperlancar jalannya proses belajar mengajar berbasis inkuiri di sekolah adalah perlu adanya contoh Model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang ada

di sekolah masing-masing dengan menyesuaikan variasi bentuk baru yang tidak terlalu jauh beda dengan RPP yang telah dilaksanakan di sekolah, hanya saja pada tujuan pembelajarannya yang menjabarkan indikator dari kompetensi dasar, sangat perlu menekankan pada keterampilan proses sains yang diterapkan pada proses pengajarannya, Rancangan RPP perlu memperhatikan indikator penguasaan konsep pada kompetensi dasar dihubungkan dengan tingkat berfikir domain afektif, kognitif, dan psikomotor yang mempunyai kesamaan kalimat atau maksud operasional yang merupakan bagian dari keterampilan proses sains, seperti pada kompetensi dasar dengan tingkatan aspek belajar analisis (analyze) dapat dijabarkan dengan kata operasional mengkorelasikan, menemukan, menelaah, yang merupakan bagian keterampilan proses sains dasar dan terpadu. Untuk lebih memahami hubungan-hubungannya maka perlu digambarkan seperti diagram di bawah ini Keterampilan Proses Sains (KPS) Kata kerja operasional pada ranah Afektif Kata kerja operasional pada ranah Kognitif Kata kerja operasional pada ranah Psikomotor Gambar 2. Diagram Hubungan kata kerja operasional ranah afektif, kognitif, dan psikomotor yang merupakan bagian keterampilan proses sains Terdapat tambahan keterampilan proses yang merupakan gabungan dari beberapa keterampilan proses yaitu merumuskan/mengungkapkan masalah, ini untuk memudahkan langkah awal memasuki keterampilan proses selanjutnya, serta keterampilan proses yang lebih tinggi yaitu menemukan model matematis. Analisa tabel pada semua tingkatan aspek belajar pada ranah kognitif: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian yang di jabarkan oleh kata kerja operasional pada ranah kognitifnya hampir semua komponennya dimiliki oleh keterampilan proses sains, tergantung kedalaman materi konsep fisikanya. Maka tujuan pembelajaran yang akan di terapkan di RPP berbasis inkuiri berupa keterampilan proses sainsnya. Contoh rancangan RPP berbasis inkuiri dengan menekankan keterampilan proses pada tujuan pembelajarannya disertakan dalam lampiran. Instrument RPP

tersebut merupakan pengembangan dari thesis peneliti dan merupakan adaptasi dari tahapan dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk Praktikum Fisika Dasar tingkat perguruan tinggi yang berupa SAP (Satuan Acara Perkuliahan). Instrument tahapan dan SAP tersebut terlebih dahulu melalui pengujian validitas konstruksi oleh tiga orang ahli kemudian dicobakan pada sampel. Setelah mendapatkan instrumen yang valid kemudian dilakukan penelitian quasi eksperimen dengan dua kelas (eksperimen dan kontrol). IV. KESIMPULAN Penerapan pola pembelajaran berbasis inkuiri pada sebagian besar konsep IPA dan fisika diharapkan kedepan pendidikan fisika di Indonesia menekankan riset dan pengembangan teknologi yang dimulai dari tingkat SMP/MTs dan SMA/MA. Diawali oleh pendidik dengan membuat tujuan pembelajaran melalui penerapan RPP berbasis inkuiri yang menekankan keterampilan proses sains sehingga dapat tercapai tujuan pendidikan fisika yang sesuai dengan permen 22 dan 23 tahun 2006. Satu hal yang sangat penting juga adanya usaha dengan meningkatkan kopetensi para guru dan calon guru dalam pengajaran fisika yang berbasis inkuiri dimulai dari perkuliahan atau pelatihan yang diberikan kepada guru dan calon guru IPA dan fisika. DAFTAR PUSTAKA 1. Depdiknas. Standar Kompetensi Lulusan. Permendiknas No. 23 Tahun 2006. Jakarta. 2. Wiyanto. Pengembangan Kemampuan Merancang Dan Melaksanakan Kegiatan Laboratorium Fisika Berbasis Inkuiri Bagi Mahasiswa Calon Guru. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April (2006) hal.424 3. Depdiknas. Strategi pembelajaran MIPA. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan (2008) 4. Hartono. Profil Keterampilan Proses sains Mahasiswa Program Pendidikan Jarak Jauh S1 PGSD Universitas Sriwijaya. Proceeding of The First International Seminar on Science Education (2007) hal.11-14 LAMPIRAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah : SMA Kelas / Semester : X (sepuluh) / Semester I Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (2 45 menit) Mata Pelajaran : FISIKA Standar Kompetensi 2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik. Kompetensi Dasar Indikator 2.1 Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan konstan. 1. Menganalisis besaran-besaran fisika pada gerak dengan kecepatan konstan. 2. Menganalisis besaran-besaran fisika pada gerak dengan percepatan konstan. 3. Menganalisis grafik gerak lurus dengan kecepatan konstan dan gerak lurus dengan percepatan konstan. I. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: 1. Mengungkapkan masalah, membuat hipotesis dan memperkirakan gejala yang terjadi pada benda yang bergerak pada lintasan yang lurus. 2. Mengenali dan menetapkan veriabel-variabel yang terkait pada benda yang bergerak pada lintasan yang lurus. 3. Melakukan eksperimen serta mengambil data percobaan pada benda yang bergerak pada lintasan yang lurus. 4. Membuat perkiraan grafik dari data variabel-variabel yang terkait pada benda yang bergerak pada lintasan yang lurus. 5. Menemukan model matematis dari perkiraan grafik dan mencocokan dengan data pada benda yang bergerak pada lintasan yang lurus. 6. Menarik kesimpulan dan mengkomunikasikannya dari hasil percobaan yang mereka lakukan pada benda yang bergerak pada lintasan yang lurus. II. Materi Pembelajaran Gerak Lurus dengan Kecepatan dan Percepatan Konstan III. Model dan Metode Pembelajaran

1. Model : - inkuiri terbimbing 2. Metode : - Diskusi kelompok, Demonstrasi, Eksperimen, Tanya jawab. IV. Langkah-Langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal Guru membuka pelajaran, diteruskan dengan menjelaskan persiapan-persiapan yang perlu dilakukan sebelum dan setelah melakukan eksperimen serta menjelaskan laporan hasil kegiatan eksperimen yang akan dibuat. 2. Kegiatan Inti TAHAP* Kegiatan guru Kegiatan siswa I Membimbing siswa untuk mengidentifikasi masalah/fenomena dengan dituliskan dipapan tulis, atau dengan LCD proyektor dan dapat juga didemontrasikan. Mengungkapkan masalah/fenomena fisika dengan menjawabnya di lembar jawaban masing-masing Keterampilan proses sains Menyelidiki Waktu yang diperlukan ±2 Menit II Memberikan pertanyaan hipotesis dan memberikan kesempatan pada siswa secara perseorangan untuk membuat jawaban hipotesis. Membuat Hipotesis di lembar jawaban masing-masing Merumuskan hipotesis ±3 Menit III Memberikan kesempatan pada siswa untuk menjawab pertanyaan prediksi secara perseorangan, kemudian mengumpulkan jawaban tentang hal mengungkapkan masalah, hipotesis dan prediksi. Menjawab prediksi di lembar jawaban masingmasing kemudian mengumpukan jawaban keseluruhan pada guru Meramalkan/ Prediksi ±10 Menit IV Mengelompokan siswa dan membimbing siswa untuk berdiskusi Membentuk kelompok dan mendiskusikan Pengkomunikasian ± 5 menit

tentang jawaban sebelumnya tentang hal mengungkapkan masalah, hipotesis dan prediksi jawaban tentang hal mengungkapkan masalah, hipotesis, dan prediksi agar mendapatkan satu jawaban kelompok yang mewakili keseluruhan anggota kelompok V VI VII Memberikan kesempatan perwakilan seluruh kelompok untuk memberikan jawaban hipotesis dengan menuliskan di papan tulis didepan kelas Seluruh perwakilan kelompok menuliskan jawaban di papan tulis didepan kelas Pengkomunikasian antar kelompok MEMPERSIAPKAN ALAT DAN BAHAN EKSPERIMEN (GURU MEMBIMBING SISWA UNTUK MEMILIH ALAT DAN BAHAN YANG TEPAT UNTUK MELAKUKAN EKSPERIMEN) Membimbing siswa dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam kelompok untuk mendapatkan informasi melalui percobaan, dengan melakukan eksplorasi dan menguji secara langsung, melakukan observasi, mengukur dan mencatat dengan menggunakan alat yang tepat dan sesuai dengan penyelidikan yang dilakukan. Misalnya: menggunakan penggaris untuk mengukur panjang, kalkulator untuk Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi data Mengelompokan, Menamai variabel, Membuat definisi operasional, Mengamati, Melakukan pengukuran, Mengontrol variabel, Melakukan eksperimen ± 5 menit ± 3 menit ±30 menit s.d selesai

menghitung, jam untuk mengukur waktu, termometer untuk mengukur suhu, timbangan untuk mengukur massa, gunting untuk memotong dll. VIII Membimbing dan memfasilitasi untuk Memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul dan bagaimana menganalisis pola-pola penemuan mereka.melalui diskusi terlebih dahulu dengan tanya jawab, dapat berdebat mempertahankan pendapatnya, mepresentasikan hasil pendapatnya dengan benar, memberikan kesempatan rekan lainya untuk berpendapat. Diskusi antar kelompok Pengkomunikasian ±30 menit s.d selesai, 3. Kegiatan Akhir Guru menyimpulkan dan memberi penekanan pada percobaan yang telah dilakukan. Dilanjutkan tahap IX TAHAP* Kegiatan guru Kegiatan siswa IX Membimbing siswa dalam membuat laporan dengan menggunakan matematika untuk menjawab pertanyaan dari hasil data Membuat laporan lengkap Keterampilan proses sains Interpretasi, Menarik kesimpulan, Aplikasi konsep Waktu yang diperlukan Seminggu atau kurang, setelah diskusi antar kelompok, batas waktu pengumpulan

praktikum yang telah didiskusikan secara individu. *Tahapan pembelajaran dapat dikembangkan lagi. V. Sumber Belajar sebelum melanjutkan materi selanjutnya..menyesuaikan dengan materi yang diajarkan. VI. Penilaian. Sebaiknya menggunakan tes berbentuk essay