Terapi Konservatif dan Terapi Pengganti Ginjal sebagai Penatalaksanaan pada Gagal Ginjal Kronik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. keluhan maupun gejala klinis kecuali sudah terjun pada stadium terminal (gagal

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, UKDW

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan

PERATURAN MENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 812/MENKES/PER/VII/2010 TENT ANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penderita gagal ginjal kronik menurut estimasi World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN. (penting untuk mengatur kalsium) serta eritropoitein menimbulkan keadaan yang

PENELITIAN PENGARUH HEMODIALISIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM. Elya Hartini *, Idawati Manurung **, Purwati **

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsi produk

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB I PENDAHULUAN. dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999 berdasarkan data Global burden of

Kondisi Kesehatan Ginjal Masyarakat Indonesia dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB I PENDAHULUAN. hidup saat ini yang kurang memperhatikan keseimbangan pola makan. PGK ini

Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu gangguan pada ginjal ditandai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lambat. PGK umumnya berakhir dengan gagal ginjal yang memerlukan terapi

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. Singapura dan 9,1% di Thailand (Susalit, 2009). Di Indonesia sendiri belum ada

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I.PENDAHULUAN. dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan masalah medik, sosial dan ekonomik. yang sedang berkembang yang memiliki sumber-sumber terbatas untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mampu

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN NABATI DAN HEWANI DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS RAWAT JALAN DI RSUP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

ABSTRAK PATOLOGI GAGAL GINJAL KRONIK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

perkembangan penyakit DM perlu untuk diperhatikan agar komplikasi yang menyertai dapat dicegah dengan cara mengelola dan memantau perkembangan DM

BAB I PENDAHULUAN. Acute kidney injury (AKI) telah menjadi masalah kesehatan global di seluruh

transplantasi adalah pasien dan hanya ada 920 pasien yang menerima transplantasi (NHSBT, 2014). Hemodialisis merupakan metode perawatan umum

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar bagi pasien dan keluarganya, khususnya di negara-negara

PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS. TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI)

HEMODIALYSIS PADA ANAK. Tatik Dwi Wahyuni, SKep Ns RSUP Dr Sardjito Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta orang mengalami gagal ginjal. Data dari The United State Renal Data System

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ginjal merupakan organ yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan air

BAB I PENDAHULUAN. Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ginjal dengan cepat sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan

KATA PENGANTAR. Lamongan, Penyusun

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

Transkripsi:

Terapi Konservatif dan Terapi Pengganti Ginjal sebagai Penatalaksanaan pada Ika Agustin Putri Haryanti, Khairun Nisa Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak Berdasarkan estimasi WHO (World Health Organization), secara global lebih dari 500 juta orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik. Sekitar 1,5 juta orang harus menjalani hidup bergantung pada cuci darah. Pengobatan gagal ginjal kronik dapat dilakukan dengan terapi konservatif untuk menghambat progesifitas penyakit dengan cara pengaturan asupan protein, kalium, kalori, cairan, elektrolit dan mineral. Ketika tindakan konservatif tidak lagi efektif dalam mempertahankan kehidupan pada penyakit ginjal stadium akhir atau gagal ginjal maka dilakukan terapi pengganti ginjal. Terapi pengganti ginjal yang terdapat di pelayanan renal unit adalah hemodialisis, CAPD (Continous Ambolatory Peritoneal Disease) dan transplantasi ginjal. Kata kunci: gagal ginjal kronik, terapi konservatif, terapi pengganti ginjal. Conservative Therapy and Renal Replacement Therapy as Treatment for Chronic Renal Failure Abstract Based on WHO (World Health Organization) estimation, globally more than 500 million people suffer chronic renal failure. Around 1,5 million people living their life depending on dialysis. the treatment for crhonic renal failure with conservative therapy to slow the progress of the disease by doing controlling the protein, calium, calorie, fluid, electrolit and mineral intake.when the conservative treatment no longer efective in maintaining the patient's life on end-stage renal disease or renal failure, then renal replacement therapy is the only way. the renal replacement therapy which is available in renal unit services are hemodialisis, CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Disease), and kidney transplant. [Majority. 2015;4(7):1-5] Keywords: chronic renal failure, conservative therapy, renal replacement therapy. Korespondensi: Ika Agustin Putri Haryanti, e-mail ika.agustin17@yahoo.co.id Khairun Nisa, e-mail nisaberawi0226@gmail.com Pendahuluan Berdasarkan estimasi World Health Organization (WHO), secara global lebih dari 500 juta orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik. Sekitar 1.5 juta orang harus menjalani cuci darah dalam hidupnya. Di Indonesia, berdasarkan Pusat Data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, jumlah pasien gagal ginjal kronik diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta penduduk, 60% nya adalah usia dewasa dan usia lanjut. 1 Pengobatan gagal ginjal kronik dibagi dalam dua tahap yaitu penanganan konservatif dan terapi penggantian ginjal. Penanganan gagal ginjal secara konservatif terdiri dari tindakan untuk menghambat berkembangnya gagal ginjal, menstabilkan keadaan pasien, dan mengobati setiap faktor yang reversible. Sedangkan penanganan dengan pengganti ginjal dapat dilakukan dialisis intermiten atau transplantasi ginjal yang merupakan cara paling efektif untuk penanganan gagal ginjal. 2 Dialisis sebagai terapi pengganti ginjal telah menyelamatkan nyawa jutaan individu pada pasien End Stage Renal Disease (ESRD). Kemajuan dalam memahami penyakit gagal ginjal dan komplikasinya telah mengakibatkan perkembangan intervensi terhadap penyakit gagal ginjal kronik sehingga dapat memperlambat progesifitas dan memperbaiki komplikasi penyakit. Dengan dialisis telah memperpanjang masa hidup dan memperbaiki kualitas hidup pasien. 3 Menurut National Kidney and Urologic Disease Information Clearinghouse tahun 2006 hemodialisis merupakan terapi yang paling sering digunakan pada penderita gagal ginjal kronis. 4 Berdasarkan data PERNEFRI (Perhimpunan Nefrologi Indonesia) tahun 2012, jenis fasilitas layanan yang diberikan oleh renal unit adalah hemodialisis (78%), Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (3%), transplantasi (16%) dan Continuous Renal Replacement Therapy (3%). Jumlah pasien baru yang menjalani hemodialis di tahun 2007 Majority Volume 4 Nomor 7 Juni 2015 49

adalah 49977 pasien, di tahun 2008 ada 5392 pasien, di tahun 2009 ada 8193 pasien, di tahun 2010 ada 9649 pasien, di tahun 2011 ada 1535 pasien dan di tahun 2012 ada 19621. Dari data tersebut terlihat bahwa dari tahun ke tahun terjadi peningkatan jumlah pasien baru yang menjalani hemodialisis. 5 Isi Gagal ginjal kronik didefinisikan sebagai nilai Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) yang berada dibawah batas normal selama lebih dari 3 bulan. 6 Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat biasanya berlangsung beberapa tahun. Pada keadaan ini ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. 2 Penyebab penyakit gagal ginjal kronik menurut PERNEFRI pada tahun 2012 dijelaskan dalam tabel 1. Tabel 1. penyebab penyakit gagal ginjal kronik. 5 Penyebab Insiden Penyakit ginjal hipertensi 35% Nefropati diabetika 26% Glomerulopati primer 12% Nefropati obstruksi 8% Pielonefritis kronik 7% Nefropati asam urat 2% Nefropati lupus/sle 1% Ginjal polikistik 1% Tidak diketahui 2% Lain lain 6% Kriteria penyakit ginjal kronik: 1) Kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa kelainan struktural maupun fungsional dengan atau tanpa penurunan LFG yang bermanifestasi dengan adanya Kelainan patologis dan erdapat tanda kelainan pada ginjal, kelainan tersebut dapat berupa komposisi darah, urin atau kelainan pada tes pencitraan (imaging tests). 2) LFG kurang dari 60 ml/menit/1,73m 2 selama 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal. 2 Klasifikasi penyakit gagal ginjal kronik sebagai berikut: Tabel 2. Klasifikasi penyakit gagal ginjal kronik 7 Derajat LFG (ml/mnt/1.7 32m 2 ) Penjelasan 1 90 LFG normal atau meningkat 2 60-89 LFG turun ringan 3A 45-59 LFG turun sedang 3B 30-44 4 15-29 LFG turun berat 5 < 15 Gagal ginjal Penatalaksanaan gagal ginjal kronik dapat dilakukan dua tahap yaitu dengan terapi konservatif dan terapi pengganti ginjal. Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal ginjal secara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin azotemia, memperbaiki metabolisme secara optimal, dan memelihara keseimbangan cairan elektrolit. Beberapa tindakan konservatif yang dapat dilakukan dengan pengaturan diet pada pasien gagal ginjal kronis. 8 Diet rendah protein menguntungkan untuk mencegah atau mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat merugikan terutama gangguan keseimbangan negatif nitrogen. 8 Pembatasan asupan protein dalam makanan pasien gagal ginjal kronik dapat mengurangi gejala anoreksia, mual, dan muntah. Pembatasan ini juga telah terbukti menormalkan kembali dan memperlambat terjadinya gagal ginjal. Asupan rendah protein mengurangi beban ekskresi ginjal sehingga menurunkan hiperfiltrasi glomerulus, tekanan intraglomerulus, dan cedera sekunder pada nefron intak. 2 Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pasien penyakit ginjal kronis akan secara spontan membatasi asupan protein mereka. Jumlah protein yang diperbolehkan kurang dari 0,6 g protein/kg /hari dengan LFG kurang dari 10 ml / menit. 9 Hiperkalemia merupakan masalah yang penting pada gagal ginjal kronik. Hiperkalemia merupakan komplikasi interdialitik yaitu komplikasi yang terjadi selama periode antar hemodialisis. Keadaan hiperkalemia mempunyai resiko untuk terjadinya kelainan jantung yaitu aritmia yang dapat memicu terjadinya cardiac arrest yang merupakan penyebab kematian mendadak. 8 Hiperkalemia berat dapat didefinisikan sebagai kadar kalium Majority Volume 4 Nomor 7 Juni 2015 50

lebih dari 6,5 meq/l (6,5 mmol/l)atau kurang dari 6,5 meq/l dengan perubahan elektrokardiografi khas pada hiperkalemia (gambaran tinggi dan meruncing pada gelombang T atau terjadinya T elevasi). 10 Terapi diet rendah kalium dengan tidak mengkonsumsi obat-obatan atau makanan yang mengandung kalium tinggi. Jumlah yang diperbolehkan dalam diet adalah 40 hingga 80 meq/hari. Makanan yang mengandung kalium seperti sup, pisang, dan jus buah murni. Pemberian kalium yang berlebihan akan menyebabkan hiperkalemia yang berbahaya. 2 Kebutuhan jumlah kalori untuk gagal ginjal kronik harus adekuat dengan tujuan utama yaitu mempertahankan keseimbangan positif nitrogen, memelihara status nutrisi dan memelihara status gizi. 8 Diet Asupan Energi yang direkomendasikan untuk penderita gagal ginjal kronis dengan LFG <25ml/menit dan tidak menjalani dialisis adalah 35 kkal/kg/hari untuk usia kurang dari 60 tahun dan 30-35 kkal/kg/hari untuk usia lebih dari 60 tahun. 3 Asupan cairan pada gagal ginjal kronik membutuhkan regulasi yang hati-hati dalam gagal ginjal lanjut. Asupan yang terlalu bebas dapat menyebabkan kelebihan beban sirkulasi, edem, dan intoksikasi cairan. Kekurangan cairan juga dapat menyebabkan dehidrasi, hipotensi, dan memburuknya fungsi ginjal. Aturan umum untuk asupan cairan adalah keluaran urine dalam 24 jam ditambah 500 ml yang mencerminkan kehilangan cairan yang tidak disadari. Pada pasien dialysis cairan yang mencukupi untuk memungkinkan penambahan berat badan 0,9 hingga 1,3 kg 2. Sedangkan Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual tergantung dari LFG dan penyakit ginjal dasar. 8 Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5 yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis, Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) dan transplantasi ginjal. 11 Hemodialisis adalah suatu cara untuk mengeluarkan produk sisa metabolisme melalui membran semipermeabel atau yang disebut dialyzer. 12 Sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia itu dapat berupa air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zatzat lain. 13 Hemodialisis telah menjadi rutinitas perawatan medis untuk End Stage Renal Disease (ESRD). 14 Salah satu langkah penting sebelum memulai hemodialisis yaitu mempersiapkan access vascular beberapa minggu atau beberapa bulan sebelum hemodialisis. access vascular memudahkan dalam perpindahan darah dari mesin ke tubuh pasien. Hemodialisis umumnya dilakukan dua kali seminggu selama 4-5 jam per sesi pada kebanyakan pasien ESRD. 14 Menurut data Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah pasien baru yang menjalani hemodialisis dari tahun ke tahun. Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala toksik azotemia dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada pasien gagal ginjal kronik yang belum mencapai tahap akhir dalam perburukan fungsi ginjal. 11 Akhir-akhir ini sudah populer CAPD di pusat ginjal dan luar negeri. CAPD dapat digunakan sebagai terapi alternatif dialisis untuk penderita ESRD dengan 3-4 kali pertukaran cairan per hari. 14 Pertukaran cairan terakhir dilakukan pada jam tidur sehingga cairan peritoneal dibiarkan semalam. 2 Terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada pasien dialisis peritoneal. Indikasi dialisis peritoneal yaitu pasien anak-anak dan orang tua (umur lebih dari 65 tahun), pasien-pasien yang telah menderita penyakit sistem kardiovaskular, pasien-pasien yang cenderung akan mengalami perdarahan bila dilakukan hemodialisis, kesulitan pembuatan AV shunting, pasien dengan stroke, pasien GGT (gagal ginjal terminal) dengan residual urin masih cukup dan pasien nefropati diabetik disertai comorbidity dan co-mortality. 8 Transplantasi ginjal merupakan cara pengobatan yang lebih disukai untuk pasien gagal ginjal stadium akhir. Namun kebutuhan transplantasi ginjal jauh melebihi jumlah ketersediaan ginjal yang ada dan biasanya ginjal yang cocok dengan pasien adalah yang memiliki kaitan keluarga dengan pasien. Sehingga hal ini membatasi transplantasi ginjal sebagai pengobatan yang dipilih oleh pasien. 2 Kebanyakan ginjal diperoleh dari donor hidup karena ginjal yang berasal dari kadaver tidak sepenuhnya diterima karena adanya masalah sosial dan masalah budaya. Karena kurangnya donor hidup sehingga pasien yang ingin Majority Volume 4 Nomor 7 Juni 2015 51

melakukan transplantasi ginjal harus melakukan operasi diluar negeri. 14 Transplantasi ginjal memerlukan dana dan peralatan yang mahal serta sumber daya manusia yang memadai. Transplantasi ginjal ini juga dapat menimbulkan komplikasi akibat pembedahan atau reaksi penolakan tubuh. 15. Ringkasan Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan struktural dan fungsional ginjal selama lebih dari 3 bulan dengan LFG kurang dari 60 ml/menit/1,73m 2. Penatalaksanaan awal gagal ginjal kronik dilakukan secara konservatif dengan pengaturan diet protein yang berfungsi untuk mencegah atau mengurangi azetomia, diet kalium untuk mencegah terjadinya hiperkalemi yang membahayakan pasien, diet kalori untuk menambah energi pasien gagal ginjal yang sering mengalami malnutrisi dan pengaturan kebutuhan cairan, mineral, dan elektrolit berguna untuk mengurangi kelebihan beban sirkulasi dan intoksikasi cairan. Jika penanggulangan konservatif tidak lagi dapat mempertahankan fungsi ginjal maka dilakukan terapi pengganti ginjal yaitu hemodialisis yang merupakan penggunan terapi pengganti ginjal terbanyak, CAPD dapat digunakan sebagai alternatif terapi dialis dan transplantasi ginjal pengobatan yang paling disukai untuk pasien gagal ginjal namun memerlukan dana yang mahal. Simpulan Penatalaksanaan gagal ginjal kronik dapat dilakukan secara konsevatif dengan pengaturan diet dan terapi pengganti ginjal dengan menggunakan hemodialisis, CAPD, dan transplantasi ginjal. Daftar Pustaka 1. Setiawan Y, Faradila RT. Mengenal cuci darah (hemodialisa)[internet]. 2012. [disitasi tanggal 24 april 2015]; Tersedia dari: http://www.lkc.or.id/2012/06/mengenalcuci-darah. 2. Wilson LM. Pengobatan Gagal Ginjal Kronik. Dalam: Hartanto H, Susi N, Wulansari P, Mahanani DA, editor. Patofisiologi Konsep Klinis Proses -Proses Penyakit. 6 ed. Vol 2. Jakarta: EGC; 2006. hlm. 965-978. 3. National Kidney Foundation. Clinical practice guidelines for chronic kidney disease: evaluation, classification, and stratification. National Kidney Foundation. Inc; 2002. 4. National Kidney and Urologic Disease Information Clearinghouse (NKUDIC). Hemodialysis treatment metode for kidney failure [internet]. Institutes of health (NIH) [disitasi tanggal 5 april 2015]. Tersedia dari: http://www.kidney.niddk.nih.gov. 5. PERNEFRI. (2012). 5 th Report Of Indonesian Renal Registry; 2012. 6. Davey P. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga; 2006. 7. NICE, acute kidney injury prevention detecting and management of acute kidney injury up to the point of renal replacement therapy [internet]. UK: National Institute For Health and Care Excellent; 2013 [disitasi tanggal24 April 2015]. Tersedia dari: http://www.nice.org.uk/guidance/cg169/r esources/guidance-acute-kidney-injurypdf. 8. Sukandar E. dan terminal. Dalam: Nefrologi klinik. Edisi 3.Bandung: Penerbit Pusat Inforamsi Ilmiah Bag Ilmu Penyakit Dalam FK.UNPAD; 2006. hlm. 465-524. 9. Ikizler TA: Protein and energy: recommended intakeand nutrient supplementation in chronic dialysis patients. Semin Dial. 2004; 17:471-478. 10. Rahman M, Shad F, Smith MC. Acute kidney injury: a guide to diagnosis and management. American Family Physician [internet]; 2012. [disitasi tanggal 24 april 2015]; 86(7):631-639. Tersedia dari: www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23062091 11. Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam: Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (PAPDI). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi kelima. Jilid II. Jakarta: Interna Publishing; 2009. 12. Thomas, N. Renal Nursing (2 nd edition). London United Kingdom: Elsevier Science; 2002. 13. Brunner dan Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (terjemahan, volume II). Jakarta: EGC; 2001. 14. Prodjosudjadi W, Suhardjono A. End-Stage Renal Disease In Indonesia: Treatment Majority Volume 4 Nomor 7 Juni 2015 52

development. Ethnicity & Disease [internet]; 2009 [disitasi tanggal 24 April 2015]; 19: 33-36. Tersedia dari : http:// www.ishib.org/journal/19.../ethn-19-01s1-33.pdf 15. Vogt BA, Avner ED. Renal failure. Dalam: Behrman RM, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke 17. Philadelphia: WB Saunders; 2004. hlm 1770-1775. Majority Volume 4 Nomor 7 Juni 2015 53

Majority Volume 4 Nomor 7 Juni 2015 54