KORELASI NILAI KOEFISIEN ARAH SERAT BETON TERHADAP KEKUATAN TARIK LENTUR PADA BETON DENGAN SERUTAN BAJA MAUPUN HAREX SF

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PEMAKAIAN SERAT BAJA HAREX SF TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN ARAH SERAT BETON

PEMAKAIAN SERAT HAREX SF DENGAN SERUTAN BAJA LIMBAH LABORATORIUM TEKNOLOGI MEKANIKA STTNAS TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN STELL FIBER TERHADAP UJI KUAT TEKAN, TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR PADA CAMPURAN BETON MUTU f c 25 MPa

PENINGKATAN KUAT LENTUR PADA BETON DENGAN PENAMBAHAN FIBER POLYPROPHYLENE DAN COPPER SLAG (TERAK TEMBAGA)

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS

PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK KACA SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI AGREGAT HALUS TERHADAP SIFAT MEKANIK BETON

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT KAWAT BENDRAT DAN SERAT IJUK PADA BETON K-225 TERHADAP KUAT GESER

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT BAJA 4D DRAMIX TERHADAP KUAT TEKAN, TARIK BELAH, DAN LENTUR PADA BETON

N. Retno Setiati ABSTRAK

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

Pengaruh Panjang Serat Kulit Bambu Terhadap Sifat Mekanik Beton

Pengaruh Penambahan Serat Polypropylene Terhadap Sifat Mekanis Beton Normal

PENELITIAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN DAN TANPA PEMAKAIAN SIKAFIBRE

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

PERILAKU LENDUTAN DAN RETAK PADA BALOK BETON BERTULANG DENGAN TAMBAHAN SERAT BAJA

STUDI PENGARUH SERAT POLYPROPYLENE (PP) TERHADAP KUAT TEKAN DAN TARIK BELAH SELF COMPACTING CONCRETE (SCC)

TINJAUAN KEKUATAN BETON PADA USIA MUDA DENGAN PENAMBAHAN POLYPROPYLENE FIBRE

PENGARUH PROSENTASE PENAMBAHAN SERAT TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BELAH BETON RINGAN. Abstrak

Daftar Pustaka D.P-1 DAFTAR PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT IJUK PADA KUAT TARIK CAMPURAN SEMEN-PASIR DAN KEMUNGKINAN APLIKASINYA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempermudah penyebaran fiber kawat secara merata kedalam adukan beton. Dari

PENGARUH KUAT TEKAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

PENGGUNAAN SERAT POLYPROPYLENE UNTUK MENINGKATKAN KUAT TARIK BELAH BETON

KAJIAN KUAT TARIK BETON SERAT BAMBU. oleh : Rusyanto, Titik Penta Artiningsih, Ike Pontiawaty. Abstrak

PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan konstruksi bangunan di Indonesia semakin

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

PENGARUH SUBTITUSI ABU SERABUT KELAPA (ASK) DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

FIBRE (SERAT) MACAM-MACAM FIBRE (SERAT) a. Polyster Fibre Bahan dasar : polyethylene terethalate. : - menaikkan kokoh tekan/tarik/lentur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan laju pembangunan yang semakin pesat, beton telah banyak

The Influence of Steel Fiber Amount And L/D ratio to Mechanical Properties of Concrete

STUDI PERILAKU KUAT LENTUR DAN KUAT TARIK BELAH PADA BETON BERSERAT BAJA

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PS BALL SEBAGAI PENGGANTI PASIR TERHADAP KUAT LENTUR BETON

PERBANDINGAN UJI TARIK LANGSUNG DAN UJI TARIK BELAH BETON

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAJA TERHADAP KEKUATAN BETON MUTU 60 MPa

KAPASITAS LENTUR, TOUGHNESS, DAN STIFFNESS BALOK BETON BERSERAT POLYETHYLENE

UJI TARIK BETON MUTU TINGGI

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Pengaruh Penambahan Serat Kawat Berkait Pada Beton Mutu Tinggi Berdasarkan Optimasi Diameter Serat BAB I PENDAHULUAN

KAJIAN PENGARUH PENAMBAHAN SERAT BAMBU ORI TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BETON

PENGARUH VARIASI KADAR LIGHTWEIGHT EXPANDED CLAY AGGREGATE (LECA) TERHADAP KARAKTERISTIK BETON SERAT BAGU

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT ROVING TERHADAP KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB 3 METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK GULA (TETES TEBU) SEBAGAI BAHAN TAMBAH DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PENGUJIAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT UJI TEKAN

BAB III LANDASAN TEORI

NILAI KUAT TARIK BELAH BETON DENGAN VARIASI UKURAN DIMENSI BENDA UJI

BAB III LANDASAN TEORI

Pengajar Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret 3)

Keywords: high quality concrete, waste strapping band, polypropylene concrete, fiber concrete

STUDI EKSPERIMENTAL PERKUATAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN GFRP (GLASS FIBER REINFORCED POLYMER)

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL TAKIKAN TIPE U LEBAR 3 CM TIAP JARAK 10 CM DENGAN POSISI KULIT DI SISI DALAM

ANALISA PENGARUH PENGGUNAAN SERAT SERABUT KELAPA DALAM PRESENTASE TERTENTU PADA BETON MUTU TINGGI

UJI PEMBEBANAN PADA PELAT REACTIVE POWDER CONCRETE

STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG

PEMANFAATAN CLAY EX. BENGALON SEBAGAI AGREGAT BUATAN DAN PASIR EX. PALU DALAM CAMPURAN BETON DENGAN METODE (AMERICAN CONCRETE INSTITUTE) ACI 211

KAJIAN PENAMBAHAN SERAT SINTETIK PADA CAMPURAN BETON TERHADAP SIFAT MEKANIK BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Self Compacting Concrete (Beton memadat Mandiri) adalah campuran

KAJIAN KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BETON RINGAN MEMANFAATKAN SEKAM PADI DAN FLY ASH DENGAN KANDUNGAN SEMEN 350 kg/m 3

Keyword : steel fiber, fiber-reinforced concrete, compressive strength, splitting tensile strength, flexural strength

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN SUPERPLASTICIZER TERHADAP KUAT LENTUR BETON RINGAN ALWA MUTU RENCANA f c = 35 MPa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dunia konstruksi bangunan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

Pengaruh Substitusi Sebagian Agregat Halus Dengan Serbuk Kaca Dan Silica Fume Terhadap Sifat Mekanik Beton

BAB 3 METODE PENELITIAN

ANALISA LENTUR DAN EKSPERIMENTAL PENAMBAHAN SERAT IJUK AREN

PENGARUH CAMPURAN KAWAT BENDRAT TERHADAP KEKUATAN BALOK BETON DENGAN MUTU 20 MPa

STUDI KUAT LENTUR BETON RINGAN BERSERAT KAWAT GALVANIS

Beton sebagai bahan bangunan teknik sipil telah lama dikenal di Indonesia, lokal, sehingga beton sangat populer dipakai untuk struktur-struktur besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH VARIASI PERAWATAN BETON TERHADAP SIFAT MEKANIK HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE UNTUK MEMPRODUKSI BETON KUAT TEKAN NORMAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. baja sehingga menghasilkan beton yang lebih baik. akan menghasilkan beton jadi yang keropos atau porous, permeabilitas yang

Ika Bali 1,2* dan Sadikin 1. Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Letjen. S. Parman No.1, Jakarta 11440

PENGARUH PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN DALAM CAMPURAN BETON DITINJAU TERHADAP KUAT TARIK LENTUR DAN MODULUS ELASTISITAS

PREDIKSI KUAT GESER BALOK BETON BERTULANG FIBER BENDRAT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 RANCANG PROPORSI CAMPURAN BETON

PERILAKU BALOK BETON SANDWICH DALAM MENERIMA BEBAN LENTUR TESIS MAGISTER OLEH FIRDAUS

3.4.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus Error! Bookmark not defined Kadar Lumpur dalam Agregat... Error!

PENGARUH KADAR AIR AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN BETON ABSTRACT

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT TERHADAP KUAT LENTUR BETON DENGAN f c = 40 MPa PADA BENDA UJI BALOK 600 X 150 X 150 mm 3

TINJAUAN MOMEN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG PADA TULANGAN GESER. Naskah Publikasi

ANALISA DAN KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN SERAT BENDRAT (SERAT KAWAT) PADA DAERAH TARIK BALOK BETON BERTULANG

III. METODE PENELITIAN

Kapasitas Penggunaan Carbon Fiber Reinforced Polymer (Cfrp) Berlapis Banyak Terhadap Perkuatan Lentur Struktur Balok Beton Bertulang

Pengaruh Penambahan Serat Bendrat dan Abu Sekam Padi Terhadap Kuat Tekan, Kuat Tarik Belah, dan Modulus Elastisitas

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis, lebih tahan akan cuaca, dan lebih tahan terhadap korosi.

Transkripsi:

Korelasi Nilai Koefisien Arah Serat Beton Terhadap Kekuatan Tarik Lentur Pada Beton KORELASI NILAI KOEFISIEN ARAH SERAT BETON TERHADAP KEKUATAN TARIK LENTUR PADA BETON DENGAN SERUTAN BAJA MAUPUN HAREX SF Lilis Zulaicha 1, Marwanto 2 1,2 Teknik Sipil STTNAS Yogyakarta Jalan Babarsari no. 1, Depok-Sleman, Yogyakarta 1 lilis_zulaicha@yahoo.com Abstract Concrete has high compressive strength that is capable of supporting a large and heavy structures. But concrete has a low tension strength and brittle nature (Brittle). The weakness of this concrete properties can be improved by providing treatment such as provide fiber. There are several fibers that can be used to improve the properties of concrete and one of them is the steel fibers. Steel fibers possess the strength and modulus of elasticity which is relatively high. Moreover steel fibers do not change the shape of the influence of alkali in the cement. Imposition in a long period of time does not affect the mechanical properties of steel fiber. Bond in the composition of the mixture can be increased because fastening mechanically. The study used the steel shavings and fiber materials Harex SF. The aim of this examination was intended to determine the coefficient of concrete fiber orientation at the same time the value of flexural tension strength of concrete produced in the concrete mix wearing Harex SF fiber or steel shavings. Steel fiber used in this study using the percentage of 1 until 4 percent of the weight of the concrete mix and perform quality control for the split tension strength of concrete at 28 days. From this research, the percentage of 3 percent as the optimum value based on the ease of doing the concrete (workability) used for research flexural tension strength of concrete and fiber orientation coefficient of concrete in the concrete with steel shavings and concrete with fibers Harex SF. From the testing that has been done shows: flexural tension strength fiber-reinforced concrete Harex SF 3 percent of 5,037 MPa and flexural tension strength of concrete with steel shavings of 11,035 MPa and the coefficient of fiber direction concrete well with fiber Harex SF and shavings of steel both are between 0 and 1 (0 less than or equal to eta of phi less than or equal to 1) with an average value close to 0, which means both fibers are working properly so that is proven to increase the tension strength of flexural concrete. Keywords: Harex SF, flexural tension strength, fiber orientation coefficient Abstrak Beton memiliki kuat tekan yang tinggi sehingga mampu mendukung struktur bangunan besar dan berat. Tetapi beton mempunyai kekuatan tarik rendah dan sifatnya getas (Brittle). Kelemahan dari sifat beton ini dapat diperbaiki dengan jalan memberikan perlakuan kepada beton diantaranya dengan memberikan serat. Ada beberapa serat yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat beton dan salah satunya adalah serat baja. Serat baja memliki kekuatan serta modulus elastisitas yang relatif tinggi. Selain itu serat baja tidak JURNAL ANGKASA 127

Lilis Zulaicha mengalami perubahan bentuk terhadap pengaruh alkali dalam semen. Pembebanan dalam jangka waktu yang lama tidak berpengaruh terhadap sifat mekanikal dari serat baja. Ikatan dalam komposisi campuran dapat meningkat karena pengikatan secara mekanikal. Penelitian ini memakai bahan serutan baja dan serat Harex SF. Tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui nilai koefisien arah serat beton sekaligus nilai kuat tarik lentur beton yang dihasilkan pada campuran beton yang memakai serat Harex SF maupun serutan baja. Serat baja yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan prosentase 1 sampai dengan 4 persen dari campuran beton dan melakukan kontrol kualitas untuk kuat tarik belah beton pada umur 28 hari. Dari penelitian ini diperoleh prosentase 3 persen sebagai nilai optimum berdasar kemudahan dalam mengerjakan adukan beton (workability) yang dipakai untuk penelitian kekuatan tarik lentur beton dan nilai koefisien arah serat beton pada beton dengan serutan baja maupun beton dengan serat Harex SF. Dari pengujian yang telah dilakukan diperoleh hasil: kekuatan tarik lentur beton serat Harex SF 3 persen sebesar 5,037 Mpa dan kekuatan tarik lentur beton dengan serutan baja sebesar 11,035 MPa. dan nilai koefisien arah serat beton baik dengan serat Harex SF maupun serutan baja keduanya berada diantara 0 dan 1 (0 kurang dari sama dengan eta dari phi kurang dari sama dengan 1) dengan nilai rata-rata mendekati 0 yang berarti kedua serat tersebut bekerja dengan baik sehingga terbukti dapat meningkatkan kuat tarik lentur beton. Kata kunci: HAREX SF dan serutan baja, kuat lentur, koefisien arah serat 1. Pendahuluan Beton serat adalah beton yang cara pembuatannya ditambah serat. Tujuan penambahan serat tersebut adalah untuk meningkatkan kekuatan tarik beton, sehingga beton tahan terhadap gaya tarik akibat, cuaca, iklim dan temperatur yang biasanya terjadi pada beton dengan permukaannya yang luas. Sifat fisis beton serat adalah membuat beton menjadi lebih kaku sehingga memperkecil nilai slump serta membuat waktu ikat awal (initial setting) lebih cepat. Jenis serat yang dapat dipakai untuk memperbaiki sifat kurang baik dari beton telah dilaporkan oleh ACI Committee 544, 1982. Bahan yang dimaksud adalah baja (steel), plastic (polypropylene), kaca (glass), karbon (carbon). Untuk keperluan non structural serat alamiah (natural fiber) seperti ijuk dan serat tumbuhan lainnya juga bisa dipakai. Bahan-bahan serat tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam memperbaiki sifat-sifat beton. Dengan demikian pemilihan jenis bahan serat perlu disesuaikan dengan sifat yang akan diperbaiki. Beberapa sifat tambahan yang dimiliki serat, seperti kemudahan waktu pencampuran, ketahanan terhadap korosi dan sebagainya merupakan bahan petimbangan dalam penentuan pemakaian serat. Serat baja dan serat kaca lebih banyak dipakai untuk keperluan struktur, karena serat tersebut mempunyai faktor-faktor prinsip penguat beton, yaitu kekuatan leleh, daktilitas dan lekatan yang cukup. Serat baja memiliki kekuatan serta modulus elastisitas yang relatif tinggi. Selain itu serat baja tidak mengalami perubahan bentuk terhadap pengaruh alkali dalam semen. Pembebanan dalam jangka waktu yang lama tidak berpengaruh terhadap sifat mekanikal dari serat baja. Ikatan dalam komposisi campuran dapat meningkat karena pengangkeran secara mekanikal. Kelemahan yang dimiliki dari serat baja ini adalah terjadinya korosi apabila serat tidak dalam posisi terlindung dalam beton. Selain itu serat baja akan menambah berat beton. 128 Volume VII, No.2, November 2015

Korelasi Nilai Koefisien Arah Serat Beton Terhadap Kekuatan Tarik Lentur Pada Beton 2. Landasan Teori Dasar pemakaian serat baja ke dalam adukan beton adalah memberikan tulangan secara acak, sehingga dapat mencegah terjadinya retakan-retakan beton di daerah tarik yang terlalu dini akibat pembebanan (Soroushian & Bayasi, 1987). Dengan penambahan serat ini ternyata menjadikan beton menjadi tahan retak dan tahan benturan serta dapat memperbaiki sifat-sifat sebagai berikut : a. Beton akan menjadi lebih daktail b. Ketahanan terhadap kejut c. Peningkatan kuat tarik dan atau lentur d. Daya tahan lelah (fatique) e. Susut f. Tahan terhadap aus Penambahan serat pada akhir pengadukan spesi menghasilkan adukan beton dengan penyebaran serat yang merata berorientasi random, asal kadar serat tidak melebihi kadar maksimumnya. Pada kadar yang terlalu tinggi akan menyebabkan penggumpalan/ pengelompokan pada serat-serat seperti bola-bola serat. Keadaan ini akan banyak mempengaruhi mutu beton yang dihasilkan. Penambahan serat dengan orientasi random akan meningkatkan kuat lentur beton fiber dibandingkan beton non-fiber. Sifat getas dari beton dapat diatasi oleh fiber sehingga beton fiber menjadi liat (Swamy dan Al-Noori, 1975). Selain itu fiber pada adukan menambah kekakuan dan mengurangi lendutan atau defleksi (Swamy dkk, 1979). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pencampuran serat dalam beton yaitu : 1. Tipe fiber 2. Rasio kelangsingan, l/d dari fiber 3. Fiber volume fraction, vf Tipe fiber berbeda dari jenis bahan yang dipakai, juga bisa berbeda pada bentuknya. Serat atau fiber dari bahan yang sama, tetapi bentuknya berbeda mempunyai efek yang berlainan apabila dicampurkan pada beton. Ada berbagai macam bentuk fiber dan ukuran penampang fiber. Untuk penampang bujur sangkar, empat persegi panjang mempunyai panjang rata-rata dari 6-60 mm, lebar 0,5 x 0,5 mm sampai dengan 1 x 1 mm dan untuk penampang bulat mempunyai diameter ekivalen dari 0,5 mm sampai dengan 1 mm. Rasio kelangsingan, l/d dari fiber adalah perbandingan antara panjang fiber dengan diameter fiber. Semakin kecil diameter semakin besar rasio kelangsingannya. Hal ini berarti serat-serat tersebut semakin halus. Rasio kelangsingan yang semakin besar (diameter tidak terlalu kecil) akan banyak mempengaruhi workability beton. Workability beton akan menurun dan kemungkinan beton akan keropos semakin besar. Namun bila workability bisa dipertahankan baik, semakin besar kehalusan serat, lebar retak dan jarak retak akan berkurang walau jumlah retak bertambah. Jumlah retak banyak dengan lebar retak yang kecil tidak membahayakan suatu struktur karena dengan lebar halus kedalaman retak sepanjang tinggi struktur akan berkurang. Perbandingan antara (panjang) dan d (lebar fiber) akan berpengaruh pada sistem pelaksanaannya. Untuk l/d < 45, pencampuran fiber ke dalam beton tidak memerlukan teknik tertentu. Apabila 45 < l/d < 100, pencampuran memerlukan teknik tertentu agar dapat homogeny. Untuk l/d > 100, hampir tidak mungkin dilaksanakan agar homogen, jalan keluarnya dengan membuat kelompok. Nilai l/d di atas hanya untuk fiber dengan penampang bulat. Untuk penampang persegi atau ½ lonjong l/d < 45 (pada umumnya) maka tidak memerlukan teknis pencampuran yang khusus agar homogen. Fiber Volume Fraction, vf adalah prosentase/konsentrasi bagian serat dalam satuan volume beton (Persamaan 1). JURNAL ANGKASA 129

Lilis Zulaicha Vf = dengan (1) Dengan : = Jumlah luasan serat = Luas penampang serat = Sudut antara sumbu serat dengan garis sumbu spesimen Makin besar volume fraction dari serat yang ditambahkan pada campuran beton, semakin meningkat kekuatan beton serat yang dihasilkan. Namun prosentase peningkatan mutu berkurang bila vf melebihi vf maksimum dari berat tersebut. 2.1 Kuat Lentur Beton Pengukuran kekuatan tarik lentur adalah penting untuk memperkirakan elemen beton yang mengalami retak. Sangatlah sukar utuk menentukan kekuatan beton secara langsung dan oleh karena itu ditentukan dengan tes lentur. Tes ini digunakan pada balok beton. Pada saat hancur Modulus of Rupture merupakan hal yang sangat penting dalam kekuatan tarik beton. ACI menspesifikasikan Modulus Rupture (fr) sebesar 7,5 (fc ) 0,5 untuk beton normal atau dapat dihitung dengan rumus pada Persamaan 2: Fr = M/Z = M.c/I (2) Dengan : c = jarak serat yang ditinjau M = momen lentur yang bekerja pada suatu penampang I = momen inersia penampang Pengetesan ini dilakukan dengan cara ASTM C 78, dengan benda uji berukuran 152 mm x 152 mm x 508 mm (6 in x 6 in x 20 in). Adapun cara pengisian beton terdiri dari dua lapisan, tiap lapis dirojok sebanyak 60 kali. Untuk beton yang kaku, pemadatannya dengan cara digetar (menurut standar B 5 11881 part 4, dimensi benda uji 150 mm x 150 mm x 750 mm). Kuat tarik beton teoritis dihitung dengan rumus Persamaan 3: (3) Dengan : R = modulus rupture (fr) P = beban maksimum total L = panjang bentang B = lebar benda uji D = tinggi balok Persamaan 3 digunakan bila balok rusak diantara dua beban, misalnya di tengahtengah bentang. Bila balok rusak diluar kedua pembebanan tersebut, maka dipergunakan rumus Persamaan 4: R = 3 (4) Dengan : a = jarak rata-rata antara titik yang rusak dengan tumpuan yang terdekat 130 Volume VII, No.2, November 2015

Korelasi Nilai Koefisien Arah Serat Beton Terhadap Kekuatan Tarik Lentur Pada Beton Gambar 1. Setting Up Uji Kuat Lentur Dengan Pembebanan Sepertiga Bentang 2.2 Fibre Orientation (Arah Serat) Arah serat merupakan efek yang besar pada perilaku kekuatan beton serat. Banyak studi eksperimental dalam beton serat menyatakan kekuatan beton serat dipengaruhi oleh tipe serat, aspek rasio serat dan banyaknya serat dalam campuran beton. Akan tetapi secara umum dapat diterima bahwa arah serat merupakan salah satu parameter yang sangat penting dalam mempengaruhi kekuatan beton serat (Brite-Euram Project No. P-89-3275). Didalam beton serat, fibre orientation ( arah serat) dipergunakan sebagai salah satu pengontrol peningkatan kuat tarik beton yang menggunakan serat baja. Untuk itu perlu dianalisa arah serat yang terdistribusi pada penampang tarik. Apabila arah serat menunjukkan semakin mendatar (η φ = 0), maka kuat tarik semakin meningkat atau sebaliknya apabila arah serat semakin tegak/vertikal (η φ = 1), maka serat baja berarti tidak bekerja. Sebagai data evaluasi, koefisien arah serat (η φ ) dapat dihitung dari masing-masing penampang beton. Menurut Romualdi, rata-rata jumlah serat (M) pada penampang beton dapat diperkirakan sebagai berikut (Persamaan 5): (5) Dengan : banyaknya serat dalam % volume luas penampang beton (cm 2 ) diameter serat rata-rata arah serat yang dapat dihitung dengan Persamaan 6: (6) Dengan : = 0 untuk arah serat horizontal maka 0 Arah serat (η φ ) dapat juga dihitung dengan menggunakan metode eksperimental yaitu Persamaan 7: JURNAL ANGKASA 131

Lilis Zulaicha (7) Dengan : banyaknya serat dalam % volume luas penampang beton ( cm 2 ) diameter serat luas fiber/serat ( cm 2 ) jumlah serat untuk fiber arah horisontal untuk fiber arah vertikal/parallel Serat yang dipakai dalam penelitian ini adalah Harex SF yang merupakan produk impor dan serat dari limbah serutan baja laboratorium Teknologi Mekanik STTNAS Yogyakarta. 3. Metode Penelitian Metodologi penelitian adalah cara-cara penelitian suatu masalah, dengan jalan ilmiah untuk menghasilkan jawaban yang rasional. Dalam penelitian ini dipakai metode eksperimental dengan tahapan-tahapan seperti pada Gambar 2 dan Gambar 3. Gambar 2. Bagan Penelitian 132 Volume VII, No.2, November 2015

Korelasi Nilai Koefisien Arah Serat Beton Terhadap Kekuatan Tarik Lentur Pada Beton Gambar 3. Bagan Penelitian Hasil Pemakaian Optimum Harex SF maupun Serutan Baja 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Hasil Pengujian Kuat Tarik Beton Serutan Baja Umur 28 Hari Serutan Baja ( % ) Tanda/Kode Benda Uji Pembebanan (N) Kuat Tarik (MPa) sp = Kuat Tarik Rata-Rata (MPa) 1 % 2 % BS1a 210000 3.18 BS1b 250000 3.54 BS1c 225000 3.18 BS2a 220000 3.11 BS2b 240000 3.40 BS2c 175000 2.48 3.30 3.00 JURNAL ANGKASA 133

Lilis Zulaicha Tabel 1 (lanjutan). Hasil Pengujian Kuat Tarik Beton Serutan Baja Umur 28 Hari Serutan Baja ( % ) Tanda/Kode Benda Uji Pembebanan (N) Kuat Tarik (MPa) sp = Kuat Tarik Rata-Rata (MPa) 3 % 4 % BS3a 250000 3.54 BS3b 220000 3.11 BS3c 240000 3.40 BS4a 240000 3.40 BS4b 320000 4.53 BS4c 205000 2.90 3.35 3.61 Tabel 2. Pengujian Kuat Tarik Beton Dengan Serat Harex SF Umur 28 Hari Serat Harex SF ( % ) 1 % 2 % 3 % 4 % Tanda/Kode Benda Uji Pembebanan (N) sp = Kuat tarik BH1a 142000 4,523 BH1b 132000 4,204 BH1c 131000 4,172 BH2a 142000 4,523 BH2b 135000 4,300 BH2c 145000 4,618 BH3a 142500 4,539 BH3b 159500 5,080 BH3c 148000 4,714 BH4a 158000 5,032 BH4b 149500 4,762 BH4c 159500 5,080 Kuat Tarik Rata-rata 4,300 4,480 4,778 4,958 Dari hasil Tabel 1 dan Tabel 2 menunjukan bahwa pemakaian serat 4 % memberikan nilai kuat tarik yang tertinggi baik pada beton serutan baja maupun beton serat Harex SF. Akan tetapi dari segi kemudahaan pengerjaan (workability) diperoleh pada pemakaian serat 3% sehingga untuk pengujian kekuatan lentur memakai serutan baja maupun serat Harex SF 3%. 134 Volume VII, No.2, November 2015

Korelasi Nilai Koefisien Arah Serat Beton Terhadap Kekuatan Tarik Lentur Pada Beton Tabel 3. Hasil Pengujian Kuat Lentur Beton dengan Bahan Tambah 3% Jenis Serat (%) Kode Balok Serutan Baja Harex SF 3.00 3.00 P Maks (kn) P Maks Rata-Rata (kn) Kuat Lentur (MPa) BS3a 11.425 5.565 BS3b 11.229 10.493 5.356 BS3c 8.826 4.191 BH3a 61.19 10.878 BH3b 66.19 11.7 BH3c 58.84 62.073 10.4 60 Kuat Lentur Rata-Rata (MPa) 5.037 11.035 Gambar 4. Grafik kekuatan lentur beton serutan Baja dan Harex SF Tabel 4. Hasil pengujian koefisien arah serat ( dengan Bahan Tambah 3% Jenis Serat (%) Benda Uji M A f v f A p 1 4 0.004 1 100 0.016 Serutan Baja 3.00 2 4 0.004 1 100 0.016 3 5 0.004 1 100 0.02 rata-rata 4.333 0.004 1 100 0.017 1 59 0,00381 1,012 225 0,099 Harex SF 3.00 2 68 0,00381 1,008 225 0,114 3 49 0,00381 1,01 225 0,082 rata-rata 59 0,00381 1,01 225 0,098 JURNAL ANGKASA 135

Lilis Zulaicha Gambar 5. Grafik Perbandingan Nilai Koefisien Arah Serat Beton Serutan Baja dan Harex SF Dari hasil penelitian di atas maka dapat dicari hubungan antara kekuatan tarik lentur dengan koefisien arah serat beton seperti pada Tabel. 5 Tabel 5. Hubungan Kekuatan Tarik Lentur dengan Koefisien Arah Serat Beton Jenis Serat Tegangan Tarik lentur Koefisien Arah Serat (MPa) (η φ ) Serutan Baja 5,565 0,016 5,356 0,016 4,191 0,024 Serat Harex SF 10.878 11.767 10.460 0,099 0,114 0,082 Dari hasil Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa beton yang menggunakan serutan baja menghasilkan kekuatan tarik lentur rata-rata sebesar 5,037 MPa dengan nilai koefisien arah serat beton (η φ ) sebesar 0,017, sedang pada beton menggunakan serat Harex SF menghasilkan kekuatan tarik lentur rata-rata sebesar 11,035 MPa dan nilai koefisien arah serat beton (η φ ) sebesar 0,098. Nilai koefisien arah serat (η φ ) baik untuk beton dengan serutan baja maupun beton dengan serat Harex SF keduanya berada diantara nilai nol dan 1 (0 η φ 1). Nilai tersebut rata-rata mendekati 0 (nol) dan ini sesuai dengan kenyataan dalam penelitian yang menunjukkan bahwa arah serutan baja maupun serat HAREX SF ini tegak lurus penampang beton atau dalam posisi datar pada saat pembuatan benda uji. 5. Kesimpulan Dari hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Penggunaan serat HAREX SF yang ditinjau dari workabilitas menunjukkan bahwa pada pemakaian serat 3% memberikan hasil yang optimum. 2. Kekuatan tarik lentur beton serat Harex SF 3% sebesar 5,037 MPa dan kekuatan tarik lentur beton dengan serutan baja sebesar 11,035 MPa. 3. Nilai koefisien arah serat beton serutan baja yang dihasilkan (η φ ) sebesar 0,017 dan beton serat Harex SF 3% (η φ ) sebesar 0,098. Baik beton dengan serat Harex SF maupun dengan serutan baja berada diantara 0 (nol) dan 1 (0 η φ 1) dengan nilai rata-rata yang mendekati 0 (nol). Hal ini menunjukkan bahwa serat tersebut bekerja dengan baik sehingga dapat meningkatkan kekuatan tarik lentur beton. 136 Volume VII, No.2, November 2015

Korelasi Nilai Koefisien Arah Serat Beton Terhadap Kekuatan Tarik Lentur Pada Beton Daftar Pustaka ACI Committee 544, 1982, State of The Report on Fiber Reinforced Concrete, ACI 544 1 R- 82, American Concrete Institute, Detroit, Michigan. ASTM 78-94, Standard Test Method for Flexural (Strength of Concrete Using Beam with Third-Point Loading) ASTM 1116-91, Standart Specification for Fiber-Reinforced Concrete and Shotcrete. ASTM C 496-71 RA 79, Standard Method of Test for Splitting Tensile Strength of Cylindrical Concrete Specimens, Philadelphia. Bayasi,Z, 1989, Mechanical Properties and Structural Application of Steel Fiber Reinforced Concrete, Ph.D Dissertation, Departemdnt of Civil Engineering, Michigan State University, Michigan, USA. Krenchel,H, Fibre Spacing and Specific Fibre Surface, Structural Research laboratory, Technical University of Denmark. Naaman, A.E and Reinhardt, H.W, 1995,High Performance Fiber Reinforced Cement Composites 2 (HPFRCC 2), Procceding of The Second International RILEM Workshop, Ann Arbor,USA. Soroushian,P, Bayasi,Z, 1987, Mechanical properties of Fiber Reinforced Concrete, Procceding of the International Seminar on Fiber Reinforced Concrete, Michigan State University, Michigan, USA. JURNAL ANGKASA 137

Lilis Zulaicha 138 Volume VII, No.2, November 2015