ASESMEN FORMATIF INFORMAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

dokumen-dokumen yang mirip
KI dan KD Matematika SMP/MTs

Tabel 3.1 Rincian kegiatan penelitian kegiatan Maret April Mei Juni Juli

KESESUAIAN BUKU TEKS KURIKULUM 2013 UNTUK SISWA DENGAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII. Lulu Choirun Nisa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis menurut Komaruddin (1979) adalah kegiatan berpikir untuk

15. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SMP/MTs

ANALISIS PENETAPAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)

SMP Negeri 1 Panarukan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

09. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

SILABUS SMA/MA. Sumber Belajar. Alokasi Waktu

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SMALB TUNADAKSA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB II KAJIAN TEORI. A. Analisis. Analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran. Pendidikan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang

P 75 PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN INTEGRASI INTERKONEKSI

4. Kompetensi Dasar Matematika KELAS: I

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA / MADRASAH TSANAWIYAH TAHUN PELAJARAN 2017/2018. memahami

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SMALB TUNARUNGU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam Menyelesaikan Masalah Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi salah satu fokus dalam penyelenggaraan negara. Menurut

14. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SD/MI

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3. 1 Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pembebasan peserta didik

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1, ayat (1) 31, ayat (1). 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

LAPORAN AKHIR HIBAH DISERTASI ASESMEN FORMATIF INFORMAL BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SMALB TUNANETRA

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nina Indriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

RPP dan Silabus SMA Kelas X Kurikulum 2013

SILABUS MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metaphorical Thinking. (repository.upi.edu, 2013), 3.

BAB I PENDAHULUAN. kebodohan menjadi kepintaran, dari kurang paham menjadi paham. Pendidikan

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu titik tolak keberhasilan dan kemajuan suatu bangsa.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam rangka

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam peradaban manusia. Pendidikan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Geometri dan Pengukuran dalam Kurikulum Matematika

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Sekolah Dasar. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. memberikan standar kelulusan di setiap tingkatan dalam pendidikan.

Analisis Kesulitan Matematika Siswa SMP Negeri Di Pacitan Pada Ujian Nasional Tahun 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran dan pendidikan merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

2016, No Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidik

4. Menentukan Himpunan Penyelesaian untuk Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Muhammad Noor Syam bahwa...nampaknya hubungan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Guna Mencapai Drajat Sarjana S-1. Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun oleh:

Transkripsi:

ASESMEN FORMATIF INFORMAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA P - 60 R. Rosnawati 1 1 Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY 1 rosnawati_uny@yahoo.com Abstrak Asesmen formatif informal adalah penilaian yang berfokus pada perolehan informasi tentang siswa belajar dalam pembelajaran dalam hal ini pembelajaran matematika yang dapat berlangsung pada setiap interaksi peserta didik-pendidik dalam proses pembicaraan kelas sehari-hari. Penilaian yang dilakukan saat interaksi memungkinkan pendidik untuk mengumpulkan informasi tentang status konsepsi, cara berpikir, strategi, kemampuan komunikasi peserta didik. Untuk melakukan asesmen formatif informal pendidik mengajukan pertanyaan untuk menghasilkan pemikiran peserta didik, peserta didik memberikan jawaban, pendidik mengakui respon pendidik, dan kemudian menggunakan informasi tersebut dikumpulkan untuk mendukung pembelajaran. Kata kunci: Asesmen, formatif, informal A. PENDAHULUAN Untuk dapat melihat perkembangan hasil belajar selama proses pembelajaran dilakukan melalui asesmen formatif yaitu proses penilaian yang direncanakan sehingga menimbulkan bukti status siswa yang digunakan oleh guru untuk menyesuaikan prosedur pembelajaran yang sedang berlangsung serta untuk menyesuaikan taktik belajar siswa saat ini dan bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kekuatan dan kelemahan proses pembelajaran yang telah dilakukan dan menggunakan informasi tersebut untuk memperbaiki, mengubah atau memodifikasi proses pembelajaran agar lebih efektif. Dengan kata lain dengan informasi yang diperoleh, guru akan memperbaiki hal-hal yang perlu diperbaiki, sedangkan yang tidak perlu diperbaiki perlu dipertahankan dan ditingkatkan. Sebagaimana dinyatakan oleh Black & William (1998) bahwa asesmen formatif diinterpretasikan sebagai semua cakupan berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan guru dan atau siswa yang menyediakan informasi yang digunakan sebagai umpan balik untuk untuk memperbaiki memodifikasi aktivitas pembelajaran dengan pihak-pihak yang terlibat. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Andrade & Cizek (2010) yang menyatakan bahwa fokus asesmen formatif adalah untuk memperoleh informasi secara halus tentang kekuatan dan kelemahan siswa dalam konteks non evaluatif di mana guru dan siswa melihat sebagai informasi yang berharga dan berguna untuk menentukan kegiatan berikutnya yang paling menguntungkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Asesmen formatif dapat digambarkan sebagai proses pencarian informasi yang digunakan untuk menyesuaikan instruksi atau studi untuk tujuan memajukan pembelajaran siswa dibandingkan dengan penilaian sumatif yang terutama ditujukan untuk menggambarkan atau menetapkan kinerja siswa. Lebih rinci Assessment Reform Group (2002) menyatakan bahwa asesmen formatif melibatkan proses mencari dan menginterpretasikan bukti-bukti yang digunakan siswa dan guru untuk memutuskan posisi siswa dalam pembelajarannya, kemana siswa perlu melangkah dan bagaimana cara terbaik untuk mencapainya. Asesmen formatif merupakan bagian dari program Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika untuk Indonesia yang Lebih Baik" pada tanggal 9 November 2013 di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

pembelajaran dan dilakukan secara sistematis dari waktu ke waktu agar dapat mengumpulkan bukti terkait hasil belajar siswa untuk itu memerlukan butir penilaian, jadi butir penilaian merupakan bagian dari asesmen formatif. Sebagaimana dinyatakan Popham (2008) bahwa asesmen formatif berjalan seiring dengan proses pembelajaran. Ada banyak tes yang dapat digunakan sebagai bagian dari tahapan proses penilaian, dan bagian-bagian dari tes merupakan bagian dari proses penilaian. Bentuk butir soal penilaian dari kinerja berbasis pilihan ganda dapat digunakan dalam praktik penilaian formatif, dapat mencakup jurnal, cheklis, makalah, pertanyaan menjodohkan, dan bukti lain yang memunculkan teknik menjawab siswa. Pengumpulan bukti-bukti berbasis asesmen formatif dilakukan selama proses pembelajaran oleh sebab itu pengumpulan bukti-bukti ini dilakukan baik formal maupun informal untuk perbaikan proses pembelajaran. Ruiz-Primo & Purtak (2006) mengusulkan kerangka kerja untuk praktik asesmen formatif informal berdasarkan komponen asesmen formatif yaitu pengumpulan, penafsiran, dan pelaksanaan dan domain penyelidikan ilmiah yaitu epistemik, konseptual, dan social. Pola yang direkomendasikan oleh Ruiz-Primo & Purtak adalah ESRU (Elicit Question, Student Respon, Recognition by teacher, Use of information). Pola ini dapat digunakan dalam pembelajaran matematika yang mengacu pada kurikulum 2013 yang memiliki standard dalam proses pembelajar yang diharapkan adalah pendekatan saintifik (Permendikbud, No 65, Tahun 2013). Selanjutnya dalam Permendikbud RI Nomor 54 tahun 2013 tentang standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah, disebutkan 3 dimensi kompetensi lulusan SMP yaitu dimensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Untuk dimensi pengetahuan adalah memiliki pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian yang tampak mata. Untuk dimensi keterampilan kompetensi yang diharapkan adalah memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari disekolah dan sumber lain sejenis. Lebih jauh dijelaskan dalam Permendikbud Nomor 68 tahun 2013 tentang kurikulum SMP untuk mata pelajaran matematika kelas VII kompetensi dasar untuk dimensi sikap adalah menunjukkan sikap logis, kritis, analitik, konsisten dan teliti, bertanggung jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah; memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada matematika serta memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika, yang terbentuk melalui pengalaman belajar; serta memiliki sikap terbuka, santun, objektif, menghargai pendapat dan karya teman dalam interaksi kelompok maupun aktivitas sehari-hari. Kompetensi dasar untuk dimensi pengetahuan adalah: membandingkan dan mengurutkan beberapa bilangan bulat dan pecahan serta menerapkan operasi hitung bilangan bulat dan bilangan pecahan dengan memanfaatkan berbagai sifat operasi; menjelaskan pengertian himpunan, himpunan bagian, komplemen himpunan, operasi himpunan dan menunjukkan contoh dan bukan contoh; menyelesaikan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel; memahami konsep perbandingan dan menggunakan bahasa perbandingan dalam mendeskripsikan hubungan dua besaran atau lebih; memahami pola dan menggunakannya untuk menduga dan membuat generalisasi (kesimpulan); mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dan menggunakannya untuk menentukan keliling dan luas; mendeskripsikan lokasi benda dalam koordinat Cartesius; menaksir dan menghitung luas permukaan bangun datar yang tidak beraturan dengan menerapkan prinsip-prinsip geometri; memahami konsep transformasi (dilatasi, translasi, pencerminan, rotasi) menggunakan objek-objek geometri; menemukan peluang empirik dari data luaran (output) yang mungkin diperoleh berdasarkan sekelompok data memahami teknik penyajian data dua variabel menggunakan tabel, grafik batang, diagram lingkaran, dan grafik garis. Terkait dengan asesmen formatif yang harus direncanakan guru pada pelaksanaan kurikulum 2013 mencakup 3 dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. harus mengumpulkan informasi yang cukup terkait ketiga dimensi bila menginginkan perubahan strategi pembelajaran dalam upaya membantu siswa mencapai tujuan.permasalahan selanjutnya adalah bagaimana praktik asesmen formatif informal yang dapat dilakukan dalam implementasi Yogyakarta, 9 November 2013 MP - 474

kurikulum 2013? Makalah ini mengekplorasi pembelajaran matematika untuk melihat implementasi praktik asesmen formatif informal dalam pembelajaran matematika di SMP. B. PEMBAHASAN Dalam UU Sisdiknas pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Lebih rinci dalam standar proses dinyatakan bahwa karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan (Permendikbud, No 54, tahun 2013) Untuk mencapai hal tersebut dalam proses pembelajaran tersebut terdapat 3 agen yang saling berinteraksi yaitu guru, siswa, dan teman sebaya, dan 3 landasan kunci proses pembelajaran yaitu menetapkan kemampuan awal siswa saat mengikuti pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, dan apa yang diperlukan mereka untuk mencapai tujuan Black & Wiliam, (2009). Oleh karena ini salah satu asesmen formatif yang dilakukan adalah melihat interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa. Melalui interaksi antara guru-siswa dan siswa dengan siswa diharapkan memperoleh informasi dengan disposisi siswa terhadap matematika. Berikut adalah contoh interaksi antara guru dan siswa, saat siswa melakukan kegiatan menyelesaikan latihan soal mengidentifikasi segitiga berdasarkan besar sudutnya. : Apa jenis segitiga DEF? : Segitiga tumpul : Mengapa disebut segitiga tumpul D F : Karena ada sudut yang besarnya lebih dari 90 o : Begitu ya? Berapa besar sudut-sudut dalam segitiga DEF? : 46 o, 52 o, dan 98 o : Bagaimana cara memperolehnya? : Dengan menggunakan busur derajat bu : Coba ibu lihat bagaimana cara memperoleh besar sudut tadi : Begini bu, masing-masing sudut E diukur... : Coba bandingkan dengan segitiga lancip yang berupa potongan ini Pada tahap memunculkan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa yang memungkinkan siswa untuk berbagi idenya tentang konsep yang sedang dibahas. Saat respon diberikan siswa, guru menggunakan informasi untuk membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik. Dari interaksi antara guru dan siswa, guru memperoleh informasi bahwa siswa tidak memiliki keterkaitan antara besar sudut dengan Yogyakarta, 9 November 2013 MP - 475

gambaran dari sudut itu sendiri; belum terampil menggunakan busur derajat, siswa belum memiliki pemahaman tentang jumlah besar sudut segitiga adalah 180 o. Dengan informasi yang diperoleh, guru dengan cepat dapat melakukan perbaikan atau perubahan strategi pembelajarannya agar tujuan dapat dicapai. harus mahir memunculkan ide-ide dan mengenali perilaku siswa, dan menggunakan respon siswa sebagai sumber daya untuk mengarahkan cara pengambilan keputusan yang mendukung pembelajaran selanjutnya. Berikut adalah contoh interaksi guru-siswa pada pembelajaran pola bangun pada siswa kelas VII. : Apa hasil gambaran dari suku ke-7? : Hasil gambarnya seperti ini : Mengapa kalian membuat seperti ini? : Karena sesuai dengan pola yang kami temukan : Betul kalian sudah menggambar nya, nah sekarang dapatkah kalian menjelaskan dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar tentang bangun pada gambar ini? : Bagaimana gambarannya? : Bangun ke-7 itu adalah bangun yang dibentuk dari 14 persegi, sebanyak 7 dan horizontal sebanyak 7 dengan satu sebagai poros : Coba sekarang ibu akan buat bangun ke tujuh berdasarkan gambaran kalian : Bagaimana? : Ya bu bangun yang ibu buat sudah sesuai dengan gambaran yang kami buat ada 14 persegi dengan 7 horizontal dan 7 vertikal dan satu sebagai poross : Jadi kalau menggambarkan itu harus tepat ya bu...? : Benar, semua orang yang membaca gambaranmu harus sesuai dengan apa yang kalian maksud : Nah coba kalian ubah sedikit gambaran bangun ke-7 Yogyakarta, 9 November 2013 MP - 476

Pada dua contoh gambaran interaksi antara guru dan siswa, diawali dengan pertanyaan guru sehingga siswa memberi respon, dan respon yang diberikan siswa harus dapat ditangkap oleh guru sebagai informasi untuk melacak kelamahan dan kekuatan yang dimiliki oleh siswa. Dari kelemaham dan kekuatan yang diketahui ini digunakan guru untuk memberikan umpan balik untuk memperbaiki strategi pembelajaran dan strategi siswa belajar agar tujuan yang telah ditetapkan semula dapat dicapai. Pada model ini penilaian formatif yang efektif tergantung pada kemampuan guru untuk menafsirkan pengamatan dan hasil siswa, dan akibatnya bertindak berdasarkan interpretasi untuk meningkatkan belajar siswa (Jones dan Moreland, 2005). harus mahir memunculkan ide-ide dan mengenali perilaku yang ditunjukkan oleh siswa, dan menggunakan respon siswa sebagai sumber daya untuk mengarahkan cara pengambilan keputusan yang mendukung pembelajaran selanjutnya (Ruiz-Primo dan Furtak, 2007). C. SIMPULAN Praktik asesmen formatif informal sangat bergantung pada situasi kelas, namum demikian untuk mempermudah guru melaksanakan asesmen formatif informal, sebaiknya guru mempersiapkan perencanaan berupa pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan dalam asesmen formatif informal. Perencaaan asesmen formatif informal yang disiapkan berupa Pertanyaan-pertanyaan yang disusun guru berdasarkan pengalaman sebelumnya. Asesmen formatif informal dilakukan pada saat interaksi antara guru dengan siswa, diawali dengan pertanyaan yang diajukan oleh guru, dilanjutkan dengan respon yang diberikan oleh siswa, sehingga guru mengenali respon dari siswa, respon ini merupakan informasi yang digunakan guru untuk memberikan umpan balik dan mengubah strategi pembelajaran dan strategi belajar siswa agar tujuan dapat dicapai. Menghimpun informasi mengenai kegiatan siswa belajar hanyalah salah satu tujuan. Hal lain yang juga penting adalah untuk memperoleh informasi mengenai disposisi siswa terhadap matematika, serta tujuan kurikulum matematika. Semua informasi ini perlu dicatat agar lebih mudah dianalisis dan kemudian ditindaklanjuti. Tingkat kebermaknaan dari asesmen akan bergantung dari keselarasan antara metode asesmen dengan kurikulum. Apabila asesmen yang dilakukan tidak merefleksikan tujuan, maksud, dan isi dari kurikulum, maka informasi mengenai apa yang telah dimiliki siswa akan sangat sedikit. D. DAFTAR PUSTAKA Andrade, H. L., & Cizek, G. J. (2010). Handbook of formative assessment. New York: Routdledge. Bell, B., & Cowie, B. 2001. Formative assesmen and science education. Dordrecht. The Netherland: Kluwer Black, P., and Wiliam, D. 2009. Developing the Theory of Formative Assessment. Assessment in Education, 21: 5-31. Dunn, K. E., & Mulvenon, S. W. (2009). A critical review of research on formative assessment: The limited scientific evidence of the impact of formative assessment in education. Practical Assessment, Research & Evaluation, 14(7), 1 11. Retrieved December 3, 2009. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaam Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2013. Yogyakarta, 9 November 2013 MP - 477

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaam Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaam Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2013. Pophan, W.J. 2005. Classroom Assessment : What Teachers Need to Know. Fourth edition. Boston : Allyn and Bacon Ruiz-Primo, M. & Furtak, E.M. 2006. Informal assessment and scientific inquiry: exploring teacher practices and student learning. Educational Assessment, Vol 11, 2006, 205-23 Yogyakarta, 9 November 2013 MP - 478