PERAN PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN ILMU ALAMIAH DASAR. Anggit Grahito Wicaksono

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan diseluruh jenjang

PENGUATAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN IPA. Anatri Desstya PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

umum yang muncul adalah rendahnya mutu kegiatan belajar siswa seperti adanya siswa yang ingin mencapai target hanya sekedar lulus dalam sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan secara jelas pada uraian berikutnya.

PENDIDIKAN KARAKTER DAN PROSES PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR EDUCATION OF CHARACTER AND SCIENCE LEARNING PROCESS IN BASIC EDUCATION

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan zaman, semakin maju pula peradaban dunia yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari semua pembahasan yang telah dipaparkan maka melahirkan sebuah. kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Produksi film di Indonesia kian hari kian berkembang, mulai dari yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar

BAB I PENDAHULUAN. pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan Nasional

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I P E N D A H U L U A N. Karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter.

P IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Oleh Karena itu, pendidikan secara terus-menerus. dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kepribadian dan perilaku mereka sehari-hari. Krisis karakter yang

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. satu usaha yang dilakukan agar peran pendidikan dapat tercapai, maka kita. sebagai Warga Negara Indonesia harus berusaha belajar.

Transkripsi:

140 ISBN: 978-602-70471-1-2 PERAN PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK Ika Candra Sayekti PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta ika.c.sayekti@ums.ac.id Abstrak Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Namun, selama ini implementasi tujuan dan fungsi pendidikan sebagaimana amanah undang-undang tersebut belum sepenuhnya terealisasi. Hal tersebut disebabkan oleh pembangunan jati diri dan karakter bangsa yang semakin memudar akibat kurangnya kesadaran dan keteladanan, serta pembelajaran yang belum banyak memberi kontribusi optimal dalam pembentukan karakter pesera didik. Untuk itu, perlu ditanamkan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran ke dalam diri anak sebagai peserta didik yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik. Salah satunya yakni melalui pembelajaran IPA. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran IPA selain terdapat aspek produk dan proses juga terdapat aspek sikap. Adanya pembentukan sikap yang baik dari peserta didik diharapkan dapat membentuk karakter yang baik pula, sehingga diharapkan dapat membangun kehidupan bangsa yang lebih berhasil. Karena keberhasilan suatu bangsa dapat dicerminkan melalui kualitas sumber daya manusia di dalamya. Kata kunci: pendidikan, karakter, pembelajaran, IPA PENDAHULUAN Akhir-akhir ini pemerintah aktif dalam mensosialisasikan pendidikan karakter. Melalui pendidikan karakter, anak diharapkan dapat menginternalisasi nilai-nilai kehidupan untuk diterapkan dalam kesehariannya. Internalisasi nilai-nilai kehidupan dapat diperoleh melalui berbagai cara. Anak dapat memperoleh nilai-nilai kehidupan melalui lingkungan,tokoh, media massa serta melalui dunia pendidikan. Proses tersebut sangat mudah didapatkan kapanpun dan dimanapun. Namun, tidak semua nilai yang diperoleh merupakan nilai yang positif. Oleh karena itu diperlukan bimbingan dan upaya dari berbagai pihak agar anak dapat menyeleksi nilai-nilai yang baik guna membangun karakter yang kuat bagi anak sebagai generasi penerus bangsa. Sehingga untuk memperoleh generasi emas yang berkarakter kuat dapat dimulai sedini mungkin

ISBN: 978-602-70471-1-2 141 Aktualisasi Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar Menuju Peserta Didik yang Berkarakter dan tidak harus menunggu hingga satu dekade kemerdakaan Negara Kesatuan Republik Indonesi pada 2045 mendatang. Hal tersebut senada dengan fungsi dan peranan pendidikan dalam rangka mewujudkan manusia Indonesia yang cakap dan berkarakter kuat. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3, yang berbunyi, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Namun, selama ini implementasi tujuan dan fungsi pendidikan sebagaimana amanah undang-undang tersebut belum sepenuhnya terealisasi. Hal tersebut disebabkan oleh pembangunan jati diri dan karakter bangsa yang semakin memudar akibat kurangnya keteladanan yang tidak mendidik, serta pendidikan yang belum banyak memberi kontribusi optimal dalam pembentukan karakter pesera didik. Hal ini dapat dilihat dari kasus-kasus yang senantiasa berkembang di sekitar, baik melalui media cetak maupun media elektronik. Banyak permasalahan muncul di sekitar kita mulai dari kebocoran UN, korupsi oleh pejabat, kekerasan, kejahatan seksual di kalangan pelajar, dan lain-lain. Kenyataan tersebut menunjukkan lemahnya sikap, nilai, dan karakter dari tokoh yang seharusnya menjadi teladan bagi generasi penerus bangsa.contoh lain juga ditunjukkan oleh kalangan siswa yaitu banyak tragedi tawuran antar pelajar yang dapat merusak citra pelajar pada umumnya. Untuk itu diperlukan kontribusi dari berbagai pihak khususnya pendidikan agar dapat terbentuk manusia Indonesia yang berkarakter kuat dan cerdas sesuai harapan yang tertuang dalam tujuan pendidikan nasional. Dalam upaya mendukung tujuan tersebut, perlu ditanamkan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran ke dalam diri anak-anak sebagai peserta didik yang bertujuan antara lain untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik. Salah satunya yakni melalui pembelajaran IPA. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran IPA selain terdapat aspek produk dan proses juga terdapat aspek sikap. Adanya pembentukan sikap yang baik dari peserta didikdiharapkan dapat membentuk karakter yang baik pula, sehingga dihaparkan

142 ISBN: 978-602-70471-1-2 dapat membangun kehidupan bangsa yang lebih berhasil. Karena keberhasilan suatu bangsa dapat dicerminkan melalui kualitas sumber daya manusia di dalamya. PEMBAHASAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) IPA atau yang sering disebut sebagai sains merupakan ilmu yang memberikan sumbangan luar biasa terhadap perkembangan teknologi. Trowbridge dan Byebee (1986) mendefinisikan bahwa Science is a body of knowledge, formed y a process of continuous inquiry, and encompassing the people who are engaged in the scientific enterprice. Berdasarkan hal tersebut IPA sebagai tubuh dari pengetahuan yang dibentuk melalui proses inkuiri yang terus menerus dan dilakukan orang yang bergerak dalam bidang sains. Jadi sains atau IPA terdiri dari keterampilan proses yang dilengkapi dengan sikap ilmiah untuk menemukan atau membuktikan suatu konsep atau prinsip. IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006).Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang gejala alam dan perkembangannya tidak hanya ditunjukkan oleh fakta-fakta tapi juga timbulnya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi produk, proses dan sikap. Untuk memperoleh produk IPA yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, maupun model dilakukan melalui proses ilmiah. Proses ilmiah memerlukan suatu keterampilan proses yang biasa disebut keterampilan proses sains. Zuhdan (2013) menyatakan keterampilan proses sains meliputi proses mengamati, mengukur, menginterpretasi, memanipulasi, melakukan hipotesis, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan. Adapun hakikat IPA sebagai sikap menunjukkan nilai-nilai yang menyertai atau muncul ketika proses sains dilakukan yang bisasa disebut sebagai sikap ilmiah. Sikap ilmiah selalu membersamai kegiatan atap pemikiran ilmiah (Islam A dan Farooq, 2012). Nilai-nilai tersebut meliputi rasa ingin tahu, terbuka, berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif, jujur, disiplin, mandiri, bertanggung jawab, tidak mudah putus asa.

ISBN: 978-602-70471-1-2 143 Aktualisasi Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar Menuju Peserta Didik yang Berkarakter Proses pembelajaran IPA yang dilaksanakan di sekolah seharusnya mengimplementasikan hakikat IPA itu sendiri. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan produk saja, malainkan juga proses dan sikap. Diharapkan dengan sikap yang baik, siswa akan memperoleh prestasi yang baik pula. KARAKTER Said Hamid, dkk (2010), menyatakan bawa, karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk darihasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagailandasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Karakter merupakan pola perilaku yang bersifat individual.namun, pembentukan dan pengembangan karakter anak tidak lepas dari peran keluarga, lingkungan, dan juga sekolah. Karakter yang baik berkaitan dengan mengatahui yang baik, mencintai yang baik, dan melakukan yang baik. Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan berperilaku baik yang dapat dipertanggungjawabkan. Definisi pendidikan karakter berdasarkan Dharma Kesuma, dkk (2011), menyatakan bahwa pendidikan karakter dalam seting sekolah merupakan pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yangdidasarkan pada suatu nilai tertentu yangdirujuk oleh sekolah. Berdasarkan definisi tersebut pendidikan karakter terbentuk melalui interaksi antara guru, siswa, dan lingkungan belajar yang terintegrasi pada mata pelajaran. Jadi, dalam suatu proses pembelajaran tidak hanya proses siswa mendapatkan pengetahuan dan mengasah keterampilan saja, melainakan juga mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak yang didasarkan suatu nilai. Pengertian yang lain menyatakan bahwa, pendidikan karakter merupakan upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli dan menginternaslisai nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil (Zainal Aqib, 2012). Jadi pendidikan karakter memerlukan proses yang terus menerus. Upaya ini bisa melalui proses pembelajaran yang diberikan di sekolah maupun melalui contoh yang diberikan pendidik kepada peserta didik. Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dapat melaui empat cara, yaitu: pembelajaran, keteladanan, penguatan, dan pembiasaan (Sudrajat, 2012). Terdapat dua bentuk pembelajaran dalam pendidikan karakter, yaitu pembelajaran subtantif dan pembelajaran reflektif. Pembelajaran subtantif merupakan pembelajaran yang materinya

144 ISBN: 978-602-70471-1-2 langsung terkait dengan suatu nilai. Seperti contohnya pada mata pelajaran agama dan PKn. Sedangkan pembelajaran reflektif adalah pembelajaran di mana pendidikan karakter terintegrasi pada setiap mata pelajaran di semua jenjang pendidikan. Seperti misalnya pada mata pelajaran Matematika, IPA, IPS dan sebagainya. Nilai karakter untuk pendidikan karakter meliputi: nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab (Said Hamid, dkk: 2010). Jika diperhatikan nilai karakter tersebut memiliki kesamaan dengan penjabaran hakikat IPA sebagai sikap. Artinya nilai karakter yang dikembangkan terintegrasi dalam sikap ilmiah siswa. PEMBELAJARAN IPA DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK Pembelajaran IPA dapat dilakukan dengan bermacam-macam metode, pendekatan, dan modelpembelajaran yang cocok yaitu melalui pengalaman langsung (learning by doing)karena IPA merupakan bagian dari kehidupan manusia. Pembelajaran langsung berpusat pada siswa dandapat memperkuat daya ingat siswa. Pelaksanaan pembelajaran IPA di sekolah yang melibatkan ketiga hakikat IPA, mensyaratkan bahwa pembelajaran tidak sekedar perolehan ilmu pengetahuan yang berupa fakta, konsep, maupun prinsip tetapi juga mengedepankan proses dan sikap ilmiah. National Science Educational Standard (NSES) (1996) menyatakan, learning science is an active process. Learning science is something student to do, not something that is done to them. Proses pembelajaran IPA memberikan kesempatan kepada siswa untuk melibatkan segala keterampilan proses yang dimiliki. Sebagai contohnya ketika siswa sedang melakukan eksperimen/ percobaan, siswa menempuh langkah-langkah percobaan yakni mengambil data. Ketika anak mengambil data anak harus jujur terhadap data yang diambil, artinya anak tidak diperkenankan untuk memanipulasi data meskipun data yang diperoleh tidak sesuai dengan teori. Percobaan apabila tidak dilandasi kejujuran akan menyebabkan hal yang fatal. Apabila siswa memaknai sikap ini, maka jujur akan senantiasa melandasi sikapnya dalam kehidupan sehari-hari yang akhirnya dibawa sampai pada masa dewasa yang akan membentuk karakter siswa. Dengan adanya sikap jujur, makabudaya mencontek

ISBN: 978-602-70471-1-2 145 Aktualisasi Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar Menuju Peserta Didik yang Berkarakter akan berkurang. Pada jangkauan yang lebih luas, dengan adanya sikap jujur angka korupsi yang semakin merajalela dapat ditanggulangi. Pada beberapa percobaan,tidak dipungkiri adanya kegagalan. Beberapa siswa mungkin akan mengulang percobaan untuk meyakinkan dirinya bahwa apa yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditentukan. Hal ini menunjukkan sikaptidak mudah putus asa, sikap hati-hati serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Apabila sikap ini diinternalisasi siswadengan baik maka akan membentuk terbentuk karakter yang baik. Melalui sikap tidak mudah putus asa, siswa akan berusaha lebih keras untuk memperoleh apa yang dicita-citakan. Siswa tidak akan menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Melalui sikap hati-hati yang dimiliki siswa tidak akan gegabah dalam menanggapi suatu permasalahan. Melalui sikap-sikap tersebut siswa akan mampu menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks dengan bijaksana. Tidak jarang dalam melakukan percobaan siswa melakukan dalam kelompok. Sehingga akan mendorong siswa untuk berinteraksi dan bekerjasama dengan teman sebaya. Melalui aktivitas ini akan mengembangkan karakter siswa dalam berkomunikasi. Kerjasama juga akan memupuk rasa peduli terhadap sesama. Dari beberapa pernyatan tersebut tampak bahwa pembelajaran IPA mampu memberikan kontribusi dalam membangun karakter anak. KESIMPULAN Pendidikan karakter perlu ditanamkan dalam proses pembelajaran ke dalam diri anak sebagai peserta didik yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik. Salah satunya yakni melalui pembelajaran IPA. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran IPA selain terdapat aspek produk dan proses juga terdapat aspek sikap. Nilai karakter memiliki kesamaan dengan penjabaran hakikat IPA sebagai sikap. Artinya nilai karakter yang dikembangkan terintegrasi dalam sikap ilmiah siswa. Adanya pembentukan sikap yang baik dari peserta didik diharapkan dapat membentuk karakter yang baik pula, sehingga diharapkan dapat membangun kehidupan bangsa yang lebih berhasil. Karena keberhasilan suatu bangsa dapat dicerminkan melalui kualitas sumber daya manusia di dalamya.

146 ISBN: 978-602-70471-1-2 DAFTAR PUSTAKA Dharma Kesuma,dkk. 2011. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Islam, Amjad Pitafi and Muhammad Farooq. 2012. Measurement of Scientific Attitude of Secondary School Students in Pakistan : Academic Research International Vol. 2, No. 2, March 2012. ISSN-L: 2223-9553. National Research Council. 1996. National Science Education Standars. 1996. Washington DC: National Academy Press. Said Hamid. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Kemendiknas Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum: Jakarta. Sudrajat, Ajat. 2012. Mengapa Pendidikan Karakter. UNY: Yogyakarta. Trowbridge and Bybee. 1986. Becoming a Secondary School Science Teacher. USA: Merrill Publishing Company. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Usman Samatowa. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks. Zainal Aqib. 2012. Pendidikan Karakter di Sekolah Membangun Karakter dan Kepribadian Anak. Bandung: Yrama Widya. Zuhdan K. Prasetyo. 2013. Bahan Ajar Pemantapan Penguasaan Materi Pendidikan Profesi Guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Konsep Dasar Pendidikan IPA. Universitas Negeri Yogyakarta.