KEPUTUSAN MENTERI PERDAGANGAN DAN KOPERASI Nomor : 34/KP/II/80

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR 402/MPP/Kep/11/1997 TENTANG KETENTUAN PERIZINAN USAHA PERWAKILAN PERUSAHAAN PERDAGANGAN ASING

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 73/MPP/Kep/3/2000 TENTANG KETENTUAN KEGIATAN USAHA PENJUALAN BERJENJANG

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1996 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 486/KMK.017/1996 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 89 TAHUN 1990 TENTANG IZIN USAHA EKSPEDISI MUATAN PESAWAT UDARA (EMPU) MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/M-DAG/PER/8/2012 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN WARALABA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 406 /KMK.06/2004 TENTANG USAHA JASA PENILAI BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: KEP- 64/BC/1997 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.10/MEN/V/2009 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : TENTANG PENYELENGGARAAN JASA TITIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 69/PMK.04/2009 TENTANG

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-17/PM/1996 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN IZIN USAHA REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/8/PBI/2007 TENTANG PEMANFAATAN TENAGA KERJA ASING DAN PROGRAM ALIH PENGETAHUAN DI SEKTOR PERBANKAN

Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA : 04/M-DAG/PER/1/2007 TENTANG KETENTUAN EKSPOR TIMAH BATANGAN

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 591/MPP/Kep/10/1999

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-26/PM/1996 TENTANG PERIZINAN PENASIHAT INVESTASI KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 22/PER/M.KOMINFO/10/2005 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menimbang : Mengingat :

Form. Surat Keputusan Pembaharuan IUI

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENERBITAN SURAT TANDA PENDAFTARAN USAHA WARALABA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN TELUK BINTUNI

KETENTUAN DAN TATA CARA PENERBITAN SURAT IZIN USAHA JASA SURVEY DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 84/PMK. 012/2006 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Keputusan Menteri Perindustrian No. 150 Tahun 1995 Tentang : Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri Dan Izin Perluasan

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BANK ASING Peraturan Pemerintah Nomor: 3 Tahun 1968 Tanggal: 16 Pebruari 1968 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 20 /PER/M.KOMINFO/10/2005 TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 82/KPTS-II/2001 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMINAN

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA 12/M-DAG/PER/6/2005 TENTANG KETENTUAN EKSPOR ROTAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

No. 11/ 24 /DPbS Jakarta, 29 September SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 40/MPP/Kep/1/2003 TENTANG ANGKA PENGENAL IMPORTIR (API)

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31/M-DAG/PER/7/2009

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 14 TAHUN TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.186/MENHUT-II/2006 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.06/2010 TENTANG BALAI LELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

Bursa Efek dapat menjalankan usaha setelah memperoleh izin usaha dari Bapepam.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 44 Prp Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (LN Tahun 1960 Nomor 133, TLN Nomor 2070); 2.

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

- 2 - Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Nega

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 05 /PER/M.KOMINFO/2/2007

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.192/MENHUT-II/2006 TENTANG

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - GUBERNUR BANK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1169/KMK.01/1991 T E N T A N G KEGIATAN SEWA-GUNA-USAHA(LEASING)

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.KEP 20/MEN/III/2004 Tentang Tata Cara Memperoleh Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.03/2017 TENTANG PEMANFAATAN TENAGA KERJA ASING DAN PROGRAM ALIH PENGETAHUAN DI SEKTOR PERBANKAN

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.02/MEN/III/2008 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 2 TAHUN 1989 SERI : B =================================================================

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 104/Kpts-II/2000 TENTANG TATA CARA MENGAMBIL TUMBUHAN LIAR DAN MENANGKAP SATWA LIAR

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 15 /PER/M.KOMINFO/9/2005 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 27 /PBI/2000 TENTANG BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

Keputusan Menteri Perindustrian No. 148 Tahun 1985 Tentang : Pengamanan Bahan Beracun Dan Berbahaya Di Perusahaan Industri

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. 590/MPP/Kep/10/1999 T E N T A N G

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 177, Tam

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

2012, No.73 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Izin usaha penyediaan tenaga listrik adalah izin un

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Surat Izin Usaha Perdagangan. Perubahan.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor: 07 TAHUN Tentang WAJIB LAPOR KETENAGA KERJAAN DI PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-26/BC/2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1992 TENTANG BANK UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

KEPUTUSAN MENTERI PERDAGANGAN DAN KOPERASI Nomor : 34/KP/II/80 TENTANG PERIZINAN KEGIATAN USAHA SEWA BELI (HIRE PURCHASE) JUAL BELI DENGAN ANGSURAN, DAN SEWA (RENTNG) MENTERI PERDAGANGAN DAN KOPERSAI Menimbang : a. bahwa berbagai variasi system pemasaran barang telah tumbuh dalam dunia usaha Indonesia sebagai akibat dari perkembangan kehidupan perekonomian pada umumnya dan industri pada khususnya; b. bahwa variasi system pemasaran dengan cara sewa beli (hire purchase) jual beli dengan angsuran, dan sewa (rentng), perlu dibina dan diarahkan; c. bahwa untuk pembinaan dan pengarahan tersebut, dipandang perlu untuk menetapkan peraturan tentang perizinan kegiatan usaha sewa beli (hire purchase) jual beli dengan angsuran, dan sewa (rentng); Mengingat : 1. Bedrijfsreglementeerings Ordonnantie 1934 (Stbl. 1938 No.86); 2. Undang-undang No.6 Tahun 1968 (LN 1968 No.33) jo. Undang-undang No.12 Tahun 1970 (LN 1970 No.47) Tentang Penanaman Modal Dalam Negeri; 3. Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1957 (LN 1957 No.7) jo. No.53 Tahun 1957 (LN 1957 No.150) Tentang Penyaluran Perusahaan; 4. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 1977 (LN 1977 No.60) Tentang Pengakhiran Kegiatan Usaha Asing Dalam Bidang Perdagangan; 5. Keputusan Presiden R.I. No.44 Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Organisasi Departemen; 6. Keputusan Presiden R.I. No.45 Tahun 1974 Tentang Susunan Organisasi Departemen sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden R.I. No. 47 tahun 1979; 7. Keputusan Presiden R.I. No.59/M Tahun 1978 Tentang Pembekuan Kabinet Pembangunan III;

8. Keputusan Bersama Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan No. 2077/M-Perind. tanggal 3 September 1957 2430/M-Perdag. Tentang Ketentuan-ketentuan Kewenangan Pemberian Izin Bidang Perindustrian dan Bidang Perdagangan serta Wajib Bayar Biaya Administrasi; 9. Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perdagangan No. 56 Tahun 1971. tanggal 19 Mei 1971 103/A/Kp/V/71. Tentang Ketentuan-ketentuan Kewenangan Dalam Memberikan Izin Tempat Usaha dan Izin Usaha Perdagangan sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perdagangan dan Koperasi No. 92 Tahun 1979. tanggal 23 Mei 1979; 409/KPB/V/1979. 10. Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan No. Kep. 122/MK/2/1974 32/M/SK/2/74. 30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Pebruari 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing; 11. Keputusan Menteri Perdagangan No.101/M Tahun 1959 tanggal 8 Januari 1959 tentang Pendaftaran Perusahaan Dagang Nasional dan Wajib Bayar Uang Jaminan dan Biaya Adminitrasi; 12. Keputusan Menteri Perdagangan No.03/Kp/I/74 tanggal 8 Januari 1974 tentang Penetapan Kembali Golongan Usaha Perdagangan dan Perubahan Tarif Uang Jaminan dan Biaya Administrasi Perusahaan Perdagangan/Jasa; 13. Keputusan Menteri Perdagangan No.110/Kp/V/75 tanggal 29 Mei 1975 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perdagangan; 14. Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi No.428/Kp/VI/79 tanggal 11 Juni 1979 tentang Ketentuan Perizinan di Bidang Usaha Perdagangan; 15. Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi No.721/Kp/XII/79 tanggal 31 Desember 1979 tentang Tata Cara Untuk Mendapatkan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP); 16. Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi No.04/Kp/I/1980 tanggal 7 Januari 1980 tentang Ketentuan Golongan Usaha, Uang Jaminan dan Biaya Administrasi Perusahaan.;

Memperhatikan : Surat-surat Menteri Keuangan No. S.90/MK.011/1979 tanggal 2 Januari 1979 dan No. 390/MK.011/1979 tanggal 19 Mei 1979. MEMUTUSKAN Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERDAGANGAN DAN KOPERASI TENTANG PERIZINAN KEGIATAN USAHA SEWA BELI (HIRE PURCHASE), JUAL BELI DENGAN ANGSURAN DAN SEWA (RENTING). Yang dimaksud dalam Keputusan ini dengan : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 a. Sewa beli (Hire Purchase) adalah jual beli barang dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara memperhitungkan setiap pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dengan pelunasan atas harga barang yang telah disepakati bersama dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut baru beralih dari penjual kepada pembeli setelah jumlah harganya dibayar lunas oleh pembeli kepada penjual; b. Jual beli dengan angsuran adalah jual beli barang dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara menerima pelunasan pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dalam beberapa kali angsuran atas harga barang yang telah disepakati bersama dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut beralih dari penjual kepada pembeli pada saat barangnya diserahkan oleh penjual kepada pembeli; c. Sewa (renting) adalah kegiatan dagang di bidang sewa menyewa atas barang, dimana hak milik atas barang yang disewakan tetap berada pada pemilik barang; d. Izin Usaha adalah izin yang dikeluarkan oleh Departemen Perdagangan dan Koperasi kepada perusahaan untuk melakukan salah satu kegiatan usaha, yaitu sewa beli (hire purchase) atau jual beli dengan angsuran, atau sewa (renting). e. Menteri adalah Menteri Perdagangan dan Koperasi. Pasal 2 (1) Barang-barang yang boleh disewa belikan (hire purchase), dan dijual belikan dengan angsuran adalah semua barang niaga tahan lama yang baru dan tidak mengalami perubahan teknis, baik berasal dari hasil produksi sendiri ataupun hasil produksi/perakitan (assembling) lainnya di dalam negeri, kecuali apabila produksi dalam negeri belum memungkinkan untuk itu;

(2) Barang-barang yang boleh disewakan (renting) adalah semua barang niaga tahan lama dan yang tidak mengalami perubahan teknis, baik yang berasal dari hasil produksi sendiri ataupun hasil produksi/perakitan (assembling) lainnya di dalam negeri, kecuali apabila produksi dalam negeri belum memungkinkan untuk itu; (3) Pengecualian hanya dapat dilakukan dengan persetujuan Menteri atau Pejabat yang ditunjuk olehnya. BAB II PERUSAHAAN SEWA BELI (HIRE PURCHASE), JUAL BELI DENGAN ANGSURAN, DAN SEWA (RENTING) Pasal 3 (1) Kegiatan usaha sewa beli (hire purchase), jual beli dengan angsuran, dan sewa (renting), hanya dapat dilakukan oleh perusahaan perdagangan nasional; (2) Untuk melakukan kegiatan usaha sewa beli (hire purchase), jual beli dengan angsuran, dan sewa (renting), perusahaan yang dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) di atas wajib memiliki izin usaha, dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk olehnya. BAB III SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH IZIN USAHA Pasal 4 (1) Untuk dapat memiliki izin usaha, perusahaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) wajib mengajukan permohonan izin usaha sesuai dengan ketentuan dalam BAB IV serta wajib memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam ayat (2) pasal ini. (2) Persyaratan sebgaimana dimaksud dalam ketentuan ayat (1) tersebut adalah sebagai berikut : a. Permohonan izin harus memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan; b. Permohonan harus menentukan salah satu kegiatan usaha sewa beli (hire purchase), atau jual beli dengan angsuran, atau sewa (renting) sebagai kegiatan usahanya; c. Perusahaan berbentuk badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia; d. Modal perusahaan saham perusahaan seluruhnya dimiliki WNI; e. Direksi/Penanggungjawab perusahaan dan seluruh pengurus perusahaan adalah WNI; f. Modal yang disetor sedikitnya berjumlah Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah);

g. Mempunyai kantor tetap di Indonesia yang beralamat jelas; h. Perusahaan mempekerjakan sedikitnya seorang tenaga ahli di bidang usahanya; i. Tidak mempekerjakan tenaga kerja atau tenaga ahli warga negara asing, kecuali atas rekomendasi Menteri atau Pejabat yang ditunjuk olehnya; j. Mempunyai rencana kerja sedikitnya untuk jangka waktu selama 5 (lima) tahun; k. Dalam hal diperlukan adanya asuransi, maka penutupannya harus dilakukan pada perusahaan asuransi nasional yang berkedudukan di Indonesia. BAB IV PROSEDUR PENGAJUAN IZIN USAHA Pasal 5 (1) Permohonan untuk memperoleh izin usaha diajukan kepada Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri melalui Kantor Wilayah Perdagangan di tempat kedudukan Kantor tetap perusahaan dengan mengisi surat permohonan yang contohnya terlampir pada Keputusan ini; (2) Permohonan dilengkapi dengan : a. Akta Notaris tentang pendirian perusahaan; b. Bagan organisasi, serta nama pimpinan dan tenaga-tenaga teknis, masing-masing disertai riwayat hidup; c. Referensi Bank; d. Bagi perusahaan yang telah melakukan kegiatan usaha dilengkapi pula dengan : 1. Neraca perusahaan tahun terakhir yang disusun oleh Akuntan Publik yang terdaftar; 2. Surat keterangan pajak yang menyatakan pelunasan pajak negara yang terhutang. Pasal 6 (1) Kantor Wilayah Perdagangan setempat yang menerima pengajuan permohonan tersebut dalam pasal 5 ayat (1) meneliti kelengkapan berkas permohonan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (2), dan selanjutnya meneruskannya kepada Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri; (2) Dalam hal permohonan telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan, maka Menteri atau pejabat yang ditunjuk olehnya memberi Surat Izin Usaha.

BAB V IZIN USAHA DAN MASA BERLAKUNYA Pasal 7 (1) Menteri untuk keperluan pemberian Surat Izin Usaha melimpahkan wewenangnya kepada Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri; (2) Surat izin Usaha memuat hal-hal sebagai berikut : a. Nama perusahaan; b. Alamat perusahaan; c. Nama pimpinan perusahaan; d. Kegiatan bidang usaha; e. Batas waktu berlakunya izin usaha; f. Kewajiban-kewajiban perusahaan untuk memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku. (3) Izin usaha diberikan hanya untuk salah satu kegiatan usaha, yaitu sewa beli (hire purchase), atau jual beli dengan angsuran, atau sewa (renting); (4) Izin usaha diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun setelah tanggal dikeluarkannya, dan dapat diperpanjang lagi setelah berakhirnya jangka waktu itu. BAB VI KEWAJIBAN PERUSAHAAN Pasal 8 Perusahaan sewa beli (hire purchase), jual beli dengan angsuran, atau sewa (renting) yang telah diberikan izin usaha berkewajiban : 1. Menyampaikan laporan tahunan tentang realisasi kegiatan usahanya kepada Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri dengan tembusan kepada Kantor Wilayah Perdagangan setempat; 2. Melaporkan kepada Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri dengan tembusan kepada Kantor Wilayah Perdagangan, yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Kantor Cabang, tentang pembukaan setiap Kantor Cabangnya; 3. Melaksanakan segala peraturan yang telah maupun yang akan ditetapkan oleh Departemen Perdagangan dan Koperasi di bidang kegiatan usaha sewa beli (hire purchase) jual beli dengan angsuran, dan sewa (renting).

BAB VII SANKSI-SANKSI Pasal 9 (1) Izin usaha dapat dicabut oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk olehnya apabila ternyata hahwa perusahaan yang telah diberi izin usaha tidak memenuhi kewajiban seperti yang tercantum dalam pasal 8 Keputusan ini, setelah diberikan peringatan kepada perusahaaqn yang bersangkutan sebanyak 3 (tiga) kali; (2) Atas pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam Keputusan ini dapat dikenakan sanksi pencabutan izin usaha dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku. BAB VIII PERATURAN - PERALIHAN Pasal 10 Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) yang pada waktu ditetapkannya keputusan ini telah menja!ankan kegiatan usaha sewa beli (hire purchase), atau jual beli dengan angsuran, atau sewa (renting) wajib mengajukan permohonan untuk memperoleh izin usaha berdasarkan ketentuan-ketentuan pada Keputusun ini dalam waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah ditetapkannya Keputusan ini. BAB IX P E N U T U P Pasal 11 Ketentuan-ketentuan yang diatur di dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan kep. 122/MK/2/1974 No. 32/M/SK/2/74 30/Kpb./l/74 tentang perizinan usaha Leasing dikecualikan dari Keputusan perizinan dalam Keputusan ini. Pasal 12 Hal-hal yang belum diatur dalam Keputusin ini ditetapkan lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri.

Pasal 13 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan Ditetapkan di : JAKARTA Pada tanggal : 1 Pebruari 1980 MENTERI PERDAGANGAN DAN KOPERASI RADIUS PRAWIRO Tembusan Surat Keputusan ini disampaikan kepada : 1. Bapak Presiden R.I (sebagai laporan); 2. Sdr. Menteri Koordinator EKUIN/Ketua BAPPENAS; 3. Sdr. Para Menteri Kabinet Pembangunan III; 4. Sdr. Menteri/Sekretaris Negara; 5. Sdr. Gubernur Bank Indonesia; 6. Sdr. Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal; 7. Sdr. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, dan para Direktur Jenderal di lingkungan Depdagkop; 8. Sdr. Kepala Balitbang dan Kepala BPEN Depdagkop; 9. Sdr. Kepala Biro, Inspektur, Direktur, Kepala Pusat, Direktur Lembaga dan para Sekretaris Direktorat Jenderal/Inspektorat Jenderal di lingkungan Depdagkop; 10. Sdr. Kepala Kantor Wilayah Perdagangan seluruh Indonesia; 11. Sdr. Kepala Kantor Koperasi seluruh Indonesia;